Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Umum

Kabupaten Semarang khususnya daerah irigasi Kalikayen merupakan daerah

pertanian yang memiliki potensi di bidang pertanian, pembangunan ini harus

didukung oleh sarana dan prasarana khususnya di bidang irigasi. Kelemahan

pendataan pada bangunan dan saluran irigasi dapat mengakibatkan keterlambatan

penanganan dan pemeliharaan kerusakan sehingga dapat terjadi kerugian pada

daerah yang bersangkutan, mulai dari hasil yang lebih rendah hingga gagal panen

yang berkepanjangan. Efisiensi saluran juga mempengaruhi keterlambatan dan

penanganan kerusakan. Pengukuran efisiensi saluran primer di Daerah Irigasi

dibagi dalam 14 pias / running. Pada masing-masing running terdapat pengukuran

input dan output. Input merupakan air yang masuk melalui pengukuran di hulu,

selanjutnya dapat disebut air yang diberikan. Sedangkan air yang hilang adalah

selisih debit pengukuran di hilir/output dengan pengukuran di hulu/input. (Darajat,

2017)

Dari kondisi tersebut di atas diharapkan dapat ditentukan jenis, letak, fungsi

dan pola distribusi air bersih guna memajukan dan tepat bangunan gedung dan

saluran yang perlu diselesaikan serta pola pengaturan atau distribusi air yang tepat

di daerah yang bersangkutan.

8
Lokasi Daerah Studi

Daerah irigasi Kalikayen kecamatan Ungaran Timur adalah sebuah daerah

yang berada di sebelah utara kabupaten Semarang, provinsi Jawa Tengah. Secara

geografis Kabupaten Semarang terletak di antara 110° 14’ 54.7” - 110° 39’ 33,3”

bujur timur 7° 3’ 57” - 7° 30’ 00” lintang selatan. Kecamatan Ungaran Timur

memiliki luas 3.799,10 Ha. dengan 5 Desa, 5 Kelurahan, 81 RW dan 449 RT.

(Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, 2018)

Kondisi Iklim, Hidrologi dan Topografi Daerah Studi

Kabupaten Semarang terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan iklim

tropis, musim hujan biasanya terjadi pada bulan Oktober hingga Maret, kekeringan

biasanya terjadi pada bulan April hingga September. Rata-rata hari hujan tertinggi

terdapat di Kecamatan Sumowono dan Bandungan, sedangkan terendah di

Kecamatan Kaliwungu dan Susukan. Rata-rata curah hujan bulanan tertinggi

terdapat di Kecamatan Sumowono dan Bandungan, sedangkan terendah di

Kecamatan Kaliwungu dan Susukan. Bulan dengan curah hujan tertinggi terjadi

pada bulan Juli dan Desember, sedangkan bulan dengan curah hujan terendah

terjadi pada bulan Juni dan Agustus. Sawah di Kabupaten Semarang diairi oleh tiga

jenis sumber air, yaitu air hujan, sungai, dan air tanah. (Stasiun Klimatologi

Semarang, 2021)

Curah Hujan

Curah hujan merupakan komponen input terpenting dalam proses hidrologi

dan juga merupakan faktor terpenting dalam analisis hidrologi. Curah hujan yang

sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan mengukur ketinggian air hujan

9
berdasarkan banyaknya air hujan per satuan luas. Hasil pengukuran ini disebut

curah hujan. (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi,

2017).

a. Metode Kurva Massa Ganda

Jika ada 3 atau lebih stasiun curah hujan yang tersedia, metode kurva massa

berganda adalah cara untuk menguji validitas data curah hujan dengan

membandingkan curah hujan tahunan kumulatif satu stasiun dengan stasiun

lainnya. (stasiun referensi). Stasiun referensi tersebut biasanya adalah nilai rerata

dari beberapa stasiun didekatnya. (KemenPUPR BPSDM, 2018)

b. Metode Rata-Rata Aljabar

Cara ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan pada beberapa stasiun

sekaligus dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun. Stasiun curah hujan

yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berada di dalam DAS, tetapi

stasiun di luar DAS yang masih bersebelahan juga dapat dipertimbangkan. Nilai

curah hujan wilayah ditentukan dengan menggunakan rumus berikut ini

(Sosrodarsono dan Takeda, 2003):


1
𝑅= (𝑅1+ 𝑅2 + … … … 𝑅𝑛 ) (1)
𝑛

Dimana :

R = curah hujan wilayah (mm)

N = jumlah titik-titik (pos-pos) pengamatan

R1,R2,……Rn = curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)

Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila (Triatmodjo, 2008) :

(1) Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS

10
(2) Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS

Ketersediaan Air

Ketersediaan air diasumsikan sebagai keberadaan air di sungai, meskipun

dalam analisis irigasi, curah hujan efektif juga termasuk dalam ketersediaan air.

Perhatian utama dengan ketersediaan air adalah aliran sungai, tetapi ada beberapa

pertimbangan dengan curah hujan. (Dep. PU, 1983).

Kehadiran air merupakan bagian dari fenomena alam, seringkali sulit untuk

diperbaiki dan diprediksi secara akurat. Ketersediaan air berbeda-beda di setiap

lokasi, dimana sangat tergantung pada kondisi hidrologis masing-masing lokasi.

Masalah ketersediaan air dapat diprediksi dengan menggunakan pendekatan

distribusi peluang. Hal ini dikarenakan keberadaan air mengandung unsur

keragaman spasial dan temporal yang sangat tinggi.

Ketersediaan air dalam hal sumber daya air biasanya berasal dari air hujan

(atmosfer), air permukaan dan air tanah. Curah hujan yang jatuh dipermukaan pada

suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) atau Daerah Aliran Sungai (WS) sebagian

diuapkan kembali sesuai dengan proses iklim, sebagian akan mengalir di atas dan

di bawah tanah menjadi aliran sungai, sungai atau danau dan sebagian lagi akan

menembus ke bawah. tanah sebagai resapan terhadap kandungan air saat ini di

dalam tanah (Anonim, 2006).

Ketersediaan air dapat dihitung dengan pendekatan neraca air secara

meteorologis (Seyhan, 1977), sebagai berikut :

𝑃 = 𝑅𝑜 + 𝐸𝑡 + ∆𝑆𝑡

(2)

11
Keterangan :

P = Curah hujan rata-rata tahunan (mm/tahun)

Et = Evapotranspirasi rata-rata tahunan (mm/tahun)

Ro = Aliran rata-rata tahunan (mm/tahun)

∆𝑆𝑡 = Perubahan simpanan (legas tanah, air tanah, dan air genangan) air dalam

DAS.

Koefisien Limpasan

Koefisien C didefinisikan sebagai rasio antara kecepatan limpasan puncak

dan intensitas curah hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju

infiltrasi tanah, hasil panen dan intensitas curah hujan. (Arsyad, 2006).

Faktor utama yang mempengaruhi koefisien adalah laju infiltrasi tanah,

kemiringan tanah, tutupan tanaman, dan intensitas curah hujan. Selain itu juga

tergantung pada sifat dan kondisi tanah, air tanah, tingkat kerapatan tanah, porositas

tanah, dan tingkat kejenuhan tanah. (Suripin, 2004).

Nilai koefisien limpasan berdasarkan SNI 03-2415-1991 dapat dilihat pada Tabel

1.

12
Tabel 1. Koefisien Aliran Permukaan (C) untuk Daerah Urban

Sumber : Badan Standardisasi Nasional, 1991

Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah penguapan yang terjadi dari permukaan bervegetasi.

Nilai evapotranspirasi adalah penjumlahan dari evaporasi dan transpirasi secara

bersama-sama. Evapotranspirasi (Eto) dapat didefinisikan sebagai hilangnya air

dari tanah dan air permukaan di suatu DAS. Untuk menentukan evapotranspirasi

acuan, dapat digunakan metode atau rumus empiris seperti: Metode Radiasi,

Metode Penman, Metode Blaney-Criddle, Metode Thornthwaite, dan Metode Panci

Penguapan.

Besarnya evapotranspirasi potensial (ET0) yang terjadi dipengaruhi oleh

faktor meteorologi, seperti suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi

matahari. Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung besaran ET0 adalah

Metode Modifikasi Penman (FAO) yang dirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi,

1987) :

13
𝐸𝑇0 = 𝑐 (𝑊. 𝑅𝑛 + (1 − 𝑊)(𝑒𝑎 − 𝑒𝑑). 𝑓(𝑢)) (3)

𝐸𝑇0 = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)

c = Faktor penyesuaian (perubahan siang dan malam)

1-W = Faktor temperature dan ketinggian

Rn = Radiasi netto (mm/hari)

f(u) = Faktor kecepatan angina

ea = Tekanan uap udara (mbar)

ed = Tekanan uap jenuh (mber)

W = Faktor penimbang berdasarkan suhu udara rata-rata

Tahapan perhitungan Evapotranspirasi dengan Metode Penman adalah sebagai

berikut:

1) Menghitung Radiasi yang Datang (Rs)

Rs = (0.25 + 0.5 n/N) Ra (4)

Keterangan : n/N = penyinaran matahari (%)

Ra = radiasi ekstra terretrial (mm/hari)

14
Tabel 2. Radiasi Ekstra Terretrial (Ra) : (mm/hari)

Sumber : Direktorat Irigasi, Pedoman dan Kriteria Perencanaan Teknik Irigasi, Volume
IV, 1980, Jakarta

2) Menghitung Tekanan Uap Nyata (ed)

ed = Rh x ea (5)

keterangan :

Rh = kelembapan udara (%)

ea = tekanan uap jenuh (mbar)

Tabel 3. Tekanan Uap Jenuh = ea (mbar)

Sumber : Direktorat Irigasi, Pedoman dan Kriteria Perencanaan Teknik Irigasi, Volume
IV, 1980, Jakarta

3) Menghitung Radiasi Netto Gelombang Pendek

Rns = rs. ( 1 – α) (6)

15
4) Menghitung Fungsi Tekanan Uap Nyata

F(ed) = 0.033 − 0.044. ed0.5 (7)

5) Menghitung Fungsi Rasio Lama Penyinaran

F(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N (8)

6) Menghitung Radiasi Netto Gelombang Panjang

Rnl = f(T) . f(ed) . f (n/N) (9)

Tabel 4. Pengaruh Suhu Udara Pada Panjang Gelombang Radiasi = f(T)

Sumber : Direktorat Irigasi, Pedoman dan Kriteria Perencanaan Teknik Irigasi, Volume
IV, 1980, Jakarta

7) Menghitung Radiasi Netto

Rn = Rns – Rnl (10)

8) Menghitung Evapotranspirasi

𝐸𝑇0 = 𝑐(𝑊. 𝑅𝑛 + (1 − 𝑊)(𝑒𝑠 − 𝑒𝑑). 𝑓(𝑢)) (11)

Tabel 5. Angka Koreksi Penman


Bulan
Angka
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
C 1.1 1.1 1 0.9 0.9 0.9 0.9 1 1.1 1.1 1.1 1.1
Sumber : Direktorat Irigasi, Pedoman dan Kriteria Perencanaan Teknik Irigasi, Volume
IV, 1980, Jakarta

Tabel 6. Faktor Koreksi Terhadap Radiasi


Suhu ea w
(°C) (mbar) el.
24 29.8 0.74
25 31.7
26 33.6 0.76
27 35.7
28 37.8 0.78
29 40.1
30 42.4 0.79

16
31 44.9
32 47.6 0.81
33 50.3
34 53.2 0.82
35 56.2
36 59.4 0.84
37 62.8
38 66.3 0.85
39 69.9
40 0.86
Sumber : Direktorat Irigasi, Pedoman dan Kriteria
Perencanaan Teknik Irigasi, Volume IV, 1980, Jakarta

Debit Andalan

Debit adalah koefisien yang menunjukkan jumlah air yang mengalir dari

sumber per satuan waktu, biasanya diukur dalam liter per/detik. Untuk memenuhi

kebutuhan air irigasi, debit air harus cukup untuk dialirkan ke saluran yang telah

disiapkan (Anonim, 1994).

Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu

(Anonim,1994):

(a) Pengukuran volume air sungai.

(b) Pengukuran debit dengan mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas

penampang sungai.

(c) Pengukuran menggunakan bahan kimia yang mengalir di sungai.

(d) Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit

Debit andalan adalah debit yang tersedia sepanjang tahun dengan besarnya

resiko kegagalan tertentu. Terdapat empat metode untuk analisa debit andalan

(Limantara, L.M., 2009) antara lain :

17
1. Metode Debit Rata–Rata Minimum

Karakteristiknya antara lain dalam satu tahun hanya satu data yang diambil

(data debit rata-rata harian dalam setahun). Metode ini cocok untuk DAS yang

fluktuasi debit maksimum dan minimumnya tidak terlalu besar per tahun dan

permintaannya relatif konstan sepanjang tahun.

2. Metode Flow Characteristic

Metode ini diasosiasikan berdasarkan tahun normal, tahun kering dan tahun

basah. Debit berbasis tahun normal berarti jika debit tahunan rata-rata kira-kira

sama dengan debit rata-rata untuk sepanjang tahun. Untuk debit berbasis tahun

kering, hal ini jika debit rata-rata tahunan lebih kecil dari debit rata-rata sepanjang

tahun. Sedangkan untuk debit berbasis tahun basah, yaitu jika debit rata-rata

tahunan lebih rendah dari rata-rata debit sepanjang tahun. Metode ini cocok untuk

DAS yang fluktuasi debit maksimum dan minimumnya relatif besar per tahun,

permintaan yang relatif tidak konsisten sepanjang tahun, dan data yang tersedia

relatif lama. Keandalan berdasar kondisi debit dibedakan menjadi 4 antara lain :

(1) Debit Air Musim Kering, yaitu debit yang dilampaui debit-debit sebanyak 355

hari dalam 1 tahun, keandalan : 97,3 %.

(2) Debit Air Rendah, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 275

hari dalam 1 tahun, keandalan : 75,3 %.

(3) Debit Air Normal, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 185

hari dalam 1 tahun, keandalan : 50,7 %

(4) Debit Air Cukup, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 95 hari

dalam 1 tahun, keandalan : 26,0 %.

18
3. Metode Tahun Dasar Perencanaan

Metode ini biasanya digunakan dalam perencanaan atau pengelolaan irigasi.

Umumnya di bidang irigasi dipakai debit dengan keandalan 80 %, sehingga rumus

untuk menentukan tahun dasar perencanaan adalah sebagai berikut :


𝑛
𝑅30 = +1 (13)
5

Keterangan :

n = Kala ulang pengamatan yang diinginkan

R80 = Debit yang terjadi < R80 adalah 20%

4. Metode Bulan Dasar Perencanaan

Metode ini hampir sama dengan Metode Flow Characteristic yang dianalisa

untuk bulan-bulan tertentu. Metode ini sering digunakan karena keandalan debit

dihitung dari bulan Januari sampai Desember, sehingga dapat lebih

memvisualisasikan kondisi di musim kemarau dan musim hujan.

Debit yang andal adalah debit yang andal untuk probabilitas tertentu.

Probabilitas untuk pelepasan andalan ini berbeda. Untuk tujuan irigasi, probabilitas

80% digunakan. Untuk keperluan air minum dan industri tentunya diperlukan

probabilitas yang lebih tinggi, yaitu 90% sampai 95% (Soemarto, 1987). Semakin

besar persentase andalan menunjukkan pentingnya penggunaannya dan

menunjukkan prioritas utama untuk diberikan air.

Dengan demikian debit andalan juga dapat diartikan sebagai debit terendah

pada tingkat peluang tertentu yang dapat digunakan untuk keperluan penyediaan

air. Oleh karena itu diperlukan perhitungan debit yang dapat diandalkan untuk

menghitung debit dari sumber air yang dapat diandalkan untuk tujuan tertentu.

19
Metode F.J. Mock

Metode ini dikembangkan untuk menghitung debit rata-rata bulanan. Pada

dasarnya metode ini adalah bahwa hujan yang jatuh di daerah tangkapan air

sebagian hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi aliran

permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi).

Pada penelitian ini debit andalan adalah debit dengan probabilitas 80%. Pelepasan

dengan probabilitas 80% adalah pelepasan dengan probabilitas 80% melebihi dari

100% kejadian. Jumlah minimum data yang diperlukan untuk analisis adalah lima

tahun dan umumnya untuk mendapatkan nilai yang baik data yang digunakan harus

data 10 tahun. (Direktorat Jenderal Pengairan, 2013).

Pada tahun 1973, drg. FJ Mock memperkenalkan metode penghitungan debit

sungai menggunakan data curah hujan, potensi evapotranspirasi, dan karakteristik

hidrologi DAS untuk memprediksi volume debit sungai dengan interval waktu

bulanan. Cara ini dikenal dengan nama model Dr. Mockan, 1986).

Prinsip metode Dr. F.J. Mock adalah:

1) Mempertimbangkan jumlah air yang masuk (hujan), daun (infiltrasi, perkolasi

dan evapotranspirasi) dan disimpan di dalam tanah (soil storage)

2) Dalam sistem yang mengacu pada neraca air, total volume air di Bumi adalah

tetap, hanya sirkulasi dan distribusinya yang bervariasi.

20
Adapun ketentuan dari metode sebagai berikut:

1. Data Meteorologi

Dalam hal ini data yang digunakan yaitu :

a) Data presipitasi dalam hal ini adalah data curah hujan bulanan dan data curah

hujan harian.

b) Data klimatologi berupa data kecepatan angin, kelembaban, suhu udara dan

radiasi matahari untuk menentukan Potensi Evapotranspirasi (ETO) yang

dihitung berdasarkan metode “Modified Penman”.

2. Evapotranspirasi Aktual (Ea)

Penentuan harga evapotranspirasi actual akan ditentukan berdasarkan persamaan :

𝑑
𝐸 = 𝐸𝑡𝑜 𝑥 𝑥𝑚 (14)
30

𝑚
𝐸 = 𝐸𝑡𝑜 𝑥 (20) 𝑥 (18 − 𝑛) (15)

𝐸𝑎 = 𝐸𝑡𝑜 − 𝐸 (16)

Dimana :

Ea = Evapotranspirasi actual (mm)

Eto = Evapotranspirasi potensial (mm)


3
d = 27 − 𝑥𝑛
2

m = perbandingan permukaan tanah yang tidak tertutup dengan tumbuh-

tumbuhan penahan hujan koefisien yang tergantung jenis areal dan

musiman dalam %

21
3. Keseimbangan Air di Permukaan Tanah (∆S)

a) Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai

berikut:

∆S = R – Ea (17)

Dimana :

∆S = Keseimbangan air di permukaan tanah

R = Hujan Bulanan

Ea = Evapotranspirasi actual

Jika nilainya positif (R > Ea) maka air akan masuk ke dalam tanah jika

kapasitas lengas tanah belum terpenuhi. Sebaliknya jika kondisi

kelembaban tanah tercapai maka akan terjadi limpasan permukaan (surface

run off).

Bila harga tanah ΔS negative (R > Ea), air hujan tidak dapat masuk ke dalam

tanah (infiltrasi) tetapi air tanah akan keluar dan tanah akan kekurangan air

(deficit).

b) Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari harga ΔS.

Bila ΔS negative, maka kapasitas kelembapan tanah akan kekurangan dan

bila harga ΔS positif akan menambah kekurangan kapasitas kelembapan

tanah bulan sebelumnya

c) Kapasitas kelembapan tanah (soil moisture capacity)

Dalam mengestimasi kapasitas lengas tanah awal, diperlukan perhitungan

awal dan nilainya tergantung pada kondisi porositas lapisan top soil daerah

drainase. Biasanya diambil 50 sampai 250 mm, yang merupakan kapasitas

22
kandungan air tanah per m3. Semakin besar porositas tanah, semakin besar

kelembaban tanah.

d) Kelebihan air (Water Surplus)

Besarnya air lebih dapat mengikuti formula sebagai berikut :

WS = ΔS – Tampungan tanah (18)

Dimana :

WS = Water Surplus

S = R – Ea

Tampungan tanah = Perbedaan kelembapan tanah

4. Limpasan dan Penyimpanan Air Tanah (Run Off dan Ground Water Storage)

a) Infiltrasi (i)

Infiltrasi dinilai berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah

drainase. Gaya infiltrasi ditentukan oleh permukaan tanah lapisan atas.

Misalnya, kerikil memiliki gaya penetrasi yang lebih tinggi daripada tanah

liat yang tahan air. Untuk tanah terjal dimana air larut sangat cepat di atas

permukaan tanah sehingga air tidak mempunyai waktu untuk menembus

menyebabkan penurunan daya infiltrasi. (Noerhayati, 2015). Rumus

infiltrasi adalah sebagai berikut :

i = koefisien infiltrasi x WS (19)

Dimana :

i = infiltrasi (koefisien infiltrasi, (i) = 0 s/d 1,0)

WS = Kelebihan air

b) Penyimpanan air tanah (ground water storage)

23
Pada permulaan perhitungan yang telah ditentukan penyimpanan air awal

yang besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan waktu

(Noerhayati, 2015). Persamaan yang digunakan adalah :


1
𝑉𝑛 = 𝑘(𝑉𝑛−1 + 2 (1 + 𝑘)𝑖𝑛 (20)

Dimana :

Vn = Volume simpanan air tanah periode n (m3 )

Vn-1 = Volume simpanan air tanah periode n–1 (m3 )


𝑞𝑡
k = 𝑞𝑜= Faktor resesi aliran tanah (k) berkisar antara 0 s/d 1

qt = Aliran tanah pada waktu t (bulan ke t)

qo = Aliran tanah pada awal (bulan ke 0)

𝑖𝑛 = Infiltrasi bulan ke n (mm)

Untuk mendapatkan perubahan volume aliran air dalam tanah mengikuti

persamaan :

ΔVn = Vn – Vn-1 (21)

c) Limpasan (run off)

Ada tiga jalur yang melalui air hujan atau air hujan menuju sungai. Sebagian

akan mengalir sebagai limpasan permukaan dan masuk ke dalam tanah

kemudian mengalir ke kiri dan ke kanan membentuk aliran perantara.

Bagian ketiga akan menembus jauh ke dalam tanah hingga mencapai lapisan

air tanah. Aliran permukaan tanah serta aliran antara sering digabungkan

sebagai limpasan langsung (direct run off). (Noerhayati, 2015). Untuk

memperoleh limpasan, maka persamaan yang digunakan adalah :

BF = I – (ΔVn) (22)

24
Dro = WS – I (2.24) (23)

Ron = BF + Dro (24)

Dimana :

BF = Aliran dasar (m3 /dtk/km)

I = Infiltrasi (mm)

ΔVn = Perubahan volume aliran tanah (m3 )

Dro = Limpasan langsung (mm)

WS = Kelebihan air

Ron = Limpasan periode n (m3 /dtk/km2 ) d)

d) Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya Rumus yang digunakan adalah:

Qn = Ron x A (25)

Dimana :

Qn = Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya

A = Luas daerah tangkapan (catchmen tarea) km2

Neraca air metode F.J. Mock dirumuskan sebagai berikut :

Q = (Dro + Bf) F (26)

Dimana :

Q = Debit andalan (m3 /dtk)

Dro = Direct run off (m3 /dtk/km2 )

Bf = Base flow (m3 /dtk/km2 )

F = Catchment area (km2)

25

Anda mungkin juga menyukai