Anda di halaman 1dari 11

Tugas Caving

Definisi dan Sejarah


Definisi Caving
Caving adalah suatu perjalanan penelusuran gua yang memiliki tujuan.
Sejarah Caving

Masa Primitif, gua dihuni oleh manusia Cro Magnon dan berlindung, kuburan
dan untuk pemujaan roh leluhur .
1674, John Beaumont seorang ahli bedah dan ahli geologi amatir dari Samerset
Inggris melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran gua sumuran
(potholing) yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society.

1670 - 1680, Baron Johann Valsavor dari slovenia adalah orang pertama yang
melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam bentuk laporan ilmiah lengkap
dengan komentar, sketsa dan peta sebanyak 4 jilid dengan total mencapai 2.800
halaman. Atas jasanya British Royal Society memberikan penghargaan ilmiah
kepadanya.

1818, Kaisar Habsburg Francis I adalah orang yang pertama kali melakukan
kegiatan wisata di dalam gua yaitu saat mengunjungi Gua Adelsberg (Sekarang
Gua Postonja di eks Yugoslavia). Kemudian Josip Jersinovic yaitu seorang
pejabat di daerah tersebut tercatat sebagai pengelola gua profesional yang
pertama.

1838, Pengacara Franklin Gorin adalah tuan tanah yang memiliki areal dimana
gua terbesar dan terpanjang di dunia yaitu Mammoth Cave di Kentucky AS.
Olehnya gua tersebut dikomersialkan dan dipekerjakannya seorang mulatto
bernama Stephen Bishop berumur 17 tahun sebagai budak penjaga gua tersebut.
karena tugasnya tersebut Stephen Bishop dianggap sebagai Pemandu Wisata
Gua Profesional (Cave Guide) pertama. Mammoth Cave sendiri terdiri dari
ratusan lorong (Stephen Bishop menemukan sekitar 222 lorong) dengan panjang
300 mil hingga kini belum selesai ditelusuri dan diteliti. Tahun 1983 oleh usaha
International Union of Speleology, Mammoth Cave diakui oleh PBB sebagai
salah satu warisan dunia (World Herritage).

1866-1888, pada masa ini diakui sebagai saat lahirnya Ilmu Speleologi yang
dipelopori oleh Edouard Alfred Martel (1859-1938)berkat usaha kerasnya
selama 5 yang diakui sebagai Bapak Speleologi Dunia. Semua ini tahun dalam
suatu Kampanye Penelusuran Gua yang berisi metoda yang menggabungkan
bidang Ilmu Riset Dasar dalam eksplorasi gua sehingga dapat dilakukan suatu
penelitian yang Multi disipliner dan Interdisipliner. Metoda tersebut diakui oleh
para ahli sebagi cara yang paling tepat, konstruktif dan efisien dalam meneliti
lingkungan gua. Bahkan tata cara tersebut dianggap sebagai pokok penerapan
disiplin, tata tertib, etika dan moral kegiatan Speleologi Modern pada masa
sekarang.
Masa Primitif, gua dihuni oleh manusia Cro Magnon dan berlindung, kuburan dan untuk pemujaan roh leluhur

Macam – macam Gua di indonesia dan dunia


dan fungsinya
Macam – macam Gua
Pengertian gua adalah "suatu lorong bentukan alamiah di bawah tanah yang bisa dilalui oleh manusia, yang hanya
bisa dilalui hewan saja disebut gua mikro". Dalam hal ini yang dimaksud adalah gua alam, namun ada juga gua
Gua lava : terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan
vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda (endapan
lahar) dan tidak memiliki ornamen batuan yang khas

Gua litoral : sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun di
tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi)

Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena bentukan gua terbesar (70% dari
seluruh gua di dunia). Terbentuk akibat terjadinya peristiwa karst (pelarutan
batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan
batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping.
Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia adalah yang terbesar di dunia

Gua pasir, gua batu halit, gua es dsb : adalah bentukan gua yang sangat jarang
dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah gua didunia.

FUNGSI GUA.
Tempat berlindung (primitif) manusia dan hewan
Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano) - tempat perburuan
(walet, sriti, kelelawar)
Obyek wisata alam bebas dan minat khusus
Obyek sosial budaya (legenda, mistik) - gudang air tanah potensial sepanjang
tahun
Laboratorium ilmiah yang peka, lengkap dan langka
Indikator perubahan lingkungan paling sensitif
Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi kehidupan
makro ekosistem di luar gua.

Macam - macam ilmu dan teknik


Macam – macam ilmu Caving
Speleologi adalah ilmu yang mempelajari goa-goa. Kata speleologi di ambil
dari bahasa yunani, SPELEON = Goa, dan LOGOS = Ilmu.. namun karena gua
itu adalah bentukan alam yang tidak berdiri sendiri dan di pengaruhi oleh faktor
struktur alam yang melingkupinya, maka ilmu SPELEOLOGI merupakan ilmu
yang mempelajari gua dan lingkungannya. Lingkungan ini dapat berupa batu
gamping, batu pasir (sand stone), aliran lava yang telah membeku, gletzer,
padang salju atau es, batu garam (halit), batgips (gypsum), dolomite, tebing di
tepi laut atau danau, dan sebagainya. Bahkan International Union of Speleologi
(IUS), sebuah lembaga internasional yang membidangi Speleologi, sudah ada
ko0misi khusus yang mempelajari

tentang gua buatan seperti terowongan rahasia, gua-gua penambangan, dan gua-
gua perlindungan pada masa Jepang (gua Jepang, bunker, dll).
Di Indonesia, Speleologi merupakan ilmu yang masih tergolong baru, mulai di
perkenalkan pada tahun 80-an, sedangkan di Perancis dan Jerman ilmu ini sudah
di pelajari sejak abad ke 19. di belahan Eropa, ilmu ini berkembang sangat pesat
seiring dengan kegiatan petualangannya. Sampai saat ini perkembangan
Speleologi di Indonesia masih terbatas pada pembahasaan mengenai gua-gua
karst, dan yang menjadi kendala besar adalah antara ilmuan/peneliti dan para
penelusur gua masih jalan sendiri-sendiri. Belum dapat di terapkan speleologi
yang aplikatif sehingga sebagian besar hasil penelitian hanya untuk ilmu
pengetahuan saja.
Gua merupakan ssesuatu yang dapat membuat manusia takjub, karena selain
sebagai anugrah Tuhan kepada kita, juga masih banyaknya misteri yang
terdapat di dalamnya. Apabila kita memasuki gua dengan membawa alat
penerangan dan menelusuri ruangan di dalamnya, kita akan bertanya-tanya
apakah yang akan kita temui pada lorong atau lingkungan gua berikutnya.

Mungkinkah ada sungai bawah tanah atau kolam yang tenang atau lubang yang
menganga yang kita tidak tahu kedalamannya. Mungkin juga kita temui ruangan
yang besar yang di hiasi oleh berbagai seni pahat (ornament) yang tidak bisa di
buat oleh manusia.
Menurut IUS yang berkedudukan di Wina, Austria, gua adalah setiap ruangan
bawah tanah yang bisa di masuki orang. Gua memiliki sifat yang khas dalam
mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu saat udara di luar panas maka di dalam
gua akan terasa sejuk, begitu pula sebaliknya. Sifat tersebut menyebabkan gua
di gunakan sebagai tempat berlindung. Gua-gua yang banyak di temukan di
Indonesia sebagian besar adalah gua batu gamping dan gua karst. Gua
merupakan suatu lintasan air di masa lampau dan kini kering (gua fosil) atau
masa kini, dan terlihat di aliri sungai (gua aktif). Karenanya mempelajari gua
tidak terlepas dari mempelajari hidrologi karst dan segala fenomena karst di
bawah permukaan (endo karst phenomena) supaya memahami cara-cara gua
terbentuk dan bagamana cara memanfaatkannya sebagai sumber daya alam,
yang mempunyai estetika tinggi sebagai obyek wisata gua atau sebagai sumber
air tanpa mencemarinya.

Lahirnya ilmu Speleologi


Secara resmi ilmu Speleologi lahir pada abad ke-19 berkat ketekunan Edward
Alfred Martel. Sewaktu kecil ia sudah mengunjungi gua Hahn di Belgia dengan
ayahnya seorang ahli Paleontologi, kemudian juga mengunjungi gua Pyrenee di
Swiss dan Italia. Pada tahun 1858 ia mulai mengenalkan penelusuran gua
dengan peralatan, pada setiap musim panas ia dan teman-temannya
mengunjungi gua-gua dengan membawa 2 gerobak penuh peralatan, bahan
makanan dan alat potografi. Martel membuat pakaian berkantung banyak yang
di sebut coverall. Kantung itu di isi dengan peluit, batangan magnesium, 6 lilin
lacsar, korek api, batu api, martil, 2 pisau, alat pengukur, thermometer, pensil,
kompas,buku catatan, kotak P3K, beberapa permen coklat, sebotol rum dan
sebuah telepon lapangan yang ia gendong. Sistem penyelamatannya dengan
mengikatkan dirinya kalau naik atau menuruni dengan tali. Tahun 1889, Martel
menginjakkan kakinya pada kedalaman 233m di sumuran Ranabel dekat
Marzille, Perancis, dan selama 45 menit tergantung di kedalaman 90m. Ia
mengukur ketinggian atap dengan balon dari kertas yang di gantungi spon yang
di basahi alkohol, begitu spon di nyalakan balon akan naik ke atas mencapai
atap gua. Hingga kini Edward Alfred Martel di sebut sebagai Bapak Speleologi.
Kemudian banyak ahli speleologi seperti Pournier, Jannel, Biret, dan banyak
lagi. Baru setelah PD I, Robert de Jolly dab Nobert Casteret mampu
mengimbangi Martel. Robert de Jolly mampu menciptakan peralatan gua yang
terbuat dari Aluminium Alloy. Nobert Casteret orang pertama yang melakukan
Cave Diving pada tahun 1922 dengan menyelami gua Montespanyang didalam
gua itu di temukan patung-patung dan lukisan bison serta binatang lain dari
tanah liat yang menurut para ahli itu sebagai acara ritual sebelum diadakan
perburuan binatang yang di tandai adanya bekas-bekas tombak dan panah.
Namun dalam PD II, gua-gua di gunakan sebagai tempat pertahanan, karena
pertahanan di gua akan sulit di tembus walaupun menggunakan bom pada
waktu itu.

Persiapan memasuki gua


Persiapan

Tali yang terbuat dari serat nilon yang mampu menahan beban hingga
ratusan kilogram. Tali ini juga sangat fleksibel karena bisa
diinstalasi untuk menyesuaikan dengan kondisi dinding goa vertikal.

Di kalangan penggiat alam bebas pasti kenal istilah ascending tools


dan descending tools, atau sebut saja alat untuk naik dan turun. Alat
turun (descender) ini terbuat dari alluminium alloy yang ringan, tapi
tahan panas akibat gesekan dengan tali. Alat ini dilengkapi dua
lingkaran sebagai tempat untuk mengaitkan tali.
Sementara alat naik (ascender, ada juga yang menyebutnya jummar)
terdapat kaitan berupa gigi-gigi kecil dan tajam. Gunanya untuk
mencengkeram tali di saat kita naik.

Helm dan lampu.


Penggunaan helm sifatnya wajib seperti halnya naik motor di jalan
raya. Mengingat struktur dinding dan atap goa yang rapuh, kepala jadi
wajib dilindungi. Pada helm terdapat dua lampu, antara lain lampu
karbit yang disambungkan ke tabung berisi karbit sebagai bahan bakar
lampu dan lampu senter yang tentu saja bertenaga baterai. Hanya harap
diwaspadai untuk penggunaan lampu karbit terutama di lorong sempit
dan terdapat guano. Lampu karbit yang sejatinya berupa api bisa juga
dipakai sebagai indikasi untuk lorong yang miskin oksigen. Jika api
tak menyala, berarti ada kemungkinan daerah tersebut tipis oksigen.

Pakaian overall
Pakaian ini sangat penting karena bisa menutupi seluruh badan.
Terlebih lagi di goa sangat mungkin bertemu binatang, bebatuan, dan
medan yang siapa tahu membuat kulit tergores.

Sepatu boot
Banyak penelusur goa yang menggunakan sepatu boot tentara karena
medan goa biasanya berupa lumpur atau bebatuan. Kadang-kadang
ditambah gaiters untuk menutupi kaki dari masuknya lumpur ke sepatu.

Peralatan panjat tebing


Alat yang biasanya digunakan pemanjat tebing seperti cincin kait,
pita nilon, sabuk pengaman, tali pengaman dada, dan lain-lain sangat
diperlukan untuk mengatasi kondisi darurat.

Tas terpal
Tas ini selain untuk membawa beban, juga bisa dimanfaatkan
sebagai bantalan tali jika menemukan tanah atau batu yang runcing.
Dengan begitu, tali tidak mudah friksi dengan tanah atau batu.

Etika dan moral Penelusur gua


Etika dan Moral Penelusur Gua

Jangan MENGAMBIL sesuatu, kecuali mengambil GAMBAR


Jangan MENINGGALKAN sesuatu, kecuali meninggalkan JEJAK
Jangan MEMBUNUH sesuatu, kecuali membunuh WAKTU
Bertindak WAJAR.

Tidak sok pamer atau menutup-nutupi kepandaian (merasa minder atau malu)
Jika tidak sanggup maka tidak memaksakan kehendaknya. Tunjukkan RESPEK
Kepada Sesama Penelusur Gua.

Tidak menggunakan peralatan atau bahan-bahan yang disediakan oleh


rombongan lain tanpa persetujuan. Membahayakan penelusur gua yang lain,
misalnya :
Mengambil atau memutuskan tali yang terpasang
Memindahkan peralatan ketempat lain
Menimpuk batu jika ada penelusur lain didalam gua
Menghasut penduduk disekitar gua agar menghalang-halangi atau melarang
rombongan lain masuk gua karena tidak satu orang/kelompok pun boleh merasa
memiliki kekuasaan/hak terhadap sebuah gua bahkan bila dia itu seorang ahli
yang menemukan gua tersebut pertama kali kecuali pemilik tanah di mana gua
itu berada
Jangan melakukan penelitian yang sama jika ada rombongan penelusur lain
yang
sedang mengerjakannya DAN BELUM DIPUBLIKASIKAN (kecuali
mendapatkan ijin)
Jangan gegabah sebagai penemu sesuatu sebelum mendapat konfirmasi dari
kelompok2 resmi yang lain
Jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi
Setiap usaha penelusuran gua adalah USAHA BERSAMA dan hasil publikasi
tidak boleh menonjolkan DIRI SENDIRI tanpa mengingat jasa SESAMA
PENELUSUR
Jangan menjelek-jelekkan penelusur lain dalam publikasi walau penelusur itu
mungkin melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Setiap publikasi negatif
tentang sesama penelusur maka akan memberikan gambaran negatif terhadap
semua penelusur gua.

Etika dan moral Penelusur Gua


a. Setiap penelusur gua menyadari bahwa gua merupakan lingkungan yang
sangat sensitif dan mudah tercemar. Karenanya (sesuai himbauan NSS)
penelusur gua harus:
- Take nothing but picture (tidak mengambil sesuatu selain gambar)
- Leave Nothing but footprint (tidak mennggalkan sesuatu selain jejak kaki)
- Kill nothing but time (tidak membunuh sesuatu selain waktu)
b. Setiap penelusur gua sadar bahwa setiap bentukan alam di gua di bentuk
dalam kurun waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak gua, mengambil atau
memindahkan sesuatu di dalam gua itu tanpa tujuan jelas dan ilmiah selektif,
akan mendatangkan kerugian yang tidak dapat di tebus.
c. Setiap menelusuri dan meneliti gua, dilakukan oleh penelusur gua dengan
penuh respect, tanpa mengganggu dan mengusir kehidupan biota dalam gua.
d. Setiap penelusur gua menyadari bahwa kegiatan speleologi, baik dari segi
olah raga atau segi ilmiah bukan usaha untuk di pertontonkan atau tidak butuh
penonton.
e. Dalam hal penelusuran gua, para penelusur gua harus bertindak sewajarnya.
Para penelusur gua tidak memandang rendah keterampilan dan kesanggupan
sesama penelusur.
Sebaliknya, seorang penelusur gua di anggap melanggar etika bila memaksa
dirinya untuk melakukan tindakan-tindakan di luar batas kemampuan fisik dan
tekniknya, serta kesiapan mentalnya.
f. Respek terhadap sesama penelusur gua di tunjukkan dengan cara :
Tidak menggunakan bahan/peralatan yang di tinggalkan rombongan lain, tanpa
izin mereka
Tidak membahayakan penelusur lainnya, seperti melempar suatu benda ke
dalam gua bila ada orang di dalam gua atau memutuskan tali yang sedang di
gunakan rombongan lain.
Tidak menghasut penduduk sekitar gua untuk melarang/menghalang-halangi
rombongan lain memasuki gua, karena tidak satupun gua di Indonesia milik
perorangan, kecuali bila gua itu di beli yang bersangkutan.
Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila ada rombongan lain yang di
ketahui sedang melakukan pekerjaan yang sama dan belum
mempublikasikannya dalam media massa/media ilmah.
Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda belum yakin
betul bahwa tidak ada orang lain yang juga telah menemukan sebelumnya, dan
jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi pribadi, tanpa
mengingat suatu hasil penelusuran gua, karena ini berarti membohongi dri
sendiri dan dunia speleologi.
Setiap usaha penelusuran gua merupakan usaha bersama, bukan usaha yang di
capai sendri. Karenanya setiap usaha mempublikasikan seatu hasil penelusuran
gua tidak boleh dengan cara menonjolkan sensasi pribadi tanpa mengingat
bahwa setiap penelusuran gua merupakan kegiatan tim.
Dalam suatu publikasi, jangan menjelek-jelekkan nama sesama penelusur gua,
walaupun si penelusur itu membuat hal-hal yang negatif. Kritik terhadap sesama
penelusur akan memberi gambaran negatif terhadap sesama penelusur.
Bahaya

Bahaya

Survival dalam caving tidaklah dimungkinkan, oleh karena itu kecelakaan di


dalam gua selalu berakibat fatal. Karena dilakukan dalam keadaan gelap total
maka tingkat kesulitan dan resiko setiap aktifitas adalah 2 kali lipat daripada di
luar gua. Apalagi di Indonesia belum ada (belum mampu) membentuk suatu tim
rescue (SAR) gua baik secara lokal maupun nasional walaupun telah banyak
gua dibuka sebagai obyek wisata. Di luar negeri fasilitas SAR adalah sarana
mutlak bagi penyelenggaraan suatu obyek wisata gua.

NSS USA menyebutkan usia minimum penelusur gua (profesional dan


amatir)adalah 20 tahun sebagai batas psikologis (kecuali beberapa gua wisata
khusus mengijinkan siswa SD masuk). Alasan utamanya karena 90% kejadian
kecelakaan menimpa mereka dengan klasifikasi "Young (Teenager) Male
Unafiliated Novice" (Remaja/anak laki-laki belasan tahun yang tidak terlatih
dan tidak terdaftar pada kelompok speleologi resmi). Namun di Indonesia tidak
ada ketentuan batasan umur, bahkan di daerah tertentu seperti di Karang Bolong
Jawa Barat remaja belasan tahun telah memasuki gua untuk menambang kapur
atau sarang burung walet dengan peralatan tradisional. Maka jelas sekali bahwa
kestabilan emosional dan keterlatihan/keterampilan yang memadai adalah syarat
utama keselamatan penelusuran. Bahkan secara internasional syarat
keterampilan ini seharusnya dinyatakan dalam bentuk sertifikasi yang
dikeluarkan melalui kursus / pelatihan resmi oleh Federasi Speleologi setempat
(di Indonesia adalah HIKESPI).

Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila kalangan penelusuran gua


memiliki motto keselamatan "SEDIA PAYUNG SEBELUM MENDUNG"
sehingga tidak cukup bersiaga dikala ada gejala bahaya namun justru jauh
sebelum itu. Maka estimasi perubahan situasi harus senantiasa diperhatikan.
Tingginya jam terbang, pengetahuan, keterampilan dan senioritas tidak cukup
dijadikan patokan keamanan karena apa yang bakal dihadapi di dalam gua tidak
seorangpun dapat memastikan. Etika pencegahan kecelakaan adalah :

Tidak memaksakan menelusuri gua bila badan kurang sehat.


Keterampilan kurang terutama pada gua vertikal.
Peralatan tidak lengkap, kurang terawat dan sudah uzur.
Kesiapan mental kurang (sedang patah hati atau stress).
Anggota terlemah adalah patokan standar penelusuran, apabila anggota
terlemah mengalami gangguan maka saat itu juga penelusuran harus dihentikan
tanpa dapat ditawar lagi.
Jumlah anggota kelompok tidak kurang dari 4 orang.
Jangan masuk gua di musim hujan, seorang penelusur gua pada masa ini
biasanya cuti kegiatan dan hanya diisi dengan latihan ringan atau memperdalam
pengetahuan.
Mintalah ijin kepada orang tua dan aparat daerah setempat dan instansi terkait
sekaligus berpamitan dengan sejujurnya tentang tujuan dan lokasi kegiatan,
perhatikan dengan cermat serta patuhi segala wejangan atau nasihat mereka.

Tinggalkanlah pesan sebagai berikut :


Hari, tanggal
Nama pemimpin kelompok, alamat, no. telepon
Nama, alamat, telepon anggota lain
Tujuan memasuki gua : ILMIAH/OLAH RAGA/WISATA
Nama gua, lokasi : (dukuh, desa, kecamatan, kabupaten).
Mulai masuk gua pukul, rencana keluar pukul
APABILA SAMPAI PUKUL ..... BELUM KELUAR GUA MAKA
MUNGKIN TELAH TERJADI KECELAKAAN MAKA HARAP SEGERA
MELAPOR KEPADA LURAH,
POLISI DAN MEMINTA BANTUAN DENGAN MENGHUBUNGI: -
NAMA, ALAMAT, NOMER TELEPON, NAMA, ALAMAT, NOMER
TELEPON SEGALA PERONGKOSAN/UANG YANG DIPERLUKAN
UNTUK MENERUSKAN BERITA INI AKAN DIGANTI DUA KALI LIPAT.
TERIMA KASIH.
Formulir ini diberikan kepada pejabat dan instansi berwenang setempat dan
ditempel di kaca mobil.

Macam – macam Bahaya


Terjatuh, seringkali akibat kesalahan estimasi terhadap jarak (distorsi) karena
gelap. Melompat adalah hal yang haram dalam kegiatan penelusuran gua.
Kekurangan oksigen dan gas beracun, lorong penuh kelelawar atau tumpukan
guano, banyak terdapat akar pohon menjulur, tidak berair, berbau belerang dan
pengap harus dihindari karena penuh dengan kandungan gas beracun seperti CO
dan HS. Tanda-tanda umum kurangnya oksigen atau serangan gas racun
biasanya terjadi pening dan halusinasi. Keruntuhan atap dan meledak, adalah
kejadian tak terduga yang tidak dapat dihindari bisa diakibatkan gempa bumi
atau ledakan dalam gua (jangan membuang sisa karbit dalam gua atau masuk ke
lorong penuh guano dengan lampu karbit). Untuk menghindarinya perhatikan
apakah lokasi tersebut merupakan bekas penambangan kapur atau dekat dengan
lokasi peledakan dinamit sebuah proyek. Banjir, bisa dideteksi bila terdengar
suara gemuruh dalam lorong, air sungai yang terasa hangat dan terlihat sampah
hanyut dalam aliran air. Perhatikan batas air di dinding sehingga dapat
diperkirakan ketinggian air saat banjir, tentukan juga sebuah lokasi atau
cekungan di atas batas banjir sebagai tempat berlindung darurat bila terjebak
banjir Hewan berbisa, walaupun menurut pakar biospeleologi mereka ini hidup
di daerah mulut gua sampai 100 m. ke dalam namun bisa saja hewan seperti ular
ditemui jauh di dalam gua karena terhanyut aliran air atau terperosok ke dalam
dari atap atau ventilasi gua. Hindarilah cekungan dan lobang di sekitar mulut
gua karena di tempat itu mereka bersarang. Bahaya lain adalah gigitan atau
kelelawar dapat mengakibatkan rabies, kotorannya (guano) menyebabkan
histoplasmosis (penyakit jalan pernafasan seperti TBC). namun umumnya
hewan gua tidak mengganggu.

Eksposure, hipotermia dan dehidrasi sangat mungkin terjadi akibat terpaan


angin kencang dari aven (ventilasi gua atau jendela karst), baju yang basah
karena berendam terlalu lama dalam air gua. Dehidrasi dapat dihindari dengan
jalan minum sebelum haus (ingat sedia payung sebelum mendung) karena
minum di saat haus datang berarti sudah sangat terlambat karena lebih dari 25%
cairan tubuh telah lenyap, ingat penguapan cairan dan panas tubuh dalam gua
terjadi sangat cepat tanpa terasa (bahkan dapat dilihat dengan jelas uap air yang
keluar dari tubuh bila dilihat dengan sorot lampu)
Kegagalan peralatan, kelengkapan dan kecanggihan peralatan bukan jaminan
apabila tidak diikuti dengan perawatan dan pengetesan rutinBahaya terbesar
bagi penelusur gua 99% justru adalah di jalan raya, kelelahan akibat padatnya
jadwal penelusuran mengurangi konsentrasi pada saat mengemudi. Jalan terbaik
sewalah pengemudi profesional yang tidak terlibat dalam tim sebagai tenaga
penunjang mobilitas.

Anda mungkin juga menyukai