Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

“EKOLOGI”

Dosen Pengampu : Sekar Djati Pamungkas, S.Pd,


M.Pd

Disusun Oleh :

1. Elisya Zahra Yonawati (2010305067)


2. Muklinatun Sofa Nafisah (2010305023)
3. Diah Wahyu Utami (2010305095)
4. Muhamad Rafif Yazid (2010305081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2022
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Istilah
ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Ekologi berasal
dari kata Yunani oikos, yang berarti rumah dan logos, yang berarti ilmu/ pengetahuan.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik (interaksi) antara
organisme dengan alam sekitar atau lingkungannya. Ekologi merupakan cabang
biologi, dan merupakan bagian dasar dari biologi. Ruang lingkup ekologi meliputi
populasi, komunitas, ekosistem, hingga biosfer. Studi-studi ekologi dikelompokkan ke
dalam autekologi dan sinekologi. Cabang ilmu Biologi yaitu, morfologi, fisiologi,
evolusi, genetika, zoologi, botani, biologi molekuler dan entomologi. Cabang ilmu
ekologi yaitu,sinekologi dan outekologi.
Ekosistem merupakan kesatuan dari seluruh komponen yang membangunnya.
Pada suatu ekosistem terdapat kesatuan proses yang saling terkait dan mempengaruhi
antar semuan komponen. Pada suatu ekosistem terdapat beberapa komponen yang
hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Ekosistem juga diartikan sebagai
suatu fungsional dasar dalam ekologi, mengingat bahwa di dalamnya tecakup
organisme dan lingkungan abiotik yang saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya. Ekosistem memiliki biosfer yaitu, seluruh loingkungan hidup di planet bumi.
Ekosistem Mangrove lebih dikenal daripada ekosistem padang karena ekosistem ini
sangat mudah untuk di temukan, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan
pesisir yang merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan dungsi ekologisnya.
Ekosistem pesisi memiliki konstruksi bartu kapur biogenis yang menjadi struktur
dasar ekosistem pesisir. Jika suatu ekosistem tidak seimbang maka dapat di
seimbangkan dengan cara menyosialisasikan tentang hewan dan tumbuhan langka,
rehabilitasi lahan kritis, dan melakukan pelestarian keanekaragaman hayati.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diuraikan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa Pengetian ekologi?
2. Apa saja cabang ilmu dari ekologi?
3. Bagaimana kondisi ekosistem dan ekosistem mangrove?
4. Bagaimana untuk mengaitkan antara ekosistem di daerah pesisir?
5. Bagaimana Cara untuk menyeimbangkan ekosistem?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat juga diuraikan tujuan penulisan
sebagai berikut:
1. Mahasiswa Mampu Mengetahui pengertian Ekologi
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Cabang Ilmu Dari Ekologi
3. Mahasiswa Mampu Menganalisis Dan Memahami Kondisi Ekosistem Dan
Ekosistem Mangrove
4. Mahasiswa Mampu Mengaitkan Antara Ekosistem Di Daerah Pesisir
5. Mahasiswa Mampu Mengetahui cara untuk menyeimbangkan ekosistem
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN EKOLOGI
Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos.
Istilah ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Ekologi
berasal dari kata Yunani oikos, yang berarti rumah dan logos, yang berarti ilmu/
pengetahuan. Jadi, ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
(interaksi) antara organisme dengan alam sekitar atau lingkungannya. (Djohar, 2017).
Ekologi merupakan studi keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya,
baik lingkungan abiotik maupun biotik. Lingkungan abiotik tediri dari atmosfer,
cahaya, air, tanah dan unsur mineral (Djohar, 2017). Tetapi perlu diketahui apa yang
dimaksud dengan organisme. Ini penting karena pada hakikatnya organisme dibangun
dari sistem-sistem biologik yang berjenjang sejak dari molekul-molekul biologi yang
paling rendah meningkat ke organel-organel subseluler, sel-sel, jaringan-jaringan,
organ-organ, sistem-sistem organ, organisme-organisme, populasi, komunitas, dan
ekosistem. Pada Interaksi yang terjadi pada setiap jenjang sistem biologik dengan
lingkungannya tidak boleh diabaikan, karena hasil interaksi jenjang biologik
sebelumnya akan mempengaruhi proses interaksi jenjang selanjutnya.
Pada studi bidang-bidang yang sekarang termasuk dalam ruang lingkup
ekologi telah dilakukan oleh para pakar. Ekologi merupakan cabang biologi, dan
merupakan bagian dasar dari biologi. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi,
komunitas, ekosistem, hingga biosfer. Studi-studi ekologi dikelompokkan ke dalam
autekologi dan sinekologi. Sebagai bagian dari cabang biologi, ekologi pun terkait
dengan disiplin ilmu lainnya dalam biologi, seperti morfologi, fisiologi, evolusi,
genetika, zoologi, botani, biologi molekuler dan entomologi. (Djohar, 2017).
Ekologi merupakan studi keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya,
baik lingkungan abiotik maupun biotik. Lingkungan abiotik tediri dari atmosfer,
cahaya, air, tanah dan unsur mineral. (Djohar, 2017). Tetapi perlu diketahui apa yang
dimaksud dengan organisme. Hal ini penting karena pada hakikatnya organisme
dibangun dari sistem-sistem biologik yang berjenjang sejak dari molekul-molekul
biologi yang paling rendah meningkat ke organel-organel subseluler, sel-sel, jaringan-
jaringan, organ-organ, sistem-sistem organ, organisme-organisme, populasi,
komunitas, dan ekosistem. Interaksi yang terjadi pada setiap jenjang sistem biologik
dengan lingkungannya tidak boleh diabaikan, karena hasil interaksi jenjang biologik
sebelumnya akan mempengaruhi proses interaksi jenjang selanjutnya. Komunitas
adalah kumpulan spesies organisme yang mendiami suatu tempat. Komunitas beserta
lingkungan abiotik membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Komunitas
pada acuan dari Eropa dan Rusia disebut biocoenosis, sedangkan ekosistem dikenal
dengan sebutan biogeocoenosis. Biosfir atau ekosfir mencakup semua organisme di
bumi yang berinteraksi dengan lingkungan fisik.
Ditinjau dari tingkat spektrum organisasi, bidang ekologi, makin kearah kanan
makin rumit, tetapi dalam beberapa hal kurang rumit dan kurang beragam karena
adanya homeostatik (Gambar 1.2). Contoh: fotosintesis komunitas kurang beragam
fluktuasinya dibandingkan dengan fotosintesis antar organisme. Berikut ini disajikan
Spektrum Biologi yang menggambarkan model komponen biotik dan abiotik yang
membentuk biosistem.

2. CABANG ILMU EKOLOGI


Cabang Ilmu ekologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari
hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekologi merupakan cabang
ilmu mendasar dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. (Djohar, 2017) Pada
awalnya, ekologi dibedakan dengan jelas ke dalam ekologi tumbuhan dan
ekologi hewan. Ekologi memiliki pengaruh yang besar terhadap cabang
biologinya. Ekologi dapat dipelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan menyelenggarakan hubungan antar
makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau
tahap yang terkaitnya.
Cabang biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan
zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik. (Willis, 1997).
Pembagian Ekologi, sebagai cabang ilmu ekologi yaitu secara umum asas
integratif fungsional yang meluputi pertumbuhan sifat-sifat dengan naiknya
kompleksitas struktur merupakan suatu hal yang sangat penting dalam ekologi yaitu :
1). Berdasarkan keilmuan:
- Sinekologi : mempelajari hubungan satu spesies organisme dengan alam
sekitarnya
- Outekologi : mempelajari hubungan sekelompok spesies organisme dengan alam
Sekitarnya
2). Berdasarkan taksonomi:
• Ekologi manusia
• Ekologi tumbuhan
• Ekologi hewan
• Ekologi mikrobia
3). Berdasarkan keperluan praktis:
• Ekologi air tawar
• Ekologi laut
• Ekologi daratan
Cabang ilmu biologi adalah salah satu ilmu yang mengalami tumbuh dan
menjadi bagian yang penting dalam kehidupan. Ilmu Biologi mempunyai cakupan
kajian teori, penelitian hingga pendidikan Biologi menjadi cakupan ilmiah yang terus
diteliti dan dikaji hingga memperoleh manfaat bagi kehidupan.
Zoology adalah ilmu yang mempelajari semua kehidupan hewan Berdasarkan aspek-
aspek tertentu dari makhluk hidup yang dipelajarinya, biologi dapat dibagi dalam
beberapa cabang, yaitu:
1. morfologi: mempelajari bentuk dan struktur suatu mahluk hidup.
2. Fisiologi: amempelajari sifat faal dan cara kerja dari tubuh suatu organisme.
3. Embriologi: mempelajari perkembangan suatu organisme dari mulai zigot sampai
menjadi dewasa.
4. Ekologi: mempelajari interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
5. Mikrobiologi: mempelajari segala aspek kehidupan mikroorganisme yang
berukuran
mikroskopis.
6. Taksonomi: mempelajari klasifikasi atau pengelompokkan makhluk hidup.
7. Genetika: mempelajari tentang cara menurunnya sifat pada makhluk hidup.
8. Evolusi: mempelajari suksesi dan perubahan-perubahan dari jenis makhluk hidup
sepanjang waktu.
9. Sitologi: mempelajari susunan dan fungsi sel.
10. Patologi: mempelajari tenatang seluk beluk penyakit.

3. EKOSISTEM DAN EKOSISTEM MANGROVE


A. EKOSISTEM
Ekosistem merupakan segala hal yang berkaitan dengan organisme dan
lingkungan fisiknya yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya (Chapin,
2011). Komponen biotik dan abiotik ini dihubungkan bersama melalui siklus
nutrisi dan aliran energi, energi ini memasuki sistem melalui fotosintesis dan
dimasukkan ke dalam jaringan tumbuhan. Dengan memakan tumbuhan dan satu
sama lain, hewan memainkan peranan penting dalam pergerakan materi dan
energi melalui sistem. Dengan memecah bahan organik mati, pengurai
melepaskan karbon kembali ke atmosfer dan memfasilitasi siklus nutrisi dengan
mengubah nutrisi yang tersimpan dalam biomassa mati kembali ke bentuk yang
dapat segera digunakan oleh tanaman dan mikroba.
Ekosistem adalah entitas yang dinamis, mereka tunduk kepada gangguan
secara periodik dan selalu dalam proses pemulihan dari masa lalu. Kecenderungan
suatu ekosistem untuk tetap mendekati keadaan setimbangnya, meskipun ada
gangguan, disebut dengan resistensinya. Kapasitas suatu sistem untuk menyerap
gangguan dan mengatur ulang saat mengalami perubahan sehingga pada dasarnya
mempertahankan fungsi, struktur, identitas, dan umpan balik yang sama disebut
dengan ketahanan ekologisnya.
Istilah ekosistem sendiri pertama kali digunakan pada tahun 1935 dalam
publikasi oleh ahli ekologi asalh Inggris, Arthur Tansley. Istilah ini diciptakan
oleh Arthur Roy Clapham, yang datang dengan kata atas permintaan Tansley
sendiri (Willis, 1997). Ekosistem dapat bermacam-macam bentuknya sesuai
dengan bentangan atau hamparan tempat ekosistem berada, seperti ekosistem
hutan, rawa, danau, dan lain-lain.

Semua makhluk hidup di dunia membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk


memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan sendiri adalah segala sesuatu yang
berada di sekitar makhluk hidup tersebut tinggal atau berada. Lingkungan alam
sendiri terbagi menjadi dua faktor yang saling berkaitan satu sama lainnya. Faktor
abiotik adalah faktor alam di mana merupakan bagian-bagian dari alam yang
merupakan benda tidak hidup. Faktor abiotik alam terdiri dari air, tanah, udara,
matahari, angin, batuan, dan sejenisnya. Faktor abiotik ini memiliki peranan yang
sangat penting dalam menopang kelangsungan ekosistem (Karitas, 2017).
Faktor kedua yang berperan dalam keberlangsungan ekosistem adalah faktor
biotik. Faktor biotik ini menjadi faktor alam utama dan terbesar yang memainkan
peranannya pada tirai ekosistem. Karena faktor biotik ini saling berkaitan dan
berperan dalam ekosistem. Secara sederhana, komponen biotik terbagi menjadi
produsen, konsumen, dan dekomposer. Produsen adalah bagian dari faktor biotik
yang berupa makhluk hidup autotrof, maksudnya adalah makhluk hidup yang
dapat menghasilkan makanannya sendiri. Tumbuhan adalah salah satu contoh
organisme autotrof karena dengan melakukan fotosintesis, tumbuhan dapat
menghasilkan makanannya sendiri. Selanjutnya, konsumen merupakan organisme
pemakan produsen. Di dalam konsumen, terdapat tiga tipe atau golongan, yaitu
konsumen tingkat satu, tingkat dua, dan tingkat tiga. Konsumen ini adalah
organisme heterotrof, karena mereka tidak dapat menghasilkan makanannya
sendiri. Pada konsumen tingkat satu, terdapat organisme yang disebut juga sebagai
herbivor (pemakan tumbuhan). Mereka memakan produsen secara langsung dan
mendapatkan energinya dari tumbuhan. Hampir di setiap ekosistem, konsumen
tingkat satu menduduki peringkat terbanyak dalam jumlah dibandingkan dengan
konsumen tingkat dua dan tingkat tiga. Konsumen tingkat dua adalah konsumen
karnivor (pemakan daging), begitu pula dengan konsumen tingkat tiga atau sering
disebut juga sebagai predator puncak. Pada bagian terakhir suatu rantai dalam
ekosistem, terdapat dekomposer yang berperan untuk menstabilkan semua siklus
di ekosistem.
Makhluk hidup yang berada pada ekosistem alam mengalami perkembangan
dan pertumbuhan pada fase hidupnya. Hal tersebut menjadi faktor pendukung dari
perubahan yang terjadi di ekosistem tempat mereka tinggal. Semua makhluk
hidup butuh sebuah habitat untuk tinggal dan lingkungan yang mendukung untuk
kelangsungan hidupnya. Dua hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
organisme makhluk hidup di alam dan saling berkaitan. Maka daripada itu,
makhluk hidup disediakan kebutuhannya oleh lingkungan alam dan mereka yang
hidup di lingkungan tersebut bersama-sama menjaga dan merawatnya supaya
tidak menjadi malapetaka bagi mereka sendiri (Agustin, 2019).

B. EKOSISTEM MANGROVE
Hutan mangrove sebagai daerah peralihan antara laut dan daratan memiliki
gradien sifat lingkungan yang sangat ekstrim. Pasang surut air laun menyebabkan
perubahan suhu dan juga salititas. Sehingga menyebabkan hanya tumbuhan
tertentu yang dapat hidup di dalamnya. Habitat hutan mangrove bersifat khusus
sehingga tumbuhan yang hidup di dalamnya memiliki kisaran ekologi tersendiri.
Misalnya pada kelompok Rhizophora mucronata mendominasi daerah bertanah
lumpur yang dalam dan lembek, biasanya hidupnya berdampingan dengan jenis
Avicennia marina, sedangkan jenis Rhizophora stylosa lebih menyukai pada
daerah yang memiliki tanah pasir atau pecahan terumbu karang, pada Rhizophora
apiculate hidup pada daerah transisi. Selain tipe tanah, salinitas pada substrat juga
mempengaruhi terhadap sebaran dan permintakatan. Berbagai macam jenis
tumbuhan mangrove mampu bertahan hidup pada salinitas tinggi, namun pada
jenis Avicennia mampu hidup bertoleransi terhadap kisaran salinitas yang sangat
besar.
Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki
produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan dekomposisi bahan
organic yang tinggi, dan menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat
penting bagi kehidupan makhluk hidup yang berada di perairan sekitarnya (Imran,
(2016); Karimah, 2017). Hutan mangrove memiliki materi organic yang dijadikan
sebagai sumber pangan dan habitat bagi biota laut seperti ikan, udang dan
kepiting. Produksi ikan dan udang di perairan laut sangat bergantung dengan
produksi serasah yang dihasilkan hutan mangrove. Adapun menurut Bruno, dkk
(1998) mengatakan bahwa hutan mangrove meiliki karakteristik yang unik
dibandingkan dengan hutan yang lainnya. Keunikannya yaitu dapat dilihat dari
habitat tempat hidupnya dan keanekaragaman flora dan fauna yang ada di
dalamnya seperti: Avicennia, Rhozophora, Bruguiera¸dan jenis ikan, kepiting
serta Mollusca. Selain manfaatnya bagi ekosisem di laut, hutan mangrove juga
memiliki fungsi ekonomi, ekologi, dan juga sosial. Adapun fungsi ekonomi hutan
mangrove yaitu pengahasil kebutuhan rumah tangga, keperluan industri, dan
pengahsil bibit. Fungsi ekologi hutan mangrove yaitu sebagai pelindung garis
pantai, mencegah instrusi air, sebagai habitat berbagai jenis burung, dll (Kustanti,
2011).

4. KETERKAITAN EKOSISTEM DI DAERAH PESISIR


Ekosistem wilayah pesisir yang merupakan suatu himpunan integral dari
komponen hayati (organisme hidup) dan nir-hayati (fisik), rnutlak dibutuhkan
oleh manusia untuk hidup dan untuk meningkatkan mutu kehidupan.
(Dietrich,2020). Komponen hayati dan nir-hayati secara fungsional berhubungan
satu sama lain dan saling berinteraksi rnembentuk suatu sistem, yang dikenal
dengan ekosistem atau sistem ekologi. (Dr.Ing,2020). Apabila terjadi perubahan
dari salah satu dari kedua komponen tersebut, maka akan dapat mempengaruhi
keseluruhan sistem yang ada baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun
dalam keseimbangannya. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia
bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut.
Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah pesisir memiliki
dua macam batas (boundiruies), yaitu :
 batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan
 batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore).
Definisi dan batas .wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah wilayah
dimana daratan berbatasan dengan laut batas di daratan meliputi daerah-daerah
yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses laut seperti pasang-surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan
batas.di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di
daratan seperti sedimentsi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah
laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. (Riech,2020).
Komponen Fungsional Ekosistem Pesisir
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa sumberdaya hayati perairan
pesisir yang merupakan satuan kehidupan (organisme hidup) saling berhubungan
dan berinteraksi dengan lingkungan nir-hayatinya (fisik) mernbentuk suatu sistem.
(Dietrich,2020). Dengan demikian, pernbahasm selanjutnya dititik beratkan pada
ekosistem pesisir yang merupakan unit fungsional komponen hayati (biotik) dm
nir-hayati (abiotik). Komponen biotik yang menyusun suatu ekosistem pesisir
terbagi atas empat kelompok utama yaitu: (1) produser, (2) konsumer primer, (3)
konsumer sekunder dan (4) dekomposer. Sebagai produser adalah vegetasi
autotrof, algae dan fitoplankton yang menggunakan energy matahari untuk proses
fotosintesa yang menghasilkan zat organik kompleks dari zat anorganik sederhana.
Sebagai konsumer primer adalah hewan wilayah hewan yang memakan produser,
disebut herbivora. Herbivora ini menghasilkan pula materi organik (pertumbuhan,
reproduksi), tapi mereka tergantung sepenuhnya dari materi organic yang disintesa
oleh tumbuhm atau fitoplankton yang dimakannya.
Konsumer sekunder adalah karnivora, yaitu semua organisme yang rnemakan
hewan. Untuk suatu analisis yang lebih jelas, kita dapat membagi lagi konsumer
sekunder ke dalam konsumer tersier yang mernakan konsumer sebelumnya.
Sesungguhnya banyak jenis organisme yang tidak dengan rnudah dapat
diklasifikasikan ke dalam tingkatan trofik ini, karena mereka dapat dimasukkan ke
dalarn beberapa kelompok konsumer primer dan sekunder (omnivora), konsurner
sekunder dan tersier (predator atau parasit herbivoradan karnivora). Sebagai
dekomposer adalah organisme avertebrata, bakteri dan cendawan yang memakan
materi organik mati sepertii: bangkai, daun-daunan yang mati, ekskreta.
Pada prinsipnya terdapat tiga proses dasar yang menyusun struktur
fungsional komponen biotik ini yaitu :
1. proses produksi (sintesa materi organik),
2. proses konsomasi (memakan materi organik) dan
3. proses dekomposisi atau mineralisasi (pendaur ulangan materi).

Komponen abiotik dari suatu ekosistem pesisir terbagi atas tiga komponen
utama:
a. unsur dan senyawa anorganik, karbon, nitrogen . dan air yang terlibat dalam
siklus materi di suatu ekosistem,
b. bahan organik, karbohidrat, protein dan lemak yang mengikat komponen
abiotic dan biotik dan
c. regim iklim, suhu dan factor fisik lain yang mernbatasi kondisi kehidupan.
Dari sejumlah besar unsur dan senyawa anorganik sederhana yang dijumpai di
suatu ekosistem pesisir, terdapat unsur-unsur tertentu yang penting bagi kehidupm.
Unsur-unsur tersebut merupakan substansi biogenik atau unsur hara baik makro
(karbon, nitrogen, fosfor) maupun rnikro (besi, seng, magnesium).
Kategori ketiga dari komponen abiotik suatu ekosistem pesisir adalah faktor-
faktor fisik (iklim). Faktor iklim (suhu, curah hujan, kelembaban) sebagaimana
halnya sifat kirniawi air dan tanah serta lapisan geologi di bawahnya, merupakan
penentu keberadaan suatu Jenis organisme. Faktor-faktor ini senantiasa berada
dalam satu seri gradien. Kemampuan adaptasi organisme seringkali berubah secara
bertahap sepanjang gradien tersebut, tapi sering pula terdapat titik perubaahan yang
berbaur atau zona persimpangan yang disebut ekoton (misalnyanya zona intertidal
perairan laut).
Dimensi Ekologis Lingkungan Pesisir
Secara prinsip ekosistem pesisir mempunyai 4 fungsi pokok bagi
kehidupan manusia, yaitu:
1. sebagai penyedia sumberdaya alam,
2. penerima limbah,
3. penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan,
4. dan penyedia jasa-jasa kenyamanan.
Sebagai suatu ekosistem, perairan pesisir rnenyediakan sumberdaya alam yang
produktif baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak Iangsung, seperti
sumberdaya alam hayati yang dapat pulih (di antaranya sumberdaya perikanan,
terumbu karang dan rumput laut), dan sumberdaya alami nir-hayati yang tidak
dapat pulih (di antaranya sumberdaya mineral, minyak bumi dan gas).
Ekosistern pesisir juga rnerupakan ternpat penampung limbah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia. Sebagai tempat penampung limbah, ekosistem
ini memiliki kemampuan terbatas yang sangat tergantung pada volume dan Jenis
limbah yang masuk. (Dietrich,2020). Apabila limbah tersebut melampaui
kemampuan asimilasi perairan pesisir, maka kerusakan ekosistem dalarn bentuk
pencemaran akan terjadi. Dari sini terlihat bahwa jika dua kemampuan yang
disebut terakhir tidak dirusak oleh kegiatan manusia, maka fungsi ekosistem pesisir
sebagai pendukung kehidupan rnanusia dan penyedia kenyamanan diharapkan
dapat dipertahankan dan tetap Iestari.

5. KESEIMBANGAN EKOSISTEM
Keseimbangan suatu ekosistem akan terjadi, bila komponen-komponennya
dalam jumlah yang berimbang. Produsen, Konsumen, Detritivora, dan Dekomposer
(Pengurai). Di antara komponen - komponen ekosistem terjadi interaksi, saling
membutuhkan dan saling memberikan apa yang menjadi sumber penghidupannya.
Sumber energi untuk kehidupan di bumi adalah energi matahari, kemudian diikat dan
digunakan oleh tumbuhan untuk mensintesis zat-zat anorganik sederhana menjadi zat-
zat organic yang mengandung energi. (Dietrich,2020). Kandungan materi dan energi
dari tumbuhan tersebut dipindahkan ke hewan atau manusia melalui proses rantai
makanan dan jaring-jaring kehidupan, yang akhirnya materi dan energi kembali
beredar lagi ke alam melalui proses pembusukan/perombakan yang dilakukan oleh
dekomposer/pengurai.
Keterlibatan manusia dalam mempengaruhi suatu Ekosistem dengan kemajuan
ilmu dan teknologi yang tak terkendali bisa menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem itu. (Dian,2017). Ketidakbijaksanaan manusia melibatkan
diri dalam kancah kehidupan suatu ekosistem menimbulkan berbagai bencana alam,
seperti : pencemaran lingkungan, kebocoran lapisan ozon yang mengakibatkan
kenaikan panas global bumi, erosi dan ladang kritis/tandus, dan berbagai kerugian
yang menimpa kehidupan manusia sendiri,karena semakin berkurangnya sumber daya
alam dan menurunnya kualitas lingkungan. Faktor abiotik sangat menentukan dalam
sebaran dan kepadatan organisme dalam suatu daerah.
Hal ini berkaitan erat dengan masalah adaptasi dan suksesi organisme terhadap
faktor-faktor lingkungannya. Adaptasi adalah suatu kemampuan makhluk hidup
menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya bisa melalui adaptasi
morfologi,fisiologi dan adaptasi perilaku dari organisme yang berada dalam
lingkungan yang ditempatinya. (DR. Dietrich,2020).
Suatu proses menyesuaikan diri organisme terhadap lingkungannya, mencakup
tiga jenis,yaitu:
1. Adaptasi Morfologis
Suatu jenis adaptasi menyangkut perubahan bentuk struktur tubuhnya
disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Misalnya: Ikan bergerak dengan sirip,
karena alat gerak yang cocok untuk hidup perairan adalah sirip, sedangkan hewan
yang hidupnya di darat bergerak dengan kaki-kakinya. Pada golongan tumbuhan
yang hidupnya di rawa pantai, ia memiliki buah/biji yang sudah berakar sebelum
jatuh ke lumpur pantai agar dapat terus tumbuh di lingkungan tersebut, seperti
golongan Rhizophora (tumbuhan bakau).

2. Adaptasi Fisiologis
Suatu jenis adaptasi menyangkut perubahan kerja faal organ tubuh disesuaikan
dengan lingkungan hidupnya. Misalnya, golongan Amphibia semasa larva yang hidup
di air bernapas dengan insang, sedangkan setelah dewasa hidup di darat bernapas
dengan paru-paru. Pada tumbuhan adaptasi fisiologi ditunjukkan oleh luas permukaan
daun-daunnya sehubungan dengan lingkungan hidupnya, seperti: tumbuhan serofit
(hidup di gurun/ daerah kering, seperti kaktus) memiliki daun-daunnya serupa duri
atau sempit saja, sedangkan tumbuhan hidrofit (hidup di air, seperti eceng gondok)
memiliki daun-daunnya berukuran lebar-lebar dan batangnya berongga untuk
mengimbangi kadar air tubuhnya dengan masalah penguapan yang terjadi.

3. Adaptasi Perilaku
Suatu jenis penyesuaian diri pada makhluk hidup yang ditunjukkan oleh
perilakunya disebabkan oleh factor lingkungan. Contohnya, perubahan warna tubuh
bunglon terhadap warna lingkungan di mana ia berada; bunglon berwarna hijau, jika
berada di daun-daunan, dan ia berwarna hitam keabu-abuan jika berada di tanah.
Contoh lainnya, lumba-lumba memiliki kebiasaan meloncat loncat di atas permukaan
air untuk menghirup udara, karena bernapas menggunakan paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Yolanda Indra. & Khusnul Khotimah. (2019). Menganalisis Materi


Pembelajaran Ekosistem dan Proses Kehidupan IPA di MI. Makalah IPA.
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo: Sidoarjo.
Andareas. (2021). Penggunaan Biji Wijen, Kecipir dan Jagung Sebagai Media
Pembibitan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal Pendidikan
Biologi, Biologi dan Ilmu Serumpun. Vol 8(3).
Chapin, F. Stuart. (2011). “Glossary”. Principles of Terrestrial Ecosystem Ecology.
Springer: New York.
Dewi W. dkk. (2009). E-book Ekologi dan Lingkungan Hidup. Gorontalo. ISBN 978-
979-1340-13-7
Dietriech.(2020) Ekosistem Dan Sumberdaya Pesisir Dan Laut Serta Pengelolaan
Secara Terpadu Dan Berkelanjutan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Djohar. M. (2017). Buku Ekologi Populasi, Komunitas, Ekosistem Mewujudkan
Kampus Hijau Asri, Islami dan Ilmiah. Penerbit : Nurjati Press. Cirebon.
Karimah. (2017). Peran Ekosistem Hutan Mangrove Sebagai Habitat Untuk
Organisme Laut. Jurnal Biologi Tropis, Vol. 17 (2).
Karitas, Diana Puspa. (2017). Ekosistem: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
edisi revisi. Pusat Kurikulum dan Perbukuan BALITBANG,
KEMENDIKBUD: Jakarta.
Nurdyansyah & Fitri Amalia. (2018). Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada
Pelajaran IPA Materi Komponen Ekosistem. Jurnal UMSIDA: Sidoarjo.
Willis, A. J. (1997). The Ecosystem: An Evolving Concept Viewed Historically.
Functional Ecology. 11(2): 268–271.

Anda mungkin juga menyukai