Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PROSES GEOMORFIK

MATA KULIAH:

GEOMORFOLOGI DAN LINGKUNGAN

DOSEN PENGAMPU:

Dr. H. Sidharta Adyatma, M.Si

OLEH:

Noviantika
(2110115320009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS GEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2022
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya)


topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta
terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari
cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi
adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran
ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-
pergerakan pada kerak bumi.

Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M.


Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi
(morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur,
proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai struktur-struktur
yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan
bumi (lihat Gambar 1). Proses-proses yang umum terjadi adalah proses
erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat
lainnya dari batuan. Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui
tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity), tahapan
tua (old age), Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya
destruksional, pada tahap dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan
dengan tumbuhnya sistem drainasedengan jumlah panjang dan kedalamannya
yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses
selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang
mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat
dengan ketinggian muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian
pembentukan proses (tahapan-tahapan) geomorfologi tersebut menerus dan
dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus Geomorfik.
1.2. Tujuan

1. Unruk memenuhi tugas mata kuliah Geomorfologi dan Lingkungan


2. Mengetahui proses – proses geomorfik
3. Agar lebih mendalami materi tentang geomorfolgi khususnya tenatang
proses geomorfik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Proses Epigen atau Eksogenetik

Proses epigen atau proses eksogenetik adalah proses geomorfik yang


disebabkan oleh energi yang berasal dari luar tubuh bumi seperti sinar
matahari dan hujan. Proses ini terdiri dari: degradasi, agradasi, dan
pengerjaan organisme termasuk manusia.

1. Degradasi

Degradasi adalah proses gabungan antara pelapukan batuan, gerakan massa


batuan dan/atau tanah serta erosi yang mengakibatkan ketinggian (elevasi)
permukaan bumi semakin rendah.

a. Pelapukan Batuan

Pelapukan batuan yaitu proses berubahnya batuan menjadi tanah (soil) baik
oleh proses fisik atau mekanik (disintegration), oleh proses kimia
(decomposition), oleh proses biofisik/biomekanik, oleh proses biokimia
maupun oleh proses biokimia-mekanik. Proses kimia dapat menyebabkan
terjadinya mineral-mineral baru.Tanah mempunyai arti yang berbeda-beda,
bergantung pada sudut peninjauannya. Istilah tanah dalam teknik sipil
dimaksudkan untuk mencakup semua bahan dari tanah lempung sampai ke
berangkal (batu batu besar berukuran diameter butir (64-256) mm), jadi
semua endapan alam yang bersangkutan dengan teknik sipil, kecuali batuan
tetap (Wesley, 1973:1).Dengan demikian, pengertian tanah dalam bidang
teknik sipil sama dengan pengertian regolith dalam geologi yaitu selubung
atau lapisan terluar permukaan bumi yang terdiri dari partikel-partikel batuan
yang lepas-lepas, butir-butir mineral yang terletak di atas batuan induk segar
atau batuan tetap (Gambar 2.3).
Tebal dan tipisnya tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis batuan
induk (komposisi mineral batuan induk), relief topografi permukaan bumi, iklim,
organisme, waktu. Penjabaran dari faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1) Jenis batuan induk

Mudah-tidaknya batuan menjadi lapuk bergantung pada mineral mineral yang


dikandungnya. Gambar 2. 4 menunjukkan urutan kecepatan melapuknya mineral
yang sesuai dengan Bowen's reaction series, yaitu Proses terurainya suatu mineral
karena mineral itu bereaksi dengan air disebut proses hidrolisis (Thornbury,
1969:44).

Proses mineral bereaksi dengan air, tetapi tidak terjadi peruraian, dan air terikat
menjadi air kristal disebut hidrasi.

Contoh Proses hidrasi:

CaSO4 + 2H₂O → CaSO4H₂O


(Anhidrit ) (gipsum)

2Fe₂O3 + 3H₂O 2 →Fe₂O33H₂O

(Hematit) (Limonit)

Oksidasi adalah proses penambahan valensi positif atau pengurangan valensi


negatif. Jadi, ada perpindahan satu elektron atau lebih dari suatu ion atau atom.

Contoh:

4FeS, +110, + nH,O → 2Fe,O3nH,O +8SO,

(Pirit) (Limonit)

Selanjutnya dapat terbentuk asam sulfat menurut reaksi sebagai berikut.

2SO₂ +O₂→2SO3

2SO3 + 2H₂O → 2H₂SO4

(asam sulfat)

Asam sulfat yang terjadi dapat bereaksi dengan limonit.

Fe₂O3nH₂O + 3H₂SO4 Fe2(SO4)3 + (n+3) H₂O

(Limonit) (Feri Sulfat)

Hasil oksidasi lain dari mineral-mineral yang kaya akan besi adalah Fe₂O3
(hematit) yang bewarna merah sehingga menyebabkan batuan atau tanah berwarna
merah. Jenis pelapukan kimia yang lain adalah pencucian (leaching) atau
pelarutan (solution). Pencucian adalah proses berubahnya komponen-komponen
kimia suatu batuan atau mineral oleh larutan CO₂ dalam air hujan.

Batugamping, dolomit, dan marmer mudah mengalami proses leaching


(pencucian/pelarutan).

CaCO3 + H2O + CO, → Ca(HCO3)z


(Kalsit) Asam Karbonat Kalsium hidrokarbonat Padat (-air hujan) (Larutan).

Pelapukan kimia kerapkali terjadi jalin-menjalin dengan pelapukan fisik atau


mekanik seperti pada proses eksfoliasi dan pelapukan membola.

Eksfoliasi adalah pengelupasan batuan menjadi bentuk lempeng lengkung karena


bagian luar lapuk oleh hidrasi atau hidrolisis kemudian rontok oleh energi
mekanik.

Pelapukan membola atau pelapukan sferoidal adalah pelapukan karena batuan


mengalami retak-retak (biasanya karena kekar), kemudian retakan itu terisi air.
Air ini menyebabkan hidrasi atau hidrolisis pada bagian batuan di sekitar retakan
itu. Akibatnya, terjadilah inti-inti batuan segar berbentuk membulat dikelilingi
oleh tanah hasil pelapukannya (Gambar 2. 1 dan 2. 2). Pelapukan membola biasa
terjadi pada batuan yang mengandung feldspar.

Gambar 2.3 memperlihatkan profil tanah hasil pelapukan batuan yang telah lanjut.

3) Pelapukan organik atau biologi

Pelapukan biologi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu pelapukan biofisik atau
biomekanik, pelapukan biokimia, dan pelapukan biokimiafisik atau
biokimiamekanik.Pelapukan biofisik atau biomekanik yaitu pelapukan yang
disebabkan oleh akar tanaman yang masuk ke retakan batuan. Pada saat akar
tumbuh menjadi besar maka batuan menjadi pecah. Contoh lain adalah injakan
binatang-binatang berat, pembajakan sawah, pembuatan jalan, terowongan dan
penambangan mineral dan batuan oleh manusia dengan menggunakan palu,
linggis, gergaji, dll. Semut, rayap, dan cacing tanah membuat lubang lubang di
permukaan bumi dan membawa partikel-partikel tanah dari dalam bumi ke
permukaan bumi. Dalam satu tahun cacing tanah mampu membawa partikel tanah
ke permukaan bumi sebanyak 10 ton per acre (Flint & Skinner,
1974:98).Pelapukan biokimia dapat disebabkan oleh asam humus yang terjadi dari
bahan organik humus yang hancur karena bakteri dan terlarutkan oleh air.
Pelapukan biokimiafisik atau biokimiamekanik terjadi pada saat manusia
Larutan kristalisasi mineral dari larutan magma. Bahwa olivin lebih mudah lapuk
daripada kuarts dapatlah dipahami, karena kondisi pada waktu kristalisasi kuarts,
relatif lebih mendekati kondisi atmosfer dibandingkan dengan kondisi pada waktu
kristalisasi olivine terjadi. Flint dan Skinner (1974:92) memperbandingkan batu
kuburan pada lokasi kuburan yang sama..

a) Dibangun:pada 1769 Bahan Kondisi: batupasir kuarts halus:pada 1961


dijumpai belum lapuk; jalur-jalur huruf tajam dan jelas, mineral tidak terlarutkan
b) Dibangun Bahan:pada 1779: batupasir kuarts berbutir sedang mengandung
feldspar dan mika Kondisi:pada 1961 dijumpai lebih lapuk, pada beberapa tempat
menunjukkan bekas pelarutan (leaching), jalur-jalur huruf masih agak jelas.

c) Dibangun: pada 1806 Bahan Kondisi: marmer yang tersusun dari mineral-
mineral kalsit pada 1961 dijumpai paling lapuk, proses leaching sangat kuat
sehingga huruf-hurufnya sudah tidak jelas.

2) Relief topografi permukaan bumi

Pada permukaan bumi yang datar atau belereng sangat landai dapat terbentuk
tanah yang tebal. Pada lereng yang curam tidak terbentuk tanah tebal, bahkan
mungkin tidak ada tanah sama sekali karena tanah yang terbentuk segera terkikis
oleh air, gletser, ataupun longsor karena gravitasi.

3) Iklim

Di daerah beriklim tropik basah seperti Indonesia pelapukan batuan sangat kuat,
karena pelapukan fisik disertai oleh pelapukan kimia yang kuat akibat curah hujan
yang tinggi. Di daerah beriklim tropik kering, yang terjadi umumnya pelapukan
fisik saja sehingga derajat pelapukannya rendah. Di daerah subtropik seperti di
Australia yang pada musim panas suhunya 42°C dan pada musim dingin suhunya
-3°C, pelapukannya relatif kurang kuat. Namun jika curah hujannya tinggi di
daerah subtropik pelapukannya menjadi lebih kuat.

4) Organisme

Makin banyak organisme yang berpengaruh dalam proses pelapukan, makin tinggi
derajat pelapukannya.

5) Waktu

Makin lama waktu kontak antara batuan dengan atmosfer, proses pelapukan
makin lama pula berlangsung sehingga tanah yang terbentuk menjadi semakin
banyak.

Ditinjau dari hubungannya dengan batuan induk, tanah dibagi menjadi dua
macam.

1) Tanah sisa (residual soil)

2) Tanah terangkut (transported soil)

a) Tanah sisa (residual soil) adalah tanah yang masih berada di atas batuan
induknya.

b) Tanah terangkut (transported soil) adalah tanah yang sudah terangkut dan
diendapkan di tempat lain baik oleh air, angin, gletser, maupun oleh gerakan
massa (gravitasi bumi).Pengertian tanah terangkut sama dengan sedimen klastik.
Dengan demikian, klasifikasinya sama dengan klasifikasi sedimen klastik.
Apabila butiran-butiran tanah dipersatukan oleh suatu bahan perekat maka
terjadilah batuan sedimen yang oleh kalangan umum disebut cadas atau padas,
sedangkan dari sudut pandang geologi disebut: batulempung, batulanau, batupasir,
konglomerat, atau breksi.Pada umumnya tanah hasil pelapukan batuan yang telah
lanjut terdiri dari butir lempung, lanau, dan pasir. Berdasarkan atas persentase
lempung, lanau dan pasir yang tercampur dalam tanah, Departemen Pertanian
Amerika Serikat dan Millar dkk (dalam Strahler, 1969:297) membuat klasifikasi
tanah seperti pada Gambar 2.5

Anda mungkin juga menyukai