Anda di halaman 1dari 17

BAB III

KEGIATAN KEAHLIAN

A. Kegiatan Umum
Selama melaksanakan Praktik Industri kegiatan umum yang dilakukan
secara langsung di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan Pekerjaan
a. Administrasi
Administrasi merupakan salah satu bagian dari pekerjaan
yang ada di proyek. Kegiatan yang dilakukan yaitu mulai dari
pengurusan perizinan, laporan harian sampai dengan laporan akhir
pertanggung jawaban akan dilakukan oleh bagian administrasi ini.
Saat melakukan Praktik Industri di proyek Jembatan Gayam,
banyak sekali pengalaman yang diperoleh saat mengamati dan
membantu pekerjaan ini. Mulai dari pembuatan surat izin,
membantu penulisan laporan mingguan, membantu persiapan
pencairan termin, dan kegiatan administrasi lainnya.
Kegiatan yang rutin dilakukan yaitu penulisan laporan
mingguan. Pada laporan ini dijelaskan perkembangan proyek setiap
minggunya. Laporan mingguan tersebut merupakan ringkasan dari
laporan harian. Dalam laporan tersebut juga dijelaskan apa saja
pekerjaan yang telah dilakukan, alat dan bahan yang digunakan,
dan siapa saja yang terlibat dalam pekerjaan tersebut. Setiap
pekerjaan juga ditulis besarnya volume pekerjaannya.
b. Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Bawah
Pekerjaan bangunan bawah jembatan yang dapat diamati ketika
Praktik Industri yaitu pekerjaan abudment. Untuk pekerjaan
pondasi telah selesai dilakukan saat praktik dimulai. Jembatan
Gayam dalam pembangunannya tidak menggunakan pilar
jembatan, sehingga pengamatan lebih fokus pada pekerjaan
abudment dan pekerjaan-pekerjaan setelahnya.
c. Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Atas
Pada pekerjaan bangunan atas jembatan pengamatan dilakukan dari
awal pekerjaan hingga selesai. Bangunan atas jembatan
menggunakan gelagar beton dengan pre-stressing post-tensioning.
Pembahasan mengenai pekerjaan bangunan atas akan dibahas lebih
rinci pada kegiatan khusus.
d. Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Pendekat (Oprit)
Pekerjaan jalan pendekat dilaksanakan setelah pekerjaan
abudment. Pengamatan pada pekerjaan ini dapat dilakukan dari
awal sampai akhir pekerjaan. Mulai dari urugan tanah sampai
pemadatan tanah diatasnya dapat teramati.
e. Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan
Perlengkapan
Pekerjaan bangunan pelengkap terdiri dari pekerjaan pasangan
batu, pemasangan bronjong, dan pekerjaan railing jembatan.
Namun, pada proyek Jembatan Gayam tidak ada pekerjaan
pemasangan bronjong. Pada bagian selatan sungai dibuat retaining
wall menggunakan beton. Jadi pekerjaan pelengkap yang dilakukan
yaitu pasangan batu dan railing jembatan. Pekerjaan ini juga dapat
diamati dari awal hingga akhir pekerjaan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi yang lebih rinci
terkait dengan pekerjaan yang sedang diamati. Biasanya wawancara
dilakukan kepada pengawas atau pelaksana yang ada di lapangan.
Beberapa waktu wawancara juga dilakukan kepada pekerja.
Wawancara ini dapat dijadikan data tambahan untuk melengkapi
informasi tertulis yang sudah ada.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berisi kegiatan mengumpulkan data berupa data tertulis
dan juga gambar-gambar yang ada di lapangan saat pekerjaan
berlangsung. Perkembangan pekerjaan dapat diamati melalui gambar-
gambar yang diambil. Hal ini juga akan memudahkan untuk penulisan
laporan harian dan laporan mingguan. Kemudian pengumpulan data
tertulis atau data administrasi tersebut akan mempermudah saat
penulisan laporan.
B. Kegiatan Khusus
Kegiatan khusus yang telah dilakukan yaitu mengamati dan
menganalisis metode pelaksanaan pemasangan girder jembatan. Pekerjaan
ini dapat diamati dari awal mulai pekerjaan hingga akhir. Sehingga dapat
diketahui apakah pekerjaan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan
standar dan ketentuan yang ada. Pekerjaan dilakukan selama kurang lebih
2 minggu, yaitu dari tanggal 3 – 22 Agustus 2020. Rentang waktu tersebut
dihitung sejak persiapan awal pemasangan perancah sampai selesai
pekerjaan (finishing).
Secara umum, pemilihan metode pelaksanaan pemasangan girder
dengan menggunakan metode perancah dan launcher berdasarkan pada
berbagai macam pertimbangan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara
lain lokasi, biaya konstruksi, biaya pemeliharaan, dan aspek lain. Lokasi
proyek yang berada di desa dengan akses jalan yang cukup sulit,
menimbulkan kendala terkait mobilitas peralatan dan alat berat yang akan
datang ke lokasi. Selain peralatan dan alat berat, persiapan bahan yang
akan digunakan juga perlu diamati. Walaupun memang dalam
pelaksanaanya tetap menemui beberapa kendala.
Balok girder yang digunakan merupakan balok I pracetak pre-stressing
post-tensioning. Balok beton dibawa menuju lokasi dalam bentuk segmen.
Selama pekerjaan pemasangan balok berlangsung, terdapat beberapa
kendala yang dialami. Berikut ini merupakan kegiatan pengamatan selama
Praktik Industri pada pekerjaan pelaksanaan pemasangan girder Jemabatan
Gayam.
a. Pemasangan dan Pembongkaran Perancah
Pelaksanaan pekerjaan ini dimulai dari persiapan pekerjaan.
Persiapan yang dilakukan yaitu membuat urugan tanah sejauh
kurang lebih 7 meter dari pasangan batu abudment. Setelah segmen
sampai di lokasi proyek, dilanjutkan dengan merangkai segmen
crane menjadi satu gelagar. Setelah itu, satu gelagar perancah yang
sudah siap dipasang pada abudment, memanjang dari selatan ke
utara. Perancah kemudian akan dipasangi penyangga menggunakan
besi pada samping perancah untuk menopang perancah jembatan
agar lebih kuat dalam menahan beban.
Pada proses pemasangan perancah ini terdapat beberapa kendala
yang ditemui. Kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut:
1. Urugan awal yang akan digunakan sebagai tempat crane dan
alat bahan pada saat pemasangan perancah dan balok girder
tidak sesuai dengan perkiraan awal. Awalnya pelebaran akan
dilakukan sejauh 5 meter dari pasangan batu abudment.
Namun, urugan kemudian diperlebar lagi menjadi sekitar 7 – 8
meter. Hal tersebut dilakukan agar alat-alat yang bekerja
seperti crane dapat melakukan manuver dengan baik dan
bahan-bahan yang diperlukan dapat diletakkan dengan aman.
2. Saat pemasangan perancah dilakukan, beberapa masyarakat
sekitar yang bekerja sebagai penambang pasir masih bekerja
seperti biasa. Hal tersebut dapat membahayakan keselamatan
ketika para penambang melewati atau berada dibawah perancah
yang sedang diangkat.
Gambar 15. Penambang pasir melewati bawah perancah
yang sedang diangkat.
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)

3. Beberapa kesalahan juga dilakukan oleh pekerja. Salah satu


kesalahan yang dilakukan oleh kru pemasangan perancah yaitu
saat tidak berhati-hati dalam melakukan pekerjaan sehingga
menyebabkan pecahnya salah satu kaca crane karena terkena
tali sling angkat. Tali tersebut dilempar sehingga mengenai
kaca crane. Hal tersebut juga dapat membahayakan
keselamatan orang lain di sekitar apabila terkena lemparan atau
pecahan kaca crane.

Gambar 16. Kaca Crane Pecah


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)
b. Pemasangan Balok Girder
Balok girder yang digunakan yaitu balok I yang terbagi menjadi 2
ukuran dan dalam bentuk segmen. Satu gelagar terdiri dari 6
segmen balok berukuran 8 meter dan 2 segmen balok berukuran
5,4 meter. Pada saat pemasangan balok girder ini ada beberapa hal
yang menjadi kendala saat pelaksanaan. Berikut ini beberapa
kendala tersebut dan pekerjaan yang dilakukan belum sesuai
dengan ketentuan:
1. Pada pemasangan girder kedua, balok girder tidak dipasang
sampai selesai. Hanya ada 2 segmen yang sudah diletakkan
diatas perancah, namun tidak dilanjutkan ke segmen
selanjutnya. Ketika segmen sudah diangkat ke perancah,
pekerjaan seharusnya dilakukan sampai selesai. Hal ini karena
dapat menimbulkan beberapa risiko.

Gambar 17. Balok Girder Diletakkan di atas Perancah


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)
c. Proses Stressing Balok Girder
Selama proses stressing dilakukan, ada beberapa kendala yang juga
dialami selama pelaksanaan. Kendala-kendala tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Sebelum stressing dilakukan, terlebih dahulu dipasang kawat
strand pada masing-masing lubang duct. Namun, pada gelagar
keempat terdapat kendala yaitu kekurangan sekitar 50 biji
kawat strand. Maka dari itu pekerjaan terhambat sementara dan
harus menunggu kabel strand yang akan dibawa bersama
pengiriman balok girder untuk gelagar kelima.
2. Cuaca pada saat stressing untuk gelagar 1 dan 2 kurang
mendukung. Mulai siang sampai malam hari turun hujan
dengan intensitas ringan hingga sedang. Ketika hujan mulai
turun pada saat stressing gelagar 1, belum ada persiapan yang
dilakukan untuk mengantisipasi hujan turun. Hujan yang turun
ini dapat menyebabkan kawat strand lebih mudah berkarat
karena teroksidasi. Beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu
segera memasang terpal atau penutup pada tempat stressing,
kemudian menutup atau memindahkan kawat strand yang
belum terpakai. Kawat-kawat strand yang belum terpakai
tersebut sebelumnya hanya diletakkan di tempat terbuka.

Gambar 18. Terpal Setelah Digunakan Saat Hujan


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)
Ada juga beberapa gulungan kawat strand yang sudah berkarat
sebelum dipakai.

Gambar 19. Kawat Strand yang Berkarat


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)
d. Proses Finishing
Pada proses finishing dilakukan beberapa pekerjaan seperti
pengisian lubang duct dengan cairan mortar, pemotongan kawat
strand yang tersisa, penutupan ujung gelagar, pemasangan pelat
dek, dan lain-lain. Pemasangan pelat dek dilakukan setelah semua
gelagar telah terpasang dan selesai proses stressing. Ada beberapa
hal yang menjadi kendala saat finishing dilakukan.
1. Beberapa pelat dek yang dipasang mengalami kerusakan
seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 20. Lubang pada Pelat


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)
Ketika terdapat lubang pada pelat dek, dapat menimbulkan
kebocoran adukan beton yang akan dituangkan diatasnya.
Selain itu pada pinggiran pelat juga masih terdapat celah.
Sehingga lubang dan celah tersebut harus ditutup terlebih
dahulu agar adukan beton yang akan dituang, tidak terbuang
sia-sia.
2. Pada saat diafragma dipasang pada masing-masing sela
gelagar, ujung-ujung diafragma diberi adukan beton dan
potongan kayu agar posisi diafragma tidak bergeser. Ada
beberapa diafragma yang kondisinya kurang baik sama seperti
pelat dek. Jadi, adukan beton yang diberi lebih banyak agar
memperkuat dan mengunci diafragma setelah proses stressing.
Gambar 21. Diafragma yang Diberi Adukan
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)
C. Pembahasan Kegiatan Khusus
Secara umum, pemilihan metode pelaksanaan dengan menggunakan
perancah dan crane memiliki beberapa keunggulan. Hal tersebut
disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan, sehingga penggunaan
metode yang dipilih akan lebih efektif dan efisien dalam proses
pekerjaannya. Berikut ini beberapa keunggulan untuk metode perancah
dan crane, yaitu metode ini merupakan metode yang paling konvensional
namun efektif. Harganya relatif lebih murah dibandingkan metode lainnya
dan pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat, namun memiliki keterbatasan
berat girder yang mampu diangkat. Beton yang digunakan merupakan
beton prategang dengan metode pasca tarik (post-tensioning).
Gambar 22. Balok Diangkat Menggunakan Crane
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)

Pada proses launching balok girder, setelah balok diangkat


menggunakan crane kemudian diletakkan pada papan launcher.
Selanjutnya girder diikat dengan tali dan tali tersebut dikaitkan dengan
penarik yang berada di ujung jembatan seberang. Setelah siap, tali ditarik
dengan menggunakan katrol pada crane. Proses tersebut dilakukan sampai
semua segmen terangkat dan disusun diatas perancah. Pada proses ini juga
diperlukan ketelitian dalam menyusun urutan nomor segmen. Karena
lubang pada masing-masing segmen berada pada posisi yang berbeda.

Gambar 23. Launching Balok Girder


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)
Menurut komisi ACI dalam Jose dan Felix (2020), beton prategang
adalah beton yang mengalami tegangan dalam dengan besar dan distribusi
sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu
tegangan yang terjadi akibat beban luar. Adapun beberapa kelebihan dari
penggunaan beton prategang adalah:
1) Dapat memikul beban
2) Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur
defleksinya.
3) Kelebihan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan.
4) Pada penampang yang diberi penegangan, tegangan tarik dapat
dieliminasi karena besarnya gaya tekan disesuaikan dengan beban
yang akan diterima.

Walaupun memiliki banyak kelebihan, namun tetap saja beton


prategang memilliki beberapa kekurangan, yaitu memerlukan peralatan
khusus seperti tendon, angkur, mesin penarik kabel, dan lain-lain. Selain
itu, juga memerlukan keahlian khusus baik dalam perencanaan maupun
pelaksanaanya. Berdasarkan bentuknya, girder yang digunakan yaitu
berjenis PCI. Penyedia balok girder ini adalah PT. WIKA Beton. Menurut
Pratama dalam Jose dan Felix (2020), girder PCI memiliki penampang
yang kecil sehingga lemah terhadap torsi. Girder PCI cocok untuk
jembatan yang memiliki bentang sekitar 10 – 50 meter, dengan rentang
efektif dan efisien untuk masing-masing jenis profil bervarisasi.

Gambar 24. Balok Girder PCI


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)

Kemudian baja yang digunakan berjenis untaian kawat (strand).


Metode prategang berdasarkan waktu pemberian gaya prategang pada
tulangan baja dibagi menjadi 2 jenis utama yaitu metode pra-tarik dan
metode pasca-tarik. Jembatan Gayam menggunakan metode pasca-tarik
(post-tensioning). Pada metode ini, gaya prategang aka diberikan pada
tulangan baja ketika beton sudah dicor, mengeras, dan mencapai
kekuatan/kekerasan yang memadai Karena menggunakan metode pasca
tarik, diperlukan bahan grouting sebagai bahan khusus yang digunakan
pada sistem prategang pasca tarik.

Selanjutnya, pada saat proses stressing ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Proses stressing tidak boleh menggunakan kekuatan melebihi 0,7 kali
kuat putus kawat, hal ini agar kawat tidak mengalami overstress yang
dapat menyebabkan kawat menjadi tidak pada kondisi elastis lagi.
Apabila keadaan kawat menjadi tidak elastis lagi, maka hasil
pengukuran perpanjangan kawat tidak akan valid lgi dan akan
menyebabkan reduksi kekuatan yang besar dalam 72 jam setelah
proses stressing Caltrans (2014) dalam Jose dan Felix.
b. Setelah dilakukan proses stressing, pengukuran perpanjangan strand
perlu dilakukan untuk mengetahui ketepatan gaya stressing di
lapangan apakah sudah sesuai dengan perhitungan secara teoritis.
c. Sesuai SNI 2847:2019 pasal 26.10.2f, perbedaan gaya stressing di
lapangan dengan perhitungan gaya stressing yang dihitung secara
teoritis tidak boleh melebihi 5% untuk konstruksi pratarik atau 7%
untuk konstruksi pascatarik.

Bearing pad yang digunakan pada Jembatan Gayam yaitu jenis


Elastomeric bearing. Jenis bearing pad ini terbuat dari material karet
sintetik atau alami dan dapat mengakomodasi pergerakan baik untuk
transalasi maupun rotasi melalui mekanisme deformasi elastomer. Pada
bagian abudmnet terdapat dudukan elastomer yang kemudian akan
diletakkan elastomer diatasnya. Terdapat 5 dudukan elastomer
padamasing-masing ujung karena menyesuaikan jumlah gelagar yang
dipasang.
Gambar 25. Dudukan Elastomer
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)

Elastomeric bearing pad memiliki karakteristik yaitu, harga yang


relatif murah, dan memiliki kebutuhan perawatan yang relatif rendah. Hal
tersebut membuat elastomeric bearing pad ini menjadi pilihan yang
digunakan pada konstruksi jembatan. Kemudian, elastomer ini juga
berperan sebagai setengah sendi dan setengah rol.

Gambar 26. Elastomeric Bearing Pad


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)
Proses pemasangan elastomeric bearing pad ini dilakukan
setelah semua gelagar telah terpasang. Ujung gelagar yang
diletakkan diatas dudukan elastomer ini disangga dengan
menggunakan balok kayu kecil agar posisi ujung gelagar belum
menempel sempurna pada dudukan. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan ketika pemasangan elastomer. Pemasangan elastomer
menggunakan 3 pompa hidrolik. Pada gambar berikut ini dapat
terlihat bentuk abudment yang memiliki kelebihan untuk
mempermudah pemasangan dan pergantian elastomer.

Gambar 27. Proses Pemasangan Elastomer


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020)
1. Pemasangan dan Pembongkaran Perancah
Berdasarkan pada beberapa permasalahan yang menjadi kendala
pada proses pemasangan dan pembongkaran perancah terdapat upaya
dan solusi yang dapat dilakukan agar hal-hal tersebut dapat dihindari.
Pada permasalahan yang telah disebutkan diatas, seperti urugan yang
perlu ditambahkan lebarnya seharusnya lahan tersebut sudah diukur
dan dipertimbangkan sesuai dengan ukuran dan perkiraan manuver
yang akan dilakukan oleh crane.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan (2006) antisipasi
pencegahan yang dapat dilakukan terhadap bahaya yang ditimbulkan
akibat Pekerjaan Penyiapan pada Pekerjaan Pemasangan Unit Pracetak
yaitu:
a) Mobilisasi dan pemasangan peralatan dari suatu lokasi asal ke
tempat pekerjaan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
berlaku dan dalam pengawasan orang yang ahli di bidangnya.
b) Harus ditunjuk seorang petugas keselamatan kerja yang
bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang
dilakukan. Selama bekerja, operator tidak boleh lengah dan
dilarang meninggalkan tempatnya selama mesin masih berjalan.
c) Peralatan yang akan digunakan perlu diperiksa terlebih dahulu
apakah semua pearalatan berfungsi dengan baik, misalnya rem, tali
penarik kendaraan, alat pemuat peralatan/crane.

Jika melihat kasus yang ada, risiko yang mungkin terjadi sangat
berbahaya. Penambang pasir yang lewat di bawah jembatan sama
sekali tidak menggunakan alat keselamatan. Oleh sebab itu,
pencegahan yang mungkin dilakukan adalah seperti pada poin (b) yaitu
harus ditunjuk seorang petugas keselamatan kerja yang bertanggung
jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan menghimbau atau memberikan larangan
melintas sementara, kepada warga selama pekerjaan tersebut berjalan.

Kemudian pada permasalahan terakhir pada proses pemasangan


dan pembongkaran perancah masih berkaitan dengan keselamatan
kerja. Masalah ini timbul akibat adanya kecerobohan dari seorang
operator crane yang sembarang melempar sebuah tali angkut. Hal
tersebut membuat kaca crane pecah. Upaya yang dapat dilakukan
terdapat pada poin (b) pada pembahasan sebelumnya, yaitu dijelaskan
bahwa selama bekerja operator tidak boleh lengah. Operator juga harus
taat terhadap peraturan yang berlaku, sehingga tidak menimbulkan
kelalaian saat bekerja. Selain merusak peralatan, hal ini juga dapat
membahayakan orang yang berada di sekitarnya.
2. Pemasangan Balok Girder
Setiap pekerjaan memiliki bahaya dan risiko yang dapat
ditimbulkan. Salah satunya pada saat proses pengangkatan dan
pemasangan segmen balok girder. Beberapa risiko yang mungkin
dapat terjadi adalah sling crane putus, crane terguling, dan tertimpa
girder. Selain itu, pelaksanaan pekerjaan yang tidak tepat dan tidak
sesuai rencana juga dapat menimbulkan bahaya. Pertimbangan lain
juga dapat dilihat dari kondisi cuaca dan arus sungai selama pekerjaan
berlangsung. Ada beberapa kendala atau permasalahan yang ditemui
saat melaksanaan pekerjaan pengangkatan dan pemasangan girder ini.
Ketika pengangkatan pada girder 2, terdapat 2 segmen yang sudah
terangkat namun pekerjaan tidak selesai sampai proses stressing.
Pekerjaan dibiarkan begitu saja dan diteruskan pada esok hari.
Menurut Bambang (2020) salah satu teknisi bagian post-tensioning
pada pekerjaan ini menjelaskan bahwa ketika segmen girder telah
terangkat keatas perancah, pekerjaan seharusnya diselesaikan Hal
tersebut untuk menghindari kemungkinan ketika arus sungai tiba-tiba
naik, arus tersebut dapat menghantam segmen girder yang belum
terpasang secara sempurna dan akan membawa segmen-segmen
tersebut. Untuk menghindari hal tersebut terjadi, perencanaan waktu
dalam melakukan pemasangan harus dipertimbangkan secara baik dan
matang. Waktu kedatangan balok girder ke lokasi juga menjadi
perhatian dan pertimbangan.
3. Proses Stressing Balok Girder
Kendala pertama yang dialami pada pekerjaan ini yaitu saat adanya
kekurangan untuk kawat strand yang akan digunakan pada gelagar
keempat. Proses stressing tidak dapat dilaksanakan karena harus
menunggu kawat strand terpasang pada lubang di gelagar tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar kendala seperti dapat dihindari
yaitu salah satunya dengan melakukan pengecekan ulang kawat strand
sesuai dengan kebutuhan pada saat akan dimulainya pekerjaan.
Kemungkinan lain yang dapat menjadi kendala adalah kerusakan pada
kawat strand, sehingga kawat tersebut tidak dapat digunakan dan harus
diganti dengan kawat strand yang baru. Hal ini juga akan
membutuhkan tambahan kawat strand.
Kendala yang kedua yaitu kawat strand berkarat. Ada beberapa hal
yang dapat menyebabkan kawat baja berkarat, yaitu: pemakaian di
laut, terkena air hujan, tidak diberi pelumas, cara pemakaiannya yang
tidak sesuai, dan lain-lain. Kendala yang terjadi di Jembatan Gayam
disebabkan karena kawat strand diletakkan ditempat terbuka dan
terkena air hujan. Cuaca selama pemasangan balok girder terkadang
turun hujan. Untuk mencegah hal ini terjadi dan tetap menjaga
keawetan kawat strand, seharusnya kawat-kawat strand tersebut
diletakkan di tempat yang tidak berdebu, dan tertutup seperti gudang.
Selain itu, dapat juga ditutup secara rapat dengan penutup plastik.
Upaya tersebut untuk menghindari kawat terpapar oksigen dan air.
4. Proses Finishing
Produk yang datang dengan kondisi tidak sempurna juga akan
menjadi kendala yang akan dihadapi. Seperti pada foto pelat dek
diatas, terdapat beberapa pelat dek yang kondisinya kurang baik.
Kerusakan tersebut dapat disebabkan pada saat proses pemindahan dari
pabrik ke lokasi proyek yang kurang aman. Kemudian, saat
menurunkan pelat-pelat tersebut juga harus berhati-hati agar tidak
menimbulkan kerusakan yang lain. Bagian yang rusak atau patah,
ketika dipasang akan menciptakakan lubang diantara sela pelat dek
yang satu dengan yang lain. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran
saat pelat akan dicor. Maka dari itu, ketika proses pengecoran akan
dilakukan, lubang-lubang tersebut sebaiknya ditutup terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai