Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA

KONSEP MASYARAKAT MADANI MENURUT

PARA AHLI

DISUSUN OLEH:

Lusi Ainurrahimah (2110712220002)

Hallisa (2110712220002)

Dosen pengampu :

Ustazah Mailita, S.PD.I, M.PD

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyrakat madani ialah katalain dari masyarakat sipil (sivil society), pengertian masyarakat
madani itu sendiri mengacu pada civil society yang muncul kembali dalam diskurus akademis
pada tahun 90-an. Secara harfiah civil soceity itu sendiri diambil dari kata civilzation yang berarti
peradapan. Untuk itu civil society dapat diartikan sebagai komonitas masyarakat kota yakni
masyarakat yang telah berperadapan maju.

Masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang
menjamin keseimbangan antara kebebasan individu untuk stabilitas masyarakat. Pengertian lain
dari masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusian yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Konsep civil society diadopsi oleh umat islam dengan pendekatan projecting back theory,
yaitu melihat sejarah awal islam sebagai patukan, dan bila tidak ditemukan maka dicarikan pada
sumber al-Qur’an dan al-Hadist. Civil society diterjemahkan dengan masyarakat madani, yaitu
suatu masyarakat yang diciptakan Nabi Muhammad SAW di madinnah. Ciri-ciri kehidupan pada
masa Nabi yang ideal dianggap sebagai proto-masyarakat modern. Kehidupan yang ideal pada
masa Nabi merupakan acuan juga bagi John Locke, Mostequieu, dan Rousseau dalam menyusun
konsep civil society.

Untuk itu penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana konsep masyarakat madani itu
sendiri.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengatahui apa itu yang di maksud masyarakat madani


2. Mengetahui karekteristik ciri-ciri masyarakat madani
3. Mengetahui bagaimana perkembangan masyarakat madani
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Masyarakat Madani Menurut Para Ahli

1. Mun’im (1994)
Mengungkapkan bahwa istilah civil society atau masyarakat madani adalah sebuah
gagasan eris yang menjawantah di berbagai tatanan sosial. Dimana hal terpenting
dari gagasan tersebut ialah usaha yang dalam menyelaraskan berbagai konflik
kepentingan. Entah itu kepentingan masyarakat, individu, dan juga negara.

2. Hefner
Hefner menungkapkan bahwa masyarakat madani merupakan sebuah masyarakat
yang memiliki ciri khas demokratis dalam berinteraksi dangan masyarakat lain.
Selain itu, masyarakat madani biasanya lebih heterogen.
Dalam kondisi tersebut, mereka dihapaeapkan bisa menumbuhkan kesadaran untuk
mewujudkan perdapan. Dengan begitu, mereka pada akhirnya mampu berpartisipasi
dan mengatasi kondisi global yang cukup kompleks dan juga penuh dengan
persainga.

3. Mahasin (1995)
menyatakan bahwa masyarakat madani sebagai terjemahan bahasa inggris, civil
society. Kata civil society sebenarnya berasal dari bahasa latin yaitu civitas dei yang
artinya kota ilahi dan society yang berarti masyarakat. Dari kata civil membentuk
kata civilization yang artinya peradapan. Oleh sebab itu, kata civil society dapat
diartikan sebagai komunitas masyarakat kota yakni masyarakt yang telah
berperadapan maju.

4. Munawir (1997)
Istilah madani sebenarnya berasal dari bahasa arab, madaniy. Kata madiniy berakar
dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal, atau membangun. Kemudian
berubah istilah menjadi madaniy yang artinya beradap, orang kota, orang sipil, dan
yang bersifat sipil atau perdata. Dengan demikian, istilah madaniy dalam bahasa
arab memiliki banyak arti. Konsep masyarakat madani menurut madjid (1997)
kerapkali dipandang telah berjasa dalam mengahadapi rancangan kekuasaan otoriter
dan menentang pemerintahan yang sewenang-wenang di amerika latin, eropa selatan,
dan eropa timu.

5. Hall (1998)
Mengmukakan bahwa masyarakat madani identik dengan civil society, artinya suatu
ide, angan-angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang dapat terjewantahkan
dalam kehidupan sosial. Pada masyarakat madani pelaku sosial berpegang teguh
pada peradapan dan kemanusian.

2.2 Masyarakat Madani Pada Zaman Rasulullah SAW

Pada kehidupan masyarakat madinah di bawah Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur
Rasyidin sangat menjunjung prinsip-prinsip dalam civil society yang lahir di Barat. Masyarakat
madani bentukan Nabi paralel dengan ide civil society bentukan Cicero. Cicero introduced the
concept of society civils that is communities which conformed to norms that rose above and
beyond the laws of the state and they fulfilled their public and social roles to serve the interrest
of the political community. In this view, the state constitutes an instrument of civil society
(Caparini, 2002:1). It refers to the living in a civilized poliyical communty, having it’s own legal
code and withundertones of civility, urbanity and ‘civil partnership’ (Caparini, 2002:2).

Islam yang diajarkan Nabi Muhammad SAW sangat menjunjung tinggi harkat kemanusiaan.
Dalam QS 2 : 30-34 dijelaskan bahwa Allah menyuruh kepada para malaikat bersujud kepada
Adam (manusia pertama) yang telah diberi kelebihan akal pikiran. Manusia diutus Allah
menjalankan misi khalifah fil ardhi (mengatur alam semesta). Perkembangan lebih lanjut dari
paham humanisme ini, kemudian di Barat sebagaimana yang dikemukakan Geovany Piego
melahirkan paham liberalisme yang berangkat dari asumsibahwa manusia pada dasarnya baik
sehingga harus diberi kebebasan. Hal ini didasarkan pada hadist Nabi “setiap bayi dilahirkan
dalam keadaan suci.”

Dalam karya The Venture of Islam, Hodgson, seorang ahli sejarah dunia, melihat bahwa
seandainya sejarah dunia ini diibaratkan roda maka sumbunya adalah sejarah islam. Bahkan
motto bukunya diambil dari sebuah ayat Al-Qur’an: kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan
umat manusia, ... (QS 3 :110). Dia melihat kehadiran islam di muka bumi ini sungguhsangat
sukses dan memiliki implikasi yang sangat signifikan pagi peradapan, di antaranya dalam bidang
ilmu pengetahuan. Sebelum islam datang, ilmu pengetahuan bersifat sangat nasionalistik sekali-
untuk tidak menyebut parokialistik. Misalnya, ilmu Yunani, ilmu Romawi, ilmu Cina, ilmu
India, dan ilmu Mesir. Masing-masing mengaku dirinya paling benar dan mereka tidak mau
mempelajari ilmu-ilmu lain. Namun tidak demikian halnya dengan islam. Sejak awal Nabi
Muhammad menegaskan “carilah ilmu pengetahuan walaupun berada di negeri cina.”

Nabi Muhammad telah menampilkan peradapan Islam yang losmopolitan dengan konsep
umat yang menghilangkan batas etnis, pluralitas budaya dan heteroganitas politik. Perdapan
Islam yang ideal tercapai pada masa Nabi Muhammad karena tercapai keseimbangan antara
kecendrungan normatif kaum Muslimin dan kebebasan berfikir semua masyarakat (termasuk
mereka yang non-muslim) (Wahid, 1999 : 4). Keseimbangan itu akan tergangu bila dilakukan
ortodoksi (formalisme) terhadap ajaran Islam secara berlebih-lebihan. Ortodoksi yang tadinya
untuk menistematiskan dan mempermudah pengajaran agama, akhirnya dapat mejadi pemasung
terhadap kebebasan berfikir karena setiap ada pemikiran kreatif langsung dituduh sebagai bid’ah.

Konsep civli society mendapat pengaruh dari pemikiran Islam, sebagaimana di jelaskan di
buku karangan C.G. Weeramantry (Monash University, Australia) dan M. Hidayatullah (india)
yang berjudul Islamic Jurisprudence: An Internasional Perspective, terbitan Macmillan Prees
(Azizi, 2000, 90-94). Menurut mereka, pemekiran John Lock dan Rousseau, terutama sekali
mengenai teori mereka tentang kedaulatan ,mendapat pengaruh dari pemikiran Islam.

Sistem sosia madani yang dikembangkan oleh Rasulullah SAW memiliki beberapa ciri
unggul, yakni kesetaraan, istiqomah, mengutamakan partisipasi, dan demokrasi dengan dilandasi
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Esensi ciri unggul tetap relevan dalam konteks waktu
dan tempat berbeda, sehingga pada dasarnya prinsip itu layak diterapkan . Nabi Muhammad
SAW telah memberikan contoh,bagaimana sebaiknya memperlakukan kelompok minoritas.
Akan tetapi harus diakui, membangun sebuah masyarakat madani yang beradapan, maju dan
bermartabat dalam ikatan persamaan dan persaudaraan sejati memerlukan kerangkan dan
pendekatan yang lebih evolusioner dari pada revolusionr.

2.3 Karakteristik Masyarakat Madani

1. Integritas antar individu dan kelompok terjalin secara eksklusif kedalam masyarakat
dengan melalui aliansi sosial juga kontrak sosial.
2. Kekuasaan yang ada di dalam masyarakat madani bersifat menyebar, sehingga
kepentingan yang sifatnya mendominasi bisa dikurangi dengan adanya kekuatan
alternatif.
3. Adanya program pembangunan yang didominasi oleh masyarakat itu sendiri.
4. Dilengkapi dengan akses hubungan antara kepentingan induvidu dan juga negara.
Sebab, anggota relawan bisa memberikan masukan kepada keputusan yang di ambil
pemerintah.
5. Maju dan berkembangnya kreativitas yang awalnya terhabat razim totalitr.
6. Terciptanya loyalitas atau kesetian serta kepercayaan. Sehingga setiap individu
mengakui ketertarikannya dengan individu lain dan merekan tidak memprioritaskan
kepntingan sendiri.
7. Terdapat pembebasan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan dari lembaga sosial
dengan berbagai macam perspektif.
8. Memiliki kepercayaan dan keimanan kepada tuhan. Itu artinya mereka adalah
masyarakat yang memiliki agama dan mengakui keberadaan tuhan. Selain itu, mereka
juga menempatkan hukum tuhan sebagai pondasi dalam mengatur kehidupan.
9. Hidup damai dan tentram. Sebab, semua orang yang ada di masyarakat di madani
baik itu secara kelompok maupun individu sangat menghormati dan menghargai
pihak lain.
10. Saling tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal seseorang yang bisa saj
mengurangi kebebasan mereka.
11. Toleransi, itu artinya mereka tidak akan mencampuri urusan orang lain yang sudah
memiliki kebebasan sebagai manusia. Mereka juga tidak akan merasa tergangu
dengan pihak lain yang memiliki latar belakang yang berbeda.
12. Terciptanya keseimbangan antara kewajiban dan hak.
13. Memiliki peradapan yang tinggi. Itu artinya mereka mempunyai kecintaan terhadap
ilmu pengetahuan dan mengunakan serta memanfaatkan ilmu tersebut untuk masa
depan.
14. Memiliki akhlak yang mulia.

2.4 Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam terjadi pada
masa Abbassiyah. Pada masa itu umat islam menunjukan kemajuan di bidang kehidupan seperti
ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya.
Umat Islam menjadi kelompok terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir
pada masa itu, sperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyud, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lainnya

Dalam kontek masyarakat indonesia, di mana umat Islam adlah mayoritas, peranan umat
Islam untuk mewujudkan masyarakat madani sangat menetuan. Kondisi masyarakat indonesia
sangat tergantung pada konstribusi yang diberikan oleh umat Islam. Peranan umat Islam itu dapat
direalisasikan melalui jalur hukum, sosial-politik, ekonomi, dan lain-lain. Sistem hukum,
ekonomi, sosial-politik dan yang lainnya di indonesia, memberikan ruang untuk menyalurkan
aspirasinya secara konstruktif bagi kepentingan bangsa secara keseluruhan.

Permasalahan pokok yang menjadi kendala saat ini adalah kemampuan dan konsistensi umat
islam indonesia terhadap karekter dasarnya untuk mengemplementasikan ajaran Islam dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara melalui jalur-jalur yang ada. Sekalipun umat Islam secara
kuantitatif mayoritas tetapi secara kualikatif masih rendah sehingga perlu pemberdayaan secara
sistematis ikap amar ma’ruf nahi munkar.

Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman pemberdayaan civi
society perlu ditekankan, antara lain melalui perananya:
1. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan
pendidikan.
2. Sebagai advokasi bagi masyarakat yang “teranaya”, tidak berdaya membela hak-hak
dan kepentingan mereka.
3. Sebagai kontrol terhadap negara.
4. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure
group)
5. Masyarakat madani pada dasarnaya merupakan suatu ruang yang terletak antara
negara disatu pihak dan masyarakat dipihak lain. Dalam ruang lingkup tersebut
terdapat sosialisasi warga masyarakat yang bersifat sukarela dan terbangun dari
sebuah jaringan hubungan di antara asosiasi tersebut, misalnya berupa perjanjian,
koperasi, kalangan bisnis, rukun warga, rukun tetangga, bentuk organisasi-organisasi
lainya.

2.5 Islam Dalam Menjamin Kebahagian Dunia Dan Akhirat, Dalam Konteks
Kehidupan Modernt

Kebahagian dalam islam adalah kebahagian autentik: lahir dan tumbuh dari nilai-nilai
hakiki islam dan mewujudkan dalam diri seorang hamba yang mampu menunjukan sikap tobat
(melakukan instropeksi dan koreksi diri) untuk selau berpegang pada nilai-nilai kebenaran
ilahiah, mensyukuri karunia Allah berupa nikmat iman, islam, dan kehidupan, serta menjunjung
tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan dalam menjalani kehidupan pribadi, sosial, dan
profesional. Pada sisi lain kebahagian tidak menjadi lengkap jika tidak mewujud dalam
kehidupan konkret dalam jalan membahagiakan orang lain.

Sebagaian manusia berpendapat bahwa kebahagian dapat diukur dari seberapa banyak
kekayaan materi yang dimiliki, sebagian lain beranggapan bahwa kebahagian akan muncul jika
memiliki suatu kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, sebagian lain berpendapat bahwa
kebahagian terletak pada tahta, kewibawaan, pangkat dan ketenaran yang dimiliki. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa hal yang membawa kebahagian yaitu persaan ridha dan rela atas
pemberian yang ditentukan Allah, sebagian lain berpendapat bahwa kebahgian muncul jika
mempunyai ketertarikan dengan keyakinan atau ideologi tertentu, bahkan ada yang berpendapat
bahwa kebahagian akan muncul jika memiliki suami shalih dan hidup harmonis dalam rumah
tangga.1

Religiusitas islam menunjukan bahwa keragaman seseorang tidak terlepas dengan


spiritualitas yaitu pengalaman kedekatan terhadap sang khalik. Religiusitas islam menawarkan
kesejatraan atau kebahagiaan yang mengarah kepada kehidupan bermakna bukan sekedar lebih
banyak mengalami perasaan positif daripada perasaan negatif dan mengalami kepuasan hidup
yang subyektif. Religius islam mengarahkan kebahagian kepada kehidupan yang membawa
seseorang kepada pengoptimalan potensi diri, kemandirian, memiliki hubungan yang baik
dengan orang lain serta mampu mengahadapi kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya.
Religius Islam menunjukan bahwa islangisi individu dengan harapan akan masa depan dan
menciptakan makna dalam hidup.2 Individu yang memiliki tingkat religius yang tinggi
memunculkan harapan yang lebih besar pada hidupnya, maka individu tersebut dapat
meningkatkan optimisme taehadap masa depan hidupnya.(mayasari,2014)

Adapaun beberapa prinsip kebahagian dalam konsep hidup islam:

1. Bahagia di jalan Allah SWT


Dakam Qs. Al-An’am: 153 Allah SWT berfirman “dan bahwa (yang kami perintahkan
ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-
jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” Kebahagian hanya diperoleh
dengan meniti jalan yang digariskan oleh Allah. Yang dimeksut meniti jalan Allah adalah
menaati perintah-Nya dan meninggalkan larangangan-Nya dengan ikhlas dan benar.
2. Menghubungkan antara kebahagian Roh dan Jasad
Manusia terbentuk dari ruh dan jasad. Masing-masing dari keduanya membutukah gizi
dan nutrisi yang harus dipenuhi secara adil. Sebagian kalangan hanya menekan aspek ruh
dan mengabaikan kebutuhan jasad. Sebaliknya sebagian yang lain hanya menekankan
pemenuhan kebutuhan jasad dan mengabaikan kebutuhan ruh.

1
Amar Abdul Mun’in Salim, menjadi manusia paling bahagia, (Jakarta: pustaka Azzam, 2005), hal. 15-16.
2
Sulthon Nur Riski, Ratna Puspita Sari, Rahma Rosaliana, agama dan kebahagian : A Literatur Review. Resenologi
KPM UNJ. Vol. 3, no.2. oktober 2018. hal 59-60.
Adapun petunjuk islam memenuhi kebutuhan keduanya (ruh dan jasad) secara adil. Ruh
dipenuhi cahaya wahyu dari langit dan menjaga kesehatan jasad dengan pemenuhan
hajad syahwat dan syahwat melalui cara yang halal dan thayyib
3. Berani menghadapi resiko hidup
Barang siapa yang telah menikmati manisnya iman, maka ia tekkan pernah mau
meninggalkannya, kendati pedang diletakkan dilehirnya.
4. Kebahagian adalah ketenangan dalam hati
Tiada kebahagian tanpa sakinah (ketenangan). Dan tiada ketenangan tanpa iman.
Keimanan melahirkan dua sisi (1) iman dapat menghindarkan dan memalingkan
seseorang dari ketergelinciran ke dalam dosa yang merupakan sebab ketidak tenangan
dan kegersangan jiwa.(2) keimanan dapat menjadi sumber utama kebahagian, yang
sakinah dan thuma’nnah.
5. Perpindahan dari kebahagiaan dunia pada kebahagian akhirat
Pasca kehidupan dunia, akan memasuki kehidupan di alam kubur bakda kematian dan
selanjutnya kehidupan di negaeri akhirat setelah hari kiamat. Dan jalan-jalan kebahagian
akan menyertai manusia dalam tiga fase kehidupan tersebu (dunia, alam kubur, dan hari
akhir)

2.6 membumikan islam di indonesia agar islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup
bukan beban hidup

Konsepsi terkait kebangsaan, kenegaraan serta kewarganegaraan tentu sudah bergerak


lebih jauh dan lebih kompleks dari yang pernah diimplementasikan pada zaman Nabi SAW
dahulu. Namun demikian, keseriusan madinah dalam menjamin keterbukaan, lesederajatan,
kebebasa serta solidaritas kewargaan itu masih tetap terjaga, utamanya untuk negara-negara
dengan nilai pluralitas yang besar seperti indonesia.

Seharusnya tidak usah khawatir dengan pluralitas kebangsaan kita. Tuhan tidak sedang
“bermain daduh” dalam keterlibatan-Nya dengan proses penciptaan negara ini, keragaman
tidak selalu berakhir pertikaian asalkan tersedia kematangan jiwa kebangsaan dan sitem
tatakelola yang baik. Tidak juga teropsesi dengan penyeragaman kebangsaan, karena
keseragaman bukan ukuran keharmonisan serta kesejahteraan, pada kenyataannya, realistis
sejagat kontenporer menunjukan hanya sedikit negara yang terdiri dari suatu kelompok
bangsa.

Jika reformasi kewarganegaraan merupakan prasyarat “perangkat keras” bagi perbaikan


kehidupan negara-bangsa, reformasi etik dan moral kemasyarakatan merupakan “perangkat
lunak” bagi upaya-upaya perbaikan (islah) terebut. Dengan sendirinya etika dan moral
keagamaan berperan penting sebagai bantalan vital bagi keutuhan dan keberlangsungan suatu
negara-bangsa. Komuntas agama harus memiliki pahlawan yang jernih tentang mana
persoalan privat dari agam dan mana persoalan publik dari agama, kapan mereka harus bisa
bersatu.

Kondisi bangsa indonesia sekarang yang cenderung mengabaikan pancasila dan


kebangsaan merupakan kelemahan dan kerawanan yang harus segera kita perbaiki, demi
mencapai masa depan yang maju dan sejahtera. Untuk itu perlu dikembangkan kesadaran
masyarakat bahwa hidup sesuai nilai-nilai pancasila adalah sikap yang tepat sesuai hakikat
alam semesta. Kebudayaan pancasila menghendaki individu berkembang sebaik-baiknya dan
pada saat sam maka membangun harmmoni dengan lingkungan masyarakat dimana ia berada
dan hidup, maka analog dengan itu bangsa indonesia mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan dirinya sebaik mungkin lahir dan batin dan menjalankan usaha kuat pula
mewujudkan harmoni dengan masyarakat manusia disekeliling dirinya.

Titik temu bangsa indonesia dalam mebntik civil society religion bagi pengelolaan ruang
puplik bersama khususnya islam dan kebangsaan dalam konteks ke indonesiaan, tak lain
pancasila. Pancasila yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan mencari titk-temu
kebhinekaan bangsa haruslah menjadi kalimatun sawa dan concern bersama bangsa indonesia
dalam persoalan publik yang menyangkut keadilan, kesejahteraan, kemanusian dan
peradapan.
BAB III

KESIMPULAN

Masyarakat madani atau juga di sebutkan civil society adalah sebuah konsep tatanan
negara yang mandiri dan menujukan kemajuan dalam hal peradapan, mempunyai ciri-ciri
atau karakteristik tertantu yang membedakannya dengan bentuk masyarakat lainnya. Dalam
konsep masyarakat madani sendiri sudah ada pada zaman Rasulullah, diamana juga para ahli
berpendapat bahwa pemikiran dari civil society yang berasal dari Barat juga terdapat
campuran dari pemikiran Islam. Karekteristik masyarakat madani yang maju dan beradap
sehingga dapat menciptakan negara yang maju idaman manusia. Termasuk indonesia,
mayoritas masyarakat indonesia adalah muslim dapat mewujutkan masyarakat madani.

Pada zaman Rasulullah, beliau telah mencontohkan bagaimana hidup bermasyarakat


sesuai dengan apa yang menjadi karekteristik dari masyarakat madani. Itu dapat di pastikan
bahwa masyarakat pada zaman Rasulullah khususnya masyarakat madaniayah telah
berkembang pesat. Sebagai negara yang mayoritasnya beragama muslim hendaklah kita
untuk mewujudkan sistem masyarakat madani yang mana dapat di pastikan apabila suatu
negara bisa mengaplikasikan konsep dari masyarakat madani, maka negara tersebut akan
maju.

Pancasila sebagai sarana untuk mewujudkan sebuah konsep masyarakat madani di mana
dalam pancasila terkandung unsur-unsur dari masyarakat madani itu sendiri. Seperti contoh
dalam sila pertama yang berbunyi “ketuhanan yang maha esa” sebagai kita tau bahwa
karekteristik dari masyarakat madani itu salah satunya adalah mempercayai adanya tuhan.
Sehingga apabila kita menjalankan unsur-unsur yang terkandung dalam pancasila dapat
menjadikan indonesia sebagai masyarakat madani.
DAFTAR PUSTAKA

Ubaedillah. A. Rozak. A, “Pancasila, Demokrasi, Ham, Dan Masyarakat Madani” Jakarta :


Prenamedia Grup, 2003.

Amiros Shodiq. “Konsep Kesejahteraan Dalam Islam” Equilibrium, Vol. 3, Desember 2015,
No 2.

Suhlthoon Nur Rizky, Ratna Puspitasari, Rahma Rosaliana.”Agama Dan Kebahagiaan :A


Literatur Review” Resenologi KPM UNJ,Vol. 3, Oktober 2018, No 2

Abu Bakar Kabakoran. “Membumikan Islam Dalam Keindahan Kita” Zahkim Vol. XV,
Desember 2019, No 2.

Anda mungkin juga menyukai