Anda di halaman 1dari 3

A.

DINAMIKA POPULASI
1. Pengertian Dinamika Populasi
Berdasarkan dari perkembangan yang sudah terjadi pada dinamika populasi, maka
dinamika populasi dibagi menjadi dua kata, dinamika adalah suatu pertumbuhan atau
penurunan yang terjadi pada suatu makhluk hidup. Sedangkan populasi adalah
sekelompok spesies yang hidup dan berkembang serta tinggal di suatu habitat
dengan menggunakan sumber daya alam di habitat itu untuk bertahan hidup.
Berdasarkan hal tersebut, Dinamika populasi dapat diartikan sebagai istilah yang
digunakan untuk menggambarkan perubahan populasi yang terjadi pada makhluk
hidup seperti hewan. Dinamika populasi terjadi karena populasi hewan di alam semesta
tidak akan selalu konstan, bisa saja mengalami pertambahan bahkan pengurangan.
Dengan demikian dalam dinamika populasi akan terjadi waktu dimana populasi
memuncak yang disebut peak season dan waktu populasi berada di titik terendah
atau dalam keadaan minimum.
2. Manfaat mempelajari Dinamika Populasi
Salah satu manfaat mempelajari dinamika populasi dalam kehidupan sehari-
hari adalah untuk mengendalikan hama ataupun hewan pengganggu. Seperti
membantu para petani untuk mengendalikan populasi serangga yang berperan sebagai
organisme pengganggu pada pertanian.
3. Faktor yang mempengaruhi Dinamika Populasi
1) Interaksi Predasi
Setiap kehidupan yang dijalani oleh makhluk hidup pasti akan selalu ada yang
namanya interaksi. Salah satu interaksi yang terjadi pada suatu ekosistem hewan
adalah interaksi predasi. Interaksi predasi adalah interaksi yang terjadi pada hewan
predator atau pemangsa dengan prey atau hewan yang dimangsa. Adanya interaksi ini
menunjukkan bahwa hewan pemangsa berada di atas hewan yang dimangsa dalam
suatu rantai makanan yang terjadi pada satu ekosistem.
Pemangsa atau predator adalah hewan yang akan memangsa buruannya untuk
bertahan hidup. Dengan kata lain, keberlangsungan hidup pemangsa sangat
bergantung dengan kehadiran mangsa tau buruannya. Jika mangsa sudah tidak ada
lagi dalam suatu ekosistem, maka pemangsa atau predator perlahan-lahan tidak akan
mampu bertahan hidup dan mengalami kepunahan.
Mangsa atau prey adalah hewan yang dimangsa oleh pemangsa. Mangsa juga
dapat diartikan sebagai sumber bahan makanan untuk hewan pemangsa. Mangsa
dapat bertahan hidup dengan memakan makanan yang ada di habitatnya. Jika tidak
ada pemangsa yang memakan mangsa, maka secara berkala populasi mangsa akan
terus bertambah.
2) Interaksi Kompetisi
Pada interaksi ini, hewan akan saling beradu kekuatan satu sama lain, hingga
memunculkan pemenang. Pemenang akan mendapatkan atau memperoleh suatu hal
yang sudah diperebutkan dan hewan yang mengalami kekalahan akan terluka serta
perlahan-lahan akan mengalami kematian. Kematian hewan atas pertarungan tadi
menandakan bahwa terjadi pengurangan spesies walaupun tidak begitu signifikan.
Interaksi kompetisi ini dapat dikatakan sebagai sebuah ajang untuk menunjukkan
atau memperlihatkan kekuatan dan siapa yang lebih layak untuk mendapatkan suatu
hal yang diperebutkan. Jika yang kalah akan mengalami luka dan kematian, maka
pemenang dari pertarungan itu akan disegani oleh para hewan, baik dari spesies yang
sama atau beda.
Interaksi kompetisi dibagi menjadi dua yaitu interaksi kompetisi intraspesifik
dan interaksi kompetisi interspesifik. Kompetisi intraspesifik adalah kompetisi yang
terjadi pada individu-individu dengan spesies yang sama. Sedangkan kompetisi
interspesifik adalah kompetisi yang terjadi pada individu-individu dengan spesies
yang berbeda.
3) Bencana Alam
Misalnya, bencana alam gunung meletus, banyaknya tumbuhan yang terbakar
akan mengakibatkan para hewan kelaparan karena kesulitan mencari makan. Bukan
hanya itu, ada beberapa hewan yang mati karena ikut terbakar saat kebakaran hutan
terjadi. Adanya kematian hewan pada bencana alam membuat spesies hewan
mengalami kekurangan yang bisa mengganggu suatu ekosistem.
4) Aktifitas Manusia
Rusaknya habitat hewan yang disebabkan karena aktivitas manusia bisa
menyebabkan ekosistem pada hewan menjadi rusak, sehingga hewan akan sulit untuk
bertahan hidup karena tidak bisa mencari makanan. Berkurangnya hewan di suatu
habitat akan memunculkan suatu dinamika populasi hewan. Jika dinamika populasi
menunjukkan bahwa spesies hewan mengalami penurunan jumlah yang sangat
signifikan, maka spesies hewan tersebut diambang kepunahan.

4. Contoh penelitian Dinamika Populasi


Untuk memahami lebih lanjut bagaimana dinamika suatu populasi hewan, berikut
ini disajikan hasil penelitian Manurung et al. (2012), yakni dinamika populasi lalat
buah (Bactrocera dorsalis complex) yang menyerang tanaman jeruk di dataran
tinggi tanah Karo‐Sumatera Utara pada tahun 2011. (MASUKKAN GAMBAR
KE DALAM PPT)

selama penelitian diperoleh sebanyak 2519 individu lalat buah pada Desa
Garingging dan 2160 individu di Desa Semangat. Oleh karena itu, kelimpahan lalat
buah pada tanaman jeruk yang terdapat di Desa Garingging lebih banyak
dibandingkan dengan yang terdapat di Desa Semangat. Kelimpahan tertinggi lalat
buah pada Desa Garingging 340 individu terjadi pada minggu III bulan Juni,
sedangkan yang terendahnya 40 individu terjadi pada minggu I bulan Mei. Sementara
itu, di Desa Semangat, kelimpahan tertingginya hanya mencapai 240 individu terjadi
padaminggu I bulan Juli dan terendahnya 30 individu terjadi pada minggu I bulan
Mei. Berdasarkan data tersebut, puncak kelimpahan lalat buah pada kedua pertanaman
jeruk tersebut di Kabupaten Karo terjadi pada akhir bulan Juni hingga awal bulan Juli.
Pada kajian dinamika populasi lalat buah di atas, tampak bahwa populasi lalat
buah berfluktuasi seiring dengan berjalannya waktu. Dalam hal ini, pada periode
bulan Maret-April, jumlahnya masih relatif banyak. Tapi, pada bulan Mei jumlahnya
menurun. Pada bulan Juni dan Juli bahkan hingga bulan Agustus jumlahnya
meningkat lagi. Selanjutnya, pada bulan September jumlahnya menurun lagi dan
kemudian meningkat lagi hingga minggu I bulan November.
B. POPULASI SEBAGAI BIOINDIKATOR
Spesies hewan dan tumbuhan yang kehadirannya dan kelimpahannya dapat
memberikan gambaran kepada kita mengenai kondisi fisik dan kimia suatu lingkungan
disebut sebagai indikator ekologi atau organisme bioindikator. Contoh organisme
bioindikator, yakni organisme/jenis penunjuk antara lain:
 Capitella capitata (Polychaeta), pada perairan bahari telah digunakan sebagai
indikator pencemaran organik.
 Cacing Tubifex (Oligochaeta), Lintah Herpobdella (Hirudinae), Larva Chironomus
(Insekta) yang toleran terhadap kandungan oksigen terlarut yang rendah dapat
digunakan sebagi spesies indikator pencemaran organic pada perairan tawar.
 Kehadiran lalat sehari (Ephemeropthera, May fly) dan Planaria (Cacing) yang
berlimpah pada suatu perairan dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa perairan itu
masih bersih (belum tercemar), karena serangga dan cacing tersebut tidak tahan
terhadap kandungan oksigen yang rendah.
 Kehadiran liken Coccocarpia dan Leptogium pada pepohonan yang terdapat pada
suatu lingkungan dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa kualitas udara pada
lingkungan tersebut masih baik.

Anda mungkin juga menyukai