Anda di halaman 1dari 9

EKOSISTEM PASTURA

1. Interaksi pada Ekosistem Padang Penggembalaan/Pastura


Ternak yang merumput, pastura sebagai pakan ternak, tanah dan kondisi iklim serta
mikroorganisme tertentu dari suatu areal padang penggembalaan merupakan suatu sistem
yang kompleks yang saling berinteraksi dan bergantung satu sama lain disebut sebagai
ekosistem pastura. Setiap komponen mempengaruhi dan dipengaruhi setiap komponen
lainnya, meskipun dengan besarnya kekuatan atau pengaruh yang tidak sama.

Ekosistem :suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya.

Menurut Snaydon (1986), dalam suatu ekosistem padang penggembalaan/pastura terdapat


berbagai interaksi yaitu :

a. Interaksi Biotik
Ternak yang merumput, tanaman pastura, dan mikroorganisme adalah merupakan
komponen biotic (hidup) dari ekosistem, dan ketiganya saling berinteraksi satu sama lain.
Sebagai contoh ternak mempengaruhi pastura mellalui defoliasi (merumput), pengembalian
hara, dan injakan kaki ternak. Sebaliknya pastura mempengaruhi ternak melalui jumlah pakan
yang tersedia, pola produksi musiman, dan kualitas pastura. Mikroorganisme (mikroba)
berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tanaman pastura dan ternak
yang merumput. Mikroba pathogen dapat menyerang tanaman maupun ternak, sedangkan
mikroba simbion (seperti mikroflora rumen, bakteri penambat nitrogen, dan cendawan
mikoriza) menstimulasi pertumbuhan ternak dan tanaman. Mikroba saprofit menguraikan
(dekomposisi) bahan sisa atau buangan tanaman dan ternak, sehingga menghasilkan unsur
hara.

b. Interaksi Biotik dengan Lingkungan


Komponen biotik kemudian berinteraksi dengan lingkungan yaitu berupa komponen
abiotik (tidak hidup), yang secara garis besarnya terdiri atas tanah dan iklim. Sifat kimia dan
fisika tanah berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan komposisi tanaman pastura.

1
Sebaliknya ekstraksi air dan hara oleh akar tanaman dan pengembalian reruntuhan tanaman
ke tanah mempengaruhi sifat-sifat tanah. Demikian pula halnya dengan ternak yang
merumput akan mempengaruhi tanah dengan injakan kaki serta penyebaran kotoran dan
urin.pengaruh langsung tenah terhadap ternak, meskipun ada tetapi sangat sedikit yaitu
melalui kerusakan gigi dan gangguan lainnya ketika ternak mengunyah tanah.
Kondisi iklim seperti suhu, radiasi dan curah hujan sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan komposisi pastura. Sampai tingkat tertentu, pastura dapat mempengaruhi
iklim mikro seperti intensitas cahaya dan suhu di dalam kanopi tanaman. Suhu, kelembaban,
kecepatan angin, dan panjang hari secara langsung mempengaruhi ternak yang merumput,
tetapi pengaruh ternak terhadap kondisi iklim biasanya sangat kecil.
Iklim berpengaruh besar terhadap perkembangan tanah, sehingga terdapat hubungan
erat antara daerah iklim dengan tipe utama tanah di dunia. Tanah juga mempengaruhi iklim
mikro.
c. Interaksi Berganda
Sebagai tambahan, selain adanya interaksi dua komponen juga terjadi interaksi tiga
komponen. Contohnya yaitu tanaman pastura, ternak yang merumput, dan tanah berinteraksi
dalam siklus hara mineral. Demikian juga halnya dengan tanaman pastura, mikroorganisme
saprofitik dan tanah. Demikian seterusnya dapat pula terjadi interaksi empat atau lima
komponen. Dari hubungan tersebut dapat dibuat model komprehensif dengan menggunakan
teknik modelling atau program dengan menggunakan komputer. Namun dengan model yang
sangat rumit, mungkin tidak banyak yang dapat diterapkan dalam aspek praktis, bahkan
mungkin menjadi tidak realistis.

2. Siklus Unsur Hara Tanaman


Unsur hara esensial untuk produksi tanaman padang penggembalaan (angiosperma
dan gimnosperma) selain C, H dan O adalah nitrogen (N), fosfor (P), potasium/kalium (K), ,
kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S) disebut unsur makro (konsentrasi 1000 mg/kg
atau lebih dalam bahan kering); sedangkan besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), copper (Cu),
molibdenum (Mo), klorin (Cl), boron (B) dan nikel (Ni) disebut unsur mikro (konsentrasi
kecil dari 100 mg/kg bahan kering). Unsur hara tersebut bersiklus dari tanah ke tanaman
kemudian ke atmosfer dan selanjutnya kembali lagi ke tanah. Besarnya tingkat dan laju
pengembalian unsur hara ke “pool hara tersedia” bagi tanaman di dalam tanah sangat
menentukan kebutuhan pupuk untuk suatu padang penggembalaan. Masukan (penambahan

2
hara) ke dalam siklus dapat berasal dari : pemupukan, kotoran ternak, atmosfer (penambatan
N secara biologis), meneral tanah, dan bahan organik. Sedangkan kehilangan hara dapat
terjadi melalui : panen ternak atau hasil tanaman, transfer hara di dalam padang
penggembalaan, volatilisasi, pecucian, erosi tanah, dan aliran permukaan.
Siklus unsur hara mineral pada ekosistem padang penggembalaan terlihat pada
Gambar 1.... Unsur hara esensial tanaman untuk produksi pastura bersiklus dari tanah ke
tanaman terus ke ternak kemudian ke atmosfer dan kembali lagi ke tanah. Perluasan dan laju
pengembalian unsur hara ke pool unsur hara tersedia di dalam tanah sangat menentukan
kebutuhan pupuk dari pastura yang digembalai oleh ternak.
Siklus unsur hara mineral pada padang penggembalaan seperti pada Gambar 1
memperlihatkan bahwa karakteristik siklus utama unsur hara adalah melalui pool unsur hara
pada tanah, tanaman, ternak dan atmosfer; laju dan kuantitas unsur hara yang berpindah di
antara pool-pool tersebut; dan masukan serta keluaran. Unsur hara mineral bersiklus pada
semua skala baik global, regional, maupun ekosistem pastura; juga bersiklus di antara pool-
pool dalam tanah, tanaman, ternak, dan atmosfer.
Bagian tanah yang merupakan ekosistem pastura mencakup suatu pool yang bersifat
labil dari unsur hara tersedia untuk diambil oleh akar tanaman dalam keseimbangan yang
dinamis dengan unsur hara di dalam residu dan unsur hara dalam bentuk yang tidak tersedia
(anorganik dan organik). Akar tanaman menyerap unsur hara dari pool unsur hara tersedia
dan mentranslokasikannya kepada biomassa hijauan tanaman pakan. Unsur hara di dalam
biomassa hijauan tersebut selanjutnya dikonsumsi oleh ternak yang merumput. Di dalam
tubuh ternak ada unsur hara yang digunakan dan adapula yang dibuang bersama kotarannya
(feses dan urin) dan dikembalikan ke tanah. Apabila unsur hara dilepaskan dari kotoran
ternak dan juga residu hijauan sampai ke pool unsur hara tersedia di dalam tanah, berarti
unsur hara telah mengalami proses daur ulang (recycled). Informasi spesifik berkenaan
dengan siklus N, P, dan K akan disampaikan nanti.
Di dalam dunia nyata, pengaruh dari aliran energi (suhu, energi cahaya, dan potensi
akumulasi biomassa, siklus hidrolik (aliran dan penyimpanan air), dan siklus unsur hara
adalah saling berhubungan (interconnected) dan saling berketergantungan (interdependent).
Pola iklim dan cuaca mempengaruhi aliran energi, pergerakan air dan penggunaannya, serta
penggunaan unsur hara dan pergerakannya. Sifat saling berhubungan dan saling
berketergantungan melengkapi kerumitan ekosistem padang penggembalaan dan menegas-
kan bahwa perubahan pengelolaan ekosistem padang penggembalaan boleh jadi berupa
pengaruh yang tidak teramati. Karena itu, pendekatan secara menyeluruh (holistik)

3
diperlukan untuk pengelolaan ekosistem padang penggembalaan yang baik. Pendekatan
demikian diperlukan untuk menentukan kebutuhan unsur hara tanaman yang akurat dari
sejumlah besar dan berbagai tipe ekosistem padang ekosistem padang penggembalaan yang
ada atau yang akan dikembangkan.

Peranan Organisme Tanah. Mikrofauna dan mikroflora tanah mempunyai peranan yang
besar di dalam siklus unsur hara. Pelepasan unsur hara dari tanaman dan residu hewan
bergantung kepada aktivitas mikroba. Bakteri tanah menggunakan bahan terlarut yang mudah
tersedia atau bahan organik yang mudah terdegradasi. Cendawan dan aktinomisetes
menguraikan bahan-bahan yang resisten seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Dung
beetles, cacing tanah, dan fauna tanah lainnya mempercepat laju penguraian (dekomposisi)
feses dan serasah tanaman dengan cara mencampurnya dengan tanah. Keberadaan mikoriza
vesikula arbuskula (MVA) yaitu asosiasi antara cendawan dengan akar tanaman akan
meningkatkan luas permukaan akar, yang selanjutnya meningkatkan kemampuan
pengambilan unsur hara dan air. Infeksi MVA pada akar diduga lebih banyak manfaatnya
pada spesies hijauan yang mempunyai akar tunggang (seperti legum) daripada spesies hijauan
yang memiliki akar serabut (seperti rumput). Aktivitas mikroorganisme tanah adalah
merupakan fungsi dari suhu dan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba dan fauna tanah
dengan substrat (makanan atau energi) yang cukup lebih tinggi di daerah subtropika yang
lembab daripada di daerah iklim dingin yang agak kering. Aktivitas mikroflora dibatasi oleh
N pada padang rumput dan oleh C pada tanah-tanah yang ditanami tanaman budidaya.
Peranan dan pentingnya fiksasi N baik simbiotik maupun nonsimbiotik akan dibahas pada
bagian lain.

Peranan Ternak yang Merumput. Ternak yang merumput dalam ekosistem padang
penggembalaan mempengaruhi produktivitas primer (pertumbuhan tanaman) melalui
defoliasi, pola pergerakan (perjalanan) ternak, pengotoran (pencemaran) hijauan, partisi
nutrisi yang dicerna kepada bobot badan, feses, dan urin, dispersi dan redistribusi nutrisi
hijauan di dalam kotoran, dan laju turnover nutrisi. Defoliasi oleh ternak yang merumput
mencegah senesens (penuaan) jaringan tanaman, mengubah jalur nutrisi dari daur ulang
internal tanaman atau guguran daun dikembalikan sebagai feses dan urin, meningkatkan
penetrasi cahaya ke kanopi daun melalui defoliasi parsial, dan melalui penggembalaan
selektif dapat menyebabkan dominasi satu spesies terhadap spesies lainnya, sehingga
mengubah komposisi botani. Perjalanan ternak menyebabkan pemadatan tanah, kadang-

4
kadang menyebabkan ciri fisik tanah yang kurang baik untuk pertumbuhan. Pengotoran
(fouling) hijauan oleh feses ternak menurunkan akseptabilitas hijauan untuk direnggut ternak,
sehingga menyebabkan meningkatnya pematangan (terjadi penuaan) hijauan serta menurunka
kualitas dan/atau tingkat konsumsi oleh ternak. Urin tidak menyebabkan hijauan tidak disukai
oleh ternak. Laju turnover nutrisi dan aktivitas mikroba dapat diturunkan atau ditingkatkan
melalui redistribusi nutrisi berasosiasi dengan mobilitas ternak yang merumput.

NITROGEN
Tanaman hijauan pakan yang menerima terlalu sedikit N menurunkan hasil dan
potensi pengembalian (return) ekonominya rendah, sedangkan apabila pemberian N terlalu
banyak baik dalam bentuk organik ataupun anorganik dapat menyebabkan terjadi akumulasi
bentuk mineral N di dalam tanah. Akar tanaman menyerap N dari larutan tanah dalam bentuk
anorganik. Pada padang rumput jenis legum atau campuran jenis rumput dan legum, fiksasi N
biologis secara simbiotik menyumbangkan banyak N untuk pertumbuhan legum, kemudian
lama kelamaan terjadi akumulasi N sehingga banyak terdapat cadangan N organik di dalam
residu dan bahan organik tanah. Kontribusi fiksasi N biologis nonsimbiotik (hidup bebas)
terhadap pengurangan kebutuhan pupuk N jarang terjadi, kalaupun ada dapat mengurangi
kebutuhan pupuk N hanya pada padang penggembalaan (padang rumput) yang sudah
diperbaiki. Dewasa ini, terbukti bahwa hasil pengujian terhadap sampel tanah tidak dapat
memprediksi jumlah kebutuhan pupuk N untuk memenuhi hasil hijauan pakan pada tingkat
tertentu. Sebagai konsekuensinya, kebutuhan pupuk N (organik atau anorganik) harus
berdasarkan kepada : tingkat hasil yang diharapkan, N yang dikeluarkan melalui hasil panen,
serta pengalaman dengan ekosistem padang penggembalaan yang spesifik.

Siklus Nitrogen.
Nitrogen menempati 78 % atmosfer dalam bentuk unsur N yaitu N 2 dan ini tidak
dapat langsung tersedia untuk diserap dan metebolisme tanaman. N yang diambil oleh
tanaman dapat berasal dari bentuk anorganik asli atau bentuk-bentuk anorganik yang sudah
ada di dalam tanah.

5
3. Aliran Energi
Berbeda dengan unsur hara tanaman yang mengalami peredaran (bersiklus) antara
berbagai komponen ekosistem, energi mengalir melalui komponen ekosistem. Energi
mengalir mulai dari sumbernya yaitu radiasi matahari, kemudian mengalami perubahan nasib
berpindah dan atau dimanfaatkan dalam suatu proses atau satu komponen ekosistem, terus
kepada proses komponen ekosistem lainnya, sampai kepada akhirnya habis dimanfaatkan
atau hilang karena dikembalikan atau dikeluarkan dari ekosistem.
Dalam suatu ekosistem padang penggembalaan/Pastura (Gambar 2), pada awalnya
energi berasal dari radiasi matahari yang diterima oleh tanaman pastura, energi total (30.000
GJ ha-1 th-1); kira-kira 1 % dari energi yang diterima tersebut dimanfaatkan untuk proses
fotosintesis tanaman pastura yaitu sebesar 300 GJ ha-1 th-1, selebihnya digunakan dalam
transpirasi atau direfleksikan atau dipancarkan kembali keluar. Kira-kira 30 % dari energi
dalam fotosintesis tersebut kemudian akan hilang oleh respirasi. Produksi bahan kering
selama satu tahun (12 ton ha-1 th-1) mengandung energi sebesar 200 GJ ha-1 th-1. Ini
diperoleh dari rataan hasil tanaman 3 ton ha-1 yang mengandung energi 50 GJ ha-1. Kira-
kira 25 % dari hijauan makanan ternak yang dihasilkan dimakan oleh ternak yang merumput,
mengandung energi 50 GJ ha-1 th-1 (25 % dari 200 adalah 50). Sebagian besar sisanya
mengalami senesen (penuaan) dan mati serta sebagaian lainnya dimakan oleh hewan lainnya.
Kira-kira 30 % dari hijauan makanan ternak yang dimakan oleh ternak tidak dicerna dan
dikeluarkan dalam bentuk kotoran ternak, sedangkan sisanya digunakan untuk respirasi (30
GJ ha-1 th-1). Rataan tahunan pertambahan bobot badan hidup setara dengan 5 GJ ha-1 th-
1(daging yang akan dimakan manusia) yaitu sekitar 10 % dari energi yang dikonsumsi.
Dari penjelasan di atas dapat diperkirakan EFISIENSI ENERGI DALAM

EFISIENSI ENERGI PADA EKOSISTEM PASTURA yaitu :


I. Efisiensi Pastura (level produser) ;
- Berdasarkan dari energi total : 200/30.000 x 100 = 0,7 %
- Berdasarkan dari PAR (Photosynthetically Active solar energy Radiation) :
PAR = 50 % dari total = 50/100 x 30.000 = 15.000, maka efisiensi :
200/15.000 x 100 = 1,4 %

6
II. Efisiensi Ternak yang merumput (level konsumer pertama) :
a). 5/50 x 100 = 10 %
b). 5/200 x 100 = 2,5 %
c). 5/30.000 x 100 = 0,017 %

Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa efisiensi energi baik produksi pastura
maupun produksi ternak SANGAT RENDAH.
Bisakah Efisiensi tsb. ditingkatkan ? Bisa
Efisiensi tersebut dapat ditingkatkan, untuk produksi hijauan makanan ternak/Pastura
yaitu melalui penambahan input/masukan seperti pemupukan, irigasi, penggunaan spesies
dan kultivar unggul, bahkan melalui GRAZING MANAGEMENT / pengelolaan
penggembalaan,. Sedangkan untuk produksi ternak, efisiensi energinya dapat ditingkatkan
melalui peningkatan konsumsi (intake) pakan hijauan seperti peningkatan nilai nutrisi atau
melalui peningkatan STOCKING RATE / tekanan penggembalaan sampai optimal, maupun
penggunaan bibit ternak yang mampu mengubah makanan secara efisien.

4. Modifikasi Lingkungan
Kondisi tanah dan iklim berpengaruh besar terhaap produktivitas dan komposisi
pastura. Perlu dilakukan upaya memodifikasi dan mengendalikannya untuk meningkatakan
keluaran (out put). Kondisi iklim tidak banyak yang bisa dikendalikan, sedangkan tanah lebih
banyak yang mungkin dapat dikendalikan.

Produksi hijauan
1. Penggunaan pupuk
Banyak tanah yang mengalamidefisiensi unsur hara secara bawaan atau sebagai akibat
hutan telah habis ditebang. Oleh karena itu perlu pemberian pupuk atau pengapuran.
Pemberian pupuk fosfat (TSP atau SP-36) mampu meningkatkan produksi,
sedangkan pengapuran pada tanah masam dapat mengurangi keracunan Al dan Mn
serta meningkatkan ketersediaan unsur P, N, Mo dan lain sebagainya. Pemberian
pupuk yang mengandung unsur S dan K dan berbagai unsur mikro seperti Zn, Cu,
Mn, Mo, dan B terbukti dapat meningkatkan produksi pastura pada tanah-tanah
tertentu. Peningkatan pertumbuhan rumput dengan cara pemberian fosfat dan kapur
biasanya juga dapat meningkatkan keberadaan dan pertumbuhan legum, berakibat

7
pula terhadap peningkatan penambatan nitrogen oleh legum, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan pertumbuhan dan kualitas pastura.
Pemupukan nitrogen (N) diterapkan secara luas pada produksi rumput yang
intensif. Pastura murni rumput memberi respon secara linear dengan tingkat
pemberian 200-400 kg N ha-1, sedangkan pastura campuran rumput-legum memberi
respon sedikit dengan tingkat pemberian 50-200 kg N ha-1, bergantung epada
proporsi legum, kondisi iklim dan tanah, pengelolaan pemotongan atau
penggembalaan ternak.
2. Penyediaan air
Jumlah curah hujan yang tidak cukup membatasi produksi hijauan sebagian besar
padang rumput alam atau semi alam, di mana pada umumnya berada pada daerah
dengan tipe iklim agak kering (semi arid).
Untuk meningkatkan produksi padang rumput buatan, terutama pastura lucerne
(alfalfa) telah lama dilakukan dengn irigasi, namun perlu diperhitungan pertimbangan
ekonomis.

Komposisi pastura
Spesies rumput dan spesies legum mempunyai respons yang berbeda terhadap unsur
hara mineral. Karena itu pemupukan dan pengapuran dapat mengubah komposisi botani suatu
pastura. Perubahan ini akan mempengaruhi baik produksi maupun nilai nutrisi hijauan.
Spesies pastura berbeda dalam hal produktivitasnya, secara umum spesies-spesies
yang berasal dari kondisi suboptimal (suhu, kesuburan, dan intensitas cahaya rendah)
mempunyai laju pertumbuhan yang lebih rendah serta kurang memberi respons terhadap
upaya perbaikan. Biasanya juga kurang nilai nutrisinya. Perbedaan produksi yang disebabkan
oleh perbedaan spesies biasanya lebih kecil dibandingkan dengan perbedaan yang disebabkan
kondisi lingkungan setempat. Suatu spesies yang sudah terdapat secara alami pada suatu areal
atau spesies yang telah menginvasi suatu areal, biasanya sudah beradaptasi dengan kondisi
setempat.
Jika kondisinya diperbaiki, misalnya dengan pemberian pupuk, maka spesies yang ada
tersebut akan menghasilkan lebih banyak hijauan, tetapi lazimnya dalam jangka waktu 1-10
tahun kemudian spesies yang lain juga akan menginvasi daerah tersebut, dan biasanya
merupakan spesies yang lebih baik adaptasinya terhadap kondisi yang baru itu dan lebih
produktif. Invasi yang demikian mungkin terjadi dengan lambat jika spesies yang cocok tdak
terdapat dalam areal tersebut atau tidak ada invasi. Dalam kasus di mana tidak terdapat

8
spesies yang cocok pada suatu areal atau jika kondisinya betul-betul ingin diperbaiki,
produksi akan dapat ditingkatkan lebih cepat melalui penggantian spesies yang lebih
produktif dan responsif misalnya dengan cara penanaman kembali (resowing). Penanaman
kembali juga diperlukan jika nilai nutrisi spesies pastura asli rendah (sperti padang rumput
yang gundul). Jika perubahan kondisi lingkungan dan komposisi pastura akan kembali ke
keadaa semula. Biasanya adalah tidak mungkin untuk memperoleh peningkatan produksi
yang berlangsung lama dengan hanya menanam kembali, tetapi kondisi lingkungan juga
mesti diubah untuk menyesuaikan dengan spesies yang baru dan kondisi tersebut perlu
dipertahankan. Perubahan yang tidak terlalu besar dalam kondisi lingkungan tidak harus
melalui penanaman kembali.

Anda mungkin juga menyukai