Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SEJARAH ASTAH PANAONGAN

DI BUAT OLEH :
Kelompok 6

o MOH. LUTHFI ROMADHANI. (2102510050)


o MOH. SUHAIRI. (2102510051)
o MOH. UANAIYS HASAN. (2102510052)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


UNIVERSITAS BAHAUDIN MUDHARY
MADURA
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “SEJARAH ASTAH PANAONGAN” dengan tepat

waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Philosophy Madura Culture. Selain

itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang sejarah astah panaongan bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Khaeru Ahmadi S.Pt.,M.H selaku dosen

pengampu Pelajaran Philosophy madura culture. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik

yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Sumenep, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................

Kata Pengantar...................................................................................................

Daftar Isi.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

Latar Belakang.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................

A. Sejarah astah Panaongan....................................................................................

 Asal mula ditemukannya Astah panaongan...................................................

B. Keikutsertaan dalam penyebaran agama Islam di kabupaten Sumenep.............

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Saran..............................................................................................................

B. Gambar astah Panaongan..............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Astah Buju’ Panaongan terletak di Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan dan masih
termasuk wilayah Kabupaten Sumenep, Madura.

Makam para waliyullah ini saban harinya ramai dikunjungi para pesiarah dari berbagai
daerah.

Pertanyaan besar menggantung di benak kita, lalu kemana keturunan dari para alim yang
ada di Astah Buju’ Panaongan itu.

Madun, S.Pd. melontarkan argumennya, “Kebanyakan keturunan dari para ustadz berdarah
Arab itu berjalan sesuai kata hatinya. Tujuannya ingin menyebarkan ajaran Baginda Nabi
Muhammad SAW ke Seantero alam ini. Tekadnya bulat sesuai dengan ajaran Islam yang
dianutnya, bahwa menyampaikan ajaran agama tidak boleh setengah hati, harus totalitas
Maka tinggallah sebagian keluarga dari mereka yang terkubur di Astah Buju’ Panaongan“.

Kedatangan para penyebar agama Islam ke Pasongsongan karena mereka tahu, kalau
pelabuhan terbesar di Madura saat itu ada lah Pasongsongan dan aman untuk di
diami. Lewat cara beniaga mereka masuk ke Aceh. Dari Aceh mereka lalu ke pelabuhan
Pasongsongan”.

 
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH ASTAH PANAONGAN

 Asal mula ditemukannya Astah panaongan


Menurut Imam Syafi’i (juru kunci Astah Buju’ Panaongan) bahwa dirinya pada suatu
malam pernah bermimpi kalau di sebelah barat utara pohon siwalan ada cahaya turun
dari langit dan jatuh di atas gundukan pasir.
Atas hasil mimpi itulah, Imam Syafi’i mendatangi Haji Amiruddin yang tak lain adalah
saudaranya, ia bercerita kronologis mimpinya. Kemudian mereka berdua bermunajat
kepada Allah SWT.
Dan setelah mereka meyakini kalau mimpinya itu merupakan isyarat yang mesti
ditindaklanjuti. Maka selanjutnya mereka bermusyawarah dengan pihak keluarganya,
lalu mereka memutuskan untuk melakukan penggalian di gundukan pasir itu.
Imam Syafi’i dan Haji Amiruddin dalam melakukan penggalian dibantu oleh tiga belas
orang termasuk para keponakannya. Selama penggalian enam malam, dalam timbunan
pasir dengan ketinggian kurang lebih 17,5 meter Astah Buju’ Panaongan ditemukan.

Pada saat itu jam menunjukkan pukul 02.30 WIB, Tanggal 13 September 1999 Berikut
nama-nama penyebar agama Islam di Astah Buju’ Panaongan dari hasil penelitian Tim
Pusat Arkeologi Islam Jakarta pada Tanggal 22-27 April 2000.

1. Syech Al- Arif Abu Said (wafat 1292)


2. Syech Abu Sului (wafat 1281)
3. Nyai Ruwiyah (wafat 1328)
4. Nyai Abu Mutthalif (wafat tanpa tahun)
5. Nyai Al-Haj Abdul Karim (wafat tanpa tahun)
6. Nyai Ummu Nanti (wafat 1820)
7. Nyai Saimi (wafat 1847)
8. Nyai Ma’ruf (wafat tanpa tahun)
9. Nyai Ummu Safui (wafat tahun kurang jelas)

Dari penemuan Astah Buju’ Panaongan ini ada satu keterkaitan dengan sejarah tentang
adanya pelabuhan besar di Desa Pasongsongan dan pondok pesantren tertua di Desa
Panaongan. Menurut Madun, S.Pd., “Ini sangat relevan dengan peninggalan situs bekas
pondasi yang ada di sebelah timur dari penemuan Astah Buju’ Panaongan.” Bekas pondasi
itu menurut masyarakat Desa Panaongan diyakini sebagai berdirinya bangunan pondok
pesantren tertua di Madura.“Dan pengajarnya adalah orang-orang yang terkubur di Astah
Buju’ Panaongan itu. Dipercaya juga kalau mereka yang terkubur di Astah Buju’
Panaongan berasal dari Negara Timur Tengah.
B. Keikutsertaan dalam penyebaran agama Islam di kabupaten Sumenep

 Kesuksesan penyebaran Islam di Kabupaten Sumenep datangnya berawal dari kaum


beretnis Arab di wilayah Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan-Sumenep. Adalah
Syekh Al-Arif Abu Said (Wafat 1292), Syekh Abu Suhri (Wafat 1281) dan keluarganya
yang mendarat di pelabuhan pesisir pantai Pasongsongan sekitar pada abad XI
Masehi.Para pendakwah ini telah menempuh perjalanan laut cukup panjang dari daerah
asalnya. Mereka memasuki nusantara pertamakali ke Aceh dan Sulawesi yang
dilanjutkan ke Kecamatan Pasongsongan.Di Sumenep kala itu belum ada adipati. Baru
abad ke XII Adipati Aria Wiraraja (Aria Banyak Wedi) memegang tampuk kekuasaan pada
1269-1292. Dan Aria Wiraraja masih belum menganut agama Islam. Sedangkan adipati
Sumenep yang mulai memeluk Islam adalah Penembahan Jauharsari yang memimpin
sejak 1319-1331.Didalam menelaah sejarah perkembangan Islam di Madura yang
hampir seragam dalam strategi penyebarannya, pada umumnya memakai metode,
antara lain lewat media kesenian, perniagaan, perkawinan dengan masyarakat
pribumi.Ternyata metode konvensional ini sangat ampuh dalam penerapannya.
Tapi sangat special untuk penyebaran Islam di Pasongsongan. Para pendakwah ini
memakai metode silaturrahmi sebagai langkah adaptasinya.

Pada awal mereka menginjakkan kaki di bumi Pasongsongan yaitu berdagang. Setelah
itu mereka membentuk komunitas tertutup dalam menjalankan syariat Islam. Mereka
tak mau keberadaannya menjadi duri sehingga harus dibuang jauh dari Pulau Garam,
Madura.Setelah kehadiran mereka sudah diakui keberadaannya, sebagai kelompok
minoritas, lalu mereka mulai membangun musalla/langgar di Desa Panaongan. Barulah
santri-santri dari Aceh, Sulawesi, dan pulau-pulau lain di sekitar Madura berdatangan
untuk belajar mengaji. Menurut K.H. Mustofa Mukammal (pengasuh Pondok Pesantren
Al-Istikmal Pasongsongan), kenapa santri-santri dari Aceh dan Sulawesi itu belajar Islam
di Desa Panaongan? Itu dikarenakan ulama-ulama di sana masih punya ikatan
keluarga/kekerabatan dengan para arifbillah di Pasongsongan.

Perlahan tapi pasti, akhirnya kegiatan keagamaan komunitas Arab ini mulai diketahui
oleh masyarakat sekitar. Namun mereka tetap pada strategi awal, mereka tidak
mengajak masyarakat di sekitarnya untuk memeluk Islam. Pada perkembangannya
kemudian masyarakat sendirilah yang mendatangi mereka untuk belajar Islam.Dari
beberapa versi literatur, Islamisasi di bumi Madura sampai saat ini, masih belum ada
yang lebih awal dari orang-orang yang terkubur di Astah Buju’ Panaongan dalam
membentuk komunitas Islam. Pembenaran ini berdasar pada situs tulisan Arab pada
nisan makam.
BAB III
PENUTUP

A. SARAN

 Tak ada ruginya apabila kita lewat pasongsongan mampir ke asta buju’ panaongan ini
tepatnya desa Panaongan. Wisata religi ini termasuk wisata religi di Kabupaten
Sumenep. Astah Buju’ Panaongan ini terletak di pantai bisa di katakan pinggir pantai
meskipun banyak pasir yang menjulang bagai gunung.

Tidak hanya di asta tinggi ataupun asta lainnya saja yang banyak pengunjungnya, Disini
terdapat banyak pengunjung meskti jumlahnya tidak seperti di asta tinggi ataupun asta-
asta yang terkenal di daerah sumenep. Wisatawan yang datang kesini bukan hanya
orang lokal saja melaikan banyak wisatawan yang berasal dari luar kota seperti
pamekasan, bangkalan, sampang ada juga wisatawan yang berasal dari luar madura.

B. GAMBAR ASTAH PANAONGAN

Anda mungkin juga menyukai