Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH RUGI-RUGI TEMBAGA DAN SUHU MINYAK

TERHADAP SUSUT UMUR TRANFORMATOR 60MVA


(ONAN) PADA GARDU INDUK 150KV SRONDOL

LAPORAN TUGAS AKHIR


Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi
Industri Universitas Islam Sultan Agung Semarang

DISUSUN OLEH :

IKHWAN EFFENDI
NIM. 30601601857

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1.Latar Belakang.......................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah..................................................................................3

1.3.Batasan Masalah.....................................................................................3

1.4.Tujuan....................................................................................................3

1.5.Manfaat..................................................................................................3

1.6.Sistematika Penulisan.............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI.........................................5

2.1.Tinjauan Pustaka....................................................................................5

2.2.Dasar Teori.............................................................................................6

2.2.1.Transformator...............................................................................6

2.2.2.Peralatan utama pada transformator.............................................7

2.2.3.Peralatan Bantu Transformator..................................................12

2.2.4.Peralatan Tambahan Untuk Pengamanan Transformator..........15

2.2.5.Faktor Beban..............................................................................16

2.2.6.Suhu minyak transformator........................................................17

2.2.7.ONAN (Oil Natural Air Natural)..............................................20

2.2.8.Pemanasan transformator...........................................................21

2.2.9.Rugi – rugi transformator...........................................................22

2.2.10.Prinsip kerja transformator.......................................................25

2.2.11.Umur Transformator................................................................27

ii
BAB III METODOLOGI.......................................................................................29

3.1.Metodologi...........................................................................................29

3.2.Alat dan Bahan.....................................................................................29

3.3.Data Penelitian.....................................................................................30

3.4.Tahapan Penelitian...............................................................................30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................32

4.1.Perhitungan Faktor Beban....................................................................32

4.2.Menentukan Rugi Tembaga ( Pcu).......................................................33

4.3.Menghitung perbandingan rugi transformator.....................................36

4.4.Menghitung kenaikan ultimate top oil (∆ ∅ ou )....................................36

4.5.Menentukan kenaikan temperature top oil (∆ ∅ on ).............................37

4.6.Menentukan selisih temperatur hotspot ∆ ∅ cr ¿...................................38

4.7.Menentukan selisih temperature antara hotspot dan top oil (Δ∅ td ¿....39

4.8.Menentukan temperatur hotspot (∅ hm)...............................................40

4.9.Menentukan Faktor Laju Penuaan Isolasi............................................42

4.10.Menentukan perkiraan harapan hidup transformator.........................44

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain ke rangkaian listrik yang
lain, melalui suatu gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi-
elektomagnetik. Penggunaan transformator dalam sistem tanaga listrik
transformator dapat dikatakan jantung dari transmisi dan distribusi[1].
Dalam operasi sistem tenaga listrik, kehandalan dan kestabilan
sistem
sangat penting agar dapat memberi kenyamanan dalam pelayanan kepada
konsumen. Salah satu upaya untuk mempertahankan kehandalan dan
kestabilan suatu sistem tenaga listrik yaitu dengan memperhatikan kondisi
dari peralatan-peralatan tenaga listrik yang ada. Salah satu peralatan yang
sangat penting dalam suatu sistem tenaga listrik adalah transformator[2][3].
Untuk penyaluran tenaga listrik baik di jaringan transmisi maupun
distribusi, transformator diharapkan dapat beroperasi secara maksimal dan
terus-menerus. Dalam jaringan distribusi Gardu Induk Srondol, salah satu
peralatan utama yaitu transformator distribusi[4]. Transformator distribusi
adalah peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
tinggi ke tegangan rendah, agar tegangan yang dipakai sesuai dengan rating
peralatan listrik pelanggan atau beban pada umumnya. Dikarenakan
transformator merupakan peralatan yang mahal, maka diusahakan agar
peralatan ini memiliki umur penggunaan yang panjang[5].
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kondisi suatu
transformator distribusi. Salah satu penyebab kerusakan atau berkurangnya
umur trafo adalah akibat pengaruh pembebanan yang lebih. Pembebanan ini
mengakibatkan peningkatan pada temperatur yang menimbulkan panas pada
transformator. Panas mengakibatkan terjadinya penguraian dari bahan-bahan
trafo yang dapat mempercepat proses penuaan suatu transformator.

1
2

Pada saat ini dengan adanya perubahan dan peningkatan beban, ada
transformator distribusi yang sudah mengalami pembebanan berlebihan. Ini
mengakibatkan peningkatan suhu transformator yang berlebihan bahkan bisa
sampai melewati batas toleransi yang ada. Jika kondisi operasi seperti ini
terus berlangsung dan tidak diperkirakan atau tidak diatasi, akibatnya suatu
waktu pada komponen transformator akan sampai pada batas ketahanan dan
nilai keamanan yang diizinkan. Pada akhirnya terjadi gangguan akibat
kerusakan transformator dengan suhu transformator meningkat secara
bertahap yang mengakibatkan kerusakan pada transformator meledak hingga
terbakar.
Kondisi ini membuat tranformator Gardu Induk 60MVA Srondol
tidak normal, Karena perbedaan suhu ini maka laju relatif pemburukan termis
isolasi transformator yang beroperasi di Indonesia lebih cepat disebabkan
kegagalan isolasi transformator. Apabila ingin mendapatkan umur harap
normal maka besarnya kapasitas pembebanan yang diberikan terhadap
transformator akan mengalami pengurangan yaitu lebih kecil dari daya
pengenalnya.
Dari data hasil uji kenaikan suhu transformator yang dilakukan di
Labotarium Listrik PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan
Ketenagalistrikan, dapat memperkirakan umur transformator yang
dioperasikan di Indonesia pada kondisi beban 100% dari beban pengenal
dengan asumsi pembebanan kontinu dan umur harap normal 20 tahun, juga
dapat diketahui besarnya pembebanan pada transformator agar diperoleh
umur harap normal 20 tahun.[6]
Transformator distribusi dengan pembebanan yang kontinu dengan
suhu sekitar 20 °C dan suhu belitan 98 °C maka umurnya akan tercapai, tetapi
transformator yang dioperasikan di Indonesia yang mempunyai suhu sekitar
30 °C transformator akan mengalami penurunan kapasitas menjadi 91% dari
umur normal.
Dengan latar belakang tersebut, dalam tugas akhir ini akan dianalisa
seberapa lama jangka waktu susut umur tranformator dan cara mengatasi
3

gangguan seperti (suhu sekitar / temperature), suhu minyak transformator dan


pola pembebanan terhadap transformator tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui susut umur transformator.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis
mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap umur transformator jika beban yang
digunakan pada transformator 70% sampai 100% ?
2. Bagaimana pengaruh rugi-rugi tembaga terhadap umur transformator jika
beban yang digunakan pada transformator 70% sampai 100%?

1.3. Batasan Masalah


Untuk mencegah pembahasan yang meluas dan agar lebih
memfokuskan pembahasan penelitian ini dengan hanya membahas hal-hal
mengenai pengaruh suhu sekitar dan perubahan pembebanan transformator
tenaga terhadap susut umur transformator yang berada di Gardu Induk.

1.4. Tujuan
Dengan memperhatikan permasalahan yang telah dijelaskan di atas
maka penulis bermaksud memberikan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengatahui pengaruh tahanan dalam terhadap susut umur
transformator.
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu minyak terhadap susut umur
transformator dengan standart IEC-60076-1

1.5. Manfaat
Dibuatnya penelitian ini penulis berharap agar:
1. Dapat mengetahui susut umur transformator yang digunakan pada
perusaahan yang dijadikan objek penelitian
4

2. Agar pembaca dan penulis menambah pengetahuan terutama mengenai


pengaruh suhu terhadap umur trafo.
3. Agar dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian yang akan
datang.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan
tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penulis mengambil judul,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan serta manfaat dan
penelitian ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan tentang kajian hasil dari penelitian – penelitian
sebelumnya. Pada bab ini juga terdapat materi – materi yang
mendukung untuk objek penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan metode penelitian yang digunakan, alur penelitian
atau flow chart.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan analisa dan perhitungan dari data yang telah
diambil.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari Penelitian ini serta saran atau
pendapat penulis terhadap penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


Dalam pembuatan penelitian ini penulis mengambil beberapa
referensi untuk dijadikan tinjauan agar pada laporan yang dibuat oleh penulis
dapat menjadi lebih baik dari penelitian sebelumnya.
a. S. Purnama (2008) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisa
pengaruh pembebanan terhadap susut umur tranformator tenaga”[7].
Hasil penilitian diperoleh hasil penilitian diperoleh pembebanan yang
mengkibatkan susut umur minimal 0.24 pu/hari adalah apabila
tranformator tenaga di bebani 80%. Dengan transformator standart IEC
354 suhu lingkungan 20o C menghasilkan susut trafo minimal 1 pu/hari
pada beban 100%. Berdasar data pembebanan tahun 2008 susut umur
trafo tanaga GTG 1.3 PLGU Tambak Lorok Semarang dengan
pembebanan maksimum tanggal 6 September menghasilkan susut umur
0.1268 pu/hr.
b. Kurniawan and Firdaus (2016) dengan penelitiannya yang berjudul
“Studi Analisa Pengaruh Pembebanan Dan Temperatur Lingkungan
Terhadap Susut Umur Tranformator Daya Pada Gardu Induk Garuda
Sakti”[8]. Berdasarkan penilitian ini diperoleh hasil susut umur ketiga
tranformator gardu induk Garuda Sakti masih dalam batas susut umur
normal yang ditetapkan oleh Publikasi IEC yaitu 0,0137% perhari
dengan masing-masing bernilai 0.00017% pada trafo 1, 0,0004% pada
tranformator 2 dan 0,00023% pada transformator.
c. A. Velasquez-Valencia (2018) dengan penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh pembebanan terhadap umur transformator tenaga di gardu
induk palur 150 kV”[9]. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil
pembebanan yang paling baik maksimal 70% karena transformator tetap
berumur panjang. Pembebanan paling buruk terjadi pada beban puncak
yaitu 100% dengan rata-rata perkiraan umur yang relatif rendah. Dengan

5
6

adanya kenaikan terhadap faktor beban dan suhu lingkungan


menyebabkan laju penuaan transformator bertambah dan umur
transformator berkurang seiring tranformator bekerja.
Pada penelitian yang dibuat ini akan menjelaskan bagaimana
pengaruh pembebanan terhadap susut umur transformator agar kedepannya
lebih baik lagi, keunggulan dari penelitian ini adalah penelitian sebelumnya
adalah dengan menggabungkan semua rumusan masalah yang ada pada
penelitian sebelumnya menjadi satu sehingga laporan ini akan lebih lengkap
dibandingkan dengan laporan sebelum – sebelumnya.

2.2. Dasar Teori


2.2.1. Transformator

Gambar 2. 1 Transformator Gardu Induk Srondol

Tranformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetik statis


yang berfungsi untuk memindahkan / mengubah energi listrik dari satu
rangkaian litrik ke rangkaian listrik lainnya, dengan frekuensi yang sama
dan perbandingan transformasi tertentu. Transformator menggunakan
prinsip hukum induksi Faraday dan hukum Lorentz dalam menyalurkan
daya, dimana apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber
tegangan bolakbalik, maka akan mengalir arus dalam kumparan primer
menimbulkan perubahan fluks magnetik dalam inti besi.[10]
7

Arus AC yang mengalir pada belitan primer membangkitkan flux


magnet yang mengalir melalui inti besi yang terdapat diantara dua belitan,
flux magnet tersebut menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung
belitan sekunder akan terdapat beda potensial /tegangan induksi

Gambar 2. 2 Elektromagnetik pada transformator

2.2.2. Peralatan utama pada transformator


2.2.2.1. Electromagnetic Circuit (Inti besi)

Gambar 2. 3 Inti besi

Inti besi digunakan sebagai media mengalirnya fluks yang timbul


akibat induksi arus bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti
besi sehingga dapat menginduksi kembali ke kumparan yang lain. Inti
besi dibentuk dari lempengan – lempengan besi tipis berisolasi dengan
maksud untuk mengurangi eddy current yang merupakan arus sirkulasi
pada inti besi hasil induksi medan magnet, dimana arus tersebut akan
mengakibatkan rugi – rugi.
8

Inti transformator dibentuk dari lapisan lembaran pelat besi silikon


yang memiliki lapisan isolasi sangat tipis pada salah satu sisinya, yang
tahan terhadap panas tinggi serta mempunyai koefisien penyebaran
panas yang rendah, dengan ketebalan yang sangat tipis untuk dapat
menekan rugi-rugi inti yang semakin kecil. Disusun sedemikian rupa
sehingga membentuk suatu luasan inti magnetis yang kokoh serta
efisien.

2.2.2.2. Current Carrying Circuit (Winding)

Gambar 2. 4 Kumparan Transformator

Belitan terdiri dari batang tembaga berisolasi yang mengelilingi


inti besi, dimana saat arus bolak balik mengalir pada belitan tembaga
tersebut, inti besi akan terinduksi dan menimbulkan flux magnetik.
Belitan transformator biasa di sebut juga dengan kumparan.
Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer, dan kumparan
sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar
kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain.
Lilitan pada transformator distribusi berfungsi sebagai pembangkit
fluks magnet pada rangkaian magnetik. Lilitan transformator distribusi
terdiri dari lilitan primer (high voltage winding) dan lilitan sekunder
(low voltage winding).
9

2.2.2.3. Bushing

Gambar 2. 5 bushing pada transformator

Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan


jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi
oleh isolator. Isolator 11 tersebut berfungsi sebagai penyekat antara
konduktor bushing dengan body main tank transformator

2.2.2.4. Oil Preservation & Expansion (Konservator)

Gambar 2. 6 Konstruksi konservator dengan rubber bag

Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada transformator, minyak


isolasi akan memuai sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat
terjadi penurunan suhu operasi, maka minyak akan menyusut dan
volume minyak akan turun. Konservator digunakan untuk menampung
minyak pada saat transformator mengalami kenaikan suhu.
10

Seiring dengan naik turunnya volume minyak di konservator


akibat pemuaian dan penyusutan minyak, volume udara di dalam
konservator pun akan bertambah dan berkurang. Penambahan atau
pembuangan udara di dalam konservator akan berhubungan dengan
udara luar. Agar minyak isolasi transformator tidak terkontaminasi
oleh kelembaban dan oksigen dari luar (untuk tipe konservator tanpa
rubber bag), maka udara yang akan masuk kedalam konservator akan
difilter melalui silicagel sehingga kandungan uap air dapat
diminimalkan.

2.2.2.5. Minyak Transformator

Gambar 2. 7 Minyak Transformator

Minyak isolasi pada transformator berfungsi sebagai media


isolasi, pendingin dan pelindung belitan dari oksidasi. Minyak isolasi
transformator merupakan minyak mineral yang secara umum terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu parafinik, napthanik dan aromatik. Antara
ketiga jenis minyak dasar tersebut tidak boleh dilakukan pencampuran
karena memiliki sifat fisik maupun kimia yang berbeda.
Di dalam sebuah transformator terdapat dua komponen yang
secara aktif membangkitkan energi panas, yaitu besi (inti) dan
tembaga (kumparan). Bila energi panas tidak disalurkan melalui suatu
sistem pendinginan akan mengakibatkan besi maupun tembaga akan
mencapai suhu yang tinggi, yang akan merusak nilai isolasinya.
11

Sebagai maksud untuk pendinginan, kumparan dan inti dimasukkan ke


dalam suatu jenis minyak, yang dinamakan minyak transformator.
Minyak itu mempunyai fungsi ganda, yaitu pendinginan dan isolasi.
Perlu dikemukakan bahwa minyak transformator harus memiliki
mutu yang tinggi dan senantiasa berada dalam keadaan bersih.
Disebabkan energi panas yang dibangkitkan dari inti maupun
kumparan, maka suhu minyak akan naik. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan pada minyak 12 transformator,
kemudian dalam jangka waktu yang lama akan terbentuk berbagai
pengotoran yang akan menurunkan mutu minyak transformator. Hal –
hal ini dapat mengakibatkan kemampuan pendinginan maupun isolasi
minyak akan menurun. Selanjutnya dapat pula terjadi bahwa hawa
lembab yang sebagaimana halnya terjadi di daerah tropis,
mengakibatkan masuknya air di dalam minyak transformator.

2.2.2.6. Isolasi Transformator


Isolasi yang digunakan pada transformator secara umum dapat
dibagi dua unsur, yaitu isolasi padat dan isolasi cair.

Gambar 2. 8 isolasi transformator

Isolasi sendiri merupakan suatu sifat bahan yang mampu untuk


memisahkan dua buah penghantar atau lebih yang berdekatan baik
secara elektris dan juga untuk memperkecil arus bocor yang
12

diakibatkan oleh korosif atau tekanan tekanan yang terjadi baik pada
saat pengoperasian, transportasi ke tempat pemasangan maupun pada
saat pengujiannya.
Kegagalan transformator bekerja biasanya diakibatkan oleh
kegagalan sistem isolasinya, sebagai akibat dari kegagalan sistem
isolasi tersebut menyebabkan banyaknya efek panas yang terajdi
dalam trafo. Ketahanan sistem isolasi pada peralatan listrik sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, kekuatan listrik dan
mekanik, getaran, proses kimia dll. Suhu dalam peralatan listrik sering
sekali mempengaruhi material isolasi oleh karena itu suhu kumparan
maupaun suhu minyak tidak boleh melampaui nilai suhu standar yang
telah dibuat, sehingga isolasi trafo tidak mudah rusak. Oleh karena itu
dalam memilih trafo perlu untuk diketahui atau dipilih kelas isolasi
yang sesuai dengan standar yang berlaku. Untuk menghitung laju
penuaan isolasi dihitung menggunakan Persamaan 12.
15000 15000
[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 ..................................................(12)

Keterangan:
∅ H = temperatur hotspot
F AA= faktor laju penuaan isolasi
2.2.3. Peralatan Bantu Transformator
2.2.3.7. Pendingin
Suhu pada inti besi dan kumparan – kumparan transformator akan
timbul
panas saat sedang beroperasi hal ini dipengaruhi oleh kualitas tegangan
jaringan, rugi-rugi pada transformator itu sendiri dan suhu lingkungan.
Suhuoperasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas
padatransformator. Untuk mengurangi kenaikan suhu transformator
yang berlebihanmaka perlu dilengkapi dengan alat atau sistem
pendingin untuk menyalurkanpanas keluar transformator. Media yang
dipakai pada sistem pendingin dapatberupa :
13

1. Udara
2. Minyak
3. Air
Sedangkan pengalirannya dapat dengan cara:
1. Alamiah (Natural)
2. Paksaan atau Tekanan
Pada cara alamiah, untuk mempercepat perpindahan panas
dari media pendingin ke udara luar diperlukan bidang perpindahan
panas yang lebih luas antara media, dengan cara melengkapi
transformator dengan radiator yang bersirip-sirip.
Bila diinginkan penyaluran panas yang lebih cepat lagi
menggunakan sirkulasi media pendingin dengan pompa-pompa
sirkulasi minyak atau air. Cara ini disebut pendingin paksa (forced).
Macam-macam sistem pendinginan transformator berdasarkan
media dan cara pengalirannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Macam – macam Pendingin Transformator (KEPDIR 0520-2 , 2014)

Media
Macam Dalam Luar
No. Sistem Transformator Transformator
Pendingin Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi
Alamiah Paksa Alamiah Paksa
1. AN - - Udara -
2. AF - - - Udara
3. ONAN Minyak - Udara -
4. ONAF Minyak - - Udara
5. OFAN - Minyak Udara -
6. OFAF - Minyak - Udara
7. OFWF - Minyak - Air
8. ONAN/ONAF Kombinasi 3 dan 4
9. ONAN/OFAN Kombinasi 3 dan 5
10. ONAN/OFAF Kombinasi 3 dan 6
14

11. ONAN/ Kombinasi 3 dan 7


OFWF

2.2.3.8. Alat Pernapasan


Karena pengaruh naik turunnya beban transformator maupun
suhu udara luar, maka suhu minyak pun akan berubah-ubah mengikuti
keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan
mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari tangki,
sebaliknya apabila suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara
luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses tersebut dinamakan
pernapasan transformator. Akibat pernapasan transformator tersebut
maka permukaan minyak akan selalu bersinggungan dengan udara luar.
Udara luar yang lembab akan menurunkan nilai tegangan tembus
minyak
transformator. Agar minyak isolasi transformator tidak terkontaminasi
oleh kelembaban dan oksigen dari luar, maka udara yang akan masuk
kedalam konservator akan disaring melalui silika gel sehingga
kandungan uap air dapat diminimalkan.

Gambar 2. 9 Silika Gel

2.2.3.9. Indikator
15

Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu


adanya indikator pada transformator sebagai berikut :
1. Indikator Suhu Minyak
2. Indikator permukaan minyak
3. Indikator suhu belitan
4. Indikator kedudukan tap, dan sebagainya

2.2.4. Peralatan Tambahan Untuk Pengamanan Transformator


2.2.4.1. Rele Differensial (Differential Relay)
Rele differensial berfungsi mengamankan transformator dari
gangguan di dalam transformator antara lain, flash over antara
kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan tangki atau belitan
dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda kumparan.
2.2.4.2. Rele Arus Lebih (Over Current Relay)
Rele arus lebih berfungsi untuk mengamankan transformator
dari arus yang melebihi nilai arus yang telah diperkenankan lewat dari
transformator tersebut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh karena beban
lebih atau gangguan hubung singkat.
2.2.4.3. Rele Termal

Gambar 2. 10 Rele Termal


16

Keterangan :
1. Sensor Suhu
2. Pipa kapiler
3. Skala meter
4. Jarum putih (petunjuk suhu setiap saat)
5. Jarum merah (petunjuk suhu maksimal tercapai)
6. Piringan cakram
7. Terminasi kabel
8. Tutup Thermometer
9. Packing
Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan
dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, rugi-rugi pada
transformator itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang tinggi
akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada transformator. Untuk
mengetahui suhu operasi dan indikasi ketidaknormalan suhu operasi
pada transformator digunakan rele termal. Rele termal ini terdiri dari
sensor suhu berupa thermocouple, pipa kapiler dan meter
penunjukan.
2.2.4.4. Rele Hubung Tanah (Ground Fault Relay)
Rele hubung tanah berfungsi untuk mengamankan transformator bila
terjadi gangguan satu fasa ke tanah.
2.2.4.5. Arrester
Fungsi arrester sebagai pengaman surja petir yaitu dengan
mengalirkan surja petir ketanah. Dalam keadaan normal arrester
bersifat sebagai isolator dan pada saat timbul tegangan lebih yang
melebihi nominal arrester maka akan berubah menjadi konduktor
dalam waktu singkat sehingga arus kilat mengalir ke tanah.
2.2.5. Faktor Beban
Istilah faktor beban mendefinisikan bahwa, itu adalah fraksi
dari beban rata-rata dan beban puncak. Di sini beban rata-rata terjadi
dalam waktu tertentu sedangkan beban puncak terjadi selama waktu
17

tertentu. Faktor beban dapat dihitung dengan menggunakan rumus


faktor beban berikut:
Pr
Fb = ..........................................................................
Pp
(4)
Keterangan :
Fb = Faktor beban
Pr = Beban rata-rata
Pp = Beban puncak

2.2.6. Suhu minyak transformator


Sebagian besar kumparan-kumparan dan inti trafo tenaga
direndam dalam minyak trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang
berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai isolasi
dan media pemindah, sehingga minyak trafo tersebut berfungsi sebagai
media pendingin dan isolasi[11].
Di dalam sebuah transformator terdapat dua komponen yang
secara aktif menaikan dan menurunkan energi panas, yaitu besi (inti)
dan tembaga (kumparan). Bila energi panas tidak disalurkan melalui
suatu sistem pendinginan akan mengakibatkan besi maupun tembaga
akan mencapai suhu yang tinggi, yang akan merusak nilai isolasinya.
Untuk maksud pendinginan itu, kumparan dan inti dimasukkan ke
dalam suatu jenis minyak, yang dinamakan minyak transformator.
Minyak itu mempunyai fungsi ganda, yaitu pendinginan dan isolasi.
Fungsi isolasi ini mengakibatkan berbagai ukuran dapat diperkecil.
Perlu dikemukakan bahwa minyak transformator harus memiliki mutu
yang tinggi dan senantiasa berada dalam keadaan bersih. Disebabkan
energi panas yang dibangkitkan dari inti maupun kumparan, suhu
minyak akan naik. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan-
perubahan pada minyak transformator. Lagi pula dalam jangka panjang
waktu yang lama akan terbentuk berbagai pengotoran yang akan
18

menurunkan mutu minyak transformator. Hal-hal ini dapat


mengakibatkan kemampuan pendinginan maupun isolasi minyak akan
menurun. Selanjutnya dapat pula terjadi bahwa hawa lembab yang
sebagaimana halnya terjadi di daerah tropis, mengakibatkan masuknya
air didalam minyak transformator.
Bila suhu minyak transformator yang sedang dioperasikan
diukur, akan tampak bahwa suhu minyak itu akan tergantung pada
tinggi pengukuran pada bak. Suhu tertinggi akan ditemukan pada
sekitar 70 – 80% tinggi bejana.
Minyak trafo sebagai bahan isolasi sekaligus sebagai media
penghantar panas dari bagian yang panas (belitan dan inti) kedinding
tangki atau radiator pendingin memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Berat Jenis (Specific grafitty) 0,85 sampai 0,90 pada suhu 13,5º C
 Kekentalan (Viscocity) cukup rendah untuk memperlancar sirkulasi
dari bagian yang panas ke bagian yang dingin, yaitu 100 sampai
110 Saybolts second pada 40º C
 Titik didih tidak kurang dari 135º C
 Titik beku tidak lebih dari -45º C
 Tegangan tembus tidak kurang dari 30 kV per 2,5 mm atau 120
kV/1 cm. ƒ Koefisien muai 0,00065 per 1º C
 Titik api (flash point) 180º C sampai 190º C
 Titik nyala (burning point) 205º C
 Kelembaban terhadap uap air (moisture) nihil
Salah satu hal yang mempengaruhi suhu transformator
distribusi adalah suhu titik panas. Suhu titik panas merupakan kondisi
terpanas dari bagian transformator dan terjadi pada lilitan transformator.
Temperatur sekitar menentukan perubahan temperatur hot spot.
Semakin besar temperatur sekitar maka semakin besar temperatur hot
spot, begitu pula sebaliknya. Besaran pembebanan yang diberikan
19

terhadap transformator juga menentukan kenaikan suhu transformator


tersebut. Sebagai pedoman untuk perhitungan pembebanan, diberikan
karakteristik termal dari transformator distribusi jenis pendingin
ONAN[12].
Suhu titik panas belitan pada diagram termal dapat dihitung
menggunakan Persamaan 5.

( ) + Hg . K ...........................................(5)
2
θh=θ + ∆ θ¿ 1+ R K r
y
a
1+ R
Keterangan :
n :θh =Suhu titik panas ( oC ) , θa =¿ Suhu sekitar

( o C ) , ∆ θ¿ =Kenaikan suhu minyak atas


R = Rasio rugi-rugi, K = Rasio beban, x = Eksponen minyak, y = Eksponen belitan,
H = gradien titik panas ke minyak atas pada arus pengenal.

Sedangkan untuk menghitung kenaikan Ultimate top oil pada


transformator dapat menggunakan Persamaan 6.
2
1+d K
∆ ∅ ou=∆ ∅ oi [ ] ...................................................
1+d
(6)
Keterangan :
∆ ∅ ou = kenaikan ultimate top oil (° C ¿
d = perbandingan rugi transformator
konstanta (K) = ONAF & ONAN = 0,9
OFAF & OFWF = 1,0
∆ ∅ oi = ON = 40 ° C
= OF = 55 ° C

Sedangkan untuk menghitung kenaikan temperatur top oil pada


transformator dapat menggunakan Persamaan 7.
−t
∆ ∅ on = ∆ ∅ o (n−1) + (∆ ∅ ou−¿ ∆ ∅ o (n−1)) (1−e τ 0 )........(7)

Keterangan :
20

∆ ∅ on = kenaikan temperature top oil (° C ¿

∆ ∅ o (n−1) = kenaikan awal temperature awal minyak (° C ¿

∆ ∅ ou = kenaikan ultimate top oil (° C ¿

τ0 = konstantan waktu minyak dalam jam

Dan untuk mencari nilai kenaikan temperatur hotspot dengan


suhu sekitar dengan Persamaan 8.
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td ..............................................(8)
Keterangan:
∅h = temperatur hotspot
∅a = kenaikan temperatur suhu sekitar
∆ ∅ on = kenaikan temperatur top oil
∆ ∅td = kenaikan antara hotspot dan top oil

Sedangkan untuk mengetahui kenaikan hotspot dengan siklus


minyak alami dan siklus minyak paksaan pada transformator dapat
menggunakan Persamaan 9 dan Persamaan 10.
Δ∅ cr (alami) = ∆ ∅br + 1,1 ∆ ∅ wo...................................(9)

Δ∅ cr (paksaan) = ∆ ∅b + (Δ∅ cr (alami) - ∆ ∅b )............(10)

Keterangan :
Δ∅ cr = siklus minyak (˚C)
Δ∅ br = Kenaikan temperatur top oil
Δ∅ wo = kenaikan temperatur rata-rata minyak
∆ ∅b = kenaikan temperature top oil dengan standart IEC 76

Setelah nilai temperatur top oil dan temperatur hotspot


diketahui maka dapat dihitung nilai selisih antara keduanya dengan
menggunkan Persamaan 11.
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y ............................................(11)
21

Keterangan :
Δ∅ td = selisih antara kenaikan hospot dan top oil (˚C)
Δ∅ cr = temperatur hospot siklus minyak paksaan (˚C)
∆ ∅b = kenaikan temperature top oil dengan standart IEC 76 (
° 40 ¿
Konstanta(y) = 0,8 (ONAN & ONAF)
= 0,9 (OFAF & OFWF)
K = faktor beban

2.2.7. ONAN (Oil Natural Air Natural)


Pada tipe ini udara dan oil akan bersikulasi dengan alami.
Perputaran oil akan dipengaruhi oleh suhu dari oil tersebut. Metode ini
banyak digunakan oleh transformator dengan kapasitas daya sampai
dengan 60 MVA. Transformator dipasangi radiator tipe sirip untuk
sirkulasi minyak secara alami/natural. Sistem pendingin ini
menggunakan sirkulasi minyak dan sirkulasi udara secara alamiah,
sirkulasi minyak yang terjadi pada radiator disebabkan oleh perbedaan
berat jenis antara minyak yang dingin dengan minyak yang panas[15].

Gambar 2. 11 Pendingin menggunakan ONAN

Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara


alami sedangkan sirkulasi udaranya secara buatan yaitu menggunakan
hembusan kipas angin yang digerakkan oleh motor listrik.pada
umumnya operasi trafo dimulai dengan ONAN atau dengan ONAF
22

tetapi hanya sebagian kipas angin yang berputar. apabila suhu trafo
meningkat, maka kipas angin lainnya akan berputar secara bertahap.

Gambar 2. 12 pendingin menggunakan ONAF

2.2.8. Pemanasan transformator


Kerugian Tanpa beban dan berbeban adalah dua sumber
penting dari pemanasan yang dipertimbangkan dalam pemodelan termal
transformator daya. Kerugian tanpa beban terdiri dari rugi hysteresis
dan rugi Eddy dalam inti transformator, dan kerugian ini timbul ketika
transformator diberi energi. Rugi histerisis disebabkan oleh material
magnet dasar yang menyelaraskan dengan medan magnet bolak-balik.
Arus Eddy diinduksikan dalam inti oleh medan magnet bolak-balik.
Jumlah rugi hysteresis dan rugi arus Eddy tergantung pada tegangan
yang dibangkitkan dari transformator[13].
Kerugian beban adalah sumber yang lebih signifikan dari
pemanasan transformator, yang terdiri dari kerugian tembaga akibat
hambatan belitan dan rugi beban tersesat karena arus Eddy di bagian
struktural lainnya dalam transformator. Kerugian tembaga terdiri dari
kerugian resistensi DC, dan kerugian arus Eddy belitan. Jumlah
kerugian yang terjadi tergantung pada arus beban transformator, serta
suhu minyak. Meningkatnya kerugian resistansi DC akan meningkatkan
suhu, sementara kerugian pembebanan lainnya menurun dengan
peningkatan suhu minyak.
23

2.2.9. Rugi – rugi transformator


Rugi pada trafo dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Rugi-rugi tanpa beban atau no load loss (PNL). Arus primer Io
yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani disebut
arus penguat. Dalam kenyataannya arus primer Io bukanlah
merupakan arus induktif murni, hingga ia terdiri atas dua
komponen a.. Komponen arus pemagnetan IM, yang menghasilkan
fluks (f). b. Komponen arus rugi tembaga IC, menyatakan daya
yang hilang akibat adanya rugi histeris dan ‘arus eddy’. IC sefasa
dengan V1, dengan demikian hasil perkaliannya (IC x V1)
merupakan daya (watt) yang hilang.
2. Rugi-rugi oleh beban atau loadrelated loss (PLL).Rugi-rugi oleh
beban (PLL) merupakan fungsi dari arus beban, yang terutama
adalah rugi-rugi tembaga I 2R (PR ) dan stray losses (PST). Stray
losses adalah rugi-rugi yang antara lain disebabkan arus eddy yang
menimbulkan fluksi elektromagenetik yang menyasar ke
kumparan, inti, pelindung magnetik, dinding tangki dan
sebagainya.
Rugi tembaga adalah rugi yang disebebkan oleh arus yang
mengalir pada kawat tembaga
Yang dimaksud dengan daya semu adalah rugi-rugi yang
disebabkan oleh arus beban yang mengalir pada belitan transformator.
Besarnya rugi daya tersebut adalah:
Pcu =I 2 . R ...............................................................(13)
Keterangan :
Pcu = Rugi Tembaga
I = Arus
R = Resistansi
24

Besarnya rugi tembaga sangat bergantung pada besarnya arus


beban, semakin besar arus beban semakin besar pula rugi tembaga yang
timbul dan berubah menjadi panas pada transformator.

1. Rugi rugi besi


Rugi-rugi besi ini sebagian besar terjadi pada inti
transformator, sehingga sering juga disebut dengan rugi-rugi inti;
Dapat juga terjadi dalam bejana transformator yaitu bila fluks
meninggalkan inti sehingga mencapai bejana, tetapi nilainya kecil
sehingga biasanya diabaikan. Rugi-rugi pada inti transformator
terdiri dari rugi histeresis (Hysteresis Loss) dan rugi arus pusar
(Eddy Current Loss).

2. Rugi – rugi histeris


Kerugian histerisis disebabkan oleh gesekan molekul yang
melawan aliran gaya magnet di dalam inti besi. Gesekan molekul
dalam inti besi ini menimbulkan panas. Panas yang timbul ini
menunjukan kerugian energi, karena sebagian kecil energi listrik
tidak dipindahkan, tetapi diubah bentuk menjadi energi panas.
Panas yang tinggi juga dapat merusak transformator ,sehingga pada
transformator – transformator transmisi daya listrik ukuran besar,
harus didinginkan dengan media pendingin. Umumnya digunakan
minyak khusus untuk mendinginkan transformator ini Sebuah
transformator didesain untuk bekerja pada rentang frekuensi
tertentu. Menurunnya frekuensi arus listrik dapat menyebabkan
meningkatnya rugi-rugi histerisis dan menurunkan kapasitas (VA)
transformator.Secara empiris , besar rugi histeresis adalah:
Ph=K h . f . Bmaks........................................................(14)
Keterangan :
Ph = Rugi histeris
Kh = Konstanta (0,26)
25

Bmaks = Fluks maksimum

3. Rugi arus pusar (Eddy)


Kerugian histerisis disebabkan oleh gesekan molekul yang
melawan aliran gaya magnet di dalam inti besi. Gesekan molekul
dalam inti besi ini menimbulkan panas. Panas yang timbul ini
menunjukan kerugian energi, karena sebagian kecil energi listrik
tidak dipindahkan, tetapi diubah bentuk menjadi energi panas.
Panas yang tinggi juga dapat merusak transformator ,sehingga pada
transformator – transformator transmisi daya listrik ukuran besar,
harus didinginkan dengan media pendingin. Umumnya digunakan
minyak khusus untuk mendinginkan transformator ini Sebuah
transformator didesain untuk bekerja pada rentang frekuensi
tertentu. Menurunnya frekuensi arus listrik dapat menyebabkan
meningkatnya rugi-rugi histerisis dan menurunkan kapasitas (VA)
transformator. temperatur kerja transformator. Hal ini akan dapat
terlihat pada besar rugi-rugi daya nyata (watt) akibat arus eddy
ini.Secara empiris rugi arus-pusar dituliskan:
Pe =K e . f 2 . Bmaks .......................................................(15)
Keterangan :
Pe = Rugi arus pusar
Ke = Konstanta (0,26)
Bmaks = Fluks maksimum

2.2.10. Prinsip kerja transformator


Prinsip kerja dari transformator melibatkan bagian-bagian
utama pada transformator, yaitu: kumparan primer, kumparan sekunder
dan inti transformator. Kumparan tersebut mengelilingi inti besi dalam
bentuk lilitan.Apabila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan
(sumber), maka akan mengalir arus bolak balik I1 pada kumparan
tersebut. Oleh karena kumparan menpunyai inti, arus I 1 menimbulkan
26

fluks magnet yang berubah-ubah pada intinya. Akibat adanya fluks


magnet yang berubahubah, pada kumparan primer akan timbul GGL
induksi e p.
Akibat adanya inti transformator yang menghubungkan
kumparan pada sisi primer dan kumparan pada sisi sekunder, maka
fluks magnetik akan mengalir bersama pada inti transformator dari
kumparan primer menuju kumparan sekunder sehingga akan
membangkitkan tegangan induksi pada sisi sekunder transformator.

Gambar 2. 13 gaya gerak listrik

Besarnya GGL induksi pada kumparan primer dapat


ditunjukan oleh Persamaan 1.
d∅
ef = N f ......................................................................
dt
(1)
Keterangan :
e f = ggl induksi
N f = jumlah lilitan kumparan
d∅
= laju perubahan fluks magnetik
dt

Fluks magnet yang menginduksikan GGL induksi ep juga


dialami oleh kumparan sekunder karena merupakan fluks bersama
27

(mutual fluks). Dengan demikian fluks tersebut menginduksikan GGL


induksi es pada kumparan sekunder.
Besarnya GGL induksi pada kumparan sekunder dapat dilihat
oleh Persamaan 2.
d∅
e s=N s ......................................................................(2)
dt

Keterangan :
e s = ggl induksi
N s = jumlah lilitan kumparan
d∅
= laju perubahan fluks magnetik
dt

GGL induksi kumparan primer maksimum adalah (ep)maks =


Np ω φm dan besarnya tegangan efektif (ep) dapat dihitung dengan
Persamaan 3.

ep =
( E p ) maks
...................................................................
√2
(3)
N p ω ∅m
e p=
√2
2π f N
e p=
p∅ m√ 2

2
e p = 3,14 . 1,41 f N P ∅ m

e p = 4,44 f N p ∅ m

2.2.11. Umur Transformator


Setiap peralatan yang beroperasi selalu mempunyai suatu
batasan umur operasi yaitu dimana peralatan itu tidak dapat beroperasi
lagi. Demikian juga halnya dengan transformator tenaga. Pembebanan
pada transformator tenaga menyebabkan terjadinya pemanasan yang akan
28

mempengaruhi kemampuannya dalam melayani beban selanjutnya atau


dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya kegagalan atau kerusakan.
Menurut International Electrotechnical Commission (IEC)
apabila transformator diberi beban maksimal (100%) dari kapasitas
daya transformator maka transformator akan memiliki umur 20 tahun
pada suhu sekitar 20 ℃. Penurunan umur transformator dipengaruhi
oleh besarnya suhu. Selama rentang suhu titik panas 80 ℃-140 ℃ laju
penuaan transformator mengganda untuk setiap kenaikan suhu titik
panas sebesar 6 ℃. Nilai susut umur berdasarkan menurut IEC dapat
dilihat pada tabel dibawah ini[14] :

Tabel 2. 2 tabel nilai susut umur berdasarkan IEC

Suhu 80 86 92 98 104 110 116 122 128 134 140


lilitan
(oC)
Susut 0,125 0,25 0,5 1 2 4 8 16 32 64 128
umur
(p.u)
Perkiraa >20 >20 >20 20 10 5 2,5 1,25 0,625 0,512 0,15625
n umur 5
(tahun)
Sumber : Perlindungan Gultom, 2017

Susut umur dapat dinyatakan dalam satuan bulanan, harian


atau jam jika beban dan suhu sekitar konstan selama satu periode. Susut
umur relatif transformator selama satu periode dapat dihitung
menggunakan Persamaan 16 berikut:
65000
Remaining Life= ...........................................(16)
F AA
Keterangan:
F AA= faktor laju penuaan isolasi
29
BAB III
METODOLOGI

Pada penelitian penulis melakukan dengan cara mempertimbangkan


tahapan yang telah dikaji dengan studi literatur, pengambilan data, pengelolaan
data serta menentukan keputusan dan mengambil saran.

3.1. Metodologi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan model penelitian
kuantitatif, yaitu penelitian yang didasari dengan teori – teori lalu menuju
data adapaun yang penulis gunakan adalah teknik melakukan studi literatur
dan melakukan observasi pada lapangan untuk mengetahui data – data yang
digunakan , dan nantinya akan digunakan oleh penulis sebagai bahan untuk
melakukan perhitungan dalam penelitian ini.

Gambar 3. 1 sistem pendingin ONAN

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang penulis gunakan pada penlitian ini adalah sebagai berikut:
1. Insulation Tester
2. Thermo gun
3. Laptop

30
31

3.3. Data Penelitian


Agar penelitian ini berjalan dengan baik maka penulis
membutuhkan beberapa data untuk digunakan pada perhitungan susut umur
trafo, data – data yang dibutuhkan antara lain:
Tabel 3. 1 data penelitian

No Keterangan Nilai
.
1 Oil temperature 50
2 Nilai impedance 12.844
3 Nilai sisi primer R 603
4 Nilai sisi primer S 580
5 Nilai sisi primer T 567
6 Nilai sisi sekunder R 80
7 Nilai sisi sekunder S 79
8 Nilai sisi sekunder T 78

3.4. Tahapan Penelitian


1. Menentukan model penelitian
2. Mengambil data yang diperlukan seperti suhu pendingin, temperature
lingkungan, pembebanan trafo pada gardu induk srondol
Tabel 3. 2 pengambilan data temperature dan pembebanan

Pendingin minyak Temperature Pembebanan pada


No trafo lingkungan trafo
Pukul Data Pukul Data Pukul Data
1 10.00 1xdalam 10.00 1xdalam 10.00 1xdalam
16.00 satu tahun 16.00 satu tahun 16.00 satu tahun
32

3. Melakukan perhitungan temperature pendingin, pembebanan


transformator, suhu pendingin
4. Menganalisa hasil perhitungan apakah sudah sesuai dengan standart IEC?
5. Melakukan analisa dan kesimpulan dari penelitian tersebut
Deskripsi Tugas Akhir
Flow Chat

Mulai

Menentukan Model
Penelitian

Menetukan Data Penelitian


Data Transformator 60MVA
Data transformator distribusi (data
pengenal, pembebanan)

Tidak
Kelayakan Umur
Transformator
apakah sesuai
standart dari IEC

Iya

Hitung Data Penelitian


Faktor beban
Suhu minyak hospot dan top oil
Mengukur sisa usia umur Transformator

Analisa susut umur transformator


Pengaruh tahanan dalam tembaga
Pengaruh suhu minyak terhadap
susut umur transformator

Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas bagaimana melakukan perhitungan data


untuk mencari nilai dari tahanan tembaga, suhu minyak trafo,suhu hospot
dan perkiraan hidup transformator serta mencari nilai-nilai lainnya.
Berikut ini adalah data yang digunakan dalam penelitian:

4.1. Perhitungan Faktor Beban


Faktor beban adalah perbandingan antara beban rata-rata dan beban
puncak. Data beban, diambil di transformator 60MVA Gardu Induk Srondol
150 kV pada tanggal 1-30 Juni 2021, dengan beban rata-rata sebesar 70%.
Data tersebut memiliki dua waktu, yaitu pada pagi hari jam 10.00 WIB dan
sore hari jam 16.00 WIB. Supaya mendapatkan perbandingan pada data yang
diuji, maka penulis melakukan percobaan dengan membuat variasi beban
rata-rata menjadi 70%, 80%, 90%, dan 100%.
Menentukan Faktor Beban
Pr
Fb =
Pp
a) Perhitungan untuk mencari faktor beban dengan pembebanan sebedar 70%
Pr
Fb =
Pp
70 %
=
100 %
= 0,7%
b) Perhitungan untuk mencari faktor beban dengan pembebanan sebedar 80%
Pr
Fb =
Pp
80 %
=
100 %
= 0,8%

33
34

c) Perhitungan untuk mencari faktor beban dengan pembebanan sebedar 90%


Pr
Fb =
Pp
90 %
=
100 %
= 0,9%
d) Perhitungan untuk mencari faktor beban dengan pembebanan sebedar
100%
Pr
Fb =
Pp
100 %
=
100 %
= 1%

Dengan perhitungan yang telah dilakukan menggunakan Persamaan (1)


maka dapat ditemukan hasil sesai tabel 1.
Tabel 4. 1 Hasil perhitungan faktor beban

Pembebanan Faktor Beban


70% 0,7
80% 0,8
90% 0,9
100% 1,0
Pembebanan akan dijadikan sebagai acuan dalam menentukan perkiraan
umur transformator. Dengan mengambil nilai pada percobaan varian
pembebanan sebasar 70%, 80%, 90% dan 100%

4.2. Menentukan Rugi Tembaga ( Pcu )


Rugi tembaga Pcu adalah rugi yang disebabkan arus beban yang mengalir
pada kawar tembaga, seperti telah diketahui besar rugi beban nol pada
transformator adalah KW dan rugi tembaga untuk daya pengenal MVA
adalah KW dapat di tulis sebagai berikut :
35

Pcu = I 2R
Diketahui nilai resistansi transformator sebesar 11% maka dari itu perlu
dicari nilai sesungguhnya dari resistansi dikarenakan masih dalam satuan
persen
Z sesungguhnya = Z pu χ Z dasar
Z dasar = ¿ ¿
22.500
7.500V
Z dasar (belitan primer) = ¿ ¿ = ¿ ¿ = ¿ ¿ = 3 = = 375 Ω
20 A
20
400
133.3V
Z dasar (belitan sekunder) ¿ ¿ = ¿ ¿ = ¿ ¿ = 3 = = 6,67 Ω
20 A
20
Z sesungguhnya (beliatn primer) = Z pu χ Z dasar
= 11% χ 375
= 41,25 Ω
Z sesungguhnya (belitan sekunder) = Z pu χ Z dasar
= 11% χ 6,67
= 0,7337 Ω
Diketahui bahwa nilai resistansi berdasarkan persamaan pada belitan
primer sebesar dan pada belitan sekunder sebesar
Tabel 4. 2 Data arus pada tanggal 10 juni 2021
Arus pada transformator nomor 3 pada waktu (A)

pagi 10.00 Sore 16.00


I belitan primer fasa R 93 91
I belitan primer fasa S 90 88
I belitan primer fasa T 90 88
I belitan sekunder fasa R 668 659
I belitan sekunder fasa S 638 631
I belitan sekunder fasa T 636 624
Data tabel pada 2. Adalah data arus pada tanggal 10 juni 2021 dalam dua
waktu yang berbeda, yaitu pada waktu pagi hari jam 10.00 dan jam sore hari
36

pada jam 16.00 WIB. Pengambilan data tersebut berdasarkan arus yang
masuk ke kumparan sisi primer dan kumparan sisi sekunder transformator
nomor
a) Perhitungan tembaga belitan primer fasa R pada waktu pagi hari jam 10.00
Pcu = I 2 R = 932 A χ 41,25 = 356.771,3 W
b) Perhitungan tembaga belitan primer fasa S pada waktu pagi hari jam 10.00
Pcu = I 2 R = 902 A χ 41,25 = 334.125 W
c) Perhitungan tembaga belitan primer fasa T pada waktu pagi hari jam 10.00
Pcu = I 2 R = 902 A χ 41,25 = 334.125 W
d) Perhitungan tembaga belitan primer fasa R pada waktu sore hari 16.00
Pcu = I 2 R = 912 A χ 41,25 = 341.591,3 W
e) Perhitungan tembaga belitan primer fasa S pada waktu sore hari 16.00
Pcu = I 2 R = 882 A χ 41,25 = 319.440 W
f) Perhitungan tembaga belitan primer fasa T pada waktu sore hari 16.00
Pcu = I 2 R = 882 A χ 41,25 = 319.440 W
g) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa R pada waktu pagi hari jam
10.00
Pcu = I 2 R = 6682 A χ 0.7337 = 327.394,5 W
h) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa S pada waktu pagi hari jam
10.00
Pcu = I 2 R = 6382 A χ 0.7337 = 298.648,2 W
i) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa T pada waktu pagi hari jam
10.00
Pcu = I 2 R = 6362 A χ 0.7337 = 296.778,7 W
j) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa R pada waktu sore hari jam
16.00
Pcu = I 2 R = 6592 A χ 0.7337 = 318.632 W
k) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa S pada waktu sore hari jam
16.00
Pcu = I 2 R = 6312 A χ 0.7337 = 292.130,7 W
37

l) Perhitungan tembaga belitan sekunder fasa T pada waktu sore hari jam
16.00
Pcu = I 2 R = 624 2 A χ 0.7337 = 285.685,2 W

Dengan menggunakan persamaan (3), maka dapat ditemukan hasil seperti


tabel 3
Tabel 4. 3 perhitungan rugi tembaga pada seluruh arus di transformator nomor 3

Rugi Tembaga pada waktu (W)


Pagi 10.00 Sore 16.00
Rugi tembaga belitan primer fasa R 356.771,3 341.591,3
Rugi tembaga belitan primer fasa S 334.125 319.440
Rugi tembaga belitan primer fasa T 334.125 319.440
Rugi tembaga belitan sekunder fasa R 327.394,5 318.632
Rugi tembaga belitan sekunder fasa S 298.648,2 292.130,7
Rugi tembaga belitan sekundeer fasa T 296.778,7 285.685,2
Jumlah 194.784,3 W = 187.691,9 W =
194,78 kW 187,69 kW
Data pada pagi dan sore pada hari tersebut dijadikan sebagai
perbandingan. Dengan diketahui jumlah rugi tembaga pada pagi hari =
194,78 kW dan sore hari = 187,69 kW.

4.3. Menghitung perbandingan rugi transformator

Rugi tembaga pada daya pengenal


d=
Rugi beban nol
Diketahui jumlah rugi tembaga pada pagi = 1947843 W dan malam =
1876919 W, dengan rugi tanpa beban/beban nol sebesar 100 kW
38

1947843
d= = 19,48 (saat keadaan pagi)
10000
1876919
d= = 18,77 (saat keadaan sore)
10000

4.4. Menghitung kenaikan ultimate top oil (∆ ∅ ou)


2
∆ ∅ ou = ∆ ∅ oi [ 1+d K ]
1+d
Mengikuti sub pada publikasi IEC 60076-1 menikuti tabel tunggal yang
diatur pada jenis pendingin,
2
∆ ∅ ou = ∆ ∅ oi [ 1+d K ]
1+d
2
1+ 19,48 x (0,9)
= 40 [ ]
1+ 19,48

16,7788
= 40 [ ]
20,48

= 40 x 0,819277344

= 32,77° C (pagi)

2
∆ ∅ ou = ∆ ∅ oi [ 1+d K ]
1+d

1+ 18,77 x (0,9)2
= 40 [ ]
1+ 18,77

16,2037
= 40 [ ]
19,77

= 40 x 0,819610521

= 32,78 ° C (sore)

4.5. Menentukan kenaikan temperature top oil (∆ ∅ on)


Kenaikan temperature hot spot pada waktu tertentu sebelum kondisi
distabilkam adalah mendekati perkiraan dengan asumsi bahwan kenaikan
39

temperature hot spot di atas kenaikan temperature top oil yang terbentuk
dengan seketika. Kenaikan temperature hot spot pada waktu tertentu dengan
persamaan sebagai berikut :
−t
∆ ∅ on = ∆ ∅ o (n−1) + (∆ ∅ ou−¿ ∆ ∅ o (n−1)) (1−e τ 0 )

−1
= 32,77 + (32,77 - 32,77) (1−e 3 )

= 32,77 ° C (pagi)

−t
∆ ∅ on = ∆ ∅ o (n−1) + (∆ ∅ ou−¿ ∆ ∅ o (n−1)) (1−e τ 0 )

−1
= 32,78 + (32,78 – 32,78) (1−e 3 )

= 32,78 ° C (sore)

4.6. Menentukan selisih temperatur hotspot ∆ ∅ cr ¿


Berdasarkan data yang diuji pada saat pagi hari,
Kenaikan temperatur rata-rata kumparan = 59˚C
Kenaikan temperatur top oil (menurut publikasi IEC 60076-1) (∆ ∅br ) = 55˚C
Kenaikan temperatur rata-rata minyak = 52˚C
Selisih antara kenaikan temperatur rata-rata kumparan dan
kenaikan temperatur rata-rata minyak (∆ ∅ wo ¿ = 7˚C
Berdasarkan data yang diuji pada saat sore hari,
Kenaikan temperatur rata-rata kumparan = 58˚C
Kenaikan temperatur top oil (menurut publikasi IEC 60076-1) (∆ ∅br ) = 55˚C
Kenaikan temperatur rata-rata minyak = 54˚C
Selisih antara kenaikan temperatur rata-rata kumparan dan
kenaikan temperatur rata-rata minyak (∆ ∅ wo ¿ = 4˚C
a) Kenaikan temperatur hotspot dengan siklus minyak alami
Δ∅ cr (alami) = ∆ ∅br + 1,1 ∆ ∅ wo
Perhitungan hotspot pada jam 10:00
Δ∅ cr (alami) = ∆ ∅br + 1,1 ∆ ∅ wo = 55° C + 1,1 χ 7° C = 62,7° C (pagi)
40

Perhitungan hotspot pada jam 16:00


Δ∅ cr (alami) = ∆ ∅br + 1,1 ∆ ∅ wo = 55° C + 1,1 χ 4° C = 59,4° C (sore)
b) Kenaikan temperatur hotspot dengan siklus minyak paksaan dengan AF,
berkurang suhunya menjadi = 40 ˚C
Δ∅ cr = ∆ ∅b + (Δ∅ cr (alami) - ∆ ∅b )
Perhitungan hotspot pada jam 10:00
Δ∅ cr = ∆ ∅b + (Δ∅ cr (alami) - ∆ ∅b ) = 40° C + (62,7 - 40) = 62,7˚C (pagi)
Perhitungan hotspot pada jam 10:00
Δ∅ cr = ∆ ∅b + (Δ∅ cr (alami) - ∆ ∅b ) = 40° C + (59,4 - 40) = 59,4˚C (sore)

4.7. Menentukan selisih temperature antara hotspot dan top oil (Δ∅ td ¿
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y
a) Perhitungan mencari selisih kenaikan hospot dan top oil pada pembebanan
70%
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (62,7 - 40) χ (0,7¿2 ( 0,8) = 8,90 ° C (pagi)
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (59,4 - 40) χ (0,7¿2 ( 0,8) = 7,60 ° C (sore)
b) Perhitungan mencari selisih kenaikan hospot dan top oil pada pembebanan
80%
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (62,7 - 40) χ (0,8¿2 ( 0,8) = 11,62 ° C (pagi)
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (59,4 - 40) χ (0,8¿2 ( 0,8) = 9,93 ° C (sore)
c) Perhitungan mencari selisih kenaikan hospot dan top oil pada pembebanan
90%
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (62,7 - 40) χ (0,9¿2 ( 0,8) = 14,71 ° C (pagi)
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (59,4 - 40) χ (0,9¿2 ( 0,8) = 12,57 ° C (sore)
d) Perhitungan mencari selisih kenaikan hospot dan top oil pada pembebanan
100%
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (62,7 - 40) χ (1¿2 ( 0,8) = 18,16 ° C (pagi)
Δ∅ td = (Δ∅ cr - ∆ ∅b ) K 2 y = (59,4 - 40) χ (1¿2 ( 0,8) = 15,52 ° C (sore)
Tabel 4. 4 Hasil perhitungan silisih temperature hostpot dan top oil

Waktu Selisih temperator hospot dan top oil pada pembebanan


41

70% 80% 90% 100%


10:00 8,90 11,62 14,71 18,16
16:00 7,60 9,93 12,57 15,52
Hasil perhitungan selisih temperatur hotspot dengan top oil
menggunakan persamaan (4), dapat diketahui pada tabel 4. Perhitungan
menggunakan perbandingan pada waktu, yaitu pagi dan sore, dan
pembebanan, yaitu 70%, 80%, 90%, dan 100%. Hasil dari tabel 4 akan
dipakaiuntuk menghitung temperatur hotspot.

4.8. Menentukan temperatur hotspot (∅ hm)


Saat menentukan temperatur hotspot, suhu sekitar (ambient) sangat
berpengaruh pada nilai temperatur hotspot. Penulis melakukan percobaan
perbandingan suhu sekitar (ambient) dengan standard IEC = 20˚C, standard
IEEE = 30˚C (Berdasarkan standard IEEE 60076-1, suhu sekitar paling baik
untuk transformator), dan suhu sekitar rata-rata sebenarnya di Indonesia
ketika pagi hari = 28˚C, dan ketika sore hari = 28˚C.
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td
a) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 70%
IEC
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 20˚C + 32,77˚C + 8,90˚C = 61,67˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 20˚C + 32,78˚C + 7,60˚C = 60,38˚C (sore)
b) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 80%
IEC
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 20˚C + 32,77˚C + 11,62˚C = 64,39˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 20˚C + 32,78˚C + 9,93˚C = 62,71˚C (sore)
c) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 90%
IEC
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 20˚C + 32,77˚C + 14,71˚C = 67,48˚C (pagi)
42

∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 20˚C + 32,78˚C + 12,57˚C = 65,35˚C (sore)


d) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 100%
IEC
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 20˚C + 32,77˚C + 18,16˚C = 70,93˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 20˚C + 32,78˚C + 9,93˚C = 68,3˚C (sore)
e) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 70%
IEEE
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 30˚C + 32,77˚C + 8,90˚C = 71,67˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 30˚C + 32,78˚C + 7,60˚C = 70,38˚C (sore)
f) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 80%
IEEE
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 30˚C + 32,77˚C + 11,62˚C = 74,39˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 30˚C + 32,78˚C + 9,93˚C = 72,71˚C (sore)
g) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 90%
IEEE
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 30˚C + 32,77˚C + 14,71˚C = 77,48˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 30˚C + 32,78˚C + 12,57˚C = 75,35˚C (sore)
h) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 100%
IEEE
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 30˚C + 32,77˚C + 18,16˚C = 80,93˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 30˚C + 32,78˚C + 15,52˚C = 78,3˚C (sore)
i) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 70%
SLS
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 28˚C + 32,77˚C + 8,90˚C = 69,67˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 28˚C + 32,78˚C + 7,60˚C = 68,38˚C (sore)
j) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 80%
SLS
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 28˚C + 32,77˚C + 11,62˚C = 72,39˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 28˚C + 32,78˚C + 9,93˚C = 70,71˚C (sore)
43

k) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 90%


SLS
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 28˚C + 32,77˚C + 14,71˚C = 75,48˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 28˚C + 32,78˚C + 12,57˚C = 73,35˚C (sore)
l) Perhitungan untuk mencari temperatur hospot dengan pembebanan 100%
SLS
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 28˚C + 32,77˚C + 18,16˚C = 78,93˚C (pagi)
∅ h=∅ a+ ∆ ∅ on +∆ ∅td = 28˚C + 32,78˚C + 15,52˚C = 76,3˚C (sore)

Tabel 4. 5 Hasil perhitungan nilai temperatur hotspot

Temperatur hospot dengan waktu perbandingan derajat celcius


No Suhu sekitarderajat pagi (10:00) sore (16:00)

celcius 70% 80% 90% 100% 70% 80% 90% 100%

1 Std IEC 20 celcius 61,67 64,39 67,48 70,93 60,38 62,71 65,35 68,3

2 Std IEEE 30 celcius 71,67 74,39 77,48 80,93 70,38 72,71 75,35 78,3

3 Lingkungan 28 celcius 69,67 72,39 75,48 78,93 68,38 70,71 73,35 76,3

Umur transformator >20 th >20 th >20 th >20 th >20 th >20 th >20 th >20 th

Dengan suhu sekitar yang diambil sebagai perbandingan, maka dapat


diketahui tentang perbandingan antar suhu yang signifikan. Hasil suhu sekitar
sesuai standard, berbeda sekali dengan suhu sekitar yang diambil dari negara
Indonesia. Suhu hotspot sesuai tabel 5 masih dikatakan bagus, karena
menurut standard IEC 60076-1 bahwa suhu hotspot paling tinggi adalah
140˚C. Suhu paling bagus dapat diambil suhu sekitar maksimal 24˚C – 30˚C
dengan pembebanan maksimal 70% – 80%. Jika berdasarkan suhu menurut
Tabel 2.1 umur pada transformator Gardu Induk Srondol jika diberi beban
dari 70% hingga 100% masih mampu bertahan hingga 20 tahun lebih. Hasil
dari tabel 5 akan digunakan untuk menghitung nilai FAA.
44

4.9. Menentukan Faktor Laju Penuaan Isolasi


15000 15000
[ − ]
383 ∅ H +273
F AA=e
Perhitungan untuk mencari nilai FAA dengan pembebanan 70% IEC
15000 15000 15000 15000
[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 = e[ 383

61,67+273
]

= e [39,16−44,82]
= e−5,66
= 0,003497 (pagi)
15000 15000 15000 15000
[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 = e[ 383

60,38+273
]

= e [39,16−44,99]
= e−5,83
= 0,00294 (sore)

Perhitungan untuk mencari nilai FAA dengan pembebanan 70% IEEE


15000 15000 15000 15000
[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 = e[ 383

71,67+273
]

= e [39,16−43,51]
= e−4,36
= 0,012837 (pagi)
15000 15000 15000 15000
[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 = e[ 383

70,38+273
]

= e [39,16−43,68]
= e−4,52
= 0,0109011 (sore)
Perhitungan untuk mencari nilai FAA dengan pembebanan 70% Suhu
Lingkungan
15000 15000 15000 15000
[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 = e[ 383

71,67+273
]

= e [39,16−43,51]
= e−4,36
= 0,012837 (pagi)
45

15000 15000 15000 15000


[ − ]
F AA=e 383 ∅ H +273 = e[ 383

70,38+273
]

= e [39,16−43,68]
= e−4,52
= 0,0109011 (sore)

Tabel 4. 6 Hasil perhitungan terhadap masing-masing pembebanan

nilai FAA dengan waktu perbandingan derajat celcius

No pagi (10:00) sore (16:00)


Suhu sekitar
derajat celcius 70% 80% 90% 100% 70% 80% 90% 100%
Std IEC 20 0,00349 0,00501 0,00751 0,00401 0,00569 0,00835
1 celcius 7 9 4 0,01169 0,00294 8 4 3
Std IEEE 30 0,01283 0,01804 0,02641 0,04008 0,01090 0,01463 0,02918
2 celcius 7 9 1 4 1 3 0,02033 6
Lingkungan 28 0,01283 0,01804 0,02065 0,03150 0,01090 0,01463 0,01585 0,02285
3 celcius 7 9 9 5 1 3 5 6

Hasil dari perhitungan menunjukkan bila suhu sekitar yang diambil tinggi
yaitu 28˚C, dengan pembebanan yang tinggi yaitu 100%, maka angka perunit
akan tinggi pula. Dapat diambil kesimpulan bila harga perunit semakin tinggi,
maka semakin rendah perkiraan angka harapan hidup transformator tenaga.
Hasil dari tabel 6 akan digunakan untuk menghitung perkiraan angka harapan
hidup transformator.

4.10. Menentukan perkiraan harapan hidup transformator


Dari perhitungan diatas dapat ditentukan perkiraan umur transformator Gardu
Induk Srondol Semarang, akan tetapi karena pembebanannya berubah-ubah
setiap harinya maka diasumsikan pada pembebanan setiap harinya dianggap
sama. Perhitungan perkiraan umur transformator ini hanya mengjitung
pengaruh penurunan isolasi belitan saja tanpa memperhitungkan pengaruh
yang lain.
65000
Remaining Life=
F AA
46

Perhitungan untuk mencari perkiraan umur transformator dengan


pembebanan 70% IEC
65000 65000
Remaining Life= = = 18.586.060 jam (pagi)
F AA 0,003497
65000 65000
Remaining Life= = = 22.105.844 jam (sore)
F AA 0,00294
Perhitungan untuk mencari perkiraan umur transformator dengan
pembebanan 70% IEEE
65000 65000
Remaining Life= = = 18.586.060 jam (pagi)
F AA 0,003497
65000 65000
Remaining Life= = = 22.105.844 jam (sore)
F AA 0,00294
Perhitungan untuk mencari perkiraan umur transformator dengan
pembebanan 70% Pembebanan Sebenarnya
65000 65000
Remaining Life= = = 5.063.357 jam (pagi)
F AA 0,012837
65000 65000
Remaining Life= = = 5.962703 jam (sore)
F AA 5.962.703

Tabel 4. 7 Hasil perhitungan perkiraan harapan hidup transformator terhadap nilai susut umur

Suhu sekitar Perkiraan harapan hidup transformator dengan waktu dan permbebanan (jam)
No derajat pagi (10:00) sore (16:00)
celcius 70% 80% 90% 100% 70% 80% 90% 100%
Std IEC 20
185.86.,6 221.058.4
1 celcius 0 129.497.42 865.028.5 556.038.4 4 129.497.42 865.028.5 778.147.2

Std IEEE 30
2 celcius 506.335.7 360.123.5 246.10.,2 162.158.3 596.270.3 360.123.5 319.722.0 222.707.6

Lingkungan
3 28 celcius 506.335.7 360.123.5 314.627.2 206.319.0 596.270.3 360.123.5 314.627.2 284.388.2

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan persamaan (7), dapat


diketahui pembebanan paling baik maksimal 70% dengan suhu sekitar 20˚C.
Namun, apabila pada kenyataannya transformator tetap tidak bisa bekerja
pada pembebanan maksimal 70%, maka dapat dibuat beban maksimal sekitar
47

80%, agar transformator dapat berumur panjang. Suhu di Indonesia yang


kadang ekstrim harus pula diseimbangi dengan pembebanan yang rendah
supaya 80transformator berumur panjang.
Bila transformator didesain standart IEC 60076-1 dengan suhu sekitar
20˚C tetapi beroperasi di Indonesia dimana suhu lingkungan sekitar 30˚C
maka transformator tersebut harus disesuaikan kemampuannya, karena pada
kondisi ini suhu panas setempat lebih tinggi dari standart atau dengan kata
lain transformator tersebut mengalami penurunan kapasitas. Semakin tinggi
suhu panas lingkungan setempat semakin pendek operasional dari
transformator tenaga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[1] P. Utomo, “Studi Analisis Kualitas Transformator Daya Gardu Induk 150
Kv Siantan,” Tek. Elektro, vol. 1, no. 1, pp. 1–11, 2019.
[2] Y. Putinela, “Analisis kualitas dan perkiraan sisa usia pakai transformator
daya pada plta wonogiri akibat pembebanan,” vol. 1, 2018.
[3] Azhar dkk, “Estimasi Umur Transformator Distribusi Berdasarkan
Pertumbuhan Beban dan Temperatur Lingkungan di Penyulang Bolo PLN
Rayon Woha Kabupaten Bima,” vol. 2018, pp. 43–49, 2019.
[4] J. M. Tambunan, A. Hariyanto, and W. K. Tindra, “Kerja Pembebanan Dan
Temperatur Terhadap Susut Umur,” Sutet, vol. 5, no. 2, pp. 91–99, 2015.
[5] S. A. Nugroho, A. J. Taufiq, and D. N. Kusuma Hardani, “Perhitungan
Perkiraan Umur Transformator Akibat Pengaruh Pembebanan Dan Suhu
Lingkungan,” J. Ris. Rekayasa Elektro, vol. 1, no. 1, pp. 11–16, 2019, doi:
10.30595/jrre.v1i1.4923.
[6] A. S. Gianto et al., “PERHITUNGAN PENURUNAN UMUR
TRANSFORMATOR,” vol. 13, pp. 15–37, 2015.
[7] S. Purnama, “Analisa Pengaruh Pembebanan Terhadap Susut Umur
Transformator Tenaga (Studi Kasus Trafo Gtg 1.3 Pltgu Tambak Lorok
Semarang),” pp. 1–8, 2008.
[8] Kurniawan and Firdaus, “Studi Analisa Pengaruh Pembebanan Dan
Temperatur Lingkungan Terhadap Susut Umur Tranformator Daya Pada
Gardu Induk Garuda Sakti,” Jom FTEKNIK, vol. 3, pp. 1–6, 2016.
[9] A. Velasquez-Valencia et al., “No Title‫فارسی‬,” Interciencia, vol. 489, no.
20, pp. 313–335, 2018.
[10] “No Title,” 2000.
[11] R. Syadad, “Perkiraan Umur Transformator Tenaga Di Gardu Induk
Banyudono Berdasar Variasi Pembebanan,” no. Tugas Akhir, 2019.
[12] PT PLN, Himpunan buku Pedoman Pemeliharaan Peralatan Primer
Gardu Induk. Direksi Pt pln, 2014.
[13] D. I. Pt, P. L. N. Persero, and K. Pontianak, “Studi Susut Umur
Transformator.”

48
49

[14] N. I. Standart, “IEC 60076-1 Power Transformers,” Edition 2., 2000.


[15] A. Nurhidayat, I. G. N. Satriyadi, and S. Anam, “Analisis Penggunaan
Sistem Pendingin ONAN/ONAF untuk Meningkatkan Efisiensi Trafo Pada
Beban Lebih di PLTA Sutami-Malang,” vol. 1, no. 1, pp. 1–6, 2014.

Anda mungkin juga menyukai