DI BUAT OLEH :
Kelompok 6
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “SEJARAH ASTAH PANAONGAN” dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Philosophy Madura Culture. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang sejarah astah panaongan bagi para
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Khaeru Ahmadi S.Pt.,M.H selaku dosen
pengampu Pelajaran Philosophy madura culture. Ucapan terima kasih juga disampaikan
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................
Kata Pengantar...................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
Latar Belakang.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
A. Saran..............................................................................................................
A. Latar belakang
Astah Buju’ Panaongan terletak di Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan dan masih
termasuk wilayah Kabupaten Sumenep, Madura.
Makam para waliyullah ini saban harinya ramai dikunjungi para pesiarah dari berbagai
daerah.
Pertanyaan besar menggantung di benak kita, lalu kemana keturunan dari para alim yang
ada di Astah Buju’ Panaongan itu.
Madun, S.Pd. melontarkan argumennya, “Kebanyakan keturunan dari para ustadz berdarah
Arab itu berjalan sesuai kata hatinya. Tujuannya ingin menyebarkan ajaran Baginda Nabi
Muhammad SAW ke Seantero alam ini. Tekadnya bulat sesuai dengan ajaran Islam yang
dianutnya, bahwa menyampaikan ajaran agama tidak boleh setengah hati, harus totalitas
Maka tinggallah sebagian keluarga dari mereka yang terkubur di Astah Buju’ Panaongan“.
Kedatangan para penyebar agama Islam ke Pasongsongan karena mereka tahu, kalau
pelabuhan terbesar di Madura saat itu ada lah Pasongsongan dan aman untuk di
diami. Lewat cara beniaga mereka masuk ke Aceh. Dari Aceh mereka lalu ke pelabuhan
Pasongsongan”.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat itu jam menunjukkan pukul 02.30 WIB, Tanggal 13 September 1999 Berikut
nama-nama penyebar agama Islam di Astah Buju’ Panaongan dari hasil penelitian Tim
Pusat Arkeologi Islam Jakarta pada Tanggal 22-27 April 2000.
Dari penemuan Astah Buju’ Panaongan ini ada satu keterkaitan dengan sejarah tentang
adanya pelabuhan besar di Desa Pasongsongan dan pondok pesantren tertua di Desa
Panaongan. Menurut Madun, S.Pd., “Ini sangat relevan dengan peninggalan situs bekas
pondasi yang ada di sebelah timur dari penemuan Astah Buju’ Panaongan.” Bekas pondasi
itu menurut masyarakat Desa Panaongan diyakini sebagai berdirinya bangunan pondok
pesantren tertua di Madura.“Dan pengajarnya adalah orang-orang yang terkubur di Astah
Buju’ Panaongan itu. Dipercaya juga kalau mereka yang terkubur di Astah Buju’
Panaongan berasal dari Negara Timur Tengah.
B. Keikutsertaan dalam penyebaran agama Islam di kabupaten Sumenep
Pada awal mereka menginjakkan kaki di bumi Pasongsongan yaitu berdagang. Setelah
itu mereka membentuk komunitas tertutup dalam menjalankan syariat Islam. Mereka
tak mau keberadaannya menjadi duri sehingga harus dibuang jauh dari Pulau Garam,
Madura.Setelah kehadiran mereka sudah diakui keberadaannya, sebagai kelompok
minoritas, lalu mereka mulai membangun musalla/langgar di Desa Panaongan. Barulah
santri-santri dari Aceh, Sulawesi, dan pulau-pulau lain di sekitar Madura berdatangan
untuk belajar mengaji. Menurut K.H. Mustofa Mukammal (pengasuh Pondok Pesantren
Al-Istikmal Pasongsongan), kenapa santri-santri dari Aceh dan Sulawesi itu belajar Islam
di Desa Panaongan? Itu dikarenakan ulama-ulama di sana masih punya ikatan
keluarga/kekerabatan dengan para arifbillah di Pasongsongan.
Perlahan tapi pasti, akhirnya kegiatan keagamaan komunitas Arab ini mulai diketahui
oleh masyarakat sekitar. Namun mereka tetap pada strategi awal, mereka tidak
mengajak masyarakat di sekitarnya untuk memeluk Islam. Pada perkembangannya
kemudian masyarakat sendirilah yang mendatangi mereka untuk belajar Islam.Dari
beberapa versi literatur, Islamisasi di bumi Madura sampai saat ini, masih belum ada
yang lebih awal dari orang-orang yang terkubur di Astah Buju’ Panaongan dalam
membentuk komunitas Islam. Pembenaran ini berdasar pada situs tulisan Arab pada
nisan makam.
BAB III
PENUTUP
A. SARAN
Tak ada ruginya apabila kita lewat pasongsongan mampir ke asta buju’ panaongan ini
tepatnya desa Panaongan. Wisata religi ini termasuk wisata religi di Kabupaten
Sumenep. Astah Buju’ Panaongan ini terletak di pantai bisa di katakan pinggir pantai
meskipun banyak pasir yang menjulang bagai gunung.
Tidak hanya di asta tinggi ataupun asta lainnya saja yang banyak pengunjungnya, Disini
terdapat banyak pengunjung meskti jumlahnya tidak seperti di asta tinggi ataupun asta-
asta yang terkenal di daerah sumenep. Wisatawan yang datang kesini bukan hanya
orang lokal saja melaikan banyak wisatawan yang berasal dari luar kota seperti
pamekasan, bangkalan, sampang ada juga wisatawan yang berasal dari luar madura.