Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PELAKSANAAN KEUANGAN DESA

Disusun Oleh :

SELPIANTI BIRI’ 18304006

RADITA RIZAL MUBARAK 18304139

YUNITA MONINGKA 18304234

CHRISTIAN J. MAKALEW 18304193

SAMUEL R F PANJAITAN 18304059

SEMESTER 7

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS EKONOMI

2021
I. KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Permendagri No. 113 Tahun 2014 menjelaskan bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan
desa berada di tangan kepala desa yang dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelola
Keuangan Desa (PTPKD). Kepala desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa
yang dipisahkan. Oleh karena itu, kepala desa mempunyai kewenangan:
 Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa.
 Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (PTPKD).
 Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa.
 Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa.
 Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa.
 Kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dibantu oleh
 Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (PTPKD) yang berasal dari unsur
perangkat desa yang ditetapkan dengan keputusan kepala desa. Unsur perangkat
desa yang dimaksud terdiri dari:

A. Sekretaris desa
Sekretaris desa bertindak selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan
keuangan desa yang mempunyai tugas:
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa).
2. Menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDesa, perubahan
APBDesa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.
3. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah
ditetapkan dalam APBDesa.
4. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.
5. Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran
APBDesa.
B. Kepala seksi
Kepala seksi bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya,
dengan tugas:
1) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama lembaga kemasyarakatan desa yang telah
ditetapkan di dalam APBDesa.
3) Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja
kegiatan.
4) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan.
5) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada kepala desa.
6) Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

C. Bendahara
Bendahara dijabat oleh staf pada urusan keuangan. Bendahara mempunyai tugas: menerima,
menyimpan, menyetorkan/membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan
APBDesa.

II. KEBIJAKAN PELAKSANAAN APBDESA


Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) merupakan alat mengoordinasikan
aktivitas perolehan pendapatan dan penerimaan pembiayaan, serta menjadi landasan
belanja dan pengeluaran pembiayaan bagi pemerintah desa untuk suatu periode
tertentu. Selanjutnya setelah APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa, maka
aktivitas pelaksanaan anggaran segera dapat dilaksanakan.
Berikut beberapa kebijakan terkait pelaksanaan APBDesa berdasarkan
Permendagri No. 113 Tahun 2014.
a) Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa.
b) Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya, maka
pengaturannya ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota.
c) Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan
sah.
d) Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang
ditetapkan dalam peraturan desa.
e) Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa pada jumlah tertentu dalam rangka
memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa yang jumlahnya ditetapkan dalam
peraturan bupati/walikota.
f) Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
g) Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum
rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa.
Pengeluaran desa ini tidak termasuk untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan
operasional perkantoran yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa.
h) Penggunaan biaya tak terduga terlebih dulu harus dibuat rincian anggaran biaya yang
telah disahkan oleh kepala desa.

III. PROSEDUR PENGELUARAN KAS


`Berikut prosedur dan kebijakan pengeluaran kas yang tertuang dalam Permendagri No. 113
Tahun 2014.
a) Pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus disertai
dengan dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya (RAB).
b) RAB tersebut harus diverifikasi oleh sekretaris desa dan disahkan oleh kepala desa.
c) Pelaksana kegiatan bertanggung jawab terhadap tindakan pengeluaran yang
menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku
pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di desa.
d) Berdasarkan RAB ini, pelaksana kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) kepada kepala desa.
e) SPP tidak boleh dilakukan sebelum barang dan atau jasa diterima.
f) Pengajuan SPP terdiri atas: Surat Permintaan Pembayaran (SPP); pernyataan tanggung
jawab belanja; dan lampiran bukti transaksi.
g) Dalam pengajuan pelaksanaan pembayaran, sekretaris desa berkewajiban untuk:
1) Meneliti kelengkapan permintaan pembayaran yang diajukan oleh pelaksana
kegiatan.
2) Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBDesa yang tercantum dalam
permintaan pembayaran.
3) Menguji ketersediaan dana untuk kegiatan yang dimaksud.
4) Menolak pengajuan permintaan pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila tidak
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
h) Berdasarkan SPP yang telah diverifikasi sekretaris desa, kepala desa menyetujui
permintaan pembayaran dan bendahara melakukan pembayaran.
i) Bendahara melakukan pencatatan pengeluaran setelah pembayaran tersebut dilakukan.

IV. PROSEDUR PENERIMAAN KAS


Prosedur penerimaan kas secara spesifik tidak diatur dalam Permendagri No. 113 Tahun
2014, namun demikian bendahara desa wajib menerapkan prosedur penerimaan kas yang
menjamin keamanan, kelengkapan dan keakuratan penerimaan kas. Secara spesifik prosedur
penerimaan kas yang berasal dari pendapatan transfer pemerintah kabupaten/kota dalam bentuk
dana desa adalah sebagai berikut1:
a) Alokasi Dana Desa (ADD) dalam APBD kabupaten/kota dianggarkan pada
badan/dinas/kantor pemberdayaan masyarakat desa atau dengan sebutan lain yang
memiliki tugas dan fungsi tersebut.
b) Pemerintah desa membuka rekening pada bank yang ditunjuk berdasarkan keputusan
kepala desa.
c) Kepala desa mengajukan permohonan penyaluran ADD kepada bupati dalam hal ini
badan/dinas/kantor pemberdayaan masyarakat desa atau dengan sebutan lain di
kabupaten melalui camat setelah dilakukan verifikasi oleh tim pendamping
kecamatan.
d) Kepala badan/dinas/kantor pemberdayaan masyarakat desa atau dengan sebutan lain
akan meneruskan berkas permohonan berikut lampirannya kepada kepala bagian
keuangan setda kabupaten atau kepala Dinas/Badan Pengelola Keuangan dan
Kekayaan Aset Daerah (D/BPKKAD) atau dengan sebutan lain yang memiliki tugas
dan fungsi tersebut yang selanjutnya akan menyalurkan ADD langsung dari kas
daerah ke rekening desa.
e) Mekanisme pencairan ADD dalam APBDesa dilakukan secara bertahap atau
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten/kota.

V. ASPEK PERPAJAKAN DALAM PENGELOLAAN DESA


Permendagri No. 113 Tahun 2014 menyebutkan bahwa bendahara desa sebagai wajib pungut
Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan
dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu, bendahara desa yang ditunjuk wajib mengerti aspek-aspek
perpajakan berdasarkan undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku. Bendahara desa
yang ditunjuk wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
sebagai identitas bendahara desa dalam menjalankan kewajiban perpajakannya yang meliputi
memotong/memungut dan menyetorkan serta melaporkan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) sesuai ketentuan peraturan perpajakan. Kewajiban perpajakan yang
menjadi tanggung jawab bendahara desa meliputi:
a. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dikenakan sehubungan dengan adanya pembayaran
honorarium/upah/imbalan lainnya dengan tarif sebagai berikut. Pemotongan PPh Pasal 21
dilakukan pada saat pembayaran dengan membuat Bukti Potong PPh Pasal 21, selanjutnya PPh
Pasal 21 disetor dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank Persepsi/Kantor Pos
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan melaporkan PPh Pasal 21 yang telah disetor
tersebut dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21 ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan (KP2KP) sesuai tempat bendahara desa terdaftar. Contoh perhitungan PPh Pasal 21:
i. Penerima honorium PNS
Bendahara Desa Menahaji membayar honor kepada Bapak Budi, PTPKD kegiatan
rehab/perbaikan jalan desa (PNS/IVa) sebesar Rp2.000.000. Perhitungan PPh Pasal 21 adalah
Rp2.000.000 x 15% = Rp300.000.
ii. Penerimaan honorium (Non PNS)
Bendahara Desa Menahaji membayar honor kepada Bapak Zaki, PTPKD kegiatan
rehab/perbaikan jalan desa (Non PNS) sebesar Rp2.000.000. Perhitungan PPh Pasal 21 jika
memiliki NPWP adalah Rp2.000.000 x 5% = Rp100.000. Jika Wajib Pajak (WP) yang
bersangkutan tidak memiliki NPWP maka perhitungan PPh Pasal 21 adalah Rp2.000.000 x 6% =
Rp120.000. Mengingat yang menerima bukan PNS, maka tarif yang digunakan untuk
pemotongan PPh Pasal 21 adalah tarif Pasal 17 UU Pajak Penghasilan.

b. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22


Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 dikenakan sehubungan dengan adanya pembayaran atas
belanja barang (misalnya: material/bahan bangunan; konsumsi: aqua/snack/nasi kotak; ATK dan
fotokopi) dengan tarif pada Tampilan 12.

c. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23


Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dikenakan sehubungan dengan adanya pembayaran atas
belanja jasa (misalnya: sewa kendaraan/peralatan, servis/ perbaikan peralatan, jasa catering)
kepada wajib pajak badan. Jika penyedia jasa adalah WP perseorangan, maka dikenakan PPh
Pasal 21. Dikecualikan dari pemungutan bagi wajib pajak yang mempunyai SKB (Surat
Keterangan Bebas untuk omset kurang dari Rp4,8 miliar per tahun). Tarif yang digunakan
sebesar 2% dari pembayaran tidak termasuk PPN. PPh Pasal 23 dipotong pada saat pembayaran
dengan membuat Bukti Potong PPh Pasal 23, selanjutnya PPh Pasal 23 disetor dengan
menggunakan SSP ke Bank Persepsi/Kantor Pos paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan
dilaporkan dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23 ke KPP Pratama/KP2KP tempat
bendahara desa terdaftar paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

d. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut UU No. 42 Tahun 2009 dikenakan sehubungan
dengan adanya pembayaran atas belanja barang dan jasa kena pajak dengan nilai pembayaran
termasuk pajak (PPN) lebih dari Rp1.000.000 (satu juta rupiah). Tarif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) adalah 10% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP). PPN dipungut pada saat pembayaran,
selanjutnya disetor dengan menggunakan SSP ke Bank Persepsi/Kantor Pos dan dilaporkan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) ke KPP Pratama/KP2KP tempat bendahara
desa terdaftar paling lambat akhir bulan berikutnya. Berikut pembayaran yang tidak dipungut
PPN oleh bendaharawan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 563 Tahun 2003.
a. Tidak melebihi dari jumlah Rp1.000.000 termasuk PPnBM dan merupakan pembayaran
yang tidak dipecah-pecah.
b. BBM dan Non BBM yang penyerahannya dilakukan oleh Pertamina.
c. Atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan.
d. Atas penyerahan BKP/JKP yang menurut perundangan-undangan yang berlaku,
mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan PPN.
e. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh jasa boga atau
catering (dikenakan pajak daerah, pajak restoran, dan disetor ke kas daerah).

e. Bea Meterai
Bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen berupa kertas yang menurut UU
Bea Meterai menjadi objek bea meterai (UU No. 13 Tahun 1985). Dokumen yang dikenai bea
meterai antara lain adalah dokumen yang berbentuk surat yang memuat jumlah uang, seperti
kuitansi, dan dokumen yang bersifat perdata, seperti dokumen perjanjian pembangunan gedung
kantor dengan pengusaha jasa konstruksi dan dokumen kontrak pengadaan jasa tenaga
kebersihan.
Tanya jawab kelompok 3
1. Nama :
Pertanyaan : bagaimana dampak pengalokasian dana desa bagi kemajuan desa dan
apa dampak
2. Nama : Isabella Fung
Pertanyaan: mengapa asa-asas pengelolaan desa itu penting? Dan apa saja contoh
perwujudannya
3. Nama :
Pertanyaan:

Anda mungkin juga menyukai