“EKOLOGI”
Disusun Oleh :
B. EKOSISTEM MANGROVE
Hutan mangrove sebagai daerah peralihan antara laut dan daratan memiliki
gradien sifat lingkungan yang sangat ekstrim. Pasang surut air laun menyebabkan
perubahan suhu dan juga salititas. Sehingga menyebabkan hanya tumbuhan
tertentu yang dapat hidup di dalamnya. Habitat hutan mangrove bersifat khusus
sehingga tumbuhan yang hidup di dalamnya memiliki kisaran ekologi tersendiri.
Misalnya pada kelompok Rhizophora mucronata mendominasi daerah bertanah
lumpur yang dalam dan lembek, biasanya hidupnya berdampingan dengan jenis
Avicennia marina, sedangkan jenis Rhizophora stylosa lebih menyukai pada
daerah yang memiliki tanah pasir atau pecahan terumbu karang, pada Rhizophora
apiculate hidup pada daerah transisi. Selain tipe tanah, salinitas pada substrat juga
mempengaruhi terhadap sebaran dan permintakatan. Berbagai macam jenis
tumbuhan mangrove mampu bertahan hidup pada salinitas tinggi, namun pada
jenis Avicennia mampu hidup bertoleransi terhadap kisaran salinitas yang sangat
besar.
Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki
produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan dekomposisi bahan
organic yang tinggi, dan menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat
penting bagi kehidupan makhluk hidup yang berada di perairan sekitarnya (Imran,
(2016); Karimah, 2017). Hutan mangrove memiliki materi organic yang dijadikan
sebagai sumber pangan dan habitat bagi biota laut seperti ikan, udang dan
kepiting. Produksi ikan dan udang di perairan laut sangat bergantung dengan
produksi serasah yang dihasilkan hutan mangrove. Adapun menurut Bruno, dkk
(1998) mengatakan bahwa hutan mangrove meiliki karakteristik yang unik
dibandingkan dengan hutan yang lainnya. Keunikannya yaitu dapat dilihat dari
habitat tempat hidupnya dan keanekaragaman flora dan fauna yang ada di
dalamnya seperti: Avicennia, Rhozophora, Bruguiera¸dan jenis ikan, kepiting
serta Mollusca. Selain manfaatnya bagi ekosisem di laut, hutan mangrove juga
memiliki fungsi ekonomi, ekologi, dan juga sosial. Adapun fungsi ekonomi hutan
mangrove yaitu pengahasil kebutuhan rumah tangga, keperluan industri, dan
pengahsil bibit. Fungsi ekologi hutan mangrove yaitu sebagai pelindung garis
pantai, mencegah instrusi air, sebagai habitat berbagai jenis burung, dll (Kustanti,
2011).
Komponen abiotik dari suatu ekosistem pesisir terbagi atas tiga komponen
utama:
a. unsur dan senyawa anorganik, karbon, nitrogen . dan air yang terlibat dalam
siklus materi di suatu ekosistem,
b. bahan organik, karbohidrat, protein dan lemak yang mengikat komponen
abiotic dan biotik dan
c. regim iklim, suhu dan factor fisik lain yang mernbatasi kondisi kehidupan.
Dari sejumlah besar unsur dan senyawa anorganik sederhana yang dijumpai di
suatu ekosistem pesisir, terdapat unsur-unsur tertentu yang penting bagi kehidupm.
Unsur-unsur tersebut merupakan substansi biogenik atau unsur hara baik makro
(karbon, nitrogen, fosfor) maupun rnikro (besi, seng, magnesium).
Kategori ketiga dari komponen abiotik suatu ekosistem pesisir adalah faktor-
faktor fisik (iklim). Faktor iklim (suhu, curah hujan, kelembaban) sebagaimana
halnya sifat kirniawi air dan tanah serta lapisan geologi di bawahnya, merupakan
penentu keberadaan suatu Jenis organisme. Faktor-faktor ini senantiasa berada
dalam satu seri gradien. Kemampuan adaptasi organisme seringkali berubah secara
bertahap sepanjang gradien tersebut, tapi sering pula terdapat titik perubaahan yang
berbaur atau zona persimpangan yang disebut ekoton (misalnyanya zona intertidal
perairan laut).
Dimensi Ekologis Lingkungan Pesisir
Secara prinsip ekosistem pesisir mempunyai 4 fungsi pokok bagi
kehidupan manusia, yaitu:
1. sebagai penyedia sumberdaya alam,
2. penerima limbah,
3. penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan,
4. dan penyedia jasa-jasa kenyamanan.
Sebagai suatu ekosistem, perairan pesisir rnenyediakan sumberdaya alam yang
produktif baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak Iangsung, seperti
sumberdaya alam hayati yang dapat pulih (di antaranya sumberdaya perikanan,
terumbu karang dan rumput laut), dan sumberdaya alami nir-hayati yang tidak
dapat pulih (di antaranya sumberdaya mineral, minyak bumi dan gas).
Ekosistern pesisir juga rnerupakan ternpat penampung limbah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia. Sebagai tempat penampung limbah, ekosistem
ini memiliki kemampuan terbatas yang sangat tergantung pada volume dan Jenis
limbah yang masuk. (Dietrich,2020). Apabila limbah tersebut melampaui
kemampuan asimilasi perairan pesisir, maka kerusakan ekosistem dalarn bentuk
pencemaran akan terjadi. Dari sini terlihat bahwa jika dua kemampuan yang
disebut terakhir tidak dirusak oleh kegiatan manusia, maka fungsi ekosistem pesisir
sebagai pendukung kehidupan rnanusia dan penyedia kenyamanan diharapkan
dapat dipertahankan dan tetap Iestari.
5. KESEIMBANGAN EKOSISTEM
Keseimbangan suatu ekosistem akan terjadi, bila komponen-komponennya
dalam jumlah yang berimbang. Produsen, Konsumen, Detritivora, dan Dekomposer
(Pengurai). Di antara komponen - komponen ekosistem terjadi interaksi, saling
membutuhkan dan saling memberikan apa yang menjadi sumber penghidupannya.
Sumber energi untuk kehidupan di bumi adalah energi matahari, kemudian diikat dan
digunakan oleh tumbuhan untuk mensintesis zat-zat anorganik sederhana menjadi zat-
zat organic yang mengandung energi. (Dietrich,2020). Kandungan materi dan energi
dari tumbuhan tersebut dipindahkan ke hewan atau manusia melalui proses rantai
makanan dan jaring-jaring kehidupan, yang akhirnya materi dan energi kembali
beredar lagi ke alam melalui proses pembusukan/perombakan yang dilakukan oleh
dekomposer/pengurai.
Keterlibatan manusia dalam mempengaruhi suatu Ekosistem dengan kemajuan
ilmu dan teknologi yang tak terkendali bisa menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem itu. (Dian,2017). Ketidakbijaksanaan manusia melibatkan
diri dalam kancah kehidupan suatu ekosistem menimbulkan berbagai bencana alam,
seperti : pencemaran lingkungan, kebocoran lapisan ozon yang mengakibatkan
kenaikan panas global bumi, erosi dan ladang kritis/tandus, dan berbagai kerugian
yang menimpa kehidupan manusia sendiri,karena semakin berkurangnya sumber daya
alam dan menurunnya kualitas lingkungan. Faktor abiotik sangat menentukan dalam
sebaran dan kepadatan organisme dalam suatu daerah.
Hal ini berkaitan erat dengan masalah adaptasi dan suksesi organisme terhadap
faktor-faktor lingkungannya. Adaptasi adalah suatu kemampuan makhluk hidup
menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya bisa melalui adaptasi
morfologi,fisiologi dan adaptasi perilaku dari organisme yang berada dalam
lingkungan yang ditempatinya. (DR. Dietrich,2020).
Suatu proses menyesuaikan diri organisme terhadap lingkungannya, mencakup
tiga jenis,yaitu:
1. Adaptasi Morfologis
Suatu jenis adaptasi menyangkut perubahan bentuk struktur tubuhnya
disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Misalnya: Ikan bergerak dengan sirip,
karena alat gerak yang cocok untuk hidup perairan adalah sirip, sedangkan hewan
yang hidupnya di darat bergerak dengan kaki-kakinya. Pada golongan tumbuhan
yang hidupnya di rawa pantai, ia memiliki buah/biji yang sudah berakar sebelum
jatuh ke lumpur pantai agar dapat terus tumbuh di lingkungan tersebut, seperti
golongan Rhizophora (tumbuhan bakau).
2. Adaptasi Fisiologis
Suatu jenis adaptasi menyangkut perubahan kerja faal organ tubuh disesuaikan
dengan lingkungan hidupnya. Misalnya, golongan Amphibia semasa larva yang hidup
di air bernapas dengan insang, sedangkan setelah dewasa hidup di darat bernapas
dengan paru-paru. Pada tumbuhan adaptasi fisiologi ditunjukkan oleh luas permukaan
daun-daunnya sehubungan dengan lingkungan hidupnya, seperti: tumbuhan serofit
(hidup di gurun/ daerah kering, seperti kaktus) memiliki daun-daunnya serupa duri
atau sempit saja, sedangkan tumbuhan hidrofit (hidup di air, seperti eceng gondok)
memiliki daun-daunnya berukuran lebar-lebar dan batangnya berongga untuk
mengimbangi kadar air tubuhnya dengan masalah penguapan yang terjadi.
3. Adaptasi Perilaku
Suatu jenis penyesuaian diri pada makhluk hidup yang ditunjukkan oleh
perilakunya disebabkan oleh factor lingkungan. Contohnya, perubahan warna tubuh
bunglon terhadap warna lingkungan di mana ia berada; bunglon berwarna hijau, jika
berada di daun-daunan, dan ia berwarna hitam keabu-abuan jika berada di tanah.
Contoh lainnya, lumba-lumba memiliki kebiasaan meloncat loncat di atas permukaan
air untuk menghirup udara, karena bernapas menggunakan paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA