Anda di halaman 1dari 3

Nama : Moh.

Syamsul Arifin
Kelas : K4A/15
NIT : 572011317506

1.1 Latar Belakang

Laut merupakan daerah perairan air asin yang mengelilingi dan membatasi pulau dan benua. Sekitar
70,8% bagian di bumi ini adalah wilayah lautan dan sisanya merupakan daerah benua dan pulau-pulau
yang tersebar. Banyak sekali manfaat atau peranan yang dimiliki oleh lautan. Seperti contohnya laut
merupakan daerah penghasil oksigen di bumi. Hal ini bukan tanpa alasan, penghuni laut yang Bernama
fitoplankton adalah pelaku yang menyumbang terciptanya oksigen di muka bumi. Dengan pemegang
kadar penyumbang oksigen tertinggi di bumi, tentu kehadiran laut dapat menyelamatkan dan menjamin
keberlangsungan kehidupan baik itu manusia ataupun hewan.

Selain itu wilayah lautan juga menyediakan banyak sekali lapangan pekerjaan untuk manusia. Contoh
pekerjaan yang bergantung dengan wilayah lautan antara lain seperti nelayan yang bergantung kepada
kehidupan di laut. Apabila keadaan dan kehidupan di laut sudah mulai terancam maka para nelayan akan
mulai kesusahan dalam mencari ikan. Dan hal itu berdampak langsung terhadap kegiatan di pasar. Apabila
kegiatan di pasar sudah mulai tidak lancar maka akan berdampak pula terhadap roda perekonomian suatu
negara.

Satu contoh yang cukup besar tentang peranan laut adalah banyak ekosistem yang bergantung
kepada wilayah lautan. Dapat dibayangkan apabila ekosistem di laut sudah mulai rusak maka dampak fatal
akan dialami tidak hanya oleh biota laut saja, melainkan akan sangat berdampak kepada makhluk hidup
yang ada di daratan. Oleh karena itu maka penting akan adanya perawatan terhadap ekosistem laut agar
tetap terjaga.

Pada saat ini kondisi lautan di muka bumi tergolong memprihatinkan. Banyak dari oknum membuang
limbah dengan sengaja hingga mencemari laut, dan tidak dapat dipungkiri penyebab besar tercemarnya
laut adalah karena kegiatan pelayaran yang tidak mengikuti aturan. Kategori limbah yang paling banyak
ditimbun di lautan antara lain seperti sampah, tumpahan minyak, dan bahkan ada pula tumpahan bahan
cair kimia beracun. Akibat dari beberapa kasus tersebut hingga menyebabkan rusaknya Sebagian besar
biota laut. Dan Tidak dapat dihindarkan lagi akibat dari kejadian itu bahkan sampai memusnahkan satwa-
satwa yang dilindungi.

Ada banyak upaya yang telah dilakukan oleh IMO salah satu diantaranya dengan dibentuknya
MARPOL (Marine Polution) yang dimana aturan tersebut dibuat untuk mengatur limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan pelayaran dan kemudian diolah agar tidak bisa mencemari laut. Didalam aturan MARPOL
sendiri banyak mengulas tentang berbagai macam jenis limbah dan cara pengolahannya. Salah satunya
membahas tentang jenis limbah bahan kimia beracun dalam bentuk curah. Alasan tentang diaturnya
limbah kimia beracun yaitu karena apabila tidak diolah dengan baik maka limbah jenis ini akan berdampak
fatal atau bisa saja memusnahkan kehidupan ekosistem laut.
Pengolahan tentang bahan kimia beracun diatur dalam MARPOL dalam bagian ANNEX II. Peraturan
tentang ANNEX II berlaku untuk semua kapal yang memuat barang curah cair beracun kecuali yang
ditentukan oleh konvensi MARPOL 73/78 (Reg 2). Tujuan dibentuknya dari aturan ini adalah agar setiap
kapal yang memuat barang curah cair dapat mengikuti rule sehingga meminimalisir terjadinya kecelakaan
kapal tanker, dan apabila terjadi kecelakaan sekalipun maka akan lebih mudah untuk ditangani. Apabila
setiap kapal pengangkut barang curah cair beracun mau mengikuti pedoman yang telah disebutkan dalam
aturan ANNEX II, secara tidak langsung mereka menyelamatkan ekosistem laut.

Kendati demikian meskipun sudah dibuat aturan yang mengatur tentang limbah kimia beracun,
masih banyak terdapat kasus yang menyebabkan tercemarnya laut oleh bahan kimia beracun. Contoh saja
pada tahun 2009 lampau yang mampu mencemari laut Timor. Peristiwa ini disebabkan oleh meledaknya
kilang minyak Montara yang dioperasikan oleh PT EPA (Exploration and Production Australia) dimana
dalam insiden tersebut disertai dengan zat timah bercampur bubuk kimia dispersant jenis Corexit 9500
dan 9572 yang sangat beracun. Akibat insiden tersebut dikenanglah dengan sebutan “Montara Timor Sea
Oil Spill Disaster”.

Pada tahun 2010 silam juga terjadi peristiwa kebocoran tambang minyak lepas pantai di kawasan
Meksiko. Dalam kejadian tersebut minyak mampu mencemari perairan teluk setelah terjadi ledakan di
Deep Water Horizon di Louisiana AS. Akibat kejadian tersebut sebanyak 11 orang tewas dan
menumpahkan minyak mentah lebih dari 200 juta gallon atau setara dengan 750 juta liter. Tidak hanya
sampai disitu saja, akibat tercemarnya lautan oleh insiden tersebut banyak dari jenis ikan, terumbu
karang, dan kepiting yang mati.

Hukum dan pengaturan tentang pelestarian laut harus tetap digalakkan dan untuk dilaksanakan agar
ekosistem laut tetap terjaga. Setiap perincian dari isi pengaturan tersebut harus diketahui secara
menyeluruh oleh semua perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia, terutama yang memanfaatkan
moda transportasi laut. Hal ni bertujuan untuk meregulasi tentang penanganan bahan kimia yang benar
dan meminimalisasi terjadinya kecelakaan yang menyebabkan ekosistem laut rusak. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk membuat skripsi berjudul

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pelaksanaan aturan ANNEX II terhadap penanganan pencemaran laut oleh bahan

kimia beracun ?

1.2.2 Bagaimana upaya penanggulangan dan pencegahan pencemaran laut akibat tumpahan

Minyak bercampur dengan bahan kimia beracun di Laut Timor ?

1.2.3. Apa saja factor yang menyebabkan masih adanya pelanggaran pencemaran laut oleh bahan

kimia beracun ?
1.4 Manfaat

Penulis berharap besar pada penelitian ini untuk dapat memberikan manfaat kepada pembaca baik
secara teori maupun praktik.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini memungkinkan peneliti untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang

pentingnya peraturan MARPOL ANNEX II pada pengolahan limbah laut kategori bahan kimia

beracun dalam bentuk cair.

1.4.1.1. Manfaat Bagi Penulis

1.4.1.1.1 Menambah ilmu dan pengetahuan tentang analisis pentingnya peraturan

MARPOL ANNEX II dalam mengolah limbah laut dalam bentuk curah cair beracun.

1.4.1.1.2 Sebagai bahan pembandingan antara ilmu teori yang diperoleh saat

pembelajaran di kampus dan dengan kondisi sebenarnya yang ada di lapangan.

1.4.1.2. Manfaat Bagi Lembaga Pendidikan

Riset ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan dasar bagi taruna/i yang akan

melaksanakan (Prada) Praktek Darat ataupun yang akan lulus dan menghadapi dunia

kerja, sehingga mampu memberikan gambaran dan pandangan terhadap taruna/i akan

pentingnya aturan MARPOL ANNEX II dalam mengolah limbah dari bahan kimia beracun.

1.4.1.3. Bagi Perusahaan Pelayaran

Dapat menciptakan jalinan yang baik antara akademi dan perusahaan. Hasil dari riset ini

dapat digunakan sebagai masukan untuk perusahaan dan informasi, serta dapat dijadikan

referensi untuk meningkatkan kesadaran perusahaan akan pentingnya mengolah limbah

kimia berdasarkan MARPOL ANNEX II.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan bahwa hasil riset ini dapat dipergunakan untuk referensi atau pedoman praktis

yang dimana digunakan untuk diterapkannya program pengolahan limbah bahan kimia beracun

di laut berdasarkan aturan yang telah disepakati oleh IMO (International Maaritime

Organtation) sehingga ekosistem laut tetap terjaga.

Anda mungkin juga menyukai