Anda di halaman 1dari 6

Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition, Bandung, September 2005

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

Oleh:
Ir. Oetomo Tri Winarno, MT
Departemen Teknik Perminyakan - Institut Teknologi Bandung

ABSTRACT PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara pengekspor dan Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor
pengimpor minyak bumi. Sebagian kilang-kilang minyak bumi dan merupakan salah satu negara
minyak domestik menggunakan minyak bumi anggota OPEC (Organization of Petroleum
impor sebagai bahan baku. Dengan produksi Exporter Country). Industri minyak bumi di
minyak bumi yang terus menurun, porsi minyak Indonesia telah berkembang lebih dari seratus
bumi impor semakin meningkat. Selain itu, tahun. Sektor minyak dan gas bumi juga telah
dengan konsumsi bahan bakar minyak domestik memberikan sumbangan yang cukup besar
yang meningkat dan terbatasnya kapasitas kilang terhadap pembangunan nasional, khususnya pada
minyak, memaksa Indonesia untuk mengimpor tahun-tahun 1970-an hingga 1980-an. Namun
bahan bakar minyak. demikian, kecenderungan ke depan kondisi
tersebut di atas akan berubah.
Mulai tahun 2003, secara netto Indonesia telah
menjadi negara pengimpor minyak (minyak bumi Banyak yang tidak menyadari bahwa cadangan
dan bahan bakar minyak), dan volume impornya minyak bumi Indonesia semakin menipis dan
terus meningkat dalam dua tahun terakhir. Surplus kemampuan produksinya semakin menurun. Di
perdagangan minyak bumi saat ini sangat rendah, sisi lain, pola konsumsi energi yang sangat
sedangkan impor bahan bakar minyak mencapai tergantung pada minyak bumi yang telah
lebih dari seperempat konsumsi domestik. terbentuk selama bertahun-tahun akan sulit untuk
diubah. Tanpa ada perubahan kebijakan,
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah pemakaian minyak bumi akan terus tumbuh di
mentargetkan peningkatan produksi minyak bumi tahun-tahun mendatang. Sehingga ekspor minyak
dengan mendorong pengoperasian lapangan- bumi akan terus berkurang dan impor minyak
lapangan minyak baru dan meningkatkan bumi semakin meningkat.
perolehan minyak dari lapangan-lapangan yang
ada. Namun demikian, peningkatan produksi Dengan volume subsidi BBM yang sangat besar
minyak bumi tidak dapat berjalan seketika, pada saat ini, pendapatan bersih (pendapatan pajak
diperlukan waktu dan kondisi-kondisi yang dan non pajak minyak bumi dikurangi subsidi
memungkinkan untuk tumbuhnya investasi. BBM) dari minyak bumi dalam APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) semakin
Apabila skenario peningkatan produksi minyak menurun. Bahkan pada saat ini, kenaikan harga
bumi dan kapasitas kilang minyak domestik dapat minyak dunia justru nenyebabkan meningkatnya
dijalankan dan konsumsi bahan bakar minyak defisit APBN, tidak ada lagi windfall profit dari
dapat dikendalikan, maka Indonesia diperkirakan kenaikan harga minyak bumi seperti pada masa
baru akan kembali menjadi pengekspor minyak lalu.
netto pada tahun 2011. Merupakan tantangan yang
luar biasa berat bagi Indonesia untuk dapat terus MENJADI NET IMPORTER MINYAK
meningkatkan produksi minyak hingga level 750 Sejak tahun 1994, produksi minyak Indonesia
juta barel per tahun dan tetap mempertahankan cenderung terus menurun hingga saat ini. Jika
predikat sebagai negara pengekspor minyak. pada tahun 1994 produksi minyak Indonesia
hampir mencapai 600 juta barel/tahun, maka pada
Kata kunci: minyak bumi, bahan bakar minyak, tahun 2004 produksinya menjadi hanya 410 juta
produksi, konsumsi, net importer barel/tahun. Penurunan produksi ini berakibat
langsung pada penurunan neraca perdagangan

1
Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition, Bandung, September 2005

(ekspor – impor) minyak bumi, di mana pada Dengan terbatasnya kapasitas kilang minyak
tahun 2004 dapat dikatakan tidak ada lagi surplus dalam negeri, Indonesia harus mengimpor BBM
perdagangan minyak bumi (ekspor = impor). Pada dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi
Gambar 1, diperlihatkan perkembangan produksi kebutuhan BBM domestik. Pada tahun 2004,
dan ekspor – impor minyak bumi selama 1994 – impor BBM mencapai hampir 17 milyar
2004. Sementara pada Tabel 1, diperlihatkan liter/tahun, atau hampir 30% dari total pemakaian
neraca minyak bumi Indonesia selama tiga tahun BBM domestik. Perkembangan neraca BBM
terakhir. Indonesia dalam tiga tahun terakhir ditunjukkan
pada Tabel 2.
700
Tabel 2. Neraca BBM
600

500
Produksi (milyar liter/tahun) 2002 2003 2004
Ekspor
Juta barel/tahun

Impor
400 Input Kilang Produksi 44.31 44.23 43.47
Impor 14.57 15.12 16.97
300
Ekspor 0.52 0.45 -
200
Impor Netto 15.09 15.56 16.97
100
Pasokan Domestik 59.41 59.80 60.44
- Ketergantungan 25% 26% 28%
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Sumber: diolah dari DJ Migas
Keterangan:
Sumber: DJ Migas, 2004 • Pasokan Domestik adalah BBM untuk domestik yang
berasal dari kilang domestik dan impor
Gambar 1. Produksi, Ekspor, dan Impor • Ketergantungan adalah persentase impor netto BBM
Minyak Bumi terhadap Pasokan Domestik

Tabel 1. Neraca Minyak Bumi Jika ekspor netto minyak bumi dikurangi dengan
impor netto BBM, maka dapat dilihat bahwa
(juta barel/tahun) 2002 2003 2004 mulai tahun 2003, Indonesia sudah menjadi net
importer minyak (untuk membedakan antara
Produksi 456.03 416.98 410.62
minyak, minyak bumi dan BBM, maka dalam
Impor 118.5 131.95 177.76 tulisan ini yang dimaksud minyak adalah jumlah
Ekspor 184.8 188.44 187.61 keseluruhan minyak bumi dan BBM).
Ekspor Netto 66.3 56.49 9.85 Perkembangan neraca minyak Indonesia tahun
Pasokan Domestik 357.97 358.52 375.60
1994-2004 diperlihatkan pada Gambar 2. Dalam
kondisi net importer, kenaikan harga minyak
Ketergantungan 33% 37% 47% dunia justru akan berakibat negatif terhadap
Sumber: diolah dari DJ Migas pendapatan negara.
Keterangan:
• Pasokan Domestik adalah minyak bumi untuk input kilang
• Ketergantungan adalah persentase impor minyak bumi 300
terhadap Pasokan Domestik
250

200
Neraca perdagangan minyak bumi di atas akan
Juta barrel/tahun

150
lebih buruk lagi jika kilang minyak dalam negeri
terus dibangun untuk mengikuti permintaan bahan 100

bakar minyak (BBM) domestik. Sebagai catatan, 50


kapasitas kilang minyak domestik pada saat ini 0
hanya mampu memasok sekitar 70% dari -50
kebutuhan BBM domestik. Sehingga jika -100
kapasitas kilang minyak ditingkatkan, kebutuhan
1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

minyak mentah yang diolah di kilang akan


semakin meningkat, dan ini akan mengakibatkan Sumber: diolah dari DJ Migas, 2004
impor minyak bumi yang jauh lebih besar
dibanding impor saat ini. Gambar 2. Neraca Minyak

2
Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition, Bandung, September 2005

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Oleh karena itu, PEN mentargetkan pemakaian


Kebijakan energi nasional, seperti tercantum minyak dalam negeri harus diturunkan menjadi
dalam Kebijakan Energi Nasional 2003 – 2020 25% dari total pemakaian energi primer pada
(KEN) dan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional tahun 2025. Dengan penurunan pangsa minyak ini
2005 – 2025 (PEN), mengatur langkah-langkah pun, dari segi volume pemakaian minyak
pengembangan energi nasional. Dalam sub sektor domestik tetap meningkat, yaitu menjadi 705,6
minyak, pada dasarnya kebijakannya adalah juta SBM pada tahun 2025.
peningkatan produksi minyak dan pembatasan
pertumbuhan pemakaian minyak. Pada Gambar 3 dan 4 diperlihatkan pergesaran
pangsa pemakaian energi serta pergeseran volume
Kebijakan Peningkatan Produksi Minyak pemakaian energi.
Menyadari produksi minyak bumi yang terus
menurun serta meningkatnya impor BBM, 100% 5%
12% lainnya
pemerintah menggariskan kebijakan mengenai 90%
minyak bumi
peningkatan produksi minyak, baik di sisi hulu 80%
25% gas bumi
70%
maupun hilir minya. Di sisi hulu, kebijakannya 54% batubara
60%
adalah:
50% 31%
• Peningkatan kegiatan eksplorasi dan 40%
eksploitasi minyak. 30% 27%
• Peningkatan perolehan minyak bumi. 20%
33%
• Pengembangan lapangan marginal. 10% 14%
• Pengutamaan pemenuhan kebutuhan minyak 0%
domestik. 2003 2025

Sumber: diolah dari PEN, 2005


Di sisi hilir, kebijakannya adalah:
• Peningkatan kapasitas kilang domestik untuk Gambar 3. Target Pergeseran Pangsa Pemakaian
memenuhi kebutuhan BBM domestik. Energi pada Energi Primer Mix
• Peningkatan kualitas BBM dari kilang
domestik, khususnya untuk memenuhi 3,000
standar lingkungan. 322.0
2,500 lainnya
minyak bumi
Pembatasan Pertumbuhan Pemakaian Minyak gas bumi
705.6
2,000
Peningkatan produksi minyak saja tidak akan
Juta SBM

batubara
dapat mengatasi permasalahan peningkatan 1,500
856.8
ketergantungan minyak Indonesia. Hal yang 1,000
penting dilakukan juga adalah pembatasan 44.5
484.2
pertumbuhan pemakaian minyak. 500 915.6
235.9
- 125.5
Berdasarkan dokumen PEN, diperkirakan
2003 2025
permintaan energi primer Indonesia pada tahun
2025 akan menjadi sebesar 2,8 milyar SBM Sumber: diolah dari PEN, 2005
(setara barel minyak), meningkat 3 kali lipat
dibanding pemakaian energi primer saat ini. Jika Gambar 4. Target Pergeseran Volume Pemakaian
pemakaian BBM tidak dapat ditekan, sehingga Energi pada Energi Primer Mix
pangsa pemakaian BBM dalam energi primer mix
tahun 2025 masih sama dengan pangsa saat ini Sama halnya dengan kebijakan di sisi hulu minyak,
(54% dari pemakaian energi primer total), maka kebijakan di sisi hilir juga merupakan tantangan
permintaan BBM tahun 2025 akan menjadi 1,52 berat untuk dilaksanakan. Khususnya dalam hal
milyar SBM. Padahal, produksi minyak bumi penyediaan infrastruktur energi non minyak yang
tertinggi yang pernah dicapai Indonesia hanya harus dibangun untuk mendorong pemakaian
sebesar 614 juta barel per tahun, yang dicapai energi non minyak. Selain itu, harga BBM harus
pada tahun 1977. Pada saat ini, produksi minyak dibawa menuju harga yang wajar sesuai dengan
bumi menurun menjadi 410 juta barel per tahun. keekonomiannya, sehingga pemakaian energi non
minyak dapat berkembang.

3
Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition, Bandung, September 2005

MENUJU SWASEMBADA MINYAK Untuk meningkatkan daya tarik bagi investor di


Ketidakstabilan sosial – politik setelah tahun 1998 sektor pertambangan migas, pemerintah
berdampak pula pada kegiatan produksi migas, menerbitkan aturan-aturan fiskal baru yang lebih
khususnya minyak bumi. Produksi minyak bumi menarik untuk lapangan-lapangan migas yang
sejak tahun 1997 terus mengalami penurunan, ditawarkan pada tahun 2004, seperti diperlihatkan
seperti telah disampaikan pada pembahasan pada Tabel 3. Pada beberapa lapangan migas yang
sebelumnya. Penurunan produksi minyak bumi ini ditawarkan, diberikan tingkat bagi hasil untuk
terkait dengan menurunnya kemampuan produksi kontraktor yang lebih tinggi dibanding sistem bagi
dari lapangan minyak (declining), pergantian hasil konvensional.
pengelolaan lapangan minyak (misalnya
pengelolaan Blok CPP dari PT Caltex kepada PT Dalam pelaksanaan kebijakan peningkatan
Bumi Siak Pusako), serta belum selesainya proses produksi minyak, pemerintah mentargetkan
kontrak pengelolaan lapangan minyak (misalnya produksi minyak bumi sebesar 1,3 juta barel per
lapangan Cepu). hari atau 475 juta barel per tahun pada tahun 2009.
Beberapa lapangan yang diharapkan dapat
Kegiatan eksplorasi pasca krisis ekonomi menambah produksi minyak bumi di antaranya
menunjukkan kecenderungan bahwa: yaitu (PEN, 2004):
• secara umum terjadi penurunan kegiatan • Cepu/Jawa Timur (170 ribu bph)
eksplorasi migas, • Jeruk/Jawa Timur (50 ribu bph)
• proporsi eksplorasi migas di onshore • West Seno/Selat Makassar (27 ribu bph)
meningkat, • Belanak/Natuna (50 ribu bph)
• rasio keberhasilan penemuan migas menurun. • Petrochina (25 ribu bph)
• Pertamina (30 ribu bph)

Tabel 3 Aturan Fiskal untuk Wilayah Kerja Baru yang Ditawarkan Tahun 2004

Government Contractor
Take (%) Take (%) Invest-
No Block Size (Km2) After Tax After Tax ment
FTP Credit
Oil Gas Oil Gas
1 Lhokseumawe 5.908 75 60 10 25 40 110
2 Ujungkulon 3.706 75 60 10 25 40 110
3 N.E. Madura III 3.791 80 65 10 20 35 -
4 N.E. Madura IV 3.785 75 60 10 25 40 -
5 N.E. Madura V 3.785 80 65 10 20 35 -
6 Rote I 14.135 65 60 10 35 40 110
7 Rote II 18.572 65 60 10 35 40 110
8 Babar 17.074 65 60 10 35 40 110
9 Selaru 19.256 65 60 10 35 40 110
10 Manokwari 6.504 65 60 10 35 40 110
11 Segaf 8.880 85 70 15 15 30 -
12 Amborip I 9.915 85 70 15 15 30 -
13 Amborip II 9.923 85 70 15 15 30 -
14 Amborip III 9.826 85 70 15 15 30 -
15 Amborip IV 9.728 85 70 15 15 30 -
16 Amborip V 9.724 85 70 15 15 30 -
17 Amborip VI 9.649 85 70 15 15 30 -
Sumber: DJ Migas, 2004
Keterangan:
- FTP: first tranche petroleum; Investment Credit hanya untuk lapangan gas bumi

4
Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition, Bandung, September 2005

Peningkatan produksi minyak bumi berdasarkan Untuk konsumsi BBM, ditunjukkan dua skenario,
perencanaan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas yaitu:
Bumi (DJ Migas) diilustrasikan pada Gambar 5. • Skenario Pesimis, yaitu bila konsumsi BBM
Selama tahun 2004 – 2010, direncanakan produksi terus meningkat seperti pertumbuhan historis.
minyak bumi meningkat secara rata-rata 4,5% per • Skenario Optimis, yaitu bila pertumbuhan
tahun, sehingga pada tahun 2010 produksinya konsumsi BBM dapat dikendalikan, sehingga
menjadi 520 juta barel per tahun atau 1,42 juta dapat mengikuti target PEN.
barel per hari.
Pada Skenario Pesimis, impor minyak bumi netto
600 terus meningkat. Seperti dapat dilihat pada
Gambar 6, selisih antara konsumsi BBM domestik
500
dan produksi minyak bumi semakin melebar.
400
Produksi (juta bph)

Ilustrasi Skenario Optimis, sesuai dengan target


300
Pengembangan Potensial
Blok Cepu
PEN, digambarkan secara lebih detail pada
Pengembangan Diusulkan Gambar 7. Yaitu:
200 Brown Field
Lapangan Marginal • Produksi minyak bumi dapat ditingkatkan,
100
Pengembangan Saat Ini
Optimasi Produksi
sehingga pada tahun 2011 Indonesia secara
Tidak Ada Tindakan netto dapat kembali swasembada (dapat
- memenuhi sendiri) minyak bumi.
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
• Kapasitas dan produksi kilang minyak dapat
Sumber: DJ Migas, 2005 ditingkatkan, sehingga pada tahun 2025
Indonesia secara netto dapat swasembada
Gambar 5. Target Peningkatan Produksi BBM.
Minyak Bumi
800
Pada Gambar 6, diperlihatkan skenario produksi 700
minyak bumi dan konsumsi BBM Indonesia
600
hingga tahun 2025. Untuk produksi minyak bumi,
Juta barel/tahun

ditunjukkan dua skenario, yaitu: 500

• Skenario Pesimis, yaitu bila produksi minyak 400

bumi tetap pada produksi saat ini, sebesar 300 Impor BBM
Produksi Kilang
410 juta barel per tahun. 200
Konsumsi BBM
• Skenario Optimis, yaitu bila produksi minyak 100 Produksi Minyak
bumi dapat ditingkatkan sehingga dapat
0
memenuhi kebutuhan domestik pada tahun
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2025 sebesar 750 juta barel per tahun, sesuai
dengan target PEN. Gambar 7. Skenario Produksi dan Konsumsi
Minyak Bumi dan BBM
1,200

1,000
Prod Meningkat Neraca minyak untuk kedua skenario di atas
Produksi Tetap
diperlihatkan pada Gambar 8. Yaitu:
Konsumsi PEN
800 • Untuk Skenario Optimis, diharapkan neraca
Juta SBM/tahun

Konsumsi Historis
minyak terus membaik. Kondisi defisit
600
minyak sebesar hampir 60 juta barel per
400 tahun pada saat ini diharapkan menjadi yang
terburuk sepanjang 2005 – 2025.
200
• Untuk Skenario Pesimis, neraca minyak bumi
- akan terus memburuk, apabila tidak ada
1994
1996

1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024

penambahan produksi dan pengendalian


pertumbuhan konsumsi BBM. Berdasarkan
skenario ini, defisit neraca minyak akan
Gambar 6. Skenario Produksi dan Konsumsi mencapai hampir 750 juta barel per tahun
Minyak Bumi pada tahun 2025.

5
Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition, Bandung, September 2005

300 PUSTAKA
200 1. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral,
“Kebijakan Energi Nasional 2003 – 2020”,
100
Jakarta, November 2004.
Juta barel/tahun

0 2. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral,


-100 “Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005
– 2025”, Jakarta, 2005.
-200
Prod Meningkat
3. Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan
-300 Prod Tetap
Kegiatan, “Pengembangan Sektor Hulu
-400
Migas”, Bandung, 26 September 2005.
4. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi,
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
“Peluang dan Tantangan Pengembangan
Gambar 8. Skenario Neraca Minyak dan Gas Bumi”, disampaikan pada
Minyak Bumi Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi
Nasional 2004, Pusat Informasi Energi –
Dalam Gambar 8 di atas, dapat dilihat bahwa Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral,
dengan Skenario Optimis pun, kondisi neraca Jakarta, Desember 2004.
minyak Indonesia akan tetap kritis pada tahun 5. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi,
2025. Dengan peningkatan produksi minyak bumi “Statistik dan Informasi Minyak dan Gas
dan pengendalian konsumsi BBM yang luar biasa Bumi”, beberapa edisi tahunan dan bulanan.
ternyata neraca minyak Indonesia akan kembali 6. Oetomo Tri Winarno, “Security of Energy
menurun setelah tahun 2018, dan kembali Supply in Indonesia”, prosiding National
menyentuh titik nol pada tahun 2025. Energy Congress 2004, World Energy
Council – Indonesian National Committee,
Setelah kembali menjadi net eksporter minyak Jakarta 23 –24 November 2004.
pada tahun 2011, ternyata Indonesia harus
berjuang keras untuk tetap menjadi negara
eksporter minyak. Merupakan tantangan yang luar
biasa berat bagi Indonesia untuk dapat terus
meningkatkan produksi minyak hingga level 750
juta barel per tahun dan tetap mempertahankan
predikat sebagai negara pengekspor minyak.

Anda mungkin juga menyukai