Anda di halaman 1dari 8

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL BERPENGARUH


TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV
SD GUGUS UBUD GIANYAR

I Md. Supriadi1, I Wy. Sujana2, I Wy. Wiarta3

1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

email: allow_dek@yahoo.com1, Sujana59@yahoo.com2, wiartawayan@yahoo.co.id3

Abstrak
Dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa, tentunya tidak terlepas dari upaya peningkatan
kualitas pembelajaran di sekolah dasar. Salah satu upaya yang dapat ditempuh dengan
cara penerepan model pembelajaran yang inovatif yakni model pembelajaran problem
based learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan secara signifikan
hasil belajar IPS antara siswa yang belajar menggunakan penerapan model
pembelajaran problem based learning berbantuan media audiovisual dengan siswa
yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional kelas IV SD Gugus Ubud
Gianyar tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasy
eksperimen) dengan desain ”non eqivalent control group design”, yang melibatkan sampel
sebanyak 88 siswa yang diambil dengan teknik random sampling. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran problem based learning berbantuan media
audiovisual sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik tes. Analisis data
menggunakan uji-T. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan secara
signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
problem based learning berbantuan media audiovisual dengan siswa yang belajar dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
sebesar 11, 56 dan dengan menggunakan taraf signifikan 5 % dan dk = 86 diperoleh
sebesar 2,00. Ini berarti > (11, 56 > 2,00). Simpulan dari penelitian ini adalah
terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning berbantuan media audiovisual
dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional kelas IV SD Gugus
Ubud Tahun Ajaran 2012/2013.
Kata kunci: Problem Based Learning, hasil belajar dan media audiovisual.

Abstract
In optimizing student learning outcomes, of course, can not be separated from efforts to
improve the quality of learning in primary schools. One effort that can be reached by way of
innovative learning model penerepan the model of learning problem-based learning. This
study aims to determine significant differences in learning outcomes between students who
are studying social studies using the application of problem-based learning model of
audiovisual media-assisted learning with students who learn using conventional learning
fourth grade cluster Ubud, Gianyar academic year 2012/2013. This study uses a quasi-
experimental, involving a sample of 88 students is taken with a random sampling technique.
The independent variable in this study is a model of learning problem-based learning
assisted audiovisual media while the dependent variable is the result of social studies. The
instrument used in this study was the observation techniques and test engineering. Data
analysis using t-test. The results showed that there were significant differences in learning
outcomes between students who take the social studies learning with problem-based
learning model audiovisual media-assisted learning with students who take conventional
learning. Based on the analysis results obtained t_hit by 11, 56 by using a 5% significance
level and dk = 86 obtained t_tab of 2.00. This means t_hit ≥ t_tabel (11, 56 ≥ 2,00).
Conclusions from this research is that there is a significant difference in learning outcomes
between students who take the social studies learning with problem-based learning model
audiovisual media-assisted learning with students who take the conventional teaching fourth
grade Ubud Force School Year 2012/2013.
Keywords: Problem based, learning outcomes and audiovisual media.

PENDAHULUAN dapat lebih mengoptimalkan kegiatan


Strategi belajar mengajar merupakan pembelajaran apabila menggunakan
suatu sistem intruksional. Kegiatan sistem metode dan media yang tepat. (Moedjiono
instruksional melibatkan seluruh komponen dan Dimyati, 1991:1). Pendapat di atas juga
yang saling mendukung untuk mencapai didukung oleh pendapat Arsyad (1997:1)
tujuan. Komponen-komponen yang yang menyatakan bahwa “dalam
membentuk sistem instruksional tersebut metodologi pengajaran ada dua aspek yang
seperti tujuan, guru, peserta didik, media, menonjol yakni metode dan penggunaan
sarana-prasarana, kurikulum, evaluasi, media yang sesuai”.
lingkungan dan sebagainya. Berdasarkan kedua pendapat di atas
Menurut teori Piaget (dalam Trianto, dapat dirangkum bahwa dalam merancang
2009: 29) peserta didik dalam tingkat strategi pembelajaran perlu dipikirkan
sekolah dasar merupakan awal metode dan media belajar yang dapat
pembentukan pola berfikir dari konkret meningkatkan hasil belajar pada siswa.
menuju absrak atau dari hal nyata meuju Hasil observasi di SD Gugus Ubud,
suatu yang dapat disimpulkan oleh pikiran Gianyar dengan metode wawancara dan
siswa begitu juga sebaliknya. Dari kelas pengamatan menunjukkan bahwa jumlah
rendah sampai kelas tinggi, siswa akan siswa yang dapat mencapai nilai Kriteria
mengalami perubahan pola berfikir. Dengan Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran
perubahan pola berpikir kognitifnya, siswa IPS hanya 40% berdasarkan nilai KKM
akan lebih mudah menerima dan yang ditetapkan 72, dan jumlah ketuntasan
menanamkan suatu konsep dalam klasikal siswa hanya 37,5%. Berkaitan
pikirannya. Menyikapi hal tersebut, dengan hal tersebut masih dipandang
karakteristik siswa sekolah dasar harus kurangnya perhatian guru terhadap
diperhatikan dalam pembelajaran agar pentingnya strategi, metode, dan media
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan
Situasi yang memungkinkan oleh kenyataan para guru masih mengajar
terjadinya kegiatan pembelajaran yang dengan menggunakan cara pembelajaran
optimal adalah suatu situasi yang membuat konvensional serta dominan menggunakan
siswa dapat berinteraksi dengan komponen metode ceramah saja, yang dapat
lain secara optimal dalam rangka mencapai membawa dampak dan akibat terhadap
tujuan. Salah satu usaha yang dapat belum optimalnya proses dan hasil belajar
dilakukan adalah dengan memahami cara- siswa kelas IV dalam mata pelajaran IPS.
cara siswa belajar, menanamkan suatu Keadaan demikian jika dibiarkan terus
prilaku yang baik dalam diri siswa agar menerus, maka kemungkingan besar hasil
memiliki keinginan untuk belajar, belajar mata pelajaran IPS tidak akan
mengetahui informasi yang diperoleh dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
di proses dalam pikirannya, kemudian Hakikat pembelajaran IPS yang berisi
mampu dikembangkan, dan selanjutnya permasalahan sosial memerlukan
informasi itu disajikan agar dapat dicerna, pemecahan dengan melibatkan peran
lama diingat serta mampu bertahan dalam siswa secara aktif baik keaktifan fisik
pikiran siswa. Selain itu, situasi tersebut maupun keaktifan pemikiran. Mata
pelajaran IPS merupakan mata pelajaran mendapat perhatian yang optimal dari
yang kurang populer di kalangan siswa. siswa nantinya lebih memotivasi siswa
Beberapa faktor yang mungkin menjadi belajar sehingga tujuan pembelajaran IPS
penyebabnya 1) kebanyakan orang tua akan tercapai secara optimal.
lebih mementingkan baca, tulis, hitung, 2)
pada sisi pembelajaran IPS lebih METODE
menekankan kepada pembelajaran yang Penelitian ini termasuk eksperimen
bersifat menghafal materi, 3) dalam mata semu (quasy exsperiment). Desain
pelajaran IPS banyak konsep yang abstrak, eksperimen semu yang digunakan adalah
4) banyak bahan pelajaran yang ada ”non eqivalent control group design” (Emzir,
kalanya dirasakan oleh anak sudah 2007; Campbell & Stanle, 1996). Dalam
diketahuinya dengan baik, karena suatu penelitian populasi dan sampel
merupakan kejadian sehari-hari, 5) dalam memiliki hubungan saling keterkaitan.
IPS justru ada bahan yang dibahas benar- Populasi adalah keseluruhan subjek
benar bahan baru tetapi tidak searah penelitian (Trianto, 2010:255). Sedangkan
dengan persepsi anak. menurut Sugiyono (2009: 61) menyatakan
Dalam uraian di atas tampak bahwa bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
IPS tidak dapat menarik minat siswa, oleh yang terdiri atas objek atau subjek yang
karena itu untuk menanggulanggi masih mempunyai kualitas dan karakteristik
kurangnya kepedulian siswa terhadap tertentu yang diterapkan peneliti untuk
pembelajaran IPS dianjurkan guru dipelajari sehingga dapat ditarik
memperluas dan memperlihatkan semangat kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
yang tinggi dengan menyajikan bahan ini adalah seluruh siswa Kelas IV SD
pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu Gugus Ubud Gianyar Tahun Ajaran
sebagai salah satu cara lain untuk 2012/2013. Sampel adalah sebagian atau
membangkitkan semangat belajar dalam wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002.
IPS ialah sebaiknya keterlibatkan anak Sedangkan Sugiyono (2009: 62)
perlu di atur seefektif mungkin. Perlu menyatakan bahwa sampel adalah bagian
diupayakan jalan keluar untuk mengatasi dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
masalah tersebut dengan menerapkan populasi. Sampel dalam penelitian ini
strategi dan metode yang lebih tepat untuk adalah kelas IV A SD Negeri 1 Ubud
menunjang pemahaman siswa terhadap sebagai kelompok eksperimen dan Kelas IV
materi pelajaran yakni Model Pembelajaran SD Negeri 3 Ubud sebagai kelompok
Problem Based Learning yang merupakan control. Kelas IV A SD Negeri 1 Ubud
model pembelajaran inovatif yang sebagai kelompok eksperimen yang
mengupayakan siswa untuk dapat dibelajarkan dengan model pembelajaran
menyelesaikan masalah (problem). problem based learning berbantuan media
Masalah dapat diperoleh dari guru atau dari audiovisual dan kelas IV SD Negeri 3 Ubud
siswa. Dalam pembelajarannya siswa sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan
dilatih untuk kritis dan kreatif dalam dengan pembelajaran konvensional.
memecahkan masalah serta difokuskan Pemilihan sampel tersebut dilakukan
pada membangun struktur kognitif siswa. dengan teknik Random Sampling (
Pembelajaran dengan model tersebut juga Notoatmojo. 2002). Setelah menentukan
ditopang dengan penggunaan media sampel dalam penelitian ini, selanjutnya
audiovisual. Melalui media pembelajaran dilakukan uji kesetaraan sampel untuk
audiovisual, siswa ditampilkan tayangan- mengetahui tingkat kesetaraan antara
tayangan kongkret berupa film pendek kedua sampel. Dalam uji kesetaraan
tentang materi yang dibelajarkan sehingga tersebut menggunakan nilai pre test dengan
siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan uji-t
pembelajaran. Dengan demikian semangat terlebih dahulu diuji normalitas dan
untuk belajar IPS datang dari siswa homogenitas.
kemudian ditopang oleh semangat dan Uji normalitas dilakukan untuk
upaya guru sehingga diharapkan meyakinkan bahwa uji statistik yang
pengajaran IPS yang selama ini kurang digunakan dalam uji hipotesis benar-benar
bisa dilakukan. Hal ini penting, karena jika anggota sampel. Data yang diperlukan
data tidak normal maka uji-t tidak bisa dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
dilakukan. Uji normalitas dalam penelitian metode tes dan lembar observasi. Tes
ini menggunakan chi-kuadrat ( ). Hasil sebagai alat penilaian menurut Sudjana
perhitungan uji menunjukan bahwa (1995: 35) adalah pernyataan-pernyataan
kurang dari untuk semua kelompok. yang diberikan kepada siswa untuk
Maka diterima (gagal ditolak) ini berarti mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk
kedua data berdistribusi normal. Uji lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes
homogenitas bertujuan untuk meyakinkan tertulis) dan dalam bentuk perbuatan (tes
bahwa perbedaan yang diperoleh dari uji-t tindakan) untuk menilai dan mengukur hasil
benar-benar berasal dari perbedaan antar belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif
kelompok, bukan disebabkan perbedaan di yang berkenaan dengan penguasaan
dalam kelompok. Uji homogenitas varians bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
dalam penelitian ini menggunakan uji pembelajaran. Sudjana (2011:84)
Havley (uji-F) dengan criteria data homogen mengemukan bahwa observasi atau
jika < . Hasil perhitungan uji F pengamatan sebagai alat penilaian banyak
menunjukan bahwa kurang dari digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu atau proses terjadinya suatu
berarti varians data hasil belajar IPS
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
siswa kelompok eksperimen dan kontrol
situasi yang sebenarnya atau juga dalam
adalah homogen.
situasi buatan. Setelah instrument
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t,
penelitian tersusun kemudian dilakukan uji
dengan derajat kebebasan dk = 86 dan
coba instrument untuk mendapatkan
taraf signifikan 5% diperoleh ttabel = 2,00
gambaran secara empirik tentang
sedangkan thitung = - 1,19. Ini berarti thitung
kelayakan intrumen penelitian. Tes hasil
lebih kecil dari ttabel (- 1,19 < 2,00), maka
belajar yang dikembangkan dalam
diterima dan ditolak, ini berarti tidak
penelitian ini terdiri dari 40 butir soal. Uji
terdapat perbedaan secara signifikan
coba intrumen yang dilakukan adalah uji
antara dua kelompok penelitian dengan
validitas empirik oleh dua pakar yang
kata lain kedua kelompok setara.
selanjutnya dianalisis dengan uji: Validitas
Variabel dalam penelitian ini terdiri
tes, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan
dari variabel bebas dan variabel terikat.
reabilitas tes.
Variabel bebas adalah suatu variabel yang
Selanjutnya pelaksanaan penelitian
apabila dalam suatu waktu berada
dilakukan dengan perlakuan terhadap
bersamaan dengan variabel lain maka
masing kelompok sampel yakni menerapan
variabel itu (diduga) akan dapat berubah
model pembelajaran problem based
keragamannya dan biasanya diberi
learning berbantuan media audiovisual
lambang X (Winarsunu, 2012 : 4). Variabel
pada kelompok eksperimen dan
bebas dalam penelitian ini adalah model
menerapkan pembelajaran konvensional
pembelajaran problem based learning
pada kelompok kontrol. Setelah diberikan
berbantuan media audiovisual yang
perlakuan, kedua kelompok sampel
diterapkan pada kelompok eksperimen dan
tersebut diberikan post test. Hal tersebut
pembelajaran konvensional yang
dilakukan untuk memperoleh data hasil
diterapkan pada kelompok kontrol. Variabel
belajar IPS siswa secara kognitif. Dan untuk
terikat adalah variabel tergantung, variabel
memperoleh hasil belajar IPS siswa secara
tak bebas, variabel terpengaruh biasanya
afektif diperoleh dengan menggunakan
diberi lambang Y (Winarsunu, 2012 : 4).
lembar observasi. Melalui post test dan
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
lembar observasi tersebut data yang
hasil belajar IPS siswa kelas IV.
diperoleh kemudian diuji dengan uji
Pengumpulan data dalam penelitian
prasyarat analisis data yang meliputi uji
ini meliputi data hasil belajar IPS. Kegiatan
normalitas, dan uji homogenitas varians. Uji
pengumpulan data dilaksanakan pada
normalitas sebaran data dilakukan untuk
siswa kelas IV SD Gugus Ubud, Gianyar
mengetahui sebaran data skor hasil belajar
Tahun Ajaran 2012/2013 yang menjadi
IPS siswa masing-masing kelompok
berdistribusi normal atau tidak dengan (gagal ditolak) ini berarti kedua data
menggunakan rumus chis square. berdistribusi normal.
Sedangkan uji homogenitas dilakukan Selanjutnya dilakukan Uji
untuk mengetahui perbedaan yang terjadi homogenitas terhadap varians antar
pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat kelompok eksperimen dan kelompok
adanya perbedaan antar kelompok, bukan kontrol. Uji homogenitas bertujuan untuk
sebagai akibat perbedaan dalam kelompok meyakinkan bahwa perbedaan yang
dengan menggunakan uji F. Setelah uji diperoleh dari uji-t benar-benar berasal dari
prasyarat dilakukan kemudian dilanjutkan perbedaan antar kelompok, bukan
dengan pengujian hipotesis. Teknik analisis disebabkan perbedaan di dalam kelompok.
data yang digunakan untuk menguji Uji homogenitas varians dalam penelitian ini
hipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t menggunakan uji Havley (uji-F) dengan
sampel tidak berkolerasi. kriteria data homogen jika < .
Berdasarkan analisis data yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan, rangkuman hasil uji
Hasil homogenitas data sebaran hasil tes
Uji normalitas dilakukan untuk kemampuan menyelesaikan soal pada
meyakinkan bahwa uji statistik yang kelompok ekperimen dan kelompok kontrol
digunakan dalam uji hipotesis benar-benar menunjukan bahwa hasil belajar IPS
bisa dilakukan. Hal ini penting, karena jika siswa kelompok eksperimen dan kontrol
data tidak normal maka uji-t tidak bisa adalah 1,65 sedangkan = 1,66
dilakukan. Uji normalitas dalam penelitian dengan : 47, : 39,
ini menggunakan chi-kuadrat ( ) pada dan taraf signifikansi 5% adalah 1,66. Hal
kedua data yakni kelompok data hasil ini berarti varians data hasil belajar IPS
belajar IPS yang mengikuti pembelajaran siswa kelompok eksperimen dan kontrol
dengan menggunakan model pembelajaran adalah homogen.
problem based learning berbantuan media Berdasarkan hasil uji prasyarat
audiovisual dan kelompok data hasil belajar analisis yakni uji normalitas dan uji
IPS yang mengikuti pembelajaran dengan homogenitas, bahwa data dari kelompok
menggunakan model pembelajaran eksperimen dan kelompok kontrol
konvensional. berdistribusi normal dan homogen. Setelah
Berdasarkan analisis data yang diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis
dilakukan, rangkuman hasil uji normalitas data, kemudian dilanjutkan dengan
data sebaran hasil tes kemampuan pengujian hipotesis penelitian ( ) dan
menyelesaikan soal pada kelompok hipotesis nol ( ). Uji hipotesis tersebut
ekperimen dan kelompok kontrol dilakukan melalui uji beda mean (uji t).
menunjukan bahwa lebih kecil dari Dengan kreteria pengujian adalah
pada untuk semua kelompok yakni ditolak jika t hitung  t (1 ) dan diterima
pada kelompok ekperimen diperoleh
jika t hitung  t (1 ) . Rangkuman hasil
8,40 sedangkan pada kelompok kontrol
diperoleh 9,93 dan kedua hasil pada perhitungan uji-t antar kelompok
eksperimen dan kontrol disajikan pada
kedua kelompok dibandingkan dengan
Tabel 1.
sebesar 11, 07. Maka diterima

Tabel 1. Tabel Rangkuman Hasil Uji-t


Data (5%)
Hasil Belajar IPS kelompok
eksperimendan kontrol
11,56 2,00
Berdasarkan tabel di atas, hasil pembelajaran dalam bentuk gambar-
perhitungan uji-t, diperoleh sebesar gambar dan film pendek sehingga siswa
11,56. Untuk mengetahui segnifikannya, tertarik dan antusias dalam mengikuti
jika perlu dibandingkan dengan nilai pembelajaran. Dalam pembelajaran
dengan dk = 86 dan signifikansi 5% tersebut siswa dapat membangun
diperoleh = 2,00. Karena nilai pengetahuannya sendiri sehingga
lebih dari (11,56 2,00) maka pembelajaran yang efektif dapat tercapai.
ditolak dan diterima. Hal ini berarti Sedangkan pada siswa yang belajar
terdapat perbedaan yang signifikan hasil menggunakan pembelajaran konvensional
belajar IPS siswa yang belajar pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
menggunakan model pembelajaran dalam kelas. pada prinsipnya proses
problem based learning berbatuan media pembelajaran masih banyak yang
audiovisual dengan siswa yang belajar memperlakukan siswa dengan cara
dengan menggunakan pembelajaran mengajar, yang sering dikenal dengan
konvensional. duduk, diam, dengar, catat, dan hafal, serta
Hal tersebut diperkuat oleh rerata nilai kurang membiasakan siswa belajar secara
hasil belajar siswa kelompok eksperimen aktif. Metode ceramah sebagai cara yang
adalah 79,51 lebih baik dari pada ampuh dalam menyampaikan informasi
kelompok control adalah 61,52. Hal ini kepada para siswa sangat umum dan
berarti model pembelajaran problem based sangat sering dipakai oleh guru tanpa
learning berbantuan media audiovisual melihat kemungkinan untuk mencoba
lebih baik dalam mengoptimalkan hasil menggunakan metode lain yang sesuai
belajar IPS siswa dibandingkan dengan kompetensi, jenis materi, serta alat
pembelajaran konvensional. atau media yang tersedia. Pada
pembelajaran konvensional, pembelajaran
Pembahasan lebih sering diarahkan pada aliran informasi
Berdasarkan seluruh temuan yang atau transfer pengetahuan yang dimiliki
diperoleh melalui hasil uji-t serta hasil oleh guru ke siswa melalui metode
penelitian yang mendukung, maka dapat ceramah.
dijustifikasi bahwa model pembelajaran Pembelajaran konvensional
problem based learning berbantuan merupakan suatu cara penyampaian
audiovisual lebih baik dari pada informasi dengan lisan kepada sejumlah
pembelajaran konvensional dalam pendengar (Sudjana, 2010:13). Sedangkan
mengoptimalkan hasil belajar IPS. Berapa menurut Sanjaya (2006:22) pembelajaran
alasan yang dijadikan sebagai penentu hal konvensional adalah pembelajaran yang
tersebut adalah berdasarkan perbedaan biasa dilakukan oleh guru dalam proses
hasil belajar pada kedua kelompok yakni belajar mengajar di kelas, kegiatan proses
pada siswa yang belajar mengunakan belajar mengajar lebih sering diarahkan
model pembelajaran problem based pada aliran informasi dari guru ke siswa.
learning berbantuan audiovisual Berdasarkan uraian di atas,
menunjukan bahwa aktivitas siswa yang pembelajaran konvensional dalam
lebih baik atau lebih aktif, kemudian pembelajaran pada hakekatnya
kesempatan dalam menyelesaikan masalah pentransferan ilmu pengetahuan atau
lebih banyak. Masalah-masalah yang “aliran informasi dari pendidik ke siswa
diberikan kepada siswa untuk dipecahkan yang berorientasi pada produk bukan pada
juga berkaitan dengan kehidupan sehari- proses sebagaimana pengetahuan itu
hari siswa sehingga siswa menjadi sangat dibangun. Dalam pembelajarannya lebih
tertarik dalam pembelajaran. selain itu cenderung hanya mengantarkan siswa
pembelajaran dengan model problem untuk mencapai tujuan pembelajaran
based learning juga ditopang media seperti konsep-konsep penting, latihan soal
pembelajaran audiovisual, yakni dengan dan tes tanpa melibatkan siswa secara aktif
menayangkan atau menampilkan suatu hal- dalam proses belajar mengajar.
hal yang berkaitan dengan materi Menurut Sudjana (2009:45)
menyatakan bahwa pembelajaran
konvensional memiliki ciri-ciri, yakni (1) berdasarkan masalah), akan terjadi
mengajar berpusat pada bahan ajar. Hal pembelajaran yang bermakna. Siswa yang
tersebut karena tujuan pembelajaran belajar memecahkan suatu masalah maka
konvensional berpuasat pada penyampaian mereka akan menerapkan pengetahuan
pengetahuan dan tugas guru adalah yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
menyampaikan semua materi pelajaran pengetahuan yang diperlukan. Artinya
yang baru, (2) Pembelajaran berpusat pada belajar dapat semakin bermakna dan dapat
guru. Berdasarkan konsep pembelajaran diperluas ketika siswa berhadapan dengan
konvensional adalah belajar yang baik situasi dalam penerapan konsep, 2)dalam
dinilai dari sudut guru, yakni berdasarkan situasi problem based learning
hal yang dilakukan guru bukan hal yang (pembelajaran berdasarkan masalah),
dilakukan oleh siswa. Penyelenggaraan siswa mengintegrasikan pengetahuan dan
pembelajaran konvensional lebih ketrampilan secara simultan dan
menekankan kepada tujuan pembelajaran mengaplikasikannya dalam konteks yang
berupa penambahan pengetahuan, relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan
sehingga belajar dilihat sebagai proses sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi
“meniru” dan siswa dituntut untuk dapat teoritis sehingga masalah – masalah dalam
mengungkapkan kembali pengetahuan aplikasi suatu konsep atau teori mereka
yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes akan temukan sekaligus selama
terstandar. pembelajaran berlangsung, 3) Problem
Dampak dari pembelajaran tersebut based learning (pembelajaran berdasarkan
maka siswa akan terbiasa untuk menerima masalah) dapat meningkatkan kemampuan
apa saja yang diberikan oleh guru tanpa berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa
mau aktif untuk menemukan konsep- dalam bekerja, motivasi internal untuk
konsep yang sedang dipelajari. Guru akan belajar, dan dapat mengembangkan
merasa bangga ketika siswanya mampu hubungan interpersonal dalam bekerja
menyebutkan kembali materi yang telah kelompok.
dipelajarinya secara lisan dari informasi Hal tersebut didukung hasil penelitian
yang terdapat di dalam buku pelajaran atau dari Suwariani (2012), bahwa terdapat
yang diberikan oleh guru. perbedaan yang signifikan hasil matematika
Dalam pembelajaran dengan dari siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model problem based berbasis masalah dengan pembelajaran
learning berbantuan media audiovisual, konvensional kelas V SD N 19 Pemecutan
siswa dipandang sebagai subjek dalam dengan = 52, 77 dan dengan dk =
pembelajaran sedangkan guru hanya 76 dan taraf signifikansi sebesar 5% (2,00).
sebagai fasilitator, mediator dan Hal tersebut menunjukan bahwa
memberikan pentunjuk kepada siswa dalam lebih dari (52,77 2,00).
menyelesaikan masalah. Bertentangan Dalam penelitian tersebut nilai rerata hasil
dengan pembelajaran konvensional, belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
menurut Ward (2002) menyatakan bahwa berbasis masalah lebih baik daripada siswa
pembelajaran berdasarkan masalah yang mengikuti pembelajaran konvensional,
(Problem Based Learning) merupakan yakni (79,69 > 71,92).
salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat memberikan kondisi belajar aktif PENUTUP
pada siswa. Model pembelajaran ini Berdasarkan hasil penelitian dan
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu pembahasan di atas, dapat disimpulkan
masalah melalui tahap - tahap metode bahwa terdapat perbedaan signifikan hasil
ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari belajar IPS antara kelompok siswa yang
pengetahuan yang berhubungan dengan belajar menggunakan model pembelajaran
masalah tersebut dan sekaligus memiliki problem based learning berbantuan media
ketrampilan untuk memecahkan masalah. audiovisual dengan kelompok siswa yang
Menurut Semith tahun 2005 (dalam belajar menggunakan pembelajaran
Amir. 2010: 27) bahwa 1) dengan adanya konvensional kelas IV SD Gugus Ubud,
problem based learning (pembelajaran
Gianyar tahun ajaran 2012/2013, yang Arsyad, Azhar. 1997. Media Pendidikan.
diperoleh dari hasil hipotesis yang telah Jakarta: Rajagrafindo Pustaka.
dilakukan dengan menggunakan uji-t, Emzir. 2007. Metodologi Penelitian
dengan dk = 86 dan taraf signifikan 5% Pendidikan Kuantitatif dan Kulalitatif.
diketahui bahwa nilai lebih dari Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
(11,56 2,00), sehingga ditolak dan Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
diterima. Pembelajaran berorientasi Standar
Ini berarti penerapan model Proses Pendidikan. Jakarta:
pembelajaran problem based learning Prenada Media Group.
berbantuan media audiovisual berpengaruh Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV Proses Belajar Mengajar. Bandung:
SD Gugus Ubud Gianyar tahun ajaran Remaja Rosdakarya.
2012/2013. -------. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang Mengajar. Bandung: PT. Remaja
diperoleh, maka beberapa saran yang Rosdikarya.
dapat diajukan adalah 1) kepada siswa -------. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar
hendaknya mampu meningkatkan hasil Mengajar. Bandung: Remaja
belajar IPS dengan memperhatikan Rosdakarya.
langkah-langkah model pembelajaran -------. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar
problem based learning sehingga nantinya Mengajar. Bandung: Pt Remaja
mampu bersaing dalam kehidupan sosial di Rosdakarya.
masyarakat, 2) kepada guru agar Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
menerapkan suatu pembelajaran yang kuantitatif Kualitatif dan
inovatif misalnya model pembelajaran R&D.Bandung: Alfabeta.
problem based learning dalam -------. 2011. Statistika Untuk Penelitian.
pembelajaran. sehingga dapat Bandung: Alfabeta.
mengoptimalkan kualitas proses dan hasil Suwariani. 2012. Pengaruh Pembelajaran
pembelajaran, 3) kepada sekolah, para Berbasis Masalah Terhadap Hasil
guru-guru dan stakeholder terkait yang Belajar Matematika Pada Peserta
berkompetisi di dalam hal rekayasa Didik Kelas V SD N 19 Pemecutan.
pembelajaran, dituntut lebih inovatif dalam Sekripsi (tidak diterbitkan). PGSD
menemukan model-model pembelajaran Universitas Pendidikan Ganesha.
agar dapat dipergunakan dalam Trianto. 2010. Mendasain Model
meningkatkan hasil belajar siswa, 4) Pembelajaran Inovatif-Progresif.
kepada peneliti lain disarankan agar lebih Jakarta: Perpustakaan Nasional
kritis menyikapi hal yang belum terpenuhi -------. 2010. Pengantar Penelitian
dalam penelitian ini. Pendidikan Bagi Pengembangan
Dan Profesi Pendidikan Dan Tenaga
DAFTAR RUJUKAN Kependidikan. Jakarta: Prenada
`Agung, A. A. Gede. 1997. Metodologi media group.
Penelitian Pendidikan. Singaraja: Ward, J. D. dan Lee, C. L. 2002. A Review
STKIP Singaraja. Problem Based Based Learning.
-------. 2011. Metodologi Penelitian Jurnal Of Family and Consumer
Pendidikan. Singaraja: Universitas Sciences education, 26 (1), 16-25.
Pendidikan Ganesha. Winarsunu, Tulus.2012.Statistik Dalam
Amir, M. T. 2010. Inovasi Pendidikan Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Melalui Problem Based Learning. Malang: UMM Press.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Arikunto, Surhasimi. 2010. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai