Anda di halaman 1dari 37

MODUL PRAKTIKUM

MK. TEKNOLOGI PENGENDALIAN GULMA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya,sehingga buku panduan praktikum MK Teknologi Pengendalian
Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya ini dapat diselesaikan.
Modul ini disusun untuk dapat digunakan sebagai acuan penyelenggaraan
praktikum Laboratorium Sumber Daya Lingkungan.
Modul ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang
diperlukan oleh para mahasiswa dan juga dosen yang akan terlibat dalam
proses kegiatan praktikum. Modul ini diperlukan agar pelaksanaan dan
penyelenggaraan praktikum dapat berjalan dengan lebih baik lagi.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah memberi bantuan hingga selesainya modul ini khususnya kepada tim
penyusun yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Semoga
Bermanfaat.

Malang, 20 Februari 2022

Tim Penyusun
RENCANA PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Praktikum


Praktikum Ke - Minggu Ke - Kegiatan Praktikum

1 2 Pendahuluan dan Pengenalan Gulma –


Teori

2 3 Identifikasi Gulma – Teori

3 4 Analisis Vegetasi Gulma – Teori

4 5 Asosiasi Gulma dan Tanaman – Teori

5 6 Teknik Pengendalian Gulma secara


Kimiawi

6 7 Identifikasi Gulma – Praktek Lapangan

7 8 Analisis Vegetasi Gulma – Praktek


Lapangan

8 9 Asosiasi Gulma dan Tanaman – Praktek


Lapangan

9 10 Teknik Pengendalian Gulma Secara


Kimiawi – Praktek Lapangan

10 11 Penyusunan Laporan Akhir Praktikum

11 12 Penyusunan Laporan Akhir Praktikum

12 13 Ujian Akhir Praktikum


TATA TERTIB PRAKTIKUM

A. Ketentuan Umum Praktikum


1. Sistem pembelajaran praktikum pada semester genap TA
2021/2022 dilakukan dengan sistem hybrid. akan tetapi
dikarenakan angka penderita Covid-19 yang terus meningkat
pada saat dimulainya praktikum, maka kegiatan praktikum
untuk sementara dilaksanakan secara daring, sambil
menunggu instruksi rektor berikutnya.
2. Kegiatan pembelajaran dilakukan di google classroom dan
google meet maupun platform lain sesuai kebutuhan.
3. Praktikan bergabung di platform yang digunakan tepat waktu,
praktikan diusahakan masuk ke dalam platform 5 menit
sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, bagi yang terlambat
lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti praktikum
pada hari itu.
4. Praktikan mengikuti praktikum sesuai dengan kelas yang
terjadwal di KRS maupun jadwal FP UB.
5. Praktikan diperkenankan pindah kelas praktikum satu kali pada
awal pelaksanaan (Pertemuan 1). Untuk seterusnya tidak
diperkenankan pindah kelas praktikum lagi. Tata cara pindah
kelas praktikum akan diatur pada poin yang lain.
6. Presensi kehadiran harus 100%. Izin praktikum diberikan jika
mahasiswa bersangkutan sakit (ditunjukkan dengan surat
keterangan dokter), dispensasi kegiatan kemahasiswaan
(ditunjukkan dengan surat dispensasi kemahasiswaan FP UB),
dan berita duka (orang tua, saudara kandung, anggota keluarga
meninggal dunia, diperkuat/disusulkan dengan surat
keterangan kematian).
7. Praktikan mengisi presensi melalui google form yang akan
disiapkan pada saat kegiatan praktikum.
8. Terdapat post test/pre test sebelum atau sesudah praktikum,
post test/pre test dilaksanakan tanpa ada pemberitahuan
terlebih dahulu. Peserta diwajibkan menyalakan mikrofon dan
juga kamera selama pelaksanaan post test/pre test.
9. Laporan dan tugas yang diberikan dikumpulkan tepat waktu,
keterlambatan dalam mengumpulkan akan dikenai sanksi
pengurangan nilai.
10. Praktikan diwajibkan menghidupkan kamera pada saat kegiatan
praktikum berlangsung.
11. Praktikan berpakaian rapih dan sopan (memakai kemeja
berkerah/kaos berkerah. Praktikan juga diharapkan bertingkah
laku sopan.
B. Pindah Kelas Praktikum
1. Praktikan yang dengan terpaksa tidak dapat mengikuti
praktikum yang sudah dijadwalkan pada kelas kuliahnya, harus
melapor ke asisten kelas sebelumnya kemudian ke asisten
kelas baru, untuk mendapatkan ijin mengikuti praktikum pada
kelas lain. Dan juga melaporkan perpindahan ke asisten
pencatatan pindah kelas: Gandi Warisman dengan nomor
kontak 085251080465. Setelah melewati alur dan tata cara
diatas, baru praktikan dianggap sah pindah kelas.
2. Praktikan harus melampirkan jadwal kuliah, tutorial maupun
praktikum yang waktunya bertabrakan.
3. Perpindahan kelas praktikum hanya dapat dilakukan satu kali,
pada awal pelaksanaan praktikum.
C. Mahasiswa Dilarang
1. Praktikan dilarang titip absen dalam kegiatan praktikum, dan
bagi yang melakukan diberi sanksi akademik yang ditetapkan
oleh asisten pengampu.
2. Praktikan yang diketahui melakukan plagiarsm dalam
pembuatan tugas dan laporan praktikum maka nilai tugas dan
laporan akan mendapatkan nilai terendah.
3. Apabila praktikan melanggar tata tertib yang ada, maka
praktikan dianggap indispliner.
D. Hal – hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib diatur
kemudian
BAB I

PENDAHULUAN DAN PENGENALAN GULMA

1. Pendahuluan

Gulma merupakan tumbuhan yang hidup tanpa adanya campur


tangan manusia. Tumbuhan liar dan gulma dibedakan berdasarkan
tempat hidup. Tumbuhan liar hidup pada habitat alami sedangkan gulma
hidup pada habitat buatan atau agroekosistem (Sembodo, 2010). Gulma
merupakan tumbuhan yang keberadaanya tidak diharapkan oleh manusia,
karena gulma dapat merugikan manusia secara langsung ataupun tidak
langsung. Secara langsung gulma dapat menyebabkan luka ataupun
gatal-gatal pada manusia karena beberapa gulma memiliki duri dan
beracun sedangkan secara tidak langsung yaitu gulma dapat menurunkan
nilai estetika tanaman hias, pada sektor pertanian gulma dapat
menurunkan hasil produksi tanaman utama karena adanya kompetisi,
menjadi inang hama, dan memiliki senyawa berbahaya yang
menyebabkan allelopat pada tanaman utama (Widaryanto et al., 2021).
Adanya gulma pada lahan agroekosistem dapat menyebabkan
terjadinya kompetisi perebutan unsur hara, air, cahaya matahari dan
ruang tumbuh bagi tanaman utama sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan pertumbuhan dan produksi, hal ini menyebabkan pengendalian
gulma harus dilakukan (Madukwe et al., 2012). Pengelolaan gulma secara
tepat dapat memberikan manfaat positif bagi agroekosistem diantaranya
adalah sebagai tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah adalah
tumbuhan yang dapat melindungi tanah dari ancaman kerusakan erosi,
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta meningkatkan laju
infiltrasi. Pemanfaatan gulma A. gangetica sebagai tanaman penutup
tanah mampu menurunkan erosi dan meningkatkan kandungan hara N, P
dan K dalam tanah (Asbur et al., 2016). Sehingga keberadaan gulma pada
agroekosistem memerlukan pengendalian secara tepat agar tidak
menyebabkan kerugian bagi manusia.
Gulma memiliki tiga klasifikasi yaitu berdasarkan siklus hidup,
berdasarkan morfologi gulma dan berdasarkan habitat. Klasifikasi gulma
berdasarkan siklus hidup dibagi menjadi tiga yaitu annual weed (gulma
semusim), perennial weed (Gulma tahunan) dan biennial weed (gulma 2
musim). Gulma semusim memiliki siklus hidup tidak sampai satu tahun
dan gulma golongan ini dapt berkembang biak dengan cepat karena
menghasilkan biji yang banyak. Gulma dua musim meurpakan gulma yang
dapat tumbuh tidak lebih dari dua tahun sedangkan gulma tahunan yaitu
gulma yang dapat melangsungkan kehidupannya sampai lebih dari dua
tahun (Widaryanto et al., 2021).

a b c

d e
Gambar 1. a. Eleusine indica (gulma semusim), b. Circium vulgare (gulma
2 musim), c. Cyperus rotundus (gulma tahunan), d. Ageratum
conyzoides L. (gulma berdaun lebar), e. Eichhorina crassipes
(gulma air).
Klasifikasi gulma berdasarkan morfologi terbagi menjadi tiga
kelompok yaitu gulma rerumputan (grasses), Gulma golongan tekian
(sedges) dan gulma berdaun lebar (broadleaves). Golongan rerumputan
termasuk dalam famili poaceae atau gramineae sedangkan golongan teki
merupakan famili cyperaceae dan Gulma golongan berdaun lebar yaitu
semua jenis gulma yang tidak termasuk dalam famili poaceae dan
cyperacea. Klasifikasi gulma berdasarkan habitat dibagi menjadi dua
golongan yaitu gulma air (aquatic weeds) dan gulma darat (terrestrial
weeds), gulma air merupakan gulma yang memiliki sifat Sebagian atau
seluruh hidupnya berada di air sedangkan gulma darat adalah gulma yang
seluruh siklus hidupnya berlangsung di daratan (Sembodo, 2010).

2. Tujuan

a. Mahasiswa dapat memahami definisi gulma dan mengenali gulma


dengan tepat.
b. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan jenis-jenis gulma berdasarkan
morfologi.

3. Metode Pelaksanaan

a. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum pengenalan gulma dilakukan secara mandiri oleh
mahasiswa di tempat mahasiswa tersebut berada.
b. Cara Kerja
Mahasiswa mencari 10 spesimen gulma segar yang mewakili
masing-masing kelompok gulma yaitu golongan rumput, teki dan berdaun
lebar serta mewakili kelompok gulma daratan dan gulma perairan. Gulma
yang menjadi specimen harus dalam kondisi lengkap yaitu terdapat
bunga/buah, akar, batang dan daun. Setelah specimen gulma ditemukan
dilakukan dokumentasi dan dilanjutkan dengan mencatat nama lokal
gulma, tempat mengambil gulma, nilai ekonomi yang menguntungkan dan
juga nilai yang merugikan. Data sekunder tersebut bisa dikutip dari
sumber – sumber ilmiah dan terpercaya. Hasil dokumentasi yang sudah
diperoleh dikumpulkan secara online melalui google classroom. Spesimen
gulma dibawa pada praktikum Tatap Muka ke 2.
DAFTAR PUSTAKA

Asbur, Y., S. Yahya, K. Murtilaksono, Sudradjat dan E. S. Sutarta. 2016.


The Roles of Asystasia gangetica (L.) T. Anderson and ridge terrace
in reducing soil erosion and nutrient losses in oil palm plantation in
South Lampung, Indonesia. J. of Tropical Crop Science. 3:53-60.
Madukwe, D. K., H. C. Ogbuehi dan M. O. Onuh. 2012. Effect of weed
control methods on the growth and yield of cowpea (Vigna
unguiculata L. Walp) under rain fed conditions of owerri. Am Euras.
J. Agr. Environ. Sci. 12(11):277-287.
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Widaryanto, E., A. Saitama, dan A. H. Zaini. 2021. Teknologi
Pengendalian Gulma. UB Press. Malang.
BAB II

IDENTIFIKASI GULMA

1. Pendahuluan

Definisi identifikasi adalah kegiatan dalam rangka melihat,


mengamati, dan mencatat sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis atau
merupakan penciri dari individu yang bersangkutan menurut (Biogen,
2000). Proses mengidentifikasi tumbuhan bertujuan untuk mengetahui
identitas dari tanaman yang belum diketahui (Simpson, 2006). Identifikasi
dapat dilakukan dengan dua tahapan yakni mendeskripsikan tanaman dan
menggunakan daftar kemungkinan. Tanaman yang akan diidentifikasi
harus dideskripsikan semua bagian morfologinya. Penggunaan referensi
harus mencakup semua kemungkinan yang akan terjadi dalam proses
identifikasi. Tanaman asli ataupun tanaman naturalisasi dan flora daerah
dapat pula digunakan dalam proses identifikasi tumbuhan yang belum
diketahui. Pada praktikum kali ini yang akan diidentifikasi adalah gulma.
Definisi Gulma menurut Widaryanto et al., (2021) adalah tumbuhan
yang keberadaannya tidak dikehendaki manusia, gulma juga dapat
berkompetisi dengan tanaman budidaya, sehingga mampu menurunkan
kualitas maupun kuantitas tanaman budidaya. Identifikasi gulma dapat
dilakukan dengan tepat apabila mengetahui dan memahami beberapa hal
menurut Widaryanto et al., (2021) yaitu sebagai berikut.
A. Penulisan nama ilmiah dan nama lokal gulma
Penulisan nama gulma umumnya menggunakan penamaan nama
ilmiah (latin) binomial. Gulma merupakan tumbuhan yang terdapat nama
spesies yang umum digunakan di dunia internasional. Namun, pada setiap
negara bahkan daerah umumnya menggunakan nama lokal yang sering
dipakai untuk menyebutkan nama gulma. Setiap negara bahkan daerah
memiliki sebutan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, jika di Indonesia
menyebut nama babadotan, ahli gulma dari negara lain seperti India atau
Afrika tidak mengenali nama tersebut. Tetapi dengan menyebutkan nama
ilmiah yaitu Ageratum conyzoides L., maka kita dapat memastikan mereka
dapat mengetahui atau paling tidak, dapat mencari informasi secara rinci
dengan memakai nama ilmiah tersebut.
Nama ilmiah suatu spesies biasanya terdiri dari dua kata atau kita
kenal dengan penamaan binomial, kata pertama menunjukkan marga dari
spesies tersebut yang selalu dimulai dengan huruf besar, sedang kata
kedua dimulai dengan huruf kecil merupakan petunjuk spesiesnya.
Biasanya di belakang nama tersebut terdapat singkatan nama orang yang
pertama kali membuat determinasi spesies tersebut. Kemudian dua kata
awal terebut digaris bawah atau dicetak miring. Contoh: Panicum repens
L. Huruf L. adalah singkatan dari Linnaeus, seorang pakar terkenal dari
Swiss di bidang tumbuh-tumbuhan.

B. Metode Identifikasi Gulma


Beberapa metode untuk mengidentifikasi gulma dapat dilakukan
dengan satu atau kombinasi cara-cara di bawah ini:
1. Berkonsultasi dengan pakar atau ahli dalam bidang tumbuh
tumbuhan, khususnya ahli dalam bidang gulma.
2. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah
teridentifikasi di herbarium. Balai konservasi di bawah LIPI, seperti
Kebun Raya Bogor dan kebun raya lainnya, merupakan salah satu
tempat yang banyak tersedia herbarium sampel berbagai jenis gulma.
3. Identifikasi melalui buku kunci identifikasi, seperti buku flora dan juga
kunci determinasi. Menggunakan cara ini kita harus banyak
mengetahui istilah biologi yang berkaitan dengan morfologi visual
(morfologi luar) gulma.
4. Membandingkan dengan beberapa katalog gulma yang ada di dunia.
Selain itu, terdapat pada beberapa badan komoditas tertentu yang
telah menginventaris daftar gulma yang ada pada komoditasnya,
seperti IRRI yang telah mengeluarkan daftar gulma di lahan budidaya
padi.
5. Mencari melalui media ilustrasi dan internet pencarian google by
image.

C. Karakteristik Gulma
Karakteristik gulma yang dipakai dalam identifikasi dan penelitian
tentang gulma terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai
dengan kondisi lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tidak
berubah. Organ vegetatif gulma yang dapat diidentifikasi berupa
perakaran, organ batang dan cabang, serta bentuk daun gulma. Selain itu
adapula organ tambahan lainnya seperti selaput bumbung, daun penumpu
yang merupakan ciri khas gulma dari suku Polygonaceae. Pada organ
generatif dapat berupa organ bunga, buah dan bagian biji yang dapat
diidentifikasi.

2. Tujuan

Mahasiswa mampu mengidentifikasi gulma. Identifikasi jenis-jenis


gulma yang tumbuh dalam suatu areal usaha tani akan membantu dalam
menentukan tindakan pengendalian terbaik yang akan dilaksanakan.

3. Metode Pelaksanaan

Alat dan Bahan


1. Alat tulis
2. Pensil warna/crayon
3. Penggaris
4. Kamera
5. Kertas HVS A4
6. 10 spesimen gulma

Pelaksanaan Praktikum
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menggambar spesimen gulma yang telah didapat
3. Mencari data-data yang dibutuhkan oleh jenis gulma yang
didapatkan
4. Hasil pekerjaan difoto/discan

Gambar 1. Contoh hasil pekerjaan menggambar gulma


PENUGASAN:
1. Praktikum ini merupakan tugas mandiri.
2. Praktikan mempersiapkan minimal 10 spesies gulma, yang terdiri dari
golongan rumput, teki, dan daun lebar. Gulma yang dipersiapkan dalam
kondisi segar dan lengkap (setidaknya terdiri dari bunga, buah, batang,
dan daun).
3. Praktikan mendokumentasikan gulma yang didapat dengan kamera
dawai elektronik.
4. Praktikan menggambar spesimen tersebut dengan tulis tangan pada
kertas berukuran kuarto atau A4 sebagai laporan sementara.
5. Gambar tulis tangan spesimen hasil pengerjaan difoto/discan.
6. Kemudian gambar dokumentasi dawai elektronik dan gambar dengan
tangan lalu dijadikan satu file (bisa pdf/word). Lalu diunggah pada
google classroom oleh masing-masing praktikan pada hari pelaksanaan
praktikum.
7. Laporan sementara diperiksa dan diacc oleh asisten praktikum, acc
berupa: “Acc laporan sementara” di kolom komentar GC, dan gambar
tersebut dilampirkan dalam laporan lengkap.
8. Laporan lengkap dibuat dengan cara melengkapi gambar dalam
laporan sementara semisalnya gambar tersebut belum lengkap, atau
sesuai arahan atau revisi dari asisten praktikum.
9. Praktikan melengkapi data-data sebagai berikut:
a. Nama ilmiah,
b. Nama daerah/lokal,
c. Famili,
d. Ciri utama (akar, batang, daun, bunga, biji),
e. Habitat (lingkungan tumbuh): tempat menemukan gulma pada
pertanaman apa, tempat mengambilnya dimana, Gulma daratan atau
gulma air,
f. Nilai ekonomi/nilai menguntungkan dari gulma,
g. Nilai merugikan dari gulma.
Kelengkapan data diatas ditulis tangan. Lalu ketika data sudah
lengkap, maka laporan diupload di GC praktikum paling lambat pada tatap
muka praktikum yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Biogen. 2000. Biogen. Retrieved from http//biogen.litbang.deptan.go.
id/berita. Artikel/Berita 2000. Seminar Hasil 2000. pp.
Simpson, M.G. 2006. Plant Systematics. Amsterdam: Elsevier Academic
Press.
Widaryanto, E., A. Saitama dan A. H. Zaini. 2021. Teknologi Pengendalian
Gulma. Malang. UB Press.
BAB III

ANALISA VEGETASI

1. Pendahuluan
Analisis vegetasi adalah cara untuk menentukan komposisi jenis
vegetasi dari yang paling dominan hingga tidak dominan. Analisis vegetasi
dapat dilakukan pada kondisi vegetasi alami seperti hutan atau dapat pula
digunakan untuk menganalisis vegetasi gulma (Sembodo, 2010). Gulma
dominan dapat diidentifikasi secara ekologis dan aspek biologis melalui
metode analisis vegetasi (Satriawan dan Fuady, 2019). Analisis vegetasi
berdasarkan ilmu gulma biasanya digunakan untuk mengamati tingkat
sebaran gulma, perubahan sebaran gulma akibat perubahan kondisi
lingkungan (ekologi), penentuan tindakan pengendalian, menentukan luas
kuadrat minimum dan menganalisis efektivitas pengendalian (Widaryanto
et al., 2021).
Data hasil analisis vegetasi dibagi menjadi 2 antara lain data
kuantitatif dan data kualitatif, data kuantitatif seperti jumlah, ukuran, bobot,
luas daerah yang ditumbuhi dan data kualitatif seperti penyebaran,
stratifikasi dan periodisitas (Sembodo, 2010). Penentuan petak perlu di
lakukan untuk dapat menganalisis petak sampel yang sesuai. Menurut
Widaryanto et al (2021), terdapat metode umum yang digunakan dapat
digunakan yaitu secara subjektif yaitu dengan cara menentukan bebarapa
petak contoh pada luasan tertentu dan dari hasil petak contoh tersebut
dijadikan sebagai perwakilan dari vegetasi lingkungan yang diamati
selanjutnya yaitu metode sampling acak tidak langsung dimana metode
melakukan pengambilan sampling dari seluruh lokasi dibagi dengan cara
diberi jarak dan luas yang sama dan pemilihan titik petak pengamatan
dapat mengunakan angka teracak dan selanjutnya dalah metode sampling
beraturan atau dapat disebut juga grib kaku serta metode lain yaitu
sampling bertingkat dimana metode ini diperlukan apabila vegetasi terdiri
dari beberapa blok atau tingkatan yang berbeda-beda.
Metode Analisa vegetasi menurut Sembodo (2010), dibagi menjadi
empat :
a. Metode estimasi visual
Metode ini dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan
cara melihat dan menduga parameter gulma yang akan diamati. Cara ini
berguna apabila vegetasi gulma yang diamati cukup merata dan seragam
serta waktu yang tersedia terbatas.
b. Metode Kuadrat
Metode kuadrat merupakan metode petak contoh yang dihitung
dengan satuan kuadrat, besaran atau peubah yang dapat diukur dengan
menggunakan metode ini adalah kerapatan, dominasi, frekuensi, nilai
penting dan SDR (summed dominance ratio).
c. Metode Garis
Metode garis adalah petak contoh yang memanjang atau garis lurus
yang diletakan di atas beberapa komunitas vegetasi berbeda.
d. Metode titik
Metode titik merupakan variasi dari metode kuadrat yang diperkecil
hingga tidak terhingga. Metode ini efektif digunakan untuk analisis
vegetasi gulma dnegan corak vegetasi rendah, rapat dan membentuk
anyaman sehingga tidak jelas batasan gulma yang satu dengan lainnya.

2. Tujuan
a. Mahasiswa dapat melaksanakan metode analisa vegetasi yang
meliputi penentuan petak minimum, pengambilan data menggunakan
petak contoh.
b. Mahasiswa dapat melaksanakan tata cara analisa data untuk
medapatkan nilai dominasi gulma.
3. Metode Pelaksanaan

a. Pelaksanaan praktikum
Pelaksanaan praktikum analisis vegetasi di lahan Percobaan
Jatimulyo Universitas Brawijaya. Dilaksanakan dengan cara simulasi
melalui video pembelajaran dan pelaksanaan luring langsung di lapangan.
b. Alat dan bahan
Alat yang digunakan meriputi frame petak contoh, kamera dan alat
tulis sedangkan bahan yang digunakan adalah spesies gulma yang
ditemukan dalam frame petak contoh untuk diidentifikasi.
c. Cara kerja
1. Menggunakan metode kuadrat. Bentuk kuadrat bermacam-macam
seperti lingkaran, segi tiga, empat persegi panjang, dan bujur
sangkar. Dalam pelaksanaan di lapangan, lebih sering digunakan
bujur sangkar. Pada praktikum ini digunakan kuadran berukuran 0,5
m x 0,5 m.
2. Letakkan kuadran pada 3 tempat yang berbeda (3 ulangan). Lakukan
pengamatan visual untuk menduga penutupan masing-masing
spesies gulma (data dominansi) yang terdapat pada kuadran.
3. Potong gulma yang ada masing-masing kuadran tepat diatas
permukaan tanah, kemudian pilah berdasar spesies yang ada dan
lakukan identifikasi gulma untuk masing-masing spesies.
4. Timbang bobot (basah atau kering) masing-masing spesies yang
ditemukan pada tiap ulangan (data dominansi).
5. Jika diperlukan dapat pula dihitung jumlah populasi masing-masing
spesies gulma tersebut (data kerapatan).
Berdasarkan data 3 ulangan tersebut, lakukan penghitungan dalam
penjelasan berikut ini:
1. Kerapatan Mutlak (KM) = jumlah individu jenis gulma tertentu dalam
petak contoh
2. Kerapatan Nisbi (KN) = kerapatan mutlak jenis gulma tertentu dibagi
total kerapatan mutlak semua jenis gulma
3. Dominansi Mutlak (DM) = % penutupan, bobot basah, bobot kering,
luas basal, atau volume jenis gulma tertentu dalam petak contoh
4. Dominansi Nisbi (DN) = dominansi mutlak jenis gulma tertentu dibagi
total dominansi mutlak semua jenis gulma
5. Frekuensi Mutlak (FM) = jumlah petak contoh yang memuat jenis
gulma tertentu
6. Frekuensi Nisbi (FN) = frekuensi mutlak jenis gulma tertentu dibagi
total frekuensi mutlak semua jenis gulma
7. Nilai Penting (NP) = jumlah nilai semua peubah nisbi yang digunakan
8. SDR = nilai penting dibagi jumlah peubah nisbi

DAFTAR PUSTAKA

Satriawan, H dan Z. Fuady. 2019. Short Communication: Analysis of weed


vegetation in immature and mature oil palm plantations.
Biodiversitas, 20(11):3291-3298.
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Widaryanto, E., A. Saitama dan A. H. Zaini. 2021. Teknologi Pengendalian
Gulma. Malang. UB Press.
BAB IV
ASOSIASI GULMA

1. Pendahuluan

Asosiasi merupakan hubungan ketertarikan untuk tumbuh bersama


antara dua jenis, yang dapat bersifat positif maupun negatif. Asosiasi
dapat terjadi pada vegetasi, satwa, maupun manusia. Suatu asosiasi akan
positif bila suatu jenis tumbuhan hadir bersamaan dengan jenis tumbuhan
lainnya, atau pasangan jenis terjadi lebih sering daripada yang
diharapkan. Asosiasi negatif terjadi bila suatu jenis tumbuhan
kehadirannya tidak bersamaan dengan jenis tumbuhan lainnya, atau
pasangan jenis terjadi kurang daripada yang diharapkan (Kurniawan et al.,
2008).
Secara garis besar asosiasi atau interaksi yang terjadi intraspesies
dan interspesies bisa dikelompokkan ke dalam berbagai bentuk dasar
hubungan menurut Munandar (2021) yaitu sebagai berikut.
a. Netralisme: bentuk hubungan antara makhluk hidup yang tidak saling
menguntungkan dan tidak saling merugikan satu sama lain.
b. Mutualisme: interaksi yang bersifat positif yaitu saling menguntungkan
c. Komensalisme: interaksi yang menguntungkan tumbuhan yang satu
namun tidak merugikan tumbuhan lainnya.
d. Parasitisme: interaksi yang hanya menguntungkan salah satu pihak
saja, sedangkan pihak yang satunya lagi dirugikan.
e. Kompetisi: salah satu mekanisme asosiasi yang dapat menurunkan
hasil produksi tanaman atau dapat juga diartikan interaksi yang pada
kemampuan hidup mereka
f. Amensalisme: interaksi antara dua atau lebih jenis tumbuhan yang
mengakibatkan salah satu pihak dirugikan, sedangkan pihak lainnya
tidak mendapatkan pengaruh yaitu tidak rugi dan tidak untung oleh
adanya asosiasi.
Berdasarkan pengertian diatas apabila dihubungkan dengan materi
gulma maka pengertian dari asosiasi gulma ialah hubungan antar gulma
dengan tanaman dalam suatu areal pertanaman dimana saling
membentuk interaksi positif maupun negatif. Salah satu bentuk asosiasi
yang terjadi berupa kompetisi, dimana kompetisi dapat terjadi apabila
antara gulma dan tanaman tidak memperoleh kebutuhan hara secara
optimal sehingga dapat terjadi persaingan hara.
Gulma dan tanaman yang dibudidayakan oleh manusia sama-sama
merupakan organisme yang memiliki kebutuhan yang sama untuk
pertumbuhan normalnya. Keduanya membutuhkan unsur hara yang sama
yaitu air, cahaya, energi panas (suhu), oksigen, dan karbondioksida. Jika
dua tanaman/tumbuhan atau lebih tumbuh berdekatan, akar kedua
tanaman akan terjalin erat satu sama lain dan tajuk kedua tanaman akan
saling menaungi. Tumbuhan yang memiliki akar yang lebih lebar dan
volume yang lebih besar serta dengan kelimpahan dan tinggi tajuk yang
lebih banyak akan mendominasi tanaman lainnya. Persaingan gulma
melawan tanaman disebabkan oleh gulma yang lebih tinggi, tajuk yang
lebih tebal, dan akar yang lebar, sehingga tanaman tidak dapat bersaing
dengan gulma tersebut. Pertumbuhan gulma tidak diinginkan oleh
manusia karena dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
yang dibudidayakan. Selain itu, keberadaan gulma dapat menimbulkan
masalah dalam proses budidaya. Masalah paling jelas yang disebabkan
oleh gulma adalah penurunan hasil melalui persaingan langsung untuk
cahaya, ruang lingkup, nutrisi, dan air (Andrew et al., 2010).
Secara umum, persaingan gulma untuk tanaman terjadi pada kuartal
pertama hingga ketiga masa tanam, atau biasanya enam minggu setelah
tanam. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan menurunkan
kuantitas hasil panen. Sedangkan gangguan dan persaingan gulma
sebelum panen akan berpengaruh lebih besar terhadap kualitas hasil
panen (Widaryanto et al., 2021).
Asosiasi gulma dapat menimbulkan kerugian-kerugian dalam
budidaya baik kualitas maupun kuantitas, berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya asosiasi gulma menurut Widaryanto et al.
(2021).
1. Kerapatan gulma, semakin rapat gulma, maka persaingan yang terjadi
antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan
tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
2. Macam gulma, karena masing-masing gulma memiliki kemampuan
bersaing yang berbeda, hambatan pertumbuhan tanaman pokok
berbeda sehingga hasilnya juga akan berbeda.
3. Saat kemunculan gulma, persaingan akan terjadi secara hebat,
apabila fase pertumbuhan tanaman pokok masih pada periode kritis
tumbuh dan gulma juga muncul atau tumbuh.
4. Lama keberadaan gulma, semakin lama gulma tumbuh maka semakin
hubat persaingannya, tanaman pokoknya menjadi terhambat sehingga
dapat menurunkan hasil tanaman.
5. Kecepatan tumbuh gulma, semakin cepat tumbuh gulma maka
semakin hebat persaingannya tanaman pokoknya menjadi terhambat
sehingga dapat menurunkan hasil tanaman.
6. Habitat gulma, gulma yang lebih tinggi, lebih lebat dan lebih luas
daunya serta lebih dalam perakarannya maka kemampuan bersaingnya
juga semakin besar.
7. Jalur fotosintesis, gulma yang fotosintesis C lebih efisien maka
persaingannya akan terjadi secara hebat.
8. Allelopati, gulma yang memiliki zat atau senyawa yang dikeluarkan
melalui akarnya akan mengakibatkan persaingan dengan tanaman
pokok.
Persaingan antara gulma dengan tanaman lainnya dapat berupa
persaingan memperebutkan air, hara dan cahaya. Berikut penjelasan
mengenai bentuk persaingan gulma menurut Widaryanto et al., (2021).
1. Persaingan memperebutkan air
Seperti tanaman lainnya, gulma juga membutuhkan asupan unsur
hara dan air untuk melangsungkan pertumbuhannya. Kebutuhan air untuk
gulma hampir 2 kali lebih besar dibandingkan dengan tanaman budidaya.
2. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung
pertumbuhan berbagai tanaman serta tumbuhan yang tumbuh di
permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat diproduksi di lahan
tetap ada meskipun komposisi tanaman berbeda-beda. Oleh karena itu,
jika gulma tidak dibasmi, sebagian bahan organik di lahan tersebut akan
diserap gulma. Artinya pemupukan akan dibutuhkan dalam jumlah besar
karena adanya gulma dapat menyebabkan terjadi kompetisi dengan
tanaman budidaya dan tentunya akan merugikan petani, dimana unsur
nitrogen akan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak karena gulma
mampu memproses lebih cepat dibandingkan tanaman budidaya.
Berdasarkan bobot kering gulma memiliki kandungan nitrogen dua kali
lebih besar dibandingkan dengan tanaman budidaya jagung, unsur kalium
3,5 lebih besar, kalsium 7,5 lebih besar, dan kandungan magnesium tiga
kali lipat. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa gulma lebih
banyak menghabiskan unsur hara dibandingkan tanaman budidaya.
3. Persaingan memperebutkan cahaya
Jika air dan unsur hara mencukupi serta tumbuh berbagai tanaman
dan tumbuhan, maka faktor pembatas berikutnya adalah sinar matahari.
Di bawah sinar matahari yang redup (di musim hujan berbagai tanaman
berebut untuk mendapatkan sinar matahari. Tanaman yang berhasil
bersaing memperebutkan cahaya adalah yang tumbuh terlebih dulu,
karena lebih tua, lebih tinggi, dan lebih tebal pada tajuknya. Tanaman lain
yang lebih pendek, lebih muda, dan kurang bermahkota akan tertutup oleh
tanaman sebelumnya yang menyebabkan pertumbuhannya menjadi
kerdil. Tanaman dengan laju fotosintesis C4 dengan bahan cahaya, suhu,
dan air akan lebih efisien, sehingga mereka dapat bersaing untuk
mendapatkan cahaya dengan lebih kuat dalam kondisi cuaca mendung.
4. Pengeluaran senyawa beracun
Tanaman juga mampu berkompetisi satu sama lain dalam interaksi
biokimia, dimana satu tumbuhan melepaskan senyawa toksik di sekitar
tanaman utama dan dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.
Interaksi biokimia antara gulma dan tanaman dapat menyebabkan
perkecambahan benih tanaman terganggu, sehingga kecambah tumbuh
tidak normal.
Zat beracun yang terdapat pada gulma dikeluarkan dari bagian organ
tumbuhan yang membusuk. Organ tersebut akan mengeluarkan senyawa
fenol, salah satunya gulma yang mengeluarkan senyawa toksik yaitu
alang alang.

2. Tujuan

Mahasiswa mampu memahami hubungan atau asosiasi yang terjadi


pada gulma dengan tanaman pada lahan budidaya.

3. METODE PELAKSANAAN

Tempat Dan Waktu:


Praktikum Asosiasi gulma dilakukan di lahan percobaan Jatimulyo
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Alat dan Bahan
Alat:
1. Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan
2. Kamera : untuk mendokumentasikan gulma yang ditemukan
3. Tali rafia : membuat plot pengamatan (0,5 m x 0,5 m)
4. Ajir : mengikat tali rafia untuk plot pengamatan
Bahan:
1. Lahan pertanian tomat: sebagai area yang diamati, mewakili tanaman
broad leaves.
2. Lahan pertanian tebu: sebagai area yang diamati mewakili tanaman
graminae.
3. Gulma yang ditemukan: sebagai objek yang diamati.
Alur Kerja:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mencatat dan mendokumentasikan hasil pengamatan
3. Mengidentifikasikan jenis gulma yang ditemukan
Contoh hasil pengamatan:
a. Pada lahan budidaya tomat
Gulma yang Klasifikasi Gulma Kerugian
No Nama Gulma
ditemukan Habitat Morfologi (literatur)
Nama lokal :
Bayam Duri
Berdaun
1 Nama bahasa Darat
Lebar
Inggris:Spiny
amaranth
Nama lokal :
Lempuyangan
2 Nama bahasa Darat Rumput
Inggris:
Torpedo grass
Nama lokal :
Jukut lameta
Nama bahasa
3 Darat Rumput
Inggris:
Southern
cutgrass

b. Pada lahan budidaya tebu


Gulma yang Klasifikasi Gulma Kerugian
No Nama Gulma
ditemukan Habitat Morfologi (literatur)
Nama lokal :
Rumput Teki
1 Nama bahasa Darat Rumput
Inggris:
Umbrella sedge
Nama lokal :
Rumput
bermuda
2 Darat Rumput
Nama bahasa
Inggris:
Bermuda grass
Nama lokal :
Jukut pahit
3 Nama bahasa Darat Rumput
Inggris: Nut
grass

TUGAS
1. Satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok.
2. Masing-masing kelompok membagi tugas dan peran. Semua anggota
kelompok diharapkan berperan aktif.
3. Masing-masing kelompok mencari lahan budidaya yang terdapat
gulma. Ada kelompok tanaman mewakili broad leaves dan graminae.
4. Melakukan langkah-langkah praktikum asosiasi gulma yang dijelaskan
diatas.

LAPORAN
1. Laporan dibuat secara kelompok.
2. Laporan diketik dengan format A4, margin kiri 4 cm, atas 3 cm, kanan 3
cm dan bawah 3 cm. Huruf Times New Roman 12, spasi 1,5.
3. Sistematika laporan:
Cover
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
Bab 2. Tinjauan Pustaka
Bab 3. Bahan dan Metode
Bab 4. Hasil dan Pembahasan (Hasil pengamatan kelompok)
Pembahasan meliputi deskripsi lengkap jenis gulma tersebut dan
asosiasi gulma dengan tanaman budidaya
Bab 5. Kesimpulan
Daftar Pustaka
4. Laporan dikumpulkan 1 minggu setelah waktu praktikum di google
classroom. Keterlambatan mengumpulkan laporan maka nilai laporan
akan dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA

Andrew, H. Cobb. and J. P. H. Reade. 2010. Herbicides and Plan


Physiology Second Edition. Crop and Environment Research Centre.
Harpes Adams University Collage. United Kingdom. P. 15-16.
Kurniawan, A., N.K.E, Undaharta dan I.M.R. Pendit. 2008. Asosiasi jenis
pohon dominan di hutan dataran rendah Cagar Alam Tangkoko,
Bitung, Sulawesi Utara. Jurnal Biodiversitas 9(3): 199-203.
Munandar, A. 2021. Asosiasi Tumbuhan Herba Invasif Di Kawasan
Sumber Air Panas Ie Busuk Aceh Besar Sebagai Referensi Mata
Kuliah Ekologi Tumbuhan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry. Darussalam - Banda Aceh.
Widaryanto, E., A. Saitama dan A. H. Zaini. 2021. Teknologi Pengendalian
Gulma. Malang: UB Press.
BAB V

PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI

1. Pendahuluan

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu


dengan pengendalian gulma secara kimiawi, kultur teknis, biologi, dan
manual. Pertama, pengendalian gulma secara kimiawi adalah
pengendalian dengan menggunakan herbisida. Kedua, pengendalian
gulma secara kultur teknis adalah cara dasar yang banyak dilakukan oleh
petani, yaitu dengan cara tanam rapat, penggunaan mulsa, dan
pengaturan pengairan. Ketiga, pengendalian gulma secara biologi adalah
suatu pengendalian dengan memanfaatkan musuh-musuh alami atau
organisme hidup, guna membasmi dan menekan pertumbuhan gulma.
Keempat, pengendalian gulma secara manual adalah pengendalian
dengan menggunakan tangan dan alat-alat sederhana, seperti cangkul,
traktor, maupun garu (Chandrago et al., 2018).
Keberadaan gulma yang banyak tumbuh di lahan menyebabkan
perlunya dilaksanakan kegiatan pengendalian gulma. Jenis pengendalian
gulma yang umumnya dilakukan adalah secara manual dan kimia.
Pengendalian secara manual memerlukan tenaga kerja yang banyak dan
waktu pengerjaan yang lama, sedangkan secara kimia dapat dilakukan
lebih cepat dan efektif. Menurut Hayata et al., (2016) pengendalian gulma
secara kimia lebih efektif menekan pertumbuhan gulma karena daya
tumbuh kembali gulma lebih kecil, sedangkan secara manual walaupun
dapat mencabut gulma secara langsung namun gulma mudah tumbuh
kembali.
Kalibrasi adalah cara mengukur banyaknya larutan semprot yang
dikeluarkan oleh alat semprot (sprayer), sehingga dapat diketahui
seberapa banyak larutan semprot yang disemprotkan pada setiap satuan
lahan. Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan
pestisida, misalnya herbisida (Djojosumarto, 2004).
Gambar 2. Spesifikasi Knapsack Sprayer
Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata karena
cara aplikasi yang tidak benar maka akan terjadi dua hal yang tidak
diinginkan menurut Djojosumarto (2004), yaitu:
a. Gulma tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teraplikasi
herbisida karena dosis yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi.
b. Gulma dan/ tanaman budidaya akan mati di areal yang teraplikasi
herbisida karena dosis lebih tinggi dari dosis rekomendasi.
Untuk menghindari kesalahan tersebut serta untuk menjamin teknik
aplikasi yang akurat, terlebih dahulu harus ditentukan areal penyemprotan
yang aktual dengan memperhatikan jumlah herbisida yang diperlukan
untuk areal perlakuan dan bagaimana larutan herbisida tersebut dapat
diaplikasikan secara seragam pada areal perlakuan. Hal ini melibatkan
pekerjaan kalibrasi dari alat semprot (sprayer) yang akan dipergunakan
dan orang yang akan melakukan aplikasi (applicator).
Tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi menurut
Djojosumarto (2004):
a. Ukuran lubang nozel (angka curah nozzle),
b. Lebar gawang penyemprotan,
c. Kecepatan berjalan (ke depan) aplikator.
Ketiga faktor diatas harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh
suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan melalui
lubang nozel pada setiap waktu yang dikehendaki. Kalibrasi merupakan
hal yang harus dilakukan ketika seorang akan melakukan pengendalian
terhadap OPT dengan menggunakan alat semprot.
Faktor manusia dan alat semprot juga dapat menyebabkan
perubahan volume yang dikeluarkan oleh nozel. Faktor alat semprot yang
menyebabkan perubahan adalah dari nozel yang menyebabkan volume
curah yang keluar berbeda dan perbedaan lebar gawang. Faktor dari
manusia (penyemprot) yang menyebabkan perubahan adalah kecepatan
jalan, karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
kemudian lebar gawang dan tekanan. Dengan melakukan kalibrasi maka
volume air atau larutan aplikasi per hektar akan didapatkan (Djojosumarto,
2004).
Fungsi utama nozzle adalah memecah (atomisasi) larutan semprot
menjadi butiran semprot (droplet). Menurut Djojosumarto (2004) fungsi
lainnya dari nozzle adalah:
a. Menentukan ukuran butiran semprot (droplet size)
b. Mengatur angka curah (flow rate)
c. Mengatur distribusi semprotan, yang dipengaruhi oleh pola
semprotan, sudut semprotan, dan lebar semprotan
Nozzle sprayer pertanian selama ini dikenal dengan tipe, yaitu cone
nozzle (nozzle kerucut), flat fan nozzle (nozzle kipas), even flat nozzle,
nozzle polijet, dan nozzle lubang empat.
Berikut sedikit penjelasan tentang macam-macam nozzle menurut
Djojosumarto (2004).
1. Cone Nozzle (Nozzle Kerucut)
Solid cone nozzle menghasilkan semprotan halus. Pola semprotan
berbentuk bulat (kerucut). Terdiri dari 2 tipe, yaitu zolid/full cone nozzle
dan Hollow cone nozzle. Solid cone nozze pola semprotan bulat penuh
berisi, sedangkan hollow cone nozzle menghasilkan semprotan berbentuk
kerucut bulat kosong. Digunakan terutama untuk aplikasi insektisida dan
fungisida.

Gambar 3. Cone nozzle (nozzle kerucut)


2. Flat Fan Nozzle (Nozzle Kipas Standar)
Flat fan nozzle menghasilkan pola semprotan berbentuk oval (V)
atau bentuk kipas dengan sudut tetap (65– 95°). Untuk mendapatkan
sebaran droplet yang merata diusahakan melakukan penyemprotan
dengan saling tumpang tindih (overlapping). Digunakan terutama untuk
aplikasi herbisida, tetapi bisa juga digunakan untuk fungisida dan
insektisida.

Gambar 4. Flat Fan Nozzle


3. Even Flat Fan Nozzle (Nozzle Kipas Rata)
Even Flat Nozzle memiliki pola semprot berbentuk garis. Butiran
semprot tersebar merata. Pada tekanan rendah digunakan untuk aplikasi
herbisida pada barisan tanam atau antar barisan tanam. Pada tekanan
tinggi, digunakan untuk aplikasi insektisida pada pengendalian vektor.
Ukuran butiran semprot sedang hingga halus.
Gambar 5. Even Flat Fan Nozzle
4. Nozzle Polijet
Pola semprotan pada dasarnya berbentuk garis atau cerutu.
Butiran semprot agak kasar hingga kasar. Tidak atau sangat sedikit
menimbulkan drift dan hanya digunakan untuk aplikasi herbisida.

Gambar 6. Nozzle Polijet

Pemakaian jenis nozel tergantung pada lebar piringan yang diinginkan.


Lebar semprotan (swatch wide) untuk setiap jenis Polijet ICI nozzle:
Warna Nozzle Flowrate Lebar Semprot
(cc/ menit) (meter)
Hijau 1000 0,9
Biru 1500 1,65
Merah 2000 2,476

5. Nozzle Lubang Empat


Nozzle ini menghasilkan pola semprotan berbentuk kerucut. Butiran
semprot halus sampai agak halus (tergantung tekanan). Flow rate tinggi,
karena jumlah lubangnya empat, cenderung boros. Umumnya digunakan
untuk aplikasi insektisida dan fungisida.
Gambar 7. Nozzle Lubang Empat

Metode kalibrasi dapat dilakukan mengunakan dua metode yaitu


metode luas dan metode waktu. Metode luas lebih mudah diterapkan untuk
penyemprotan lahan berskala sempit atau pada tingkat petani yang biasanya
menggunakan alat semprot punggung. Metode ini bertujuan untuk menentukan
volume semprot (jumlah larutan herbisida per satuan luas). Syarat utama yaitu
tekanan dalam tangki dan kecepatan jalan operator harus konstan sedangkan
metode waktu bertujuan untuk menentukan kecepatan jalan operator. Metode ini
dapat dilakukan apabila sudah ditentukan volume semprotnya, sehingga lebih
medah diterapkan apabila penyemprotan herbisida dilakukan dengna
menggunakan boom sprayer atau tractor. Beberapa syarat yang harus dipenuhi
saat kalibrasi alat yaitu (a) Alat dan operatornya yang digunakan pada saat
melakukan kalibrasi dan aplikasi harus sama (b) Tekanan dalam tangki dan
kecepatan jalan operator harus konstan (c) Kalibrasi dilakukan pada lahan yang
akan disemprot dan (d) Perlu dilakukan pengulangan kalibrasi agar bias data
lebih diperkecil. Sedangkan hal lain yang perlu diperhatikan adalah kapan
kalibrasi harus dilakukan adalah (1) Saat sprayer baru pertama kali digunakan (2)
Apabila terdapat perubahan atau pergantian alat, bagian alat dan operator (3)
Sprayer yang biasa dipakai sudah lama tidak digunakan dan (4) Apabila terdapat
perubahan peubah aplikasi, misalnya kecepatan jalan operator, volume semprot
atau tekanan dalam tangki (Sembodo, 2010).

2. Tujuan

Mahasiswa dapat melakukan kalibrasi sprayer.


3. Metode Pelaksanaan

a. Pelaksanaan praktikum
Pelaksanaan Praktikum kalibrasi di lahan Percobaan Jatimulyo
Universitas Brawijaya. Diaksanakan dengan cara simulasi melalui video
pembelajaran.
b. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu sprayer dan air
c. Cara Kerja
Pelaksanaan Metode Luas :
1. Mempersiapkan alat semprot. Nozzle yang digunakan akan
menentukan volume semprot yang diperlukan. Nozzle dengan
bidang semprot berbentuk kipas keluaran ICI beragam lebar bidang
semprotnya. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh warna nozzle-
nya, yaitu warna merah (2 m), biru (1.5 m), hijau (1 m), dan kuning
(0.5 m) bila ketinggian nozzle dari bidang sasaran (gulma untuk
herbisida pascatumbuh atau tanah untuk pratumbuh) sejauh 45 cm.
2. Menentukan luas petak contoh pada areal yang akan disemprot,
misalnya 40 m² / 4 m x 10 m. Apabila nozzle yang digunakan
berwarna merah, maka operator harus berjalan sebanyak 2 x 10 m.
3. Tangki sprayer diisi dengan air, misalnya: 3 liter dan dipompa: 20
kali, kemudian disemprotan secara merata pada petak contoh.
Setelah itu, sisa air dalam tangki diukur: 1 liter.
Dari data tersebut dapat dihitung volume semprot tiap hektar lahan:
Luas petak contoh adalah 40 m²
Larutan yang digunakan = (3-1) L = 2 L.
Volume semprot = (10.000 m² : 40 m² ) x 2 L = 500 L/ha.
4. Dengan demikian tujuan metode luas untuk mencari volume
semprotan telah tercapai.
5. Ulangi langkah 1 hingga 3 sampai 3 kali, lalu hitung nilai rata-
ratanya.
6. Lakukan pekerjaan serupa dengan dua nozzle yang berbeda.
Pelaksanaan metode waktu :
1. Misal volume semprot yang ditentukan: 500 L/ha.
2. Tangki sprayer diisi dengan air secukupnya kemudian ditentukan debit
nozzle dengan cara menyemprotkan air selama waktu tertentu,
misalnya 1 menit. Air yang keluar dari nozzle ditampung dalam ember
dan diukur jumlahnya, misal 2,5 L.
3. Apabila sprayer yang digunakan adalah sprayer punggung dengan
lebar bidang semprot 2 m, maka kecepatan jalan operator dapat
dihitung:
Debit nozzle = 2,5 L/menit.
Larutan sebanyak 500 L/ha akan dihabiskan dalam waktu (500 L: 2,5
L) x 1 menit = 200 menit.
Apabila lahan 1 ha berukuran 100 m x 100 m, maka operator akan
bergerak sejauh (100 m : 2 m) x 100 m = 5000 m.
Kecepatan jalan operator = 5000 m/200 menit atau 50 m/2 menit atau
1500 m/jam atau 1,5 km/jam.
4. Ulangi langkah 1 hingga 3 sampai 3 kali, lalu hitung nilai rata-ratanya
5. Lakukan pekerjaan serupa dengan dua nozzle yang berbeda.

LAPORAN
1. Mahasiswa diminta membuat laporan sesuai format laporan yang
telah ditentukan,
2. Praktikum dilaksanakan secara simulasi,
3. Data hasil pengamatan disediakan oleh asisten praktikum,
4. Laporan harus menyertakan data hasil pengamatan ditambah dengan
analisis dan pembahasan kritis mahasiswa terhadap data yang
diperoleh,
5. Laporan dikumpulkan 1 minggu setelah materi praktikum yang
diberikan (lihat jadwal).
DAFTAR PUSTAKA

Chandrago, D., A.T. Soejono dan H. G. Mawandha. 2018. Uji Efektivitas


dan Efisiensi Penggunaan Beberapa Tipe Nozzle pada Lahan Datar
dan Bergelombang. Jurnal Agromast 3(1): 1-9.
Djojosumarto, P. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius:
Yogyakarta.
Hayata, Araz, M., Tari, R. 2016. Uji Efektivitas Pengendalian Gulma
Secara Kimiawi dan Manual pada Lahan Replanting Karet (Hevea
brasiliensis Muell. Arg.) di Dusun Suka Damai Desa Pondok Meja
Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Media Pertanian. 1(1): 36- 44.
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai