DISUSUN OLEH :
IKHWAN EFFENDI
NIM. 30601601857
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1.Latar Belakang.......................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3.Batasan Masalah.....................................................................................3
1.4.Tujuan....................................................................................................3
1.5.Manfaat..................................................................................................3
1.6.Sistematika Penulisan.............................................................................4
2.1.Tinjauan Pustaka....................................................................................5
2.2.Dasar Teori.............................................................................................6
2.2.1.Transformator...............................................................................6
2.2.5.Faktor Beban..............................................................................16
2.2.8.Pemanasan transformator...........................................................21
2.2.11.Umur Transformator................................................................27
ii
BAB III METODOLOGI.......................................................................................29
3.1.Metodologi...........................................................................................29
3.3.Data Penelitian.....................................................................................30
3.4.Tahapan Penelitian...............................................................................30
4.7.Menentukan selisih temperature antara hotspot dan top oil (Δ∅ td ¿....39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain ke rangkaian listrik yang
lain, melalui suatu gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi-
elektomagnetik. Penggunaan transformator dalam sistem tanaga listrik
transformator dapat dikatakan jantung dari transmisi dan distribusi[1].
Dalam operasi sistem tenaga listrik, kehandalan dan kestabilan
sistem
sangat penting agar dapat memberi kenyamanan dalam pelayanan kepada
konsumen. Salah satu upaya untuk mempertahankan kehandalan dan
kestabilan suatu sistem tenaga listrik yaitu dengan memperhatikan kondisi
dari peralatan-peralatan tenaga listrik yang ada. Salah satu peralatan yang
sangat penting dalam suatu sistem tenaga listrik adalah transformator[2][3].
Untuk penyaluran tenaga listrik baik di jaringan transmisi maupun
distribusi, transformator diharapkan dapat beroperasi secara maksimal dan
terus-menerus. Dalam jaringan distribusi Gardu Induk Srondol, salah satu
peralatan utama yaitu transformator distribusi[4]. Transformator distribusi
adalah peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
tinggi ke tegangan rendah, agar tegangan yang dipakai sesuai dengan rating
peralatan listrik pelanggan atau beban pada umumnya. Dikarenakan
transformator merupakan peralatan yang mahal, maka diusahakan agar
peralatan ini memiliki umur penggunaan yang panjang[5].
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kondisi suatu
transformator distribusi. Salah satu penyebab kerusakan atau berkurangnya
umur trafo adalah akibat pengaruh pembebanan yang lebih. Pembebanan ini
mengakibatkan peningkatan pada temperatur yang menimbulkan panas pada
transformator. Panas mengakibatkan terjadinya penguraian dari bahan-bahan
trafo yang dapat mempercepat proses penuaan suatu transformator.
1
2
Pada saat ini dengan adanya perubahan dan peningkatan beban, ada
transformator distribusi yang sudah mengalami pembebanan berlebihan. Ini
mengakibatkan peningkatan suhu transformator yang berlebihan bahkan bisa
sampai melewati batas toleransi yang ada. Jika kondisi operasi seperti ini
terus berlangsung dan tidak diperkirakan atau tidak diatasi, akibatnya suatu
waktu pada komponen transformator akan sampai pada batas ketahanan dan
nilai keamanan yang diizinkan. Pada akhirnya terjadi gangguan akibat
kerusakan transformator dengan suhu transformator meningkat secara
bertahap yang mengakibatkan kerusakan pada transformator meledak hingga
terbakar.
Kondisi ini membuat tranformator Gardu Induk 60MVA Srondol
tidak normal, Karena perbedaan suhu ini maka laju relatif pemburukan termis
isolasi transformator yang beroperasi di Indonesia lebih cepat disebabkan
kegagalan isolasi transformator. Apabila ingin mendapatkan umur harap
normal maka besarnya kapasitas pembebanan yang diberikan terhadap
transformator akan mengalami pengurangan yaitu lebih kecil dari daya
pengenalnya.
Dari data hasil uji kenaikan suhu transformator yang dilakukan di
Labotarium Listrik PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan
Ketenagalistrikan, dapat memperkirakan umur transformator yang
dioperasikan di Indonesia pada kondisi beban 100% dari beban pengenal
dengan asumsi pembebanan kontinu dan umur harap normal 20 tahun, juga
dapat diketahui besarnya pembebanan pada transformator agar diperoleh
umur harap normal 20 tahun.[6]
Transformator distribusi dengan pembebanan yang kontinu dengan
suhu sekitar 20 °C dan suhu belitan 98 °C maka umurnya akan tercapai, tetapi
transformator yang dioperasikan di Indonesia yang mempunyai suhu sekitar
30 °C transformator akan mengalami penurunan kapasitas menjadi 91% dari
umur normal.
Dengan latar belakang tersebut, dalam tugas akhir ini akan dianalisa
seberapa lama jangka waktu susut umur tranformator dan cara mengatasi
3
1.4. Tujuan
Dengan memperhatikan permasalahan yang telah dijelaskan di atas
maka penulis bermaksud memberikan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengatahui pengaruh tahanan dalam terhadap susut umur
transformator.
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu minyak terhadap susut umur
transformator dengan standart IEC-60076-1
1.5. Manfaat
Dibuatnya penelitian ini penulis berharap agar:
1. Dapat mengetahui susut umur transformator yang digunakan pada
perusaahan yang dijadikan objek penelitian
4
5
6
2.2.2.3. Bushing
diakibatkan oleh korosif atau tekanan tekanan yang terjadi baik pada
saat pengoperasian, transportasi ke tempat pemasangan maupun pada
saat pengujiannya.
Kegagalan transformator bekerja biasanya diakibatkan oleh
kegagalan sistem isolasinya, sebagai akibat dari kegagalan sistem
isolasi tersebut menyebabkan banyaknya efek panas yang terajdi
dalam trafo. Ketahanan sistem isolasi pada peralatan listrik sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, kekuatan listrik dan
mekanik, getaran, proses kimia dll. Suhu dalam peralatan listrik sering
sekali mempengaruhi material isolasi oleh karena itu suhu kumparan
maupaun suhu minyak tidak boleh melampaui nilai suhu standar yang
telah dibuat, sehingga isolasi trafo tidak mudah rusak. Oleh karena itu
dalam memilih trafo perlu untuk diketahui atau dipilih kelas isolasi
yang sesuai dengan standar yang berlaku. Untuk menghitung laju
penuaan isolasi dihitung menggunakan Persamaan 12.
15000 15000
[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 ..................................................(12)
Keterangan:
∅ H = temperatur hotspot
F AA= faktor laju penuaan isolasi
2.2.3. Peralatan Bantu Transformator
2.2.3.7. Pendingin
Suhu pada inti besi dan kumparan – kumparan transformator akan
timbul
panas saat sedang beroperasi hal ini dipengaruhi oleh kualitas tegangan
jaringan, rugi-rugi pada transformator itu sendiri dan suhu lingkungan.
Suhuoperasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas
padatransformator. Untuk mengurangi kenaikan suhu transformator
yang berlebihanmaka perlu dilengkapi dengan alat atau sistem
pendingin untuk menyalurkanpanas keluar transformator. Media yang
dipakai pada sistem pendingin dapatberupa :
13
1. Udara
2. Minyak
3. Air
Sedangkan pengalirannya dapat dengan cara:
1. Alamiah (Natural)
2. Paksaan atau Tekanan
Pada cara alamiah, untuk mempercepat perpindahan panas
dari media pendingin ke udara luar diperlukan bidang perpindahan
panas yang lebih luas antara media, dengan cara melengkapi
transformator dengan radiator yang bersirip-sirip.
Bila diinginkan penyaluran panas yang lebih cepat lagi
menggunakan sirkulasi media pendingin dengan pompa-pompa
sirkulasi minyak atau air. Cara ini disebut pendingin paksa (forced).
Macam-macam sistem pendinginan transformator berdasarkan
media dan cara pengalirannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Macam – macam Pendingin Transformator (KEPDIR 0520-2 , 2014)
Media
Macam Dalam Luar
No. Sistem Transformator Transformator
Pendingin Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi
Alamiah Paksa Alamiah Paksa
1. AN - - Udara -
2. AF - - - Udara
3. ONAN Minyak - Udara -
4. ONAF Minyak - - Udara
5. OFAN - Minyak Udara -
6. OFAF - Minyak - Udara
7. OFWF - Minyak - Air
8. ONAN/ONAF Kombinasi 3 dan 4
9. ONAN/OFAN Kombinasi 3 dan 5
10. ONAN/OFAF Kombinasi 3 dan 6
14
2.2.3.9. Indikator
15
Keterangan :
1. Sensor Suhu
2. Pipa kapiler
3. Skala meter
4. Jarum putih (petunjuk suhu setiap saat)
5. Jarum merah (petunjuk suhu maksimal tercapai)
6. Piringan cakram
7. Terminasi kabel
8. Tutup Thermometer
9. Packing
Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan
dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, rugi-rugi pada
transformator itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang tinggi
akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada transformator. Untuk
mengetahui suhu operasi dan indikasi ketidaknormalan suhu operasi
pada transformator digunakan rele termal. Rele termal ini terdiri dari
sensor suhu berupa thermocouple, pipa kapiler dan meter
penunjukan.
2.2.4.4. Rele Hubung Tanah (Ground Fault Relay)
Rele hubung tanah berfungsi untuk mengamankan transformator bila
terjadi gangguan satu fasa ke tanah.
2.2.4.5. Arrester
Fungsi arrester sebagai pengaman surja petir yaitu dengan
mengalirkan surja petir ketanah. Dalam keadaan normal arrester
bersifat sebagai isolator dan pada saat timbul tegangan lebih yang
melebihi nominal arrester maka akan berubah menjadi konduktor
dalam waktu singkat sehingga arus kilat mengalir ke tanah.
2.2.5. Faktor Beban
Istilah faktor beban mendefinisikan bahwa, itu adalah fraksi
dari beban rata-rata dan beban puncak. Di sini beban rata-rata terjadi
dalam waktu tertentu sedangkan beban puncak terjadi selama waktu
17
( ) + Hg . K ...........................................(5)
2
θh=θ + ∆ θ¿ 1+ R K r
y
a
1+ R
Keterangan :
n :θh =Suhu titik panas ( oC ) , θa =¿ Suhu sekitar
Keterangan :
20
Keterangan :
Δ∅ cr = siklus minyak (˚C)
Δ∅ br = Kenaikan temperatur top oil
Δ∅ wo = kenaikan temperatur rata-rata minyak
∆ ∅b = kenaikan temperature top oil dengan standart IEC 76
Keterangan :
Δ∅ td = selisih antara kenaikan hospot dan top oil (˚C)
Δ∅ cr = temperatur hospot siklus minyak paksaan (˚C)
∆ ∅b = kenaikan temperature top oil dengan standart IEC 76 (
° 40 ¿
Konstanta(y) = 0,8 (ONAN & ONAF)
= 0,9 (OFAF & OFWF)
K = faktor beban
tetapi hanya sebagian kipas angin yang berputar. apabila suhu trafo
meningkat, maka kipas angin lainnya akan berputar secara bertahap.
Keterangan :
e s = ggl induksi
N s = jumlah lilitan kumparan
d∅
= laju perubahan fluks magnetik
dt
ep =
( E p ) maks
...................................................................
√2
(3)
N p ω ∅m
e p=
√2
2π f N
e p=
p∅ m√ 2
2
e p = 3,14 . 1,41 f N P ∅ m
e p = 4,44 f N p ∅ m
3.1. Metodologi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan model penelitian
kuantitatif, yaitu penelitian yang didasari dengan teori – teori lalu menuju
data adapaun yang penulis gunakan adalah teknik melakukan studi literatur
dan melakukan observasi pada lapangan untuk mengetahui data – data yang
digunakan , dan nantinya akan digunakan oleh penulis sebagai bahan untuk
melakukan perhitungan dalam penelitian ini.
30
31
No Keterangan Nilai
.
1 Oil temperature 50
2 Nilai impedance 12.844
3 Nilai sisi primer R 603
4 Nilai sisi primer S 580
5 Nilai sisi primer T 567
6 Nilai sisi sekunder R 80
7 Nilai sisi sekunder S 79
8 Nilai sisi sekunder T 78
Mulai
Menentukan Model
Penelitian
Tidak
Kelayakan Umur
Transformator
apakah sesuai
standart dari IEC
Iya
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
33
34
Pcu = I 2R
Diketahui nilai resistansi transformator sebesar 11% maka dari itu perlu
dicari nilai sesungguhnya dari resistansi dikarenakan masih dalam satuan
persen
Z sesungguhnya = Z pu χ Z dasar
Z dasar = ¿ ¿
22.500
7.500V
Z dasar (belitan primer) = ¿ ¿ = ¿ ¿ = ¿ ¿ = 3 = = 375 Ω
20 A
20
400
133.3V
Z dasar (belitan sekunder) ¿ ¿ = ¿ ¿ = ¿ ¿ = 3 = = 6,67 Ω
20 A
20
Z sesungguhnya (beliatn primer) = Z pu χ Z dasar
= 11% χ 375
= 41,25 Ω
Z sesungguhnya (belitan sekunder) = Z pu χ Z dasar
= 11% χ 6,67
= 0,7337 Ω
Diketahui bahwa nilai resistansi berdasarkan persamaan pada belitan
primer sebesar dan pada belitan sekunder sebesar
Tabel 4. 2 Data arus pada tanggal 10 juni 2021
Arus pada transformator nomor 3 pada waktu (A)
pada jam 16.00 WIB. Pengambilan data tersebut berdasarkan arus yang
masuk ke kumparan sisi primer dan kumparan sisi sekunder transformator
nomor
a) Perhitungan tembaga belitan primer fasa R pada waktu pagi hari jam 10.00
Pcu = I 2 R = 932 A χ 41,25 = 356.771,3 W
b) Perhitungan tembaga belitan primer fasa S pada waktu pagi hari jam 10.00
Pcu = I 2 R = 902 A χ 41,25 = 334.125 W
c) Perhitungan tembaga belitan primer fasa T pada waktu pagi hari jam 10.00
Pcu = I 2 R = 902 A χ 41,25 = 334.125 W
d) Perhitungan tembaga belitan primer fasa R pada waktu sore hari 16.00
Pcu = I 2 R = 912 A χ 41,25 = 341.591,3 W
e) Perhitungan tembaga belitan primer fasa S pada waktu sore hari 16.00
Pcu = I 2 R = 882 A χ 41,25 = 319.440 W
f) Perhitungan tembaga belitan primer fasa T pada waktu sore hari 16.00
Pcu = I 2 R = 882 A χ 41,25 = 319.440 W
g) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa R pada waktu pagi hari jam
10.00
Pcu = I 2 R = 6682 A χ 0.7337 = 327.394,5 W
h) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa S pada waktu pagi hari jam
10.00
Pcu = I 2 R = 6382 A χ 0.7337 = 298.648,2 W
i) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa T pada waktu pagi hari jam
10.00
Pcu = I 2 R = 6362 A χ 0.7337 = 296.778,7 W
j) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa R pada waktu sore hari jam
16.00
Pcu = I 2 R = 6592 A χ 0.7337 = 318.632 W
k) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa S pada waktu sore hari jam
16.00
Pcu = I 2 R = 6312 A χ 0.7337 = 292.130,7 W
37
l) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa T pada waktu sore hari jam
16.00
Pcu = I 2 R = 624 2 A χ 0.7337 = 285.685,2 W
1947843
d= = 19,48 (saat keadaan pagi)
10000
1876919
d= = 18,77 (saat keadaan sore)
10000
16,7788
= 40 [ ]
20,48
= 40 x 0,819277344
= 32,77° C (pagi)
2
∆ ∅ ou = ∆ ∅ oi [ 1+d K ]
1+d
1+ 18,77 x (0,9)2
= 40 [ ]
1+ 18,77
16,2037
= 40 [ ]
19,77
= 40 x 0,819610521
= 32,78 ° C (sore)
temperature hot spot di atas kenaikan temperature top oil yang terbentuk
dengan seketika. Kenaikan temperature hot spot pada waktu tertentu dengan
persamaan sebagai berikut :
−t
∆ ∅ on = ∆ ∅ o (n−1) + (∆ ∅ ou−¿ ∆ ∅ o (n−1)) (1−e τ 0 )
−1
= 32,77 + (32,77 - 32,77) (1−e 3 )
= 32,77 ° C (pagi)
−t
∆ ∅ on = ∆ ∅ o (n−1) + (∆ ∅ ou−¿ ∆ ∅ o (n−1)) (1−e τ 0 )
−1
= 32,78 + (32,78 – 32,78) (1−e 3 )
= 32,78 ° C (sore)
4.7. Menentukan selisih temperature antara hotspot dan top oil (Δ∅ td ¿
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y
a) Perhitungan mencari selisih kenaikan hospot dan top oil pada pembebanan
70%
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (62,7 - 40) χ (0,7¿2 ( 0,8) = 8,90 ° C (pagi)
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (59,4 - 40) χ (0,7¿2 ( 0,8) = 7,60 ° C (sore)
b) Perhitungan mencari selisih kenaikan hospot dan top oil pada pembebanan
80%
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (62,7 - 40) χ (0,8¿2 ( 0,8) = 11,62 ° C (pagi)
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (59,4 - 40) χ (0,8¿2 ( 0,8) = 9,93 ° C (sore)
c) Perhitungan mencari selisih kenaikan hospot dan top oil pada pembebanan
90%
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (62,7 - 40) χ (0,9¿2 ( 0,8) = 14,71 ° C (pagi)
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (59,4 - 40) χ (0,9¿2 ( 0,8) = 12,57 ° C (sore)
d) Perhitungan mencari selisih kenaikan hospot dan top oil pada pembebanan
100%
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (62,7 - 40) χ (1¿2 ( 0,8) = 18,16 ° C (pagi)
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (59,4 - 40) χ (1¿2 ( 0,8) = 15,52 ° C (sore)
Tabel 4. 4 Hasil perhitungan silisih temperature hostpot dan top oil
1 Std IEC 20 celcius 61,67 64,39 67,48 70,93 60,38 62,71 65,35 68,3
2 Std IEEE 30 celcius 71,67 74,39 77,48 80,93 70,38 72,71 75,35 78,3
3 Lingkungan 28 celcius 69,67 72,39 75,48 78,93 68,38 70,71 73,35 76,3
Umur transformator >20 th >20 th >20 th >20 th >20 th >20 th >20 th >20 th
= e [39,16−44,82]
= e−5,66
= 0,003497 (pagi)
15000 15000 15000 15000
[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 = e[ 383
−
60,38+273
]
= e [39,16−44,99]
= e−5,83
= 0,00294 (sore)
= e [39,16−43,51]
= e−4,36
= 0,012837 (pagi)
15000 15000 15000 15000
[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 = e[ 383
−
70,38+273
]
= e [39,16−43,68]
= e−4,52
= 0,0109011 (sore)
Perhitungan untuk mencari nilai FAA dengan pembebanan 70% Suhu
Lingkungan
15000 15000 15000 15000
[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 = e[ 383
−
71,67+273
]
= e [39,16−43,51]
= e−4,36
= 0,012837 (pagi)
45
= e [39,16−43,68]
= e−4,52
= 0,0109011 (sore)
Hasil dari perhitungan menunjukkan bila suhu sekitar yang diambil tinggi
yaitu 28˚C, dengan pembebanan yang tinggi yaitu 100%, maka angka perunit
akan tinggi pula. Dapat diambil kesimpulan bila harga perunit semakin tinggi,
maka semakin rendah perkiraan angka harapan hidup transformator tenaga.
Hasil dari tabel 6 akan digunakan untuk menghitung perkiraan angka harapan
hidup transformator.
Tabel 4. 7 Hasil perhitungan perkiraan harapan hidup transformator terhadap nilai susut umur
Suhu sekitar Perkiraan harapan hidup transformator dengan waktu dan permbebanan (jam)
No derajat pagi (10:00) sore (16:00)
celcius 70% 80% 90% 100% 70% 80% 90% 100%
Std IEC 20
185.86.,6 221.058.4
1 celcius 0 129.497.42 865.028.5 556.038.4 4 129.497.42 865.028.5 778.147.2
Std IEEE 30
2 celcius 506.335.7 360.123.5 246.10.,2 162.158.3 596.270.3 360.123.5 319.722.0 222.707.6
Lingkungan
3 28 celcius 506.335.7 360.123.5 314.627.2 206.319.0 596.270.3 360.123.5 314.627.2 284.388.2
48
49