Anda di halaman 1dari 19

Komunike, Volume XI, No.

1, Juni 2019

PIDANA MATI MENURUT HUKUM ISLAM


DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Muhammadiah
Jakarta Islamic University Indonesia
muhammadiahm@yahoo.co.id

Abstrak
Kita semua sadar kematian menanti kita, persoalannya disini
adalah kapan dan bagaimana kita dijemput oleh kematian itu
sendiri bagi sebagian besar manusia kematian merupakan suatu
peristiwa yang sangat menakutkan, namun ada juga dijemput
kematian dalam keadaan tenang dan damai. Bagaimana dengan
mereka yang kematiannya dipituskan oleh sesama manusia hal
ini yang selalu menjadi perbedaan dikalangan masyarakat pada
umumnya dan dikalangan para sarjana pada khususnya. Dari
tahun ketahun bahkan sampai sekarang pembahasan mengenai
pro dan kontra terhadap penjatuhan pidana mati terus menjadi
pembahasan yang tidak ada habisnya. Di satu sisi, hukuman mati
dianggap akan efektif membuat jera pelaku, namun bagi pihak lain
pelaksanaan hukuman mati seperti merampas kewenangan
pencipta. Riska Alfiyaa Sarjana Universitas Pancasila tahun
angkatan 2004 mengatakan memang belum ada bukti stastisik
bahwa kejahatan akan menurun jika hukuman mati diterapkan
didalam suatu Negara. Sebaliknya tidak diterapkan juga belum
terbukti di suatu Negara kejahatan semakin meningkat.

Kata kunci: pidana mati, hukum Islam, hukum positif

A. Latar Belakang nyawa sesama,sempat memberikan


Kematian adalah kepastian bagi dimensi lain. Secara spontan mungkin
setiap insan. Kematian yang juga terharu,orang kemudian
direncanakan seperti dalam bertanya, atas dasar hak moral apa
pelaksanaan pidana mati, betapapun kita sesama manusia dengan sadar dan
terpidana itu pernah melakukan penuh keyakinan, memutuskan,
kejahatan terhadap sesama, didalam menghentikan kehidupan seseorang.
masyarakat, termasuk mencabut

164 Pidana Mati Menurut Hukum Islam


Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

(Djoko Prakoso dan Nurwachid,1983: mengabaikan itu diancam pidana( R.


10). soesilo, 1979:6).
Pidana mati merupakan suatu Tanggal 14 September 1980, dan
pidana yang tua dalam usia, tetapi tanggal 6 Febuari 1980, merupakan
muda dalam berita. Dalam arti pidana hari yang cukup penting dan
mati sejak dahulu sampai sekarang mendebarkan bagi rakyat Indonesia
selalu menjadi perdebatan dikalangan karena pada tanggal-tanggal tersebut,
orang-orang yang pro dan kontra tiga orang putra Indonesia masing-
dengan adanya pidana mati tersebut. masing : Oesin Baftari, Henky
Terhadap pelaksanaan hukuman Tupanwael dan Kusni Kasdut
mati tersebut, timbul reaksi yang menjalani eksekusi hukuman mati,
cukup hangat dari berbagai pihak.Ada berdasarkan hukuman yang berlaku
yang pro dan ada yang kontra dinegara Indonesia (Kiblat, No. 19
terhadap hukuman mati. Melainkan Tahun Ke XXVI, Febuari 11, 1980:32).
suatu kelompok yang bernama “HATI” Kusni Kasdut 53 tahun, telah
(hapus hukuman mati), yang menuntut menjadi pidana mati ditembak hari
agar hukum mati dihapuskan dari rabu dini hari tanggal 6 Febuari 1980.Ia
perundang-undangan yang berlaku di dijatuhkan pidana mati karena
Indonesia dipihak lain muncul kejahatannya melakukan perampokan
kelompok “PAHAM”(pembela dan pembunuhan. Pelaksanaan pidana
hukuman mati), yang telah mati dilaksanakan setelah permintaan
mempertahankan kelakuannya grasinya ditolak (Mahmudi, 1980:1).
hukuman mati di Indonesia (M.Yunan Baik syara’maupun hukum positif
Nasution, 1980:67) memegang prinsip “Legalitas”,tidak
R. Sseosilo mendefinisikan “tindak ada hukuman, selain atas kekuatan
pidana” sebagai suatu perbuatan yang aturan pidana dalam nash (Undang-
dilarang dan diwajibkan undang- undang). Akan tetapi dalam penerapan
undang yang apabila dilakukan prinsip tersebut ada beberapa
diabaikan maka orang melakukan atau

Muhammadiah 165
Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

perbedaan antara syara’ dengan oleh hakim hukuman yang bagi


hukum positif. peristiwa-peristiwa yang
1. Masa penerapan asas legalitas, dihadapinya.
dimana syariat Islam telah c. Pada jarimah-jarimah ta’zir yang
menerapkan asas tersebut sebelum diancam hukuman karena untuk
dikenal dan diterapkan oleh hukum kemaslahatan umum maka syara’
positif dua belas abad sebelumnya. memberi kelonggaran dalam
2. Cara penerapan asas legalitas: penerapan asas legalitas dari segi
dalam syariat Islam ada tiga cara penentuan macamnya jarimah,
dalam menerapkan asas legalitas. karena syariat hanya
a. Pada jarimah-jarimah yang mencakupkan dengan membuat
gawat dan yang sangat suatu nash (ketentuan) yang
mempengaruhi keamanan dan umum sekali dan yang bisa
ketentraman masyarakat,yaitu mencakup setiap perbuatan yang
jarimah-jarimah hudud, qisas mengganggu kepentingan dan
dan diat, asas legalitas ketentraman masyarakat.
dilaksanakan dengan teliti sekali, Akan tetapi ada hukum-hukum
dimana tiap-tiap jarimah dan positif cara penerapan asas legalitas
hukumnya dicantumkan satu untuk semua jarimah sama, suatu hal
persatu. yang menyebabkan timbulnya kritikan-
b. Pada jarimah-jarimah yang tidak kritikan terhadapnya. Pada mulanya
begitu banyak yaitu jarimah- hukum positif memakai cara pertama
jarimah ta’zir pada umumnya (dalam syara’), untuk semua jarimah,
syara’ memberi kelonggaran dan hal ini menyebabkan para anggota
dalam penerapan asas legalitas juri dan hakim-hakim tidak mau
dari segi hukum, dimana untuk menjatuhkan hukuman berat terhadap
hukum jarimah-jarimah tersebut jarimah yang tidak gawat dan
syara’ hanya menyediakan menyebabkan pula pembebasan
sejumlah hukuman untuk dipilih

166 Pidana Mati Menurut Hukum Islam


Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

banyak terdakwa dalam berbagai 3. Segi penentuan jarimah


peristiwa pidana. Dalam syariat islam nash-
Oleh karena itu, hukum–hukum nash yang menentukan macamnya
positif mengambil cara ke dua jarimah bersifat umum dan elastis
(dalamsyara’) dengan mempersempit sekali, sehingga bisa menampung
kekuasaan hakim dalam memilih semua peristiwa. Kemudian dalam
hukuman dan dalam menentukan jarimah-jarimah hudud dan qisas
besarnya. Akan tetapi cara inipun di diat keumuman tersebut agak
terapkan secara umum, dan salah satu dibatasi.Akan tetapi untuk jarimah-
akibatnya ialah semakin berbahayanya jarimah lainya, keumuman tersebut
jarimah-jarimah gawat yang terjadi, berlaku sepenuhnya.Seperti pada
karena hakim-hakim hanya jarimah-jarimah ta’zir biasa untuk
menjatuhkan hukuman-hukuman hukuman ta’zir karena untuk
ringan atas jarimah-jarimah tersebut mewujudkan kemaslahatan umum,
yang di mungkinkan oleh kekuatan nash-nash yang menentukan
mereka dalam memilih hukuman.Cara perbuatan jarimah lebih
ke dua tersebut sekarang di pakai pada elastisitasnya, sehingga cukup
kebanyakan sistem hukum-hukum dengan menyebutkan sifat-
pidana positif. sifatnya.Oleh karna itu suatu
Akan tetapi beberapa sistim perbuatan tidak mungkin di ketahui
hukum positif seperti hukum-hukum sebagai jarimah, kecuali sudah
Jerman dan Denmark mengambil juga terjadinya. Keumuman dan
cara yang ke tiga (dalam syara’) untuk elastisitasnya, nash-nash tersebut
beberapa jarimah teertentu. Sudah mempunyai pengaruh yang besar
tentu cara menentukan asas legalitas terhadap kemampuan syariat islam
dalam syariat Islam lebih teliti, lebih dalm mengahadapi setiap keadaan
elastis dan lebih dapat menjamin dan lingkungan.
keamanan dan ketentraman Akan tetapi pada hukum-
masyarakat. hukum positif tiap-tiap jarimah di

Muhammadiah 167
Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

sebutkan seteliti-litinya dengan menganggu keamanan dan


menentukan unsur-unsur ketenteraman masyarakat.Pada
materilnya. Oleh karena itu jarimah-jarimah ta’zir dengan
perbuatan-perbuatan jarimah yang segala macamnya syara’ hanya
bisa di masukan dalam suatu aturan menentukan sekumpulan hukuman,
pidana terbatas sekali, dan tiap kali kemudian diserahkan kepada hakim
timbul peristiwa baru artinya untuk menjatuhkan satu hukuman
mengharuskan perubahan dalam atau lebih yang sesuai atau
ketentuan pidana tersebut serta menjatuhkan hukuman yang
tidak sukar lagi bagi pembuat terletak antara batas tertinggi dan
jarimah untuk menghindarkan batas terendah, menghentikan
diridari tuntutan hukum pelaksaan hukuman (Janggelan)
pidana.keadaan ini telah atau memerintahkan pelaksanaan
mendorong sarjana-sarjana hukum segera.
untuk mengatakan bahwa aturan- Akan tetapi pada hukum-
aturan pidana harus bersifat hukum positif, untuk tiap-tiap
mencakup dan elastis,sehingga jarimah disediakan satu atau dua
memungkinkan dia mengambil macam hukuman yang mempunyai
tindakan terhadap setiap peristiwa. batas tertinggi dan batas
4. Dari Segi Hukuman terendah.Kemudian hakim bisa
Pada dasarnya syariat menjatuhkan dua hukuman atau
menentukan macamnya hukuman satu hukuman yang terletak antara
dengan jelas, sehingga tidak kedua batas tersebut.Hakim juga
mungkin bagi hakim untuk bisa menunda pelaksanaan
menciptakan hukuman dari dirinya hukuman atau merusaknya.Pada
sendiri, dan ketentuan hukuman beberapa jarimah tertentu hukum-
semacam itu berlaku pada jarimah- hukum fositif menyaratkan
jarimah hudud, dan qisas diyat, hukuman tidak kurang dari batas
yaitu jarimah-jarimah yang sangat tertentu, dan juga melarang

168 Pidana Mati Menurut Hukum Islam


Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

dihentikanya pelaksanaan Indonesia, terutama ayat-ayat Al-


hukuman.Pada umumnya hal ini Qur’an, Hadis-hadis dan KUHP yang
berlaku pada jarimah-jarimah yang berhubungan dengan pidana mati
sangat berbahaya. dengan cara studi komparatif.
Dari sini nampak pada kita a. Dalam Al-Qur’an
bahwa kekuasaan hakim pada 1) Dalam surah Al-Baqarah: 178
hukum-hukum positif jauh lebih yang artinya:
sempit bila dibandingkan dengan “Hai orang-orang yang beriman,
kekuasaan hakim pada syariat diwajibkan atas kamu qishaash
Islam.Hakim pada hukum positif berkenaan dengan orang-orang
hanya terbatas pada penjatuhan yang dibunuh; orang merdeka
hukuman yang telah ditentukan dengan orang merdeka, hamba
oleh hukum positif, apabila hanya dengan hamba, dan wanita dengan
terdapat satu hukuman.Giliran wanita. Maka Barangsiapa yang
hakim hanya baru bisa diperolehnya mendapat suatu pema'afan dari
apabila terdapat dua macam saudaranya, hendaklah (yang
hukuman. Karena hakim tidak boleh memaafkan) mengikuti dengan cara
menghentikan dilaksanakannya yang baik, dan hendaklah (yang
hukumam, maka artinya hakim diberi maaf) membayar (diat)
tidak mempunyai kekuasaan yang kepada yang memberi ma'af
cukup untuk bertindak terhadap dengan cara yang baik (pula). yang
pembuat sesuai dengan demikian itu adalah suatu
kepentingan umum ( Ahmad Hanafi, keringanan dari Tuhan kamu”
1993:77-80). 2) Surah Al-Baqarah: 179 yang
Mengikuti perkembangan artinya:
pro dan kontra hukum mati, maka “dan dalam qishaash itu
dalam tesis ini mencoba mengkaji ada(jaminankelangsungan) hidup
ketentuan-ketentuan dalam hukum bagimu, Hai orang-orang yang
Islam danhukum positif di berakal, supaya kamu bertakwa.”

Muhammadiah 169
Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

3) Surah al-Maidah : 33 yang (hak kisas) nya, Maka


artinya: melepaskan hak itu (menjadi)
“Sesungguhnya pembalasan penebus dosa baginya.
terhadap orang-orang yang Barangsiapa tidak memutus-
memerangi Allah dan Rasul- kan perkara menurut apa
Nya dan membuat kerusakan yang diturunkan Allah, Maka
di muka bumi, hanyalah mereka itu adalah orang-
mereka dibunuh atau disalib, orang yang zalim”
atau dipotong tangan dan b. Hadis Nabi Muhammad Saw
kaki mereka dengan bertimbal 1) HR. Al-Bukhari dan Muslim
balik, atau dibuang dari Artinya: Dari ibnu Mas’ud ra
berkata: Rasulullah saw,
negeri (tempat kediamannya).
bersabda “tidak dihalalkan
yang demikian itu (sebagai) darah (membunuh) seorang
muslim yang bersaksi bahwa
suatu penghinaan untuk
tiada Tuhan selain Allah dab
mereka didunia, dan di aku adalah utusan Allah,
kecuali disebabkan salah satu
akhirat mereka beroleh
tiga sebab: seorang yang
siksaan yang besar,” telah menikah berbuat zina,
membunuh orang lain, keluar
dari agamanya serta
4) Surah Al-Maidah: 45 yang
memisahkan diri dari jamaah”
artinya: (Shahih Muslim, 1988:224)
“dan Kami telah tetapkan
2) HR. Abu Dawud dan Tirmidzi
terhadap mereka di dalamnya
Artinya: Rasulullah saw
(At Taurat) bahwasanya jiwa
bersabda: “barangsiapa yang
(dibalas) dengan jiwa, mata
keluarganya dibunuh, maka ia
dengan mata, hidung dengan
boleh memilih yang terbaik
hidung, telinga dengan
dari dua pertimbangan, yaitu
telinga, gigi dengan gigi, dan
antara mengambil diyat atau
luka luka (pun) ada kisasnya.
memaafkan”.
Barangsiapayang melepaskan
(Ibnu Rusyd, 2007:522

170 Pidana Mati Menurut Hukum Islam


Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

c. Dalam KUHP dan luar KUHP membawa, mempunyai


persediaan padanya atau
1) Pasal 104
mempunyai dalam miliknya
“Penyerangan (maka) yang menyimpan, mengangkut,
dilakukan dengan maksud menyembunyikan,
hendak menghilangkan mempergunakan atau
nyawa presiden atau wakil mengeluarkan dari Indonesia
presiden, atau dengan sesuatu senjata api, munisi
maksud hendak merampas atau sesuatu bahan peledak,
kemerdekaan mereka itu, dihukum dengan hukuman
atau hendak menjadikan mati atau hukuman penjara
mereka itu tidak cukup sementara setinggi-tingginya
memerintah dipidana dengan dua puluh tahun
pidana mati atau penjara (M. Karyadi:181)
seumur hidup atau penjara Penulis mengangkat
sementara selama-lamanya
jurnal ini dengan alasan
dua puluh tahun”( R.
Sugandhi, 1980:120). bahwa dari kategori jarimah
2) Pasal 340
sebagaimana diuraikan di
“Barangsiapa dengan sengaja
atas, tanpak bahwa tindak
dan dengan direncanakan
lebih dahulu menghilangkan pidana (jarimah) yang sudah
nyawa orang, karena bersalah
dikategorikan sebagai hudud
melakukan pembunuhan
berencana, dipidana dengan bersikap tetap dan pasti tidak
pidana mati atau penjara
bisa diubah-ubah atau
seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya ditawar-tawar lagi karena
dua puluh tahun”
sudah digolongkan sebagai
(R. Sugandhi, 1980:359).
3) Undang-Undang Darurat hak Allah.Sedangkan hukum
Nomor 12 Tahun 1951 (LN qisas-diyat dianggap sebagai
NOMOR 78) hak manusia karena qisas bisa
“Dalam pasal 1 ayat (1) diganti dengan diyaat atau
disebutkan bahwa:
bahkan dihapuskan
barangsiapa tanpa hak
memasukkan ke Indonesia, berdasarkan pemaafan pihak
membuat, menerima,
korban.Hukuman takzir juga
mencoba memperoleh,
menyerahkan atau mencoba bukan merupakan hak Allah
menyerahkan, menguasai,

Muhammadiah 171
Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

karena ditentukan oleh 2. Menyerahkan penetapannya


kepada penguasa (ulil al-amri)
pemegang kebijakan.

Dalam cara yang kedua,


B. Pembatasan dan Perumusan
Islam memberikan kesempatan
Masalah
Di dalam mengatur masalah yang luas kepada penguasa untuk

pidana Islam menempuh dua macam menetapkan macam-macam

cara, yaitu: tindakan pidana dan hukumnya.

1. Menetapkan hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah hanya


berdasarkan nash memberikan ketentuan umum,

Dalam cara yang pertama, yang penjelasannya diserahkan

Islam tidak memberikan kepada penguasa. Ketentuan

kesempatan kepada penguasa (ulil umum tersebut adalah bahwa

al-amri) untuk menetapkan hukum setiap perbuatan yang merugikan,

yang menyimpang dari ketentuan baik terhadap individu maupun

yang telah ditetapkan dalam Al- masyarakat, merupakan tindak

Qur’an dan Al-Sunnah. Hukuman- pidana yang harus dikenakan

hukuman untuk tindak pidana hukuman.Tindak pidana yang

yang termasuk dalam kelompok termasuk dalam kelompok ini,

yang pertama ini berlaku oleh para ahli hukum Islam

sepanjang masa dan tidak berubah dinamakan jarimah Takzir dan

karena perubahan ruang dan hukumannya pun disebut

waktu.Bagian yang pertama inilah hukuman takzir.

yang membedakan antara kukum Dari kedua macam cara

pidana menurut syariat Islam penerapan hukum pidana di atas

dengan hukum pidana yang yang menjadi pembatasan

berlaku sekarang ini berbagai masalah adalah yang termasuk

Negara termasuk Republik jarimah-jarimah hudud dan

Indonesia. jarimah qisas.

172 Pidana Mati Menurut Hukum Islam


Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

Berdasarkan pembatasan menurut hukum Islam dan hukum


masalah yang telah disebutkan, positif
maka masalah yang akan diteliti Sedangkan kegunaan
penulis rumuskan sebagai beriku: penelitian ini diharapkan sebagai
a. Dalam hal apa pidana mati diatur berikut:
oleh hukum Islam dan hukum 1. Sebagai bahan informasi kepada
positif? mahasiswa, dan masyarakat
b. Pihak-pihak mana atau siapa tentang adanya pidana mati yang
sajakah yang diancam dengan diatur dalam hukum Islam dan
pidana mati menurut hukum hukum positif
Islam dan hukum positif? 2. Sebagai kajian penulis lebih detail,
c. Apa hikmah yang terkandung dalam rangka mendalami dan
dalam pidana mati menurut mengkaji masalah yang terkait
hukum Islam dan hukum positif? dengan pidana mati
3. Sebagai konstribusi dan khazanah
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
ilmu pengetahuan Islam dan

Adapun tujuan yang hendak pengetahuan umum yang dapat

dicapai dengan penulisan jurnal ini bergunan bagi masyarakat.

adalah:
D. Kajian Pustaka
1. Untuk mengetahui signifikan pidana
mati menurut hukum Islam dan Pada kajian pustaka ini penulis
hukum positif banyak sekali mempelajari atau
2. Untuk mengetahui pihak-pihak apa mengkaji dari kitab-kitab atau buku-
yang diancam dengan hukum buku yang telah ada seperti karya Ibnu
pidana mati menurut hukum Islam Rusyd Bidayatul Mujtahid, karya
dan hukum positif Sulaiman Rasyid Fiqh Islami, Ahmad
3. Untuk mengetahui hikmah yang Hanafi asas-asas hukum pidana Islam,
terkandung dalam pidana mati Ridwan Limitasi hukum pidana Islam,
Bismar Siregar hukumdalam sorotan

Muhammadiah 173
Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

perspektif Islam, Abdul Qadir Audah metode pengumpulan data, metode


Al-Tasyri’ Al-Jina’I Al-Islami, Shahih Al- pengolahan data, dan sumber data.
Bukhari dan Muslim dan KUHP. 3. Mempelajari faktor-faktor deskriftif
dan histories yang ada, yang
E. Metode Penelitian menjadi latar belakang dari
problema yang akan dating.
Dalam menyusun jurnal ini,
4. Mempelajari analisis dari problema
penulis menggunakan metode
yang telah dilakukan oleh orang
komparatif yang ditunjang oleh data-
lain.
data yang diperoleh melalui penelitian
Secara garis besar, sumber
kepustakaan (lirary reseach).Penelitian
bacaan itu dapat ditemukan dalam
yang dimaksud adalah mempelajari,
sumber bacaan umum, yaitu
mengabalisa, membandingkan dan
kepustakaan yang berwujud buku-
mengkaji sumber-sumber lain yang
buku teks, dan ensiklopedia,
erat kaitannya dengan masalah yang
monografi dan sejenisnya.
dibahas. Setelah data terkumpul,
Generalisasi, dapat ditarik dari laporan
kemudian data tersebut akan dibahas
hasil penelitian terdahulu yang
dengan cara mengkomparatifkan (
relevan bagi masalah yang sedang
H.A. Dardiri, 1986).
digarap. Hasil-hasil penelitian
Dalam usaha mengenal pustaka,
terdahulu itu pada umumnya dapat
patokan-patokan dibawah ini kiranya
ditemukan dalam sumber acuan
dapat dijadikan pedoman:
khusus, yaitu kepustakaan yang
1. Mempelajari hasil apa yang telah
berwujud jurnal, bulletin, penelitian
atau pernah didapat oleh orang lain
tesis, disertasi dan sumber bacaan lain
dalam bidang penelitian yang
yang memuat laporan hasil penelitian (
bersangkutan
S. Margono, 2005).
2. Mempelajari metode penelitian apa
yang telah dipergunakan, termasuk
metode pengambilan contoh,

174 Pidana Mati Menurut Hukum Islam


Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

F. Hasil dan Pembahasan disebut “At-Tasyri’ul Ilahi”, dan


1. Pengertian Pidana Mati kedua, yang bersumber dari
Menurut Hukum Islam
manusia, baik manusia perorangan
Pidana mati adalah maupun kelompok, ini disebut “At-
hukuman yang terberat yang dapat Tasyri’ul Wadh’i” (Abdul Wahab
dijatuhkan pengadilan yaitu dengan Khalaf:7)
mencabut nyawa seorang sampai Dalam hukum pidana Islam
mati (Andi Hamzah, dikenal dengan istilah “jarimah”.
1986:475).Hukum pidana Islam Jarimah adalah melakukan setiap
merupakan terjemahan dari kata perbuatan yang menyimpang dari
fiqh jinayah.Fiqh jinayah adalah kebenaran, keadilan, dan jalan yang
segala ketentuan hukum mengenai lurus (agama) (Muhammad Abu
tindak pidana atau perbuatan Zahrah:22) Maka jarimah itu adalah
kriminal yang dilakukan oleh orang melakukan perbuatan haram yang
mukallaf (orang yang dapat diancam hukuman, atau
dibebani kewajiban), sebagai hasil meninggalkan perbuatan yang
dari pemahaman atas dalil-dalil diperintahkan yang apabila
hukum yang terperinci dari Al- ditinggalkan mendapat hukuman .
Qur’an dan Al-Sunnah (Dede banyak pula ulama yang menyebut
Rosyada, 1992:82).Hukum Islam “Jarimah” ini dengan lafaz
dalam arti, segala kaidah-kaidah “Jinayah”, jinayah adalah perbuatan
yang mengatur perbuatan manusia yang dilarang oleh syara’ baik
serta kasus-kasus yang terjadi di mengenai jiwa, harta dan lainnya
dunia ini (bahkan di akhirat) (M. Abdul Mujieb,
menurut Islam dapat 1994:141)Sedangkan menurut
dikelompokkan dalam dua (Abdul Qadir Audah, 1994:67)
kelompok besar: pertama, hukum Jinayah adalah nama untuk
yang bersumberkan Allah SWT perbuatan yang diharamkan oleh
dengan peraturan Rasulnya yang syara’ baik perbuatan itu atas jiwa,

Muhammadiah 175
Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

harta atau selain jiwa dan hilang karena pemaafan itu. Tapi
harta.Namun ulama menggunakan hukuman takzir tetap dikenakan.
jarimah ini untuk perbuatan- c. Jarimah takzir, yaitu perbuatan-
perbuatan atas tindak pidana perbuatan pidana yang
“hudud dan qisas”. hukumnya tidak disyariatkan
Kalau dilihat dari segi oleh syara dengan hukuman
hukuman seperti apa yang tertentu. Sebagimana yang
dikemukakan oleh Abdul Qadir dikemukakan oleh Mahmud
Audah yaitu: Syaltut tentang hukuman takzir
a. Jarimah Al-hudud, yaitu tindak (Muhammad Syaltut, 1996:299)
pidana yang kadar hukumannya Dalam kejahatan hudud adalah:
telah ditentukan oleh Allah SWT Melakukan zina, qadzaf
b. Jarimah Al-Qishas dan diyat, (menuduh melakukan zina,
yaitu tindak pidana yang dikenai pencurian, mabuk, khirabah
sanksi qishas dan diyat. Qishas (menyamun), dan murtad, al-
dan diyat ini adalah hukuman baghy (pemberontakan. Adapun
yang ditentukan hukumannya, jenis kejahatan qishas adalah
tapi merupakan hak individu- pembunuhan, kejahatan athraf
individu, artinya bahwa hukuman dan melukai badan(Sayyid
itu ditentukan karena hanya Sabiq:302-426)
mempunyai satu had (hukuman)
2. Pengertian Pidana Mati Menurut
yang telah ditentukan. Sebagai
Hukum Positif
hak individu, bila pihak individu
Menurut Suharto RM hukum
yang dirugikan karena tindak
pidana adalah semua aturan-aturan
pidana ini menghendaki
yang menentukan syarat-syarat
pemaafan, adalah merupakan
akibat hukum itu dan semuanya
haknya dan dapat diterima dn
aturan-aturan untuk mengenakan
dibenarkan secara hukum,
atau menjatuhi dan menjalankan
sehingga hukuman hadnya itu

176 Pidana Mati Menurut Hukum Islam


Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

pidana tersebut (Suharto RM, dengan mencabut nyawa seorang


2002:3) Sedangkan menurut Yan sampai mati.
Pramadya Puspa hukum pidana Dalam KUHP terdapat
adalah termasuk hukum publik yang delapan kejahatan yang diancam
mengancam perbuatan melanggar dengan hukum pidana mati, yaitu:
hukum (tindak pidana) dengan pasal 104, 111 ayat 2, 124 bis, 140
pidana atau hukuman (Yan ayat 3, 365 ayat 4, 368 ayat 2, dan
Pramadya Puspa, 1977:672)Jadi 444. Pidana mati selalu diancam
hukum menurut hukum pidana dengan pidana penjara seumur
adalah merupakan siksaan atau hidup atau selama dua puluh tahun.
penderitaan yang oleh kitab Jika seorang hakim menjatuhkan
Undang-undang hukum pidana pidana mati, maka hukuman itu
diberikan kepada seorang yang tidak boleh dijalankan sebelum
telah melanggar suatu norma presiden diberi kesempatan akan
hukum yang ditentukan oleh memberi grasi (mengubah pidana
Undang-undang hukum pidana. mati menjadi hukum penjara
Dan yang dimaksud dengan seumur hidup atau sementara). Hal
pidana mati adalah sebagaimana ini dimaksudkan agar supaya jangan
yang disebutkan oleh para pakar: sekali-kali seorang yang tidak
Menurut Lomrosso dan bersalah dihukum mati dengan
Garopalo pidana mati merupakan sesuatu kekhilafan hakim, maka
alat mutlak yang harus ada dalam hakim yang luar biasa pada
masyarakat untuk melenyapkan pengadilan negeri tidak boleh
individu yang tidak mungkin mengadili kejahatan-kejahatan yang
diperbaiki lagi (Roesla Saleh, diancam dengan pidana mati.
1978:12)Sedangkan menurut (Andi Menurut pasal 370 RIB,
Hamzah, 1977:475) Pidana mati pidana mati tidak boleh dijalankan
adalah hukum yang terberat yang terhadap seorang gila dan seorang
dapat dijatuhkan pengadilan yaitu perempuan yang hamil.Dalam hal

Muhammadiah 177
Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

pertama melakukan pidana mati tahun 1951 (LN nomor 78) tentang
ditangguhkan hingga orang gila itu senjata api, keenam undang-undang
sembuh kembali, dan dalam hal nomor II tahun 1963 tentang
kedua, hingga perempuan yang pemberantasan subversi (gerakan
hamil itu sudah melahirkan. Selain bawah tanah untuk menggulingkan
itu, hukuman mati tidak boleh pemerintahan yang sah), ketujuh
dilakukan dimuka umum, melainkan kejahatan penerbangan dan
dengan cara tidak dapat dilihat oleh kejahatan terhadap sarana atau
orang banyak.(C.S.T. Kansil, 2009:4) prasarana penerbangan, dan yang
Menurut hukum positif kedelapan adalah Undang-undang
kejahatan-kejahatan yang dipidana nomor 1976 tentang narkotika.
dengan hukuman mati adalah
3. Hikmah Pidana Mati
pertama kejahatan terhadap
a. Menurut hukum Islam
keamanan Negara, pasal 104
Pembuat hukum tidak
sebagai pasal pertama Bab I Buku II
menyusun ketentuan-ketentuan
KUHP, kedua pembunuhan dengan
hukum dari syariat tanpa tujuan
berencana, pasal 340 KUHP, ketiga
apa-apa.Melainkan disana ada
pencurian dan pemerasan yang
tujuan-tujuan tertentu yang luas.
dilakukan dalam keadaan yang
Dengan demikian untuk memahami
memberatkan sebagai yang disebut
pentingnya suatu ketentuan, perlu
dalam pasal 4 dan pasal 356 ayat (4)
mengetahui apa tujuan dari
dan pasal 368 ayat (2) KUHP,
ketentuan itu.
keempatpembajakan di laut,
Menurut A. Hanafi, tujuan
dipanti, di pesisir, dan di sungai
hukum itu adalah untuk
yang dilakukan dalam keadaan
pencegahan dan pengajaran serta
tersebut dalam pasal 444 KUHP,
pendidikan. Pengertian pencegahan
sedang di luar kitab Undang-undang
adalah menahan pelaku agar tidak
hukum pidana mati yaitu kelima
mengulangi perbuatan jarimah atau
Undang-undang darurat nomor 12

178 Pidana Mati Menurut Hukum Islam


Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

agar tidak terus menerus dari berbagai fasilitas untuk


memperbuatnya. Para ahli hukum penduduk dan memudahkan
Islam mengklasifikasi tujuan-tujuan kerja keras dan beban
yang luas dari syariat sebagai tanggungjawab mereka. Dengan
berikut: kata lain keperluan-keperluan ini
1). Menjamin keamanan terdiri dari hal-hal yang
Menjamin keamanan dari menyingkirkan kesulitan-
kebutuhan-kebutuhan hidup kesulitan dari masyarakat dan
merupakan tujuan pertama dan membuat hidup mudah bagi
utama dari syariat.Ini merupakan mereka.
hal-hal yang penting dalam 3). Membuat perbaikan-perbaikan
kehidupan manusia sehingga Tujuan ketiga dari
tidak bisa dipisahkan.Apabila perundang-undanganIslam
kebutuhan-kebutuhan ini tidak adalah membuat perbaikan-
terjamin, maka terjadi kekacauan perbaikan, yaitu menjadikan hal-
dan ketidaktertiban dimana- hal yang dapat menghiasi
mana. Kelima kebutuhan hidup kehidupan sosial dan menjadikan
yang primer ini dalam hukum manusia mampu berbuat dan
Islam disebut Al-Maqasid Al- urusan-urusan hidup secara lebih
Syari’ah Al-Khamsah (tujuan- baik.
tujuan Syariah), yaitu b. Menurut hukum positif
memelihara agama, memelihara Sebelum timbulnya teori
jwa, memelihara keturunan, terbaru tentang tujuan hukuman,
memelihara akal pikiran dan hukum positif telah mengalami
memelihata harta. fase. Fase-fase tersebut adalah
2). Menjamin keperluan-keperluan sebagai berikut:
Menjamin keperluan 1). Fase balasan perseorangan
sekunder. Ini menyangkut hal-hal Pada fase ini, hukuman
yang penting bagi ketentuan itu berada ditangan perseorangan

Muhammadiah 179
Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

yang bertindak atas dasar kebaikan terhadap diri pelaku


perasaan hendak menjaga diri merupakan tujuan utama.
mereka dari penyerangan dan
dasar naluri hendak membalas G. kesimpulan
yang menyerangnya. Pidana mati dalam hukum Islam
2). Fase balasan tuhan dan balasan dan hukum positif merupakan
umum hukuman terberat dari keseluruhan
Adapun yang dimaksud hukuman yang dijatuhkan kepada
balasan Tuhan adalah bahwa pelaku kejahatan, sebab ia
orang yang berbuat harus menyangkut jiwa manusia.
menebus kesalahannya 1. Pidana mati diatur oleh hukum
sedangkan balasan umum adalah Islam dan hukum positif dinamakan
agar orang yang berbuat merasa unsur formil, melakukan perbuatan
jera dan orang lain pun tidak yang diancam dengan pidana, baik
berani meniru perbuatannya. dengan melakukan perbuatan atau
Hukuman yang didasarkan atas tidak melakukan perbuatan, dalam
balasan ini tidak lepas dari unsur- hukum positif dikenal dengan unsur
unsur negatif seperti berlebihan materiil dan hendaknya pelaku
dan melampaui batas dalam pidana kejahatan itu mukallaf atau
memberikan hukuman. bertanggung jawab atas tindak
3). Fase kemanusiaan pidana yang dilakukannya, dalam
Pada fase kemanusiaan, hukum positif disebut dengan unsur
prinsip-prinsip keadilan dan kasih materiil.
sayang dalam mendidik dan 2. Hukum pidana mati menurut
memperbaiki diri orang yang hukum Islam adalah pembunuhan
berbuat telah mulai dengan cara sengaja menggunakan
dipakai.Bahkan memberi alat yang mematikan pada
pelajaran dan mengusahakan kebiasaannya, perzinaan,
perampokan, pemberontakan, dan

180 Pidana Mati Menurut Hukum Islam


Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

murtad sedangkan menurut hukum pidana dapat merasakan


positif adalah kejahatan yang pembalasan atas perbuatan yang
dilakukan kepada keamanan dilakukannya dan jera serta orang
Negara, pembunuhan yang lain tidak berani melakukannya dan
dilakukan dengan berencana, melindungi masyarakat.
pencurian dan pemerasan yang
Daftar Pustaka
dilakukan dalam keadaan yang
Ahmad Hanapi, 1993, Asas-asas
memberatkan sebagai yang disebut
Hukum pidana Islam, Bulan
dalam pasal 365 ayat (4) dan pasal Bintang, Jakarta
368 ayat (2) KUHP, pembajakan Andi Hamzah, 1986, Kamus Hukum,
Gramedia
dilaut, di pantai, di pesisir dan di
Abdul Qadir Audah, Muqaranan Bi Al-
sungai yang dilakukan dalam seperti Qanuni Wadh’i, Makhtabah Dar
tersebut dalam pasal 444 KUHP, Al-Arubah, Kairo
Undang-undang darurat Nomor 12 Abdul Wahab Khalaf, Khulashah Al-
Tarikh Al-Islami Al-Majlis Al-‘Ala
Tahun 1951 (LN No.78) tentang
Al-Indunisi Lida’Wah Al-Islamiyah,
senjata api, Undang-undang No 11 Jakarta
PNPS 1963 tentang pemberantasan C.S.T. Kansil, 2009, Tindak Pidana
Dalam Undang-undang Nasional,
kegiatan subversi, kejahatan
Jala Permata Aksara, Jakarta
penerbangan dan kejahatan Djoko Prakoso dan Nurwachid, 1983,
terhadap sarana atau prasarana Studi Tentang Pendapat-Pendapat
Mengenai Efektifitas Pidana Mati
penerbangan, dan Undang-undang
Di Indonesia Dewasa Ini, Ghalia
No.9 Tahun 1976 tentang narkotika. Indonesia, Jakarta
3. Hikmah yang terkandung dalam Kiblat, Dalam Hukuman Mati Ada
pidana mati menurut hukum Islam Kehidupan, No. 19 Tahun Ke XXVI,
Febuari
adalah pencegahan, dan pengajaran
Dede Rosyada, 1992, Hukum Islam Dan
serta pendidikan agar tujuan hukum Pranata Sosial, Lembaga Study
itu bisa tercapai, sedangkan Islam dan Kemasyarakatan,
Jakarta
menurut hukum positif adalah
Departemen Agama RI, 2002, Mushaf
supaya yang melakukan tindak Al-Qur’an terjemah, yayasan

Muhammadiah 181
Komunike, Volume XI, No. 1, Juni 2019

penyelanggaraan penerjemah A- R.soesilo, 1979, Pokok-pokok Hukum


Qur’an, Jakarta Pidana Peraturan Umum dan
H.A. Dardiri, Humaniora, 1986, Filsafat Delik-delik Khusus, Politea, Bogor
dan Logika, Rajawali, Jakarta R. Sugandhi, 1980, KUHP dan
M.Yunan Nasution,1980,Hukuman penjelasannya, Usaha Nasional,
Mati Menurut Ajaran Islam, suara Surabaya
masjid, No. 67, April Roesla Saleh, 1978, Masalah Pidana
Mahmudi, 1980, Tentang Pidana mati, Mati, Aksara Baru, Jakarta
harian kompas S. Margono, 2005, Metodologi
Muhammad Abu Zahrah, Al-Jarimah Penelitian Pendidikan, PT. Asdi
Wa Al-‘Uqubah Fi Al-Fiqh Al- Islam, Mahasatya, Jakarta
Makhtabah Al-Angelo Al- Sayyid sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Dar Al-
Mishriyah, Kairo Fikr, Beirut
M. Abdul Mujieb, 1994, Kamus Istilah Suharto RM, 2002, Hukum Pidana
fiqih, Pustaka Firdaus, Jakarta Materiil Unsur-Unsur Obyektif
M. Karyadi, Komisaris Besar polisi Sebagai Dasar Dakwaan, Sinar
PNWN, Himpunan Undang-undang Grafika, Jakarta
Terpenting Bagi penegak Hukum, Topo Santoso, 2000, Menggagas
Politeia, Bogor Hukum Pidana Islam, Al-Syamil,
Mahmud Syaltut, 1996, Al-Islam Al- Bandung
‘Aqidah Wa Syari’ah, Dar Al- Yan Pramadya Puspa, 1977, Kamus
Qalam, Mesir Hukum Bahasa Belanda, Indonesia
Dan Inggris, Aneka Ilmu, Semaran

182 Pidana Mati Menurut Hukum Islam

Anda mungkin juga menyukai