PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang dibuatnya makalah ini adalah untuk lebih mendalami tentang
penyakit yang berhubungan dengan sistem kardiovaskuer yang salah satunya
adalah Hipertensi dan Gagal Jantung. Juga untuk mengetahui bagaimana etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan dan juga intervensi yang
berhubungan dengan Hipertensi dan Gagal Jantung.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari Hipertensi ?
b. Bagaimana etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi dan penatalaksanaan
Hipertensi ?
c. Bagaimana asuhan keperawatan dalam mengatasi Hipertensi ?
d. Apa pengertian dari Gagal Jantung ?
e. Bagaimana etologi, manifestasi klinis, patofisiologi dan penatalaksanaan Gagal
Jantung ?
f. Bagaimana asuhan keperawatan dalam mengatasi Gagal Jantung ?
1|Page
BAB II
HIPERTENSI
2.2 Etiologi
a) Hipertensi Primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan
berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena
penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam
lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan
darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami
tekanan darah tinggi.
b) Hipertensi Sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
2|Page
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh.
Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat
kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di
atas normal atau gemuk (gendut).
3|Page
160-179 100-109 Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan dalam 1
180-209 110-119 bulan
>210 >120 Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan dalam 1
minggu
Evaluasi atau rujuk ke pusat asuhan segera
(Brunner dan Sudart,2002:899)
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres,
alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-
orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan
tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah
biasanya akan kembali normal.
4|Page
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :
1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.
5|Page
2.5 Gejala Hipertensi
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
2.6 Patofisiologi
b) Maligna : memerlukan terapi yang cepat dan tepat untuk mengurangi kerusakan
organ sekecil mungkin/resiko kematian mendadak akibat pendarahan otak.
Karateristik :
6|Page
ii. Penyakit ginjal progresive
c) Hipertensi Pulmonal :
Karakteristik :
- Nafas pendek dan cepat dengan sputum encer yang mengandung sedikit
darah.
7|Page
Bagan Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi
Kapiler arterial
perifer
ventrikel(HVR)
diastol
8|Page
2.7 Manifestasi Klinik (Komplikasi)
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan pada kasus
berat oedema pupil (oedema pada diskus optikus). Manifestasi yang khas sesuai sistem
organ yang di vaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling sering
menyertai. Hipertensi ventrikel sinistra terjadi sebagi respon peningkatan beban kerja
ventrikel sinistra pada saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung kiri tak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja,
maka terjadi gagl jantung kiri. Perubahan pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam harui) dan azotemia (peningkatan nitrogen
urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroke atau serangan iskemik transien dan gangguan ketajaman penglihatan. Pada
penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden
infark otak mencapai 80%.
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penangan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat,
komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
9|Page
Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh Joint National on
detection,Evalution and Treatment of High Blood Pressure memungkinkan dokter
memilih kelompok obat yang mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping paling kecil
dan penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam terapi
pilihan pertama, diuretika dan penyekat beta. Apabila pasien dengan hipertensi ringan
sudah terkintrol selama setahun, terapi dapat diturunkan. Agar pasien mematuhi
regimen terapi yang diresepkan, maka harus dicegah pemberian jadwal terapi obat-
obatan yang rumit.(Brunner dan Sudart,2002:900)
a) Pengkajian
1. Anamnesa
a. Keluhan Utama
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran umum
10 | P a g e
I. Kesadaran umum
b Nadi : normal/meningkat
c Respirasi : normal/meningkat
d Suhu : normal/meningkat
V. Sistem urinaria
Kaji dan palpasi kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening klien
untuk mengetahui adanya pembesaran atau tidak.
11 | P a g e
Kaji kulit klien secara keseluruhan.
b. Data psikososial
X. Data sosial
c. Data spiritual
d. Data penunjang
XII. EKG
XIII. Rontgen
b) Diagnosa Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas.
12 | P a g e
c) Perencanaan Keperawatan
Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa nyeri, rasa tidak nyaman dam
memberi informasi kepada klien tentang penyakit yang diderita oleh klien.
d) Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan I :
Intoleransi aktivitas
Intervensi :
Diagnosa keperawatan II :
Intervensi :
13 | P a g e
c. Kolaborasi: berikan sesuai indikasi analgesik
Intervensi :
b. Kaji kesiapan pasien dan hambatan dalam belajar termasuk orang yang
terdekat.
14 | P a g e
BAB III
GAGAL JANTUNG
3.1. Pengertian
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung memompa darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. ( Brunner and
Suddarth’s, 2001 : 805 )
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
volume diastolik secara abnormal.
( Mansjoer Arief, 1999, hlm : 434 )
Gagal jantung kongestif adalah kegagalan jantung memberi cukup darah
kedalam sistemik untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.( Holloway W, Brenda
2003, hlm : 388 ).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung kongesif adalah ketidak
mampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi jaringan akan
oksigen dan nutrisi.
1. Derajat 1: Tanpa keluhan, klien masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari
tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
2. Derajat 2: Ringan - aktivitas fisik ringan/sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka kluhan pun hilang
3. Derajat 3: Sedang - aktivitas fisik ringan/sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
4. Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada
saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas.
15 | P a g e
3.2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi jantung
1) pengertian
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot – otot, jantung
merupakan jaringan istimewa karena apabila dilihat dari bentuk dan susunannya sama
dengan otot serat lintang, tetapi carabekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar
kesadaran.
2) Bentuk Jantung
Betuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal
jantung) dan disebut basis kordis. Disebelah bawah runcing yang disebut apek kordis.
Ukuran jantung kira kira sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-
300 gram.
3) Letak Jantung
Terletak pada mediastinum medialis, bagian depan dibatasi sternum dan iga
3,4,5. Jantung terletak diatas diagfragma, miring kedepan kiri dan apeks kordis terletak
didepan rongga dada, sela iga 4-5 garis mid clavicula kiri.
4) Susunan Jantung
16 | P a g e
a) Ruang jantung terdiri dari :
1. Atrium Dextra (serambi kanan)
Atrium dextra atau atrium kanan yang tipis dindingnya ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan darah, dan sebagai penyalur darah dari vena-vena
sirkulasi sistemik kedalam atrium kanan melalui vena cava superior, inferior
dan sinus koronarius.
2. Ventrikel Dextra ( bilik kanan)
Ventrikel berbentuk bulan sabit yang unik, guna menghasilkan kontraksi
bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan darah kedalam arteri
pulmonalis. Sirkulasi pulmonal merupakan sistem aliran darah bertekanan
rendah, dibanding tekanan tinggi sirkulasi sistemikterhadap aliran darah dari
ventrikel kanan, dibandingkan tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap
aliran darah dari ventrikel kiri.
3. Atrium Sinistra (serambi kiri)
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenasi dari paru-paru melalui
keempat vena pulmonalis dan atrium kiri tidak ada katup sejati. Darah
mengalir dari atrium kiri kedalam ventrikelkiri melalui katup mitralis.
4. Ventrikel Sinistra (bilik kiri)
Ventrikel kiri mempunyai otot-otot yang tebal dan bentuknya menyerupai
lingkaran, mempermudah pembentukan tekanan yang tinggi selama ventrikel
berkontraksi.
Di dalam jantung terdapat katup- katup yang sangat penting dalam susunan
peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.
1. Valvula Tricuspidalis, terletak antara atrium dextra dengan ventrikel dextra
yang terdiri dari tiga katup.
2. Valvula Bicuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra
yang terdiri dari dua katup.
17 | P a g e
3. Valvula Semilunaris arteri pulmonalis, dimana darah mengalir menuju paru –
paru.
4. Valvula Semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta
dimana darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
c) Lapisan –lapisan Jantung
b. Fisiologi Jantung
Otot jantung tidak seperti otot lurik atau otot polos , mempunyai periode refraktori
yang panjang, pada saat sel tidak bisa di stimulasi untuk berkontraksi . Hal tersebut
18 | P a g e
melindungi jaringan dari kontraksi berkepanjangan (tetani) yang mengakibatkan henti
jantung mendadak .
Gerakan jantung terdapat 2 jenis , yaitu kontraksi(sistol) dan relaksasi(diastol) dari
kedua atrium, terdapat serentak yang di sebut sistol atrial dan diastol atrial. Konstriksi
ventrikel kira-kira 0,3 detik dan tahap dilatasi selama 0,5 detik. Konstriksi kedua atrim
pendek ,sedang konstriksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong dari
ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk
mempertahankan darah sistemik.
Meskipun Ventrikel kanan juga memompakanh yang sama , tetapi tugasnya hanya
mengalirkan darah keparu-paru dimana tekanannya lebih rendah .
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan aliran jantung normal konsep curah jantung
paling baik di jelaskan dengan persamaan CO=HR XSV dimana curah jantung(CO/
Cardiac Autput) adalah fungsi prekwensi jantung (HR)dan volume sekuncup (SV/Struk
Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi syaraf otonom . Bila curah jantung berkurang ,
sistem syaraf akan mempercepat freuensi jantung untuk mempertahankan. Bila
mekanisme konpensasi ini gagal untuk mempertahankan perpusi jaringan yang
memadai maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyuk menyesuaikan dir
untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi oada gagal jantung dengan masalah
utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung ,volume sekuncup berkurang dan
curah jantung normal masih dapat di pertahankan.
Volume sekuncup,jumlah darah yang di pompa pada setiap kontraksi jantung
tergantung pada 3 faktor yaitu :
1) Preload adalah jumlah rgangan serabut otot jantung segera sebeluum sistol.
Biasanya , jumlah regangan suatu ruangan proporsional terhadap volume
darah ruang yang di tampung pada akhir diastol, sebelum sistol.
2) Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontaksi yang terjadi pada
tingkat yang berhubugan degan perubahan panjang serabut jantung dan
kadar kalsium.
19 | P a g e
3) Afterload mengacu padsa besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan
untuk memompakan darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan
oleh tekanan atriol.
3.3 Etiologi
20 | P a g e
mendadak apterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik ( hipertensi
“maligna”) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada hipertropi
miokardial.
f. Faktor sistemik terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembagan
dan berat gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme ( misalnya demam,
tirotoksikosis ), hipoksia, dan anemia memerlukan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigensistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis ( respiratori atau metabolik ) dan
abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia jantung
yang dapat terjadi degan sendirinya.
3.4.Patofisiologi
Kongesitif heart failure terjadi sewaktu kontaktilitas jantung berkurang dan
ventrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole.
Hal ini menyebabkan volume diastole akhir ventrikel secara progresif bertambah .
seiring degan penigkatan progresif diastole akhir, sel-sel otot mengalami
peregagan melalui panjang optimumnya sehingga serat-serat otot tertinggal dalam
kurva panjang tegangan. Tegangan yang dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel
teregang oleh darah . semakin terisi berlebihan ventrikel, semakin sedikit darah yang
dapat dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan peregagan otot bertambah.
Akibatnya volume sekuncup, curah jantung dan tekanan jantung menurun. Respon-
respon refleks tubuh yang mulai berkerja sebagai jawaban terhadap penurunan
tekanan darah akan secara bermakna akan memperburuk situasi.
Pada gagal jantung kiri, kenaikan tekanan diastolic diteruskan secara redtroged
keatrium kiri kemudian kevena dan ventrikel paru. Kenaikan tekanan hidrostatik kapiler
paru bila cukup tinggi , bisa menyebabkan transudasi kedalam interstitium paru,dan
menyebabkan keluhan – keluhan ,kongesti paru.
Bila ventrikel kanan gagal , kenaikan tekanan diastolik diteruskan diatrium
kanan, selanjutnya timbul bendugan pada vena sistemik dan tanda – tanda gagal
21 | P a g e
jantung kanan. Penigkatan beban akhir pada ventrikel kanan paling sering diakibatkan
oleh gagal jantung kiri , karena adanya peningkatan tekanan vena dan arteri vulmonalis
yang mnyertai disfungsi ventrikel kiri .
a. Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri :
Dispnoe
Batuk
Orthopnea
Mudah lelah
Kegelisahan dan kecemasan
b. Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik dari ventrikel kanan :
Edema
Hepatomegali
Anoreksia dan mual
Nokturia
Distensi vena jugularis
Asites ( penimbunan cairan didalam rongga peritonium
Lemah
3.6. Komplikasi
22 | P a g e
lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal diseluruh ventrikel karena
ketidak seimbagan antara kebutuhan dan supply oksigen miokardium.
b. Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sma seperti edema dimana saja didalam
tubuh. Faktor apapun yang menyebabkan cairan interstisial paru meningkat dari
batas negatif menjadi batas psitif.
Penyebab kelainan paru yang paling umum adalah :
1). Gagal jantung sisi kiri ( penyakit katup mitral ) degan akibat peningkatan
tekanan kapiler paru dan membanjuru ruang interstitial dan alveoli.
2). Kerusakan pada membrane kapiler baru yang disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia ayau tehirupnya bahab – bahan yang berbahaya seperti gas klorin
atau gas sulfur dioksida . masing – masing menyebabkan kebocoran protein
plasma dan cairan secara cepat dan keluar dari kapiler.
c. Episode tromboembolik
Kurangnya mobilitas pasien penyakit jantung dan adanya gangguan sirkulasi yang
menyertai kelainan ini berperan dalam pembentukan thrombus intrakadial dan intra
vaskuler. Sebuah thrombus dapat terlepas ( trombus yang terlepas dinamakna
embolus ) dan dapat terbawa keotak ginjal dan usus dan paru.
Episode emboli yang tersaring adalah emboli paru . gejali emboli paru meliputi
nyeri dada, sianosis, napas pendek dan cepat serta hemoptisi ( dahak berdarah).
Emboli paru akan menyumbat sirkulasi ke bagian paru, menghasilkan suatu daerah
infark paru. Nyeri yang dirasakn bersifat pleuritik artinya semakin nuyeri saat bernafas
dan menghilang saat pasien menahan nafasnya. Namun demikian nyeri jantung akan
tetap berlanjut, dan biasanya tidak dipengaruhi pernapasan.
Emboli sistemik berasal dari ventrikel kiri. Sumbatan vaskuler dapat menyebabkan
strok atau infrak ginjal, juga dapat menggangu suppli darah ke ektermitas.
23 | P a g e
Epusi pericardial mengacu pada masuknya cairan ke dalam kantung pericardium.
Kejadiaan ini biasanya disertai dengan perikarditis, gagal jantung atau bedah jantung.
Secara normal kantung pericardium berisi sebanyak kurag dari 50 ml. cairan
pericardium akan terakumulasi secara lambat tanpa menyebabkan gejala yang nyata.
Namun demikian perkembangan efusi yang cepat dapat meregangkan pericardium
sampai ukuran maksimal dan menyebabkan penurunan curah jantung serta aliran
balik vena ke jantung. Hasil akhir proses ini adalh temponade jantung.
24 | P a g e
2) Intensifikasi regimen vasodilatator oral
3) Nitropusid intra vena
g. Agen intropik lain : dopamin, dobutamin, amrinan
h. Tindakan khusus
1) Pertimbagan transplantasi jantung
2) Dialisasi
3) Sirkulasi yang dibantu : pompa balon intra aorta dan alat bantu ventrikel kiri.
a) Pengkajian
1. Anamnesa
e. Keluhan Utama
2. Pemeriksaan Fisik
a Sistem Pernapasan
25 | P a g e
Kaji sistem pernafasan klien, apakah terdapat cuping hidung pada saat
klien bernafas atau tidak atau klien menggunakan otot-otot pernafasan
saat bernafas.
b Sistem Kardiovaskuler
c Sistem Gastrointestinal
d Sistem Perkemihan
Kaji haluaran urin pasien, apakah terasa sakit apabila klien mengeluarkan
urin atau tidak.
e Sistem Muskuloskeletal
Kaji seluruh tubuh klien dan ekstermitas baik bawah maupun atas untuk
mengetahui adanya oedem atau tidak.
f Sistem Persyarafan
g Sistem Integumen
3. Aspek Psikososial
a. Aspek Psikologi
26 | P a g e
b. Aspek Sosial
27 | P a g e
Tujuannya adalah untuk meredakan nyeri yang dirasakan oleh klien serta
meredakan sesak napas yang diderita oleh klien. Serta mengurangi oedema bila terjadi
oedema.
Diagnosa keperawatan II :
Intoleransi aktivitas berdasarkan dengan kelemahan umum.
Tujuan :
Klien dapat menunjukkan aktivitas seperti biasa
Intervensi :
a. Periksa tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas bila pasien
menggunakan vasodilatasi diuretik.
b. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
c. Berikan bantuan dengan aktivitas perawatan diri sesuai dengan indikasi
selingkan periode aktivitas.
d. Implementasikan program rehabilitasi jantung.
28 | P a g e
Tujuan :
Kelebihan volume cairan dapat teratasi.
Intervensi :
a. Pantau haluaran urin, catat jumlah dan warna.
b. Pantau haluaran urin dan hitung keseimbangan pengeluaran dan
pemasukkan cairan.
c. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama
fase akut.
d. Ubah posisi dengan sering tinggikan kaki bila duduk
29 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah tekanan darah sistollik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.
1. Derajat 1: Tanpa keluhan, klien masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari
tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas.
2. Derajat 2: Ringan - aktivitas fisik ringan/sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang.
3. Derajat 3: Sedang - aktivitas fisik ringan/sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan.
4. Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada
saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas.
4.2 Saran
Jadi kita sebagai perawat harus dapat menjelaskan tentang penyakit yang
dialami oleh klien yang akan kita tangani. Jangan sampai pada saat klien menanyakan
tentang penyakit yang dideritanya kita tidak dapat menjawab pertanyaan klien
30 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
31 | P a g e