Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

LEMBAGA-LEMBAGA PENGEMBANG (INDUK) LKMS, PINBUK,


BMT CENTER, INKOPSYAH DAN LAIN-LAIN
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keuangan Mikro
Syariah
Dosen pengampu: Nurse Fatimah MZ, S.E.Sy, M.E.

OLEH:

Agustina Herawati (1209.19.08837)


Ayu Mulandari (1209.19.08839)
Nur Hamisah (1209.19.088)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ESy)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.


792 Tahun 1990 tebtabg “Lembaga Keuangan”, Lembaga Keuangan
adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan
penghimpunan, dan penyaluran dana kepada masyrakat, terutama guna
membiayai investasi perusahaan.1

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah sebuah lembaga keuangan


yang khusus didirikan untuk member jasa pengembangan usaha dan
pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman ataupun pembiayaan
dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan
simpanan, dan pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak
semata-mata mencari keuntungan. Sedabgkan Lembaga Keuangan Mikro
Syariah merupakan Lembaga Keuangan Islam yang berkembang ditengah
carut marutnya perekonomian kapitalis yang diterapkan di negeri ini.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang pengertian LKMS?


2. Apa yang pengertian PINBUK?
3. Apa yang pengertian BMT CENTER?
4. Apa yang pengertian INKOPSYAH?

C. Tujuan

1
Latumaerisca, Julius R. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Jakarta: Salemba Empat.
2011. Hal.39

Keuangan Mikro Syariah| 1


1. Mengetahui pengertian LKMS.
2. Mengetahui pengertian PINBUK.
3. Mengetahui pengertian BMT CENTER.
4. Mengetahui pengertian INKOPSYAH.

Keuangan Mikro Syariah| 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)


Teori-teori tentang keuangan mikro dapat dilihat antara lain di beberapa
literatur yang ditulis oleh Ledgerwood (1999) tentang Microfinance
Handbook; Robinson (2001) tentang The Microfinance Revolution:
Sustainable Finance for the Poor; Zeller dan Meyer (2002) tentang The
Triangle of Microfinance: Financial Sustainability, Outreach and Impact; dan
Armendariz dan Morduch (2005) tentang The Economics of Microfinance;
serta pada beberapa paper seperti Brau dan Woller (2004) tentang
Microfinance: A Comprehensive Review of the Existing Literature.2
Keuangan mikro dapat didefinisikan sebagai penyediaan produk dan/atau
jasa keuangan (kredit mikro, tabungan mikro, transfer mikro, asuransi mikro)
secara berkelanjutan kepada orang miskin, masyarakat yang terpinggirkan,
dan/atau masyarakat berpendapatan rendah dimana status ekonominya yang
rendah menyebabkan mereka tidak dapat masuk ke sistem keuangan formal.
Perbedaan utama antara keuangan mikro dan sistem keuangan arus utama
adalah pendekatan alternatifnya terhadap agunan yang berasal dari konsep
tanggung jawab bersama (tanggung renteng), karena masyarakat miskin tidak
memiliki aset yang diperlukan untuk agunan, serta pendekatan personal
dengan sistem jemput bola atau langsung menjumpai nasabah.
Untuk mengenal lebih jauh tentang KM atau microfinance, berikut
dijelaskan beberapa definisi atau batasan tentang LKM.3
1. Dalam Ledgerwood (et.all) (1999)13, Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
atau lebih populer disebut microfinance didefinisikan sebagai penyedia
jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta berfungsi sebagai alat
pembangunan bagi masyarakat perdesaan. Menurut definisi yang dipakai

2
Devisi Keuangan Mikro Syariah. “Strategi Pengembangan Keuangan Mikro Syariah Di
Indonesia”. KNKS. 2019. Hal. 23
3
Dr. Euis Amalia, M. Ag. Keuangan Mikro Syariah. Bekasi: 2016. Gramata Publishing. Hal. 14

Keuangan Mikro Syariah| 3


dalam Microcredit Summit (1997) yang dilanjutkan dengan Microcredit
Summit di New York (2002), kredit mikro adalah program pemberian
kredit berjumlah kecil ke warga paling miskin untuk membiayai proyek
atau kegiatan usaha yang mereka kerjakan sendiri agar menghasilkan
pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan
keluarganya, “programmes extend small loans to very poor for self
employment project that generate income, allowing them to care for
themselves and their families.”
2. Selanjutnya menurut Tohari (2003),15 LKM adalah lembaga yang
memberikan jasa keuangan bagi pengusaha mikro dan masyarakat
berpenghasilan rendah, baik formal, semi formal dan informal. Atau
dengan kata lain bahwa, LKM merupakan lembaga yang melakukan
kegiatan penyediaan jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta
masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak terlayani oleh lembaga
keuangan formal dan telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis.
3. Dalam UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, LKM
adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa
pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui
pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan
masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.
4. Menurut Asian Development Bank (ADB), LKM (microfinance) adalah
lembaga penyedia jasa penyimpanan (deposits), kredit (loans),
pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta money
transfers yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil
(insurance to poor and low income households and their microenterprises).
Sedangkan bentuk LKM dapat berupa:
a. lembaga formal, seperti : bank desa dan koperasi;
b. lembaga semiformal, misalnya organisasi non pemerintah;
c. sumber-sumber informal misalnya pelepas uang;

Keuangan Mikro Syariah| 4


Bank Indonesia mendefinisikan kredit mikro sebagai kredit yang
diberikan kepada para pelaku usaha produktif, baik perorangan maupun
kelompok yang mempunyai hasil penjualan paling banyak 100 juta rupiah
per tahun. LKM dibagi menjadi dua kategori yaitu LKM yang berwujud
bank serta non bank. LKM yang berwujud bank adalah Bank Rakyat
Indonesia (BRI) Unit Desa, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Badan
Kredit Desa (BKD). Sedangkan yang bersifat non bank adalah Koperasi
Simpan Pinjam (KSP), Unit Simpan Pinjam (USP), Lembaga Dana Kredit
Perdesaan (LDKP), Baitul Mâl wa at-Tamwîl (BMT), Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) dan Credit Union (CU). Meskipun BRI Unit Desa dan
BPR dikategorikan sebagai LKM, namun akibat persyaratan peminjaman
menggunakan standar bank, pengusaha mikro kebanyakan masih kesulitan
mengaksesnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa jasa keuangan
mikro memiliki lingkup kegiatan yang luas, seperti simpanan, pinjaman,
dan jasa pembayaran, yang biasanya dikelola secara sederhana. Sebagai
lembaga pinjaman, LKM berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan
berbagai jasa pinjaman, baik untuk kegiatan produktif yang dilakukan oleh
berbagai kegiatan usaha mikro, maupun untuk kegiatan konsumtif
keluarga masyarakat miskin. Pada umumnya jasa pinjaman tersebut dalam
bentuk layanan pembiayaan (kredit) atau bentuk pembiayaan lainnya.
Sebagai lembaga simpanan, LKM dapat menghimpun dana masyarakat.
Pada banyak LKM, kegiatan penghimpunan dana (saving) dijadikan
prasyarat bagi adanya kredit walaupun pada akhirnya seringkali jumlah
kredit yang diberikan lebih besar dari dana yang disimpan.
Selain itu LKM juga dapat mengembangkan fungsi lainnya yakni
sebagai lembaga intermediasi dalam aktivitas suatu perekonomian. Jika
fungsi ini berjalan baik maka, lembaga keuangan dapat menghasilkan nilai
tambah. Aktivitas ekonomi yang dimaksudkan di sini tidak bisa dibedakan
antara usaha yang dilaksanakan tersebut besar atau kecil, karena yang
membedakan hanya besarnya nilai tambah berdasarkan skala usaha.16

Keuangan Mikro Syariah| 5


Hal ini berarti bahwa usaha kecil pun jika memanfaatkan lembaga
keuangan juga akan memberikan kenaikan nilai tambah, sehingga upaya
meningkatkan pendapatan masyarakat salah satunya dapat dilakukan
dengan cara yang produktif dengan memanfaatkan jasa intermediasi
lembaga keuangan, termasuk usaha produktif yang dilakukan oleh
masyarakat miskin.4
Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan lembaga keuangan untuk
masyarakat mikro kecil yang menerapkan sistem kerja berdasarkan
pembagian keuntungan bersama, tidak menerapkan sistem bunga dan
melarang adanya praktek riba, serta menjalankan kegiatan usaha sesuai
dengan syariat Islam. Secara umum pola pembiayaan LKMS yang dapat
dipergunakan dalam skema pemberdayaan masyarakat dapat dibagi ke dalam
dua kelompok, yaitu pembiayaan komersial (tijari) dan pembiayaan berbasis
dana ssosial (tabarru’).
LKMS merupakan lembaga keuangan mikro yang didirikan dan dibangun
berdasarkan etos kerja gotong royong dan semangat dari, oleh, dan untuk para
anggotanya. Oleh karenanya, para pengelola LKMS menerapkan pola kerja
kekeluargaan dan memiliki intensitas yang cukup tinggi untuk mengenal para
anggota yang menjadi nasabah penabung maupun nasabah pengguna
pembiayaan secara lebih baik. Jumlah anggota yang terbatas karena ruang
lingkup LKMS yang menyasar wilayah kerja yang terbatas menjadi salah satu
kelebihan bagi pengurus LKMS untuk memperlakukan pada anggotanya
secara lebih dekat dan lebih memiliki konsep yang lebih baik dalam
Mengenal para Nasabahnya. 5
Pembiayaan yang disalurkan oleh LKMS bisa saja merupakan dana
kelolaan LKMS maupun dana hasil kerjasama dengan pihak lain seperti
perbankan syariah dalam mekanisme channeling maupun excuting dana.

4
Neni Sri Imaniyati. “Aspek-aspek Hukum BMT”. PT Citra Aditya Bakti. 2010. Hal. 22
5
Andi Soemitra. “Peran Pmberdayaan Masyarakat oleh Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Dalam Perspektif Sustainable Development Goals”. FEBI UIN-SU Press. 2018. Hal. 68

Keuangan Mikro Syariah| 6


B. PINBUK
1. Pengertian, Sejarah dan Latar Belakang
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Center for Micro Enterprise
Incubation) atau lebih dikenal dengan singkatan PINBUK merupakan
badan pekerja yang dibentuk olehY ayasan Inkubasi Bisnis Usaha Kecil
(YINBUK). PINBUK didirikan pada tanggal 13 Maret 1995 di Jakarta
oleh Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Prof.
DR. B.J. Habibie, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) alm.
K.H. Hasan Basri dan Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Zainul Bahar Noor, SE. PINBUK didirikan karena adanya tuntutan yang
cukup kuat dari masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam
struktur ekonomi masyarakat yang dikuasai oleh beberapa golongan
tertentu, utamanya dari ekonomi konglomerasi kepada ekonomi yang
berbasis masyarakat banyak.
Sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), selain berkonsen-trasi
terhadap BMT, PINBUK juga bergerak di bidang lainnya selama relevan
dengan visi dan misinya. Berkaitan dengan BMT, PINBUK melakukan
pengadaan BMT dari mulai pembuatan konsep BMT, pendampingan
(technical assistance) seperti pelatihan pengurus BMT dan konsultasi,
pengadaan software operation untuk mempermudah pengoperasian BMT,
pemberian sertifikat BMT9 dan lain-lain sedemikian rupa sehingga BMT
dapat beroperasi dan berkembang dengan baik. Di luar BMT, PINBUK
melakukan link keys program, seperti pembentukan “anak perusahaan”:
PT PMAK (Pinbuk Multi Arta Kelola), PT USSI PINBUK PRIMA
SOFTWARE, PT PMM (Pinbuk Massa Makmoor), LDP (lembaga Diklat
Pinbuk), PT PINBUK GLOBAL NET GROUP, dan lain-lain ada sekitar
20 link keys program.
PINBUK juga mengadakan kemitraan dengan lembaga lainnya seperti
Departemen Sosial (sekarang Kementerian Sosial), Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dalam kegiatan penyuluhan, Kementerian
Koperasi dan UKM dalam kegiatan pelatihan koperasi, Kementerian

Keuangan Mikro Syariah| 7


Pertanian dalam kegiatan penyuluhan bibit unggul, holtikultura, dan
kelompok usaha bersama. PINBUK juga menjalin kerjasama dengan
beberapa Pemerintahan Daerah, seperti mendirikan 54 BMT di Padang
hasil kerja sama BRI, Pemerintah Kota, PINBUK, dan LAZNAS.
Kerjasama PINBUK dengan BRI Syariah dan Bank Tabungan Negara
(BTN) Syariah berupa pembiayaan, bersama dengan Bank Muamalat
Indonesia mendirikan 500 BMT Syar’i, dengan Asuransi Bringin Syariah,
dengan bank konvensional, dan menjalin kemitraan dengan IDB untuk
membuat Puskesmas berbasis BMT dan juga untuk meng”ekspor” BMT
ke negara-negara lain seperti Palestina dan India. Dalam upaya
menjangkau “wilayah konvensional” orangorang PINBUK mendirikan
Bandung Consulting Group (BCG).
Hingga awal tahun 2014, BMT yang didirikan PINBUK telah
mencapai 3.868 BMT dengan jumlah anggota dan calon anggota telah
mencapai angka sepuluh juta orang dan asset BMT seluruhnya mencapai 4
triliun rupiah. Target yang dicanangkan PINBUK pada tahun 2015 adalah
berkembangnya sepuluh ribu lembaga keuangan mikro BMT. Beberapa
contoh BMT binaan PINBUK yang patut dibanggakan antara lain adalah
BMT di Sidogiri yang saat ini assetnya mencapai lebih dari 150 miliar
rupiah.
Yang patut dibanggakan adalah ternyata konsep syariah yang menjadi
ruh BMT ini berlaku universal, artinya tidak hanya berlaku bagi orang-
orang muslim saja. Sebagai contoh, di Minahasa ada BMT yang didirikan
dari, oleh dan untuk kaum nasrani. Namun BMT ini tidak dinamakan
BMT, tetapi dinamakan LKM Kasih, yang ketua dewan pengawasnya
adalah seorang muslim. BMT ini juga merupakan binaan PINBUK.

2. Visi dan Misi PINBUK


Visi:
Menjadi lembaga yang profesional, terpercaya, dan terkemuka di
Indonesia dalam penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan

Keuangan Mikro Syariah| 8


Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan
kelompok-kelompok usaha mikro yang mandiri, berkelanjutan dan
mengakar di masyarakat.
Misi:
a. Membangun keswadayaan masyarakat dan pengorganisasian
kelembagaan LKM dan kelompok-kelompok usaha mikro yang
mandiri, berkelanjutan dan mengakar di masyarakat;
b. Menciptakan akses yang lebih mudah sehingga masyarakat miskin dan
usaha mikro mampu menjangkau peluang, informasi dan sumber daya
untuk pengembangan usaha;
c. Mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi
masyarakat miskin dan usaha mikro serta lembaga-lembaga
pendukung pengembangannya;
d. Mendorong terwujudnya kebijakan publik yang mendukung pada
peningkatan akses masyarakat miskin dan usaha mikro kepada
sumberdaya ekonomi melalui pengembangan LKM;
e. Mengembangkan lembaga-lembaga pendukung/infrastruktur dalam
pengembang an kualitas dan kuantitas LKM serta layanan
pengembangan usaha mikro;
f. Mengembangkan pemberdayaan sosial masyarakat yang terpa-du
dalam aspek usaha ekonomi produktif (UEP) dan usaha kesejahteraan
sosial (UKS) pada berbagai kelompok masyarakat.

3. Tujuan Pendirian PINBUK Tujuan PINBUK berdasarkan pendirian adalah


sebagai berikut:
a. Mendukung tujuan nasional dalam pembangunan sumber daya rakyat
banyak sesuai dengan cita-cita sumpah pemuda, proklamasi
kemerdekaan, dan Garisgaris Besar Haluan Negara (GBHN);
b. Menumbuhkembangkan sumber daya manusia dan sumber daya
ekonomi rakyat kecil, pengusaha kecil bawah, pengusaha kecil,

Keuangan Mikro Syariah| 9


pengusaha menengah, serta lembaga-lembaga pendukung
pengembangannya;
c. Terwujudnya penguasaan dan pengelolaan sumber daya yang adil,
merata dan berkelanjutan dalam suasana damai, maju pesat dan
dinamis;
d. Meletakkan landasan-landasan yang cukup kuat bagi pertumbuhan
pembangunan nasional yang berkelanjutan.

4. Strategi Pencapaian Tujuan Ada enam prinsip pendekatan PINBUK dalam


mencapai tujuan, yaitu:
a. Fungsionalisasi, yaitu peranan PINBUK sebagai pendorong (driving
force) atau dinamisator untuk memfungsikan dan memanfaatkan
potensi lembaga masyarakat yang telah ada (termasuk lembaga
pemerintah).
b. Institusionalisasi, yaitu memperkuat lembaga-lembaga masyarakat
bagi rakyat banyak, khususnya lembaga ekonomi keuangan yang
berprinsip syariah di lapisan grass root.
c. Integrasi, yaitu peran PINBUK sebagai katalisator atau “penjembatan”
untuk memperkuat dan memadukan mekanisme sesuai kesamaan
tujuan dan target dari berbagai potensi masyarakat.
d. Ukhuwah Muamalah, yaitu landasan gerakan dari bawah sehingga
berakar kuat atas dasar solidaritas masyarakat setempat.
e. Pengembangan SDM, yaitu landasan gerakan yang diarahkan melalui
peningkatan kualitas SDM pada setiap kebijakan dan kegiatan.
f. Barisan Semut, yaitu walaupun gerakan dimulai dari sesuatu yang
“kecil” tetapi dengan komitmen kegotong-royongan yang sangat
efektif, penuh pengertian, secara istiqomah akan mampu membuat
“karya besar” untuk masyarakat sebagai implementasi ibadah kepada
Allah SWT.

5. Fungsi Didirikannya PINBUK Didirikannya PINBUK berfungsi untuk:

Keuangan Mikro Syariah| 10


a. Mensupervisi dan membina teknis, administrasi, pembukuan, dan
finansial BMT-BMT yang terbentuk;
b. Mengembangkan sumber daya manusia dengan melakukan inkubasi
bisnis pengusaha baru dan penyuburan usaha yang ada; c.
c. Mengembangkan teknologi maju untuk para nasabah BMT sehingga
meningkat nilai tambahnya;
d. Memberikan penyuluhan dan latihan;
e. Melakukan promosi, pemasaran hasil dan mengembangkan jaringan
perdagangan usaha kecil;
f. Memfasilitasi alat-alat yang tak mampu dimiliki oleh pengusaha kecil
secara perorangan, seperti fax alat-alat promosi dan alat-alat
pendukung lainnya.

C. BMT CENTER
BMT Center dibentuk sebagai wadah bagi BMT-BMT dalam upaya
pengembangan dan pembinaan BMT di seluruh Indonesia. Hingga saat
ini, terdapat lebih dari 5000 BMT yang beroperasi di seluruh Indonesia
yang jika dihimpun total asetnya diperkirakan sudah mencapai lebih dari 5
triliun rupiah dan pengusaha mikro dan kecil yang telah mendapatkan
pembiayaan sudah sekitar 4 juta unit usaha.
Menurut Suharto (2011), CEO Permodalan BMT, Pertumbuhan BMT
yang tinggi setidaknya dipengaruhi oleh empat faktor: pertama, kesadaran
syariah masyarakat yang makin meningkat; kedua, kepercayaan
masyarakat yang makin tinggi, serta pemberitaan media yang semakin
luas; ketiga, lembagalembaga yang membuat regulasi bagi BMT
melakukan pengawasan, training yang semakin tertata; keempat,
kepercayaan lembaga perbankan dan pemerintah untuk melakukan
linkage program.
Namun demikian, masifnya perkembangan BMT selama ini lebih
banyak didorong oleh gerakan masyarakat yang memiliki kesadaran untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan lingkungannya khususnya oleh aktivis-

Keuangan Mikro Syariah| 11


aktivis muslim di Indonesia. Ironisnya, hasil riset Dr. Sakai dan Prof.
Kacung Marijan menunjukkan bahwa gerakan BMT yang telah
berkembang sampai saat ini tanpa mendapat banyak dukungan,
pengawasan atau pengaturan sistem dari Pemerintah Indonesia. Kenyataan
ini menjadikan peran BMT Center sebagai lembaga yang mengayomi dan
mendayagunakan BMT di Indonesia menjadi sangat penting. Selain itu
BMT Center pun bisa berperan sebagai lembaga yang menyediakan akses
pendanaan baik dari pemerintah atau perusahaan-perusahaan.
1. Sekilas BMT Center BMT Center berdiri dengan akta Nomor 17 pada
tanggal 14 Juni 2005 di hadapan notaris Aliya S. Azhar SH, MH,
MKn dengan 13 dewan pendiri dari berbagai BMT di Indonesia.
Pendirian BMT Center didasari pada visi yakni menjadi pusat
pendorong tercapainya BMT yang kokoh dan kuat.
Adapun misi BMT Center adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan capacity building BMT anggota dan calon anggota
melalui jasa pendampingan teknis, manajemen dan pelatihan yang
berkesinambungan dan terarah.
b. Melakukan intermediasi dan advokasi antara BMT anggota maupun
calon anggota dengan para pihak atau lembaga yang terkait sehingga
terwujud aliansi strategis dalam gerakan pemberdayaan ekonomi
umat.
c. Berperan serta dalam gerakan dakwah bil hal tentang pemberdayaan
ekonomi umat yang berbasis ekonomi syariah melalui BMT.
d. Meningkatkan jaringan kerjasama antar anggota.

2. Fungsi BMT Center BMT Center memiliki beberapa fungsi vital,


yaitu sebagai:
a. Koordinator untuk meningkatkan koordinasi lembaga regulator (BI
atau Departemen) misalnya dalam hal rating, standar profesi, etika
bisnis BMT, dan lain-lain (Self Regulatory Organization/SRO).

Keuangan Mikro Syariah| 12


b. Lembaga yang dapat membentuk, menyehatkan dan meningkatkan
BMT maupun debiturnya melalui pendampingan teknis, training, dan
jasa manajemen lainnya (Capacity Building).
c. Lembaga advokasi dan konsultasi bagi BMT, anggota dan masyarakat.
d. Lembaga penyeleksi BMT yang layak dan berpotensi layak (Rating
Agency) dan supervisi BMT (Monitoring Agency).
e. Lembaga penyedia informasi yang diperlukan oleh anggotanya,
seperti informasi debitur, peluang usaha, kondisi makro ekonomi,
keuangan dan perbankan khususnya di segmen keuangan mikro
(LKM/S Centre atau Pusat Operasi).
f. Lembaga wholesaler bagi BMT anggota, termasuk memperluas akses
BMT ke sumber-sumber keuangan yang volumenya lebih besar.
g. Lembaga pembentuk jembatan antara BMT dan lembaga keuangan
lain, termasuk fungsi (Konsultan Keuangan Mitra Bank/KKMB) atau
Linkage Program.

D. INKOPSYAH
Baitul Maal wat-Tamwiil saat ini berperanan penting bagi masyarakat,
khususnya masyarakat menengah ke bawah karena fungsinya yang khas,
yakni bersedia untuk melayani kebutuhan pendanaan dan pembiayaan kepada
kelompok masyarakat menengah ke bawah yang pada umumnya memiliki
kesulitan untuk mendapat-kan pelayanan pembiayaan dari perbankan karena
keterbatasan mereka dalam memenuhi berbagai persyaratan dari bank. Dan
faktanya, saat ini BMT dapat memenuhi harapan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan “perbankan” yang tidak dapat dilayani oleh bank
umum.
Keberadaan BMT di tengah masyarakat dimulai sekitar tahun 90-an dan
semakin cepat tersebar ke seluruh Indonesia setelah mendapatkan dukungan
pemerintah yakni dengan dicanangkannya gerakan BMT oleh Presiden

Keuangan Mikro Syariah| 13


Soeharto pada tahun 1995. Hingga saat ini animo masyarakat untuk
mendirikan BMT sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah semakin besar.
Dalam catatan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebagai
lembaga yang banyak membidani kelahiran BMT, pertumbuhan BMT dari
segi kuantitas meningkat pesat. Sampai dengan tahun 1998 jumlah BMT yang
beroperasi di seluruh Indonesia telah mencapai 3000 unit. Namun sayangnya
potensi yang besar ini saat itu tidak diiringi oleh akses pendanaan yang
memadai sehingga pertumbuhan BMT dari segi kualitas (kapasitas usaha)
belum sehebat pertumbuhan kuantitasnya atau masih jauh dari harapan.
Kepercayaan lembaga dana (kreditur) kepada BMT yang diharapkan
dapat mendorong pertumbuhan usaha BMT saat itu masih sangat rendah
disamping belum adanya suatu wadah yang dapat menjadi mediator sekaligus
penjamin bagi kegiatan usaha BMT. Situasi inilah yang menggerakan
PINBUK untuk menginisiasi pendirian Induk Koperasi Syariah BMT
(Inkopsyah BMT).
Inkopsyah BMT merupakan gerakan koperasi sekunder yang didirikan
oleh primer koperasi yang kegiatan usahanya berdasarkan pola syariah;
didirikan pada tanggal 7 Juli 1998 dengan pengesahan dari Menteri Koperasi
dan UKM sebagai koperasi sekunder tingkat nasional, dengan maksud untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan
syariah Islam.
Inkopsyah BMT pertama kali beranggotakan 24 BMT dari sembilan
propinsi di Indonesia dan beroperasi dengan modal awal sebesar 12 juta
rupiah berasal dari setoran simpanan pokok 6 BMT (anggota pendiri). Posisi
modal yang sangat minim ini tentu saja menjadi kendala Inkopsyah BMT
dalam memberikan manfaat kepada anggota secara maksimal.
Menjelang dilaksanakannya Rapat Anggota Tahunan (RAT) pertama
pada tahun 2001, Inkopsyah BMT berhasil menjaring keanggotaan baru
sebanyak 112 BMT dan dengan demikian terjadi penambahan modal

Keuangan Mikro Syariah| 14


(simpanan pokok) yang cukup signifikan yaitu menjadi sebesar 320 juta
rupiah.
Misi Inkopsyah BMT pada tahun 2002 menjadi lebih nyata lagi
terealisasi setelah berhasil menggandeng PT PNM (Persero) dengan
masuknya penyertaan modal PNM di unit simpan pinjam Inkopsyah BMT
sebesar 2 miliar rupiah dan pembiayaan modal kerja sebesar 5 miliar rupiah.
Dengan adanya kerjasama Inkopsyah-PNM ini maka unit simpan pinjam
Inkopsyah diberi nama PNM BMT.

1. Visi dan Misi Inkopsyah


Visi:
a. Menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat, khususnya
masyarakat lapisan menengah dan bawah.
b. Sebagai pelaksana sistem ekonomi syariah.
c. Penghubung antara pemilik dana dengan anggota.
d. Sebagai mudharib yang secara berkesinambungan meningkatkan nilai
tambah bagi para anggotanya.
Misi:
a. Memperluas dan memperbesar pangsa pasar usaha anggota dan
masyarakat lapisan bawah.
b. Meningkatkan efisiensi usaha kecil dan menengah dan lembaga
pendukung lainnya.
c. Memobilisasi dana sehingga berkembang dan bisa dijangkau oleh
masyarakat lapisan bawah dan menengah guna mengembangkan
kesempatan kerja.
d. Mempertinggi kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan
Islami.
e. Meningkatkan kesejahteraan anggota.

Langkah-langkah yang ditempuh Inkopsyah dalam pembinaan BMT,


khususnya kepada anggota, dinilai penting bagi keberlangsungan usaha

Keuangan Mikro Syariah| 15


BMT sehingga BMT menjadi sehat, profesional, menguntungkan dan
berkomitmen dengan syariah. Langkah-langkah tersebut antara lain
berupa bantuan non finansial atau bantuan teknis seperti penyiapan SDM,
standarisasi sistem dan prosedur, penguatan kelembagaan, pembiayaan
dan penyertaan modal, serta implementasi sistem teknologi informasi.
Penyiapan SDM dilakukan dengan penguatan kapasitas yang meliputi
konsultasi manajemen, pelatihan, dan pendampingan kepada anggota
(BMT) dalam pengelolaan dana yang ada, khususnya dana dari kegiatan
simpan-pinjam agar dana tersebut dapat dikembangkan oleh anggota dan
bisa dijangkau oleh masyarakat lapisan bawah dan menengah dalam
pengembangan usahanya.
Inkopsyah juga memfasilitasi anggotanya untuk dapat melakukan
magang (on the job training) di BMT yang lebih maju, dan melakukan
sertifikasi kepada pengurus dan pengelola BMT. Dalam upaya
peningkatan kinerja dan nilai tambah bagi LKMS BMT, Inkopsyah juga
memberikan jasa standarisasi sistem dan prosedur seperti penyiapan
SOP, serta implementasi teknologi informasi dan bimbingan teknis
lainnya.
Dalam upaya penguatan kelembagaan, Inkopsyah membantu
anggotanya dalam upaya pengembangan bisnis berupa perluasan jaringan
dengan cara bekerjasama dengan BMT lain, pihak perbankan syariah
ataupun dengan lembaga lain. Selain itu untuk menjaga keamanahan
BMT, Inkopsyah melakukan pengawasan (monitoring) dan pengendalian
(controlling) sejak dini guna mendeteksi atas kinerja usaha BMT dan
mencegah adanya penyelewengan terhadap prinsip syariah. Upaya
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kepada anggota ini juga
dilakukan dengan penyiapan instrument pelaksanaan rating dan scoring.
Inkopsyah juga memberikan bantuan berupa pembiayaan dan penyertaan
modal kepada anggota dengan jumlah terbatas.

Keuangan Mikro Syariah| 16


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan lembaga keuangan untuk
masyarakat mikro kecil yang menerapkan sistem kerja berdasarkan pembagian
keuntungan bersama, tidak menerapkan sistem bunga dan melarang adanya
praktek riba, serta menjalankan kegiatan usaha sesuai dengan syariat Islam.
PINBUK merupakan badan pekerja yang dibentuk olehY ayasan Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil (YINBUK).
Inkopsyah BMT merupakan gerakan koperasi sekunder yang didirikan
oleh primer koperasi yang kegiatan usahanya berdasarkan pola syariah;
didirikan pada tanggal 7 Juli 1998 dengan pengesahan dari Menteri Koperasi
dan UKM sebagai koperasi sekunder tingkat nasional, dengan maksud untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan syariah
Islam.
BMT Center dibentuk sebagai wadah bagi BMT-BMT dalam upaya
pengembangan dan pembinaan BMT di seluruh Indonesia. Hingga saat ini,
terdapat lebih dari 5000 BMT yang beroperasi di seluruh Indonesia yang jika
dihimpun total asetnya diperkirakan sudah mencapai lebih dari 5 triliun rupiah
dan pengusaha mikro dan kecil yang telah mendapatkan pembiayaan sudah
sekitar 4 juta unit usaha.

B. Saran
Penulis menyadari tentang penyusunan makalah ini tentu masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman sudi kiranya memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan

Keuangan Mikro Syariah| 17


penulis makalah ini di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis dan pada khususnya para pembaca yang budiman
pada umumnya.

Keuangan Mikro Syariah| 18


DAFTAR PUSTAKA
Soemitra, Andi. “Peran Pmberdayaan Masyarakat oleh Lembaga
Keuangan Mikro Syariah Dalam Perspektif Sustainable Development Goals”.
FEBI UIN-SU Press. 2018. Hal. 68
Devisi Keuangan Mikro Syariah. “Strategi Pengembangan Keuangan
Mikro Syariah Di Indonesia”. KNKS. 2019. Hal. 23
Amalia, Euis. Keuangan Mikro Syariah. Bekasi: 2016. Gramata Publishing.
Hal. 14
Imaniyati, Neni Sri. “Aspek-aspek Hukum BMT”. PT Citra Aditya Bakti.
2010. Hal. 22
Latumaerisca, Julius R. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Jakarta:
Salemba Empat. 2011. Hal.39

Keuangan Mikro Syariah| 19

Anda mungkin juga menyukai