Pendahuluan
Mioma uteri atau sering disebut fibroid merupakan tumor jinak yang
berasal dari otot polos rahim. Sel tumor terbentuk karena mutasi genetik,
kemudian berkembang akibat induksi hormon estrogen dan progesteron.1
Mioma uteri merupakan tumor jinak terbanyak pada wanita dan
merupakan indikasi histerektomi tersering di Amerika serikat. Tercatat sebanyak
39% dari 600.000 histerektomi yang di lakukan di Amerika Serikat tiap
tahunnya. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat dengan teknik Rondom
sampling pada wanita usia 35-49 tahun menemukan bahwa 60% kasus terjadi
pada usia 35 tahun dan meningkat sebanyak 80% diusia 50 tahun pada
wanitaAfio-Amerika. Sedangkan pada wanita Kaukasian insiden mioma uteri
mencapai 40% pada usia 35 tahun dan 70% pada usia 50 tahun.2
Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat dan paling sering ditemukan pada wanita umur 35-45
tahun kurang lebih 25% serta jarang terjadi pada wanita umur 20 tahun dan
pasca menopause .3
Mengingat sifat pertumbuhannya dipengaruhi hormonal, tumor ini jarang
mengenai usia prapubertas serta progresivitasnya akan menurun pada masa
menopause.1 Sebagian kasus asimptomatis sehingga sering didapati secara tidak
sengaja saat ke dokter karena keluhan lain. Gejala paling sering adalah
perdarahan vagina. Tumor ini sering menjadi penyebab subfertilitas wanita dan
pada kehamilan dapat menyebabkan abortus dan prematuritas.4
1.3 Tujuan
Referat ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam kepaniteraan klinik senior
pada bagian Obstetri dan Ginekologi
2
10. Untuk mengetahui prognosis Mioma Uteri
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan referat ini adalah
untuk menambah pengetahuan bagi penulis tentang Mioma Uteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Definisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos
yang ditemukan pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari
selsel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri
juga dikenal dengan sebutan fibromioma uteri, uterine fibroid, atau leiomioma
uteri.5
Uteri berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya lebih
dominan. Tumor ini tidak memiliki kapsul yang sesungguhnya, namun jaringan
dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya sehingga mudah
dikupas (enukleasi). Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal,
berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar
sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul.5
4
Gambar 2.1 Uterus Potongan Frontal Dilihat Dari Anterior 6
5
kembali stratum fungsional endometrium setelah menstruasi,
1) Peritoneum
2) Miometrium
3) Endometrium
6
Endometrium terdapat lubang yang kecil merupakan
muara dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipis, dan fase
pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan
hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga
memungkinkan terjadi implantasi (nidasi). Lapisan epitel serviks
seperti silindris dan bersifat mengeluarakan cairan secara terus-
menerus, sehingga cairannya dapat membasahi vagina.
Kedudukan uterus didalam tulang panggul ditentukan oleh
tonus otot rahim sendiri dan tonus ligamentum menyangga tonus
otot- otot panggul
2.3 Epidemiologi
Indonesia Sampai saat ini data statistik nasional mioma uteri belum
tersedia. Penelitian retrospektif di Manado mendapatkan bahwa persentase
terbanyak pada rentang usia 36-45 tahun dengan status dominan nulipara.9
7
faktor diet dan obesitas, pengaruh siklus haid, dan status paritas serta
penyakit komorbid.
5. Overweight /Obesitas
Setiap pertambahan berat badan sebesar 10 kg, akan
meningkatkan risiko mioma uteri sebesar 21%. Penumpukan
jaringan lemak >30% juga menjadi pemicu karena peningkatan
8
konversi androgen menjadi estrogen dan penurunan sex
hormone binding globulin (SHBG). 11
6. Menarche Prematur dan Menopause Terlambat
Menarche dini pada usia kurang dari 10 tahun dan
menopause terlambat akan meningkatkan risiko mioma uteri
akibat sel rahim terus terpapar estrogen.10
7. Nulipara
Wanita yang belum pernah hamil berisiko terkena mioma
uteri; dikaitkan dengan pengaruh paparan hormon seks,
estrogen, dan progesteron.8
8. Kontrasepsi Hormonal
Prevalensi mioma uteri akan meningkat pada penggunaan
kontrasepsi hormonal mengandung hormon estrogen baik
estrogen murni maupun kombinasi.8
9. Penyakit Komorbid
Hipertensi, polycystic ovary syndrome (PCOS), dan
diabetes merupakan tiga penyakit yang umumnya berasosiasi
dengan kejadian mioma.6 Peningkatan insulin dan IGF-I serta
hiperandrogen menjadi faktor pemicu PCOS dan diabetes, pada
hipertensi terjadi pelepasan sitokin yang merangsang proliferasi
jaringan tumor.8
10. Infeksi/Iritasi
Infeksi, iritasi, atau cedera rahim akan meningkatkan risiko
mioma uteri melalui induksi growth factor.8
11. Stres
Pada stres terjadi pelepasan kortisol dan perangsangan
hypothalamo-pituitaryadrenal gland axis yang akan
menyebabkan peningkatan estrogen dan progesteron.8
2.5 Klasifikasi
9
Mioma di uterus dapat berasal dari servik uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan
menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara
lain:5
a. Mioma Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus
mioma.
10
tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada
mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar
dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma
geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami
torsi, nekrosis, infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus
penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses
tersebut.
b. Mioma Intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.
Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan
terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di
dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan
mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus,
dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung
kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
c. Mioma Subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma
subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intraligamenter.
d. Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan
lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian
11
membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering/
parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus.
Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka akan tampak bahwa mioma terdiri
dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun sebagai
kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang
terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini.
2.6 Patofisiologi
Sejumlah faktor dihubungkan dengan kejadian mioma uteri yang
dikenal dengan nama lain leiomioma uteri, yakni: hormonal, proses
inflamasi, dan growth factor.
1. Hormonal
Mutasi genetik menyebabkan produksi reseptor estrogen di
bagian dalam miometrium bertambah signifikan. Sebagai
kompensasi, kadar estrogen menjadi meningkat akibat aktivitas
aromatase yang tinggi. Enzim ini membantu proses aromatisasi
androgen menjadi estrogen.
3. Growth Factor
Beberapa growth factor yang melandasi tumorigenesis
adalah epidermal growth factor (EGF), insulin like growth factor
(IGF I-II), transforming growth factor-B, platelet derived growth
factor, acidic fibroblast growth factor (aFGF), basic fibroblast
growth factor (bFGF), heparin-binding epidermal growth factor
(HBGF), dan vascular endothelial growth factor (VEG-F).1
Mekanisme kerjanya adalah dengan mencetak DNA-DNA
baru, induksi proses mitosis sel dan berperan dalam
13
angiogenesis tumor. Matriks ekstraseluler sebagai tempat
penyimpanan growth factor juga menjadi faktor pemicu mioma
uteri karena dapat mempengaruhi proliferasi sel.1
14
Keluhan yang dirasakan adanya massa atau benjolan di perut
bagian bawah.
b. Perdarahan Abnormal
Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami
kelainan menstruasi, menoragia atau menstruasi yang lebih
sering. Tidak ditemukan bukti yang menyatakan perdarahan ini
berhubungan dengan peningkatan luas permukaan endometrium
atau kerana meningkatnya insiden disfungsi ovulasi. Teori yang
menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri
menyatakan terjadi perubahan struktur vena pada endometrium
dan miometrium yang menyebabkan terjadinya venule ectasia.
Miometrium merupakan wadah bagi faktor endokrin dan
parakrin dalam mengatur fungsi endometrium. Aposisi kedua
jaringan ini dan aliran darah langsung dari miometrium ke
endometrium memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang
merangsang stimulasi angiogenesis atau relaksasi tonus
vaskuler dan yang memiliki reseptor pada mioma uteri dapat
menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi target
terapi potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik
inhibitory factor atau vasoconstricting faktor dan reseptornya
pada mioma uteri dapat juga menyebabkan perdarahan uterus
yang abnormal.
c. Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering
terjadi. Hal ini timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma yang disertai dengan nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang akan
dilahirkan, pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan dismenorrhea. Rasa nyeri juga
disebabkan karena torsi mioma uteri yang bertangkai, nyeri
15
bersifat akut, disertai dengan rasa mual dan muntah. Pada
mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena
tekanan pada serabut saraf yaitu pleksus uterovaginalis, nyeri
menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.
d. Pressure Effects (Efek Tekanan)
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan
pada organ-organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala
yang tak biasa dan sulit untuk dihubungkan langsung dengan
mioma. Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan
terhadap organ sekitar. Penekanan pada kandung kemih dapat
menyebabkan pollakisuria dan dysuria. Penekanan pada uretra
dapat menimbulkan retensio urine, apabila berlangsung kronis
dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada
rektum terkadang menyebabkan konstipasi atau nyeri saat
defekasi. Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran
cerna, perlekantannya dengan omentum dapat menyebabkan
strangulasi usus. Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek
penekanan langsung miomaterhadap kavum uteri. Semua efek
penekanan ini dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras
saluran cerna, rontgent, dan MRI.5
16
uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma
dapat menyebabkan disfungsi reproduksi.
Gangguan implasntasi embrio dapat terjadi pada keberadaan
mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi
atrofi karena kompresi massa tumor. Apabila penyebab lain
infertilitas sudah disingkirkan dan mioma merupakan penyebab
infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk
dilakukan miomektomi.5
2.8 Diagnosis
2.8.1 Anamnesis
17
direkomendasikan jika pasien belum menikah dan mengalami
mioma submukosa. Pada kondisi tersebut lebih dianjurkan
penggunaan histeroskop.10
2.9 Komplikasi
1. Degenerasi Ganas
18
menimbulkan metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan
yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri. 11
3. Komplikasi lain
2.10 Penatalaksanaan
1. Observasi
Observasi dilakukan jika pasien tidak mengeluh gejala
apapun karena diharapkan saat menopause, volume tumor akan
mengecil.1
2. Medikamentosa
Diberikan untuk mengurangi perdarahan, mengecilkan
volume tumor, dan sebagai prosedur pre-operatif.
19
direkomendasikan pada mioma jenis submukosa.
Durasi pemberian yang dianjurkan adalah selama 3-6
bulan; pemberian jangka panjang >6 bulan harus
dikombinasi dengan progesteron dengan atau tanpa
estrogen. Pada pemberian awal bisa terjadi
perburukan keluhan akibat efek samping obat.1
Analog GnRH juga dapat digunakan pre-operatif
selama 3-4 bulan sebelum pembedahan.13
b) Preparat Progesteron
Preparat progesteron antara lain antagonis
progesteron atau selective progesterone receptor
modulator (SPRM). Suatu studi prospektif acak
menyimpulkan bahwa pemberian mifepristone 25 mg
sehari selama 3 bulan akan menurunkan ukuran
tumor sebesar 40%. Ukuran tumor menurun jauh
lebih besar, sebesar 50%, pada pemberian ulipristal
10 mg dengan durasi pengobatan yang sama.14
c) Aromatase Inhibitor
20
Aromatase inhibitor terbagi dua jenis, yaitu
aromatase inhibitor kompetitif yakni anastrazole dan
letrozole, dan senyawa inaktivator yakni exemestane.
Kerja keduanya hampir sama yakni menghambat
proses aromatisasi yang merupakan dasar patogenesis
mioma.1 Kelebihan obat ini adalah tidak ada efek
tromboemboli yang dapat menjadi kausa mortalitas.1
d) Asam Traneksamat
Asam traneksamat berfungsi membantu
mengatasi perdarahan.10 Durasi pemberian adalah
selama 3-4 hari dalam sebulan.
3. Pembedahan
Jenis pembedahan mencakup histerektomi dan miomektomi.
Pilihan operasi disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pasien.
a) Histerektomi
Direkomendasikan untuk pasien berusia di atas 40
tahun dan tidak berencana memiliki anak lagi. 9
Histerektomi dapat dilakukan dengan metode laparotomi,
mini laparotomi, dan laparoskopi. Histerektomi vagina
lebih dipilih karena komplikasi lebih rendah serta durasi
hospitalisasi lebih singkat.10
b) Miomektomi
Miomektomi direkomendasikan pada pasien yang
menginginkan fertility sparing.12 Miomektomi dapat dengan
teknik laparotomi, mini laparotomi, laparoskopi, dan
histeroskopi. Teknik laparotomi dan mini laparotomi adalah
tindakan yang paling sering dilakukan, sedangkan
laparoskopi paling jarang dilakukan karena lebih sulit.
Histeroskopi direkomendasikan pada mioma submukosa
dengan ukuran tumor < 3 cm yang 50% nya berada dalam
21
rongga Rahim dan pada mioma multiple. 12 Akan tetapi,
komplikasi perdarahan pada teknik ini lebih besar
dibandingkan histerektomi.12
b) Miolisis/Ablasi Tumor
22
2.11 Prognosis
Mioma uteri bersifat jinak, risiko menjadi keganasan sangat rendah, hanya
sekitar 10-20% mioma berkembang menjadi leiomyosarcoma. 13
Suatu studi
menyimpulkan bahwa transformasi maligna hanya terjadi pada 0,25% (1 dari 400
kasus) wanita yang telah menjalani pembedahan. Keganasan umumnya dipicu
oleh riwayat radiasi pelvis, riwayat penggunaan tamoksifen, usia lebih dari 45
tahun, perdarahan intratumor, penebalan endometrium, dan gambaran heterogen
pada gambaran radiologis MRI.10
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos
yang ditemukan pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri
dari selsel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen.
Mioma uteri juga dikenal dengan sebutan fibromioma uteri, uterine
fibroid, atau leiomioma uteri
2. Faktor risiko terjadinya mioma uteri adalah genetik dan ras,usia, gaya
hidup, diet, obesitas,menarche premature dan menopause
terlambat,Nulipara,Kontrasepsi hormonal.
3. Mioma uteri dapat terjadi karena factor hormonal, proses inflamasi dan
growth factor.
4. Mioma uteri dibagi menjadi 4 jenis yaitu mioma submukosa, intramural,
subserosa, dan intraligamenter.
5. Gejala umum pada mioma uteri adalah adanya perdarahan uterus abnormal
yang dapat menimbulkan anemia.
6. Penatalaksanaan mioma uteri adalah observasi, medikamentosa dan
pembedahan.
7. Prognosis mioma bersifat asimptomatis umumnya baik karena tumor akan
mengecil dalam 6 bulan sampai 3 tahun, terutama saat menopause.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Rafael FV, Geraldine EE. Pathophysiology of uterine myomas and its clinical
implications. New York: Springer; 2015
25
10. Maria SD, Edward MB. Uterine fibroids: Diagnosis and treatment. Am Fam
Physician. 2017;95(2):100-7
13. Alistair RW. Uterine fibroids-what’s new? Pubmed Central. 2017; 6: 2109.
26