Anda di halaman 1dari 2

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Saat Perang Pasifik atau yang dikenal dengan Perang Asia Timur Raya yang
berlangsung selama empat tahun. Jepang mengalami beberapa kekalahan dan
menuju ambang kehancuran.

7 September 1944 (Gedung Parlemen Jepang), Jenderal Kuniaki Koiso di


hadapan parlemen Jepang berjanji untuk memerdekakan Indonesia bila mencapai
kemenangan dalam Perang Pasifik. Tujuannya untuk mendapat bantuan Indonesia
dalam perang tersebut. Kaum pergerakan nasional menyambut hangat janji
kemerdekaan oleh Jenderal Koiso.

Jakarta, 28 Mei 1945 (Gedung Chuo Sangi In), anggota Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dilantik oleh Jenderal
Kumakichi Harada. Radjiman Wediodiningrat, tokoh pergerakan nasional, ditunjuk
sebagai ketuanya. Tapi tidak semua petinggi jepang sepakat dengan pelantikan
BPUPKI. Misalnya Jenderal Izagaki dan Yuichiro Nagano, keberatan dua jederal itu
tidak berarti banyak. Mayoritas petinggi militer Jepang tetap mendukung BPUPKI.
Sidang BPUPKI dari 29 Mei sampai 1 Juni 1945 berjalan mulus.

Setelah bersidang dua kali, kerja BPUPKI berakhir dengan baik sesuai harapan
Jenderal Kumakichi Harada. BPUPKI lalu dibubarkan oleh Jenderal Terauchi
Hisaichi. Diganti jadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), 7 Agustus
1945. 21 nama anggota PPKI diumumkan, sebagian besar berasal dari BPUPKI.

16 Agustus 1945, mereka sudah siap sidang. Sukarno, Hatta, dan Radjiman
Wediodiningrat, wakil PPKI terbang ke dalta Vietnam 12 Agustus 1945, saat ditengah
kabar pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Jenderal Hisaichi Terauchi,
Panglima Angkatan Perang Jepang di Asia tenggara, menyambut kedatangan mereka.
Jenderal Terauchi berkata bahwa PPKI bisa segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Kabar gembira itu tepat pada hari ulang tahun Hatta. Mereka semua
senang, kemerdekaan sudah di depan mata.

16 Agustus 1945 Sepulang dari Vietnam, sejumlah pemuda dari organisasi


Angkatan Pemuda Indonesia (API) membawa Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok.

Dalihnya, “Situasi Jakarta genting, Bung!”.

Pemuda mendesak Sukarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan


Indonesia. “Jepang sudah menyerah” kata para pemuda, Sukarno dan Hatta terkejut.

Tapi Sukarno enggan memenuhi permintaan para pemuda. Menurut Sukarno


dan Hatta, proklamasi kemerdekaan harus melalui rapat PPKI. Pemuda akhirnya
memulangkan mereka ke Jakarta sore harinya. Sepulang dari Rengasdengklok,
Sukarno dan Hatta hendak bersidang dengan PPKI di Hotel des Indes, Jakarta.
Tapi Jepang melarangnya, perubahan situasi mengarahkan rapat persiapan
kemerdekaan ke rumah Laksamana Maeda, Perwira Angkatan Laut Jepang.Di tempat
inilah, dalam sebuah ruangan, Sukarno, Hatta, dan Ahmad Subardjo merumuskan
proklamasi kemerdekan, tanpa gangguan dari Jepang. Sukarno lalu membacakannya
ke anggota PPKI dan Pemuda di serambi rumah. Naskah yang singkat. Tapi semua
sepakat dengan isinya. Kemerdekaan bukan lagi impian.

Hari bersejarah itu pun tiba, Sukarno membacakan naskah proklamasi


kemerdekaan Indonesia ke banyak orang di rumahnya, di Jalan Pengangsaan Timur
nomor 56, Jakarta. Tokoh tokoh pergerakan nasional dan rakyat biasa membaur,
mendengarkan pembacaan itu dengan khidmat. Setelah itu bendera merah putih
jahitan Fatmawati, istri Sukarno, dinaikkan perlahan. Diiringi lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Penghoramtan pun diberikan 17 Agustus 1945, Indonesia akhirnya
merdeka!.

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan


Kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenail pemindahan kekoeasaan d.l.l.,


diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo
jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, Hari 17 Boelan 8 Tahoen 05

Atas nama bangsa Indonesia.

Soekarno/Hatta

Ini bukanlah pemberian, melainkan hasil perjuangan, dari seluruh rakyat


Indonesia. Proklamasi kemerdekaan mengantar bangsa Indonesia bergelut dengan
cerita baru. Jepang memang telah terjungkir, tapi pengaruhnya belum berakhir. Ini
dialami oleh fotografer Mendur Bersaudara dalam merekam dan menyebar
proklamasi. Jepang menghancurkan kamera Alex Mendur, sang kakak. Karena itu,
Frans sang adik, mengubur negative fotonya di halaman kantor surat kabar Asia
Raya. Demi selmatkan bukti bukti proklamasi. Di tempat lain, pewarta berhasil
mengabarkan proklamasi lewat media cetak, juga melaui siaran radio dengan
menggunakan baragam bahasa daerah. Di desa desa pemuda Republik berperan
meneruskan kabar proklamasi.

Mereka berkeliling dan berteriak, “Jepang menyerah! Indonesia merdeka!”.

Akhirnya tiap orang menjadi saksi Indonesia telat merdeka.

Anda mungkin juga menyukai