Anda di halaman 1dari 22

Teknologi Pengolahan Minyak Atsiri

I. PENDAHULUAN
A. Pengertian Minyak Atsiri
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile
oil), serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun
mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak
gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Pada zaman dahulu minyak atsiri hanya digunakan sebatas pengaplikasian dalam bidang kesehatan saja. Karena
pengetahuan yang mereka dapatkan juga masih terbatas dan teknologi dalam mengahasilkan minyak tersebut pun masih belum
ada.
Dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi yang telah berkembang pada saat ini, minyak atsiri tidak hanya
digunakan pada bidang kesehatan tetapi dalam industri makanan pun sudah bisa digunakan. Mulai dari minyak atsiri sebagai
bahan baku pembuatan produk ataupun sebagai produk yang jadi. Cara menghasilkan minyak atsiri pun dengan menggunakan
metode destilasi atau penyulingan yaitu suatu metode pemisahan berdasarkan kemudahan zat tersebut dalam menguap (volatil).
Di Indonesia minyak atsiri dapat berasal dari hasil destilasi tanaman seperti cengkeh, nilam, kenanga, sereh dan lain-lain.
Minyak atsiri dikenal dengan nama lain yaitu minyak essensial atau biasanya juga disebut dengan minyak terbang. Dalam artian
minyak atsiri merupakan minyak yang berasal dari tanaman, yang komponen kimiadidalamnya mudah menguap (volatil) pada
suhu kamar. Sebagian besar minyak atsiri umumnya tidak berwarna (bening) pada kondisi yang masih murni ataupun segar. Akan
tetapi, pada penyimpanan minyak atsiri yang terlalu lama dapat mengakibatkan warna dari minyak atsiri pun berubah pula
menjadi warna gelap sehingga senyawa-senyawa yang ada pada minyak atsiri tersebut sedikit demi sedikit akan hilang.

Secara umum minyak atsiri disimpan pada tempat yang kering dan sejuk agar tidak mudah teroksidasi dengan yang lain,
diisi dengan penuh, dan ditutup rapat agar udara yang diluar tidak masuk kedalam.
Minyak atsiri dapat bersumber dari bagian tanaman, seperti pada bunga, buah, daun, biji, batang, kulit atau akar sekaligus.
Minyak atsiri memiliki peran yang penting pada industri sebagai cita rasa pada makanan atau minuman, kosmetik, antiseptik,
parfum, obat-obatan atau lainnya karena minyak atsiri berbau wangi sesuai tanaman yang dihasilkannya.
Di Indonesia merupakan Negara penghasil minyak atsiri yang cukup besar sehingga Negara ini dapat dijadikan produse
penghasil minyak atsiri yang ada di dunia.
Kandungan minyak atsiri dari tanaman yang dihasilkan berbeda-beda dari minyak atsiri yang lainnya karena komponen
kimia dalam minyak atsiri pun berbeda. Komponen kimia dari minyak atsiri adalah sesuatu yang paling dasar dalam menentukan
aroma maupun kegunaannya.
Sifat dari minyak atsiri secara umum yaitu mempunyai aroma yang spesifik, suhunya tidak stabil terhadap lingkungan,
dapat larut dalam pelarut organik dan tidak dapat larut dalam air, sangat mudah menguap pada suhu kamar.
A. Kegunaan Minyak Atsiri
Pada sebagian tanaman ataupun tumbuhanyang menghasilkan minyak atsiri, minyak atsiri sendiri mempunyai beberapa
fungsi yaitu dapat membantu dalam proses penyerbukan, sebagai penyimpan cadangan makanan, dan dapat mencegah kerusakan
pada tanaman atau tumbuhan. Salah satu komponen utama yang ada pada minyak atsiri adalah termasuk ke dalam senyawa
terpena dan terpenoid yang memberikan aroma harum atau wangi.
Pemanfaatan minyak atsiri diIndonesia semakin luas, tergantung dengan teknologi yang ada pada saat ini, akan tetapi
hanya sebagian besar masyarakat saja yang mengetahui kegunaan yang ada pada minyak atsiri tersebut.
Minyak atsiri banyak memberikan manfaat mulai dari bidang industri makanan sampai kecantikan. Adapun beberapa
manfaat lain yang ada pada minyak atsiri, seperti :
a. Dapat digunakan sebagai antiseptik, karena dapat membunuh dan menghambat adanya pertumbuhan mikroorganisme yang
ada pada jaringan hidup seperti kulit.
b. Dapat merangsang adanya aktivitas enzimatik yaitu dapat mempercepat reaksi atau katalis.
c. Sebagai antioksidan, karena mampu untuk menghambat adanya oksidasi yang menghasilkan radikal bebas atau mencegah
radikal bebas yang akan masuk kedalam tubuh.
d. Dapat menambah nilai jual serta cita rasa pada industri makanan atau minuman.
e. Sebagai bahan tambahan obat-obatan pada bidang farmasi dan kedokteran.
f. Untuk merawat rambut, seperti mengatasi rambut rontok, ketombe, kulit kepala gatal dan kering.
g. Sebagai terapi untuk mengatasi masalah-masalah yang ada pada badan seperti lelah, cedera, sakit kepala, susah tidur dan lain-
lain. Karena itulah, sebagian besar orang yang sudah lanjut usia menggunakan minyak atsiri tersebut sebagai terapi atau
minyak urut (pijat).
h. Untuk menyegarkan udara, seperti pengharum atau pewangi ruangan dengan berbagai aroma yang khas dan berbeda-beda
yang dihasilkan oleh jenis tanaman itu sendiri.
i. Sebagai krim kulit yang digunakan untuk perawatan agar kulit terasa lebih lembut dan penggunaan minyak atsiri pada krim
tersebut tidak menimbulkan efek samping yang berlebih, jadi aman untuk digunakan.
j. Untuk mengusir stress, karena minyak atsiri dapat memberikan rasa tenang dan nyaman apabila menggunakan dengan teratur.
k. Minyak atsiri sendiri dapat berfungsi untuk mencegah bau badan yang tidak diinginkan dan bisa dijadikan sebagai deodorant.
l. Minyak atsiri dapat berfungsi sebagai insektisida dan dapat melindungi rumah dari ancaman serangga.
m. Sebagai bahan baku pembuatan parfum, kosmetik dan lain sebagainya.
n. Dapat digunakan sebagai aromaterapi atau spa.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi minyak atsiri antara lain, seperti umur tanaman yang akan diambil minyak
atsirinya, jenis varietas tanaman tersebut, kondisi dimana tanaman itu tumbuh, pada saat pengeringan bahan baku, perajangan bahan
baku, proses penyimpangan bahan baku aman atau tidaknya dan suhu pun bisa berpengaruh pada proses penyimpanan bahan baku
tersebut, metode yang digunakan dalam proses produksi minyak atsiri, kondisi operasi dimana proses tersebut dilakukan, jenis alat
yang digunakan dalam proses tersebut, jenis pelarut yang digunakan pelarut organik atau bukan pelarut organik, proses pemurnian
pada bahan, pada saat proses pencampuran bahan, pengemasan produk yaitu ditempatkan pada wadah yang gelap, proses
penyimpanan produk dan suhu pun juga harus disesuaikan agar minyak atsiri sendiri tidak mudah untuk teroksidasi, serta
dilakukannya pengawetan agar produk minyak atsiri tersebut tidak cepat rusak dengan menyimpan produk tersebut sesuai dengan
sifat-sifat yang ada pada minyak atsiri tersebut.
Adapun jenis-jenis pelarut yang sering digunakan dalam produk minyak atsiri antara lain :
 Memiliki titik didih yang tepat agar dapat larut atau disesuaikan
 Tidak mudah bereaksi apabila dalam kondisi yang kurang sesuai dengan lingkungannya
 Menggunakan pelarut organik atau dapat melarutkan reaktan dan reagen
 Pelarut yang digunakan mudah untuk dihilangkan pada saat reaksi akan berakhir
 Pelarut sendiri harus bisa bertindak sebagai pengontrol suhu, agar reaksi dapat berlangsung dengan cepat
II. PROSES PEMBUATAN MINYAK ATSIRI

Penyulingan/Distilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan
menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk
unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya.
Distilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang ditujukan untuk memisahkan pelarut dan komponen
pelarutnya. Hasil distilasi disebut distilat dan sisanya disebut residu. Jika hasil distilasinya berupa air, maka disebut sebagai
aquadestilata (disingkat aquades).
Pada suatu peralatan distilasi umumnya terdiri dari suatu kolom atau tray, reboiler (pemanas), kondenser, Drum reflux, pompa,
dan packed. Berdasarkan prosesnya, distilasi dapat dibedakan menjadi distilasi batch (batch distillation) dan distilasi kontinyu
(continuous distillation). Disebut distilasi batch jika dilakukan satu kali proses, yakni bahan dimasukkan dalam peralatan, diproses
kemudian diambil hasilnya (distilat dan residu). Disebut distilasi kontinyu jika prosesnya berlangsung terus-menerus, ada aliran bahan
masuk sekaligus aliran bahan keluar.
Penyulingan minyak asiri / atsiri dilakukan dengan mendidihkan bahan baku tanaman di dalam ketel/wadah suling sehingga
terdapat uap yang diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dari komponen bukan minyak atsiri atau dengan cara mengalirkan uap
jenuh dari ketel/wadah pendidih air (boiler) ke dalam ketel/wadah penyulingan yang berisi bahan baku minyak atsiri.

Penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara:


1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation / Hydro-distillation)
2. Penyulingan dengan air dan uap / sistem kukus (Water and Steam Distillation / Wet steam)
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation / Dry Steam)

Penyulingan dengan air dan uap / sistem kukus


Penyulingan dilakukan dimana bahan baku tanaman dan air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan di
atas air. Kelebihan penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil oleh karena tekanan uap yang
konstan, cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi, dan dekomposisi minyak akibat panas akan
lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung.
Bahan baku tanaman yang bisa disuling dengan sistem kukus adalah:
 Dedaunan: daun cengkeh, daun nilam, daun sirih, daun kayumanis, daun kayu-putih, daun jeruk purut, daun gandapura, daun
cendana, seledri, dan lain-lain
 Tangkai: tangkai bunga cengkeh, tangkai gandapura, dan lain-lain
 Buah: kapulaga, kulit jeruk purut, ketumbar, lada, pala, dan lain-lain
 Rimpang: rimpang jahe, kencur, jeringau, akar-wangi, kunyit, temulawak.
Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan tergantung dari: kualitas bahan baku, iklim, cara penjemuran dan cara penyulingan.
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan,
berat molekul dari masing-masing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan. Hal yang perlu
diperhatikan pada saat penyulingan adalah agar suhu dan tekanan, tetap seragam dan tidak menurun secara tiba-tiba selama proses
distilasi berlangsung.
Hidrosol (Hydrosol / Floral Water)
Hidrosol terbentuk selama proses distilasi minyak atsiri. Hasil distilasi berupa dua macam cairan, yaitu fase cairan minyak
atsiri dan bercampur dengan fase air. Kedua cairan ini kalau didiamkan akan saling terpisah karena adanya perbedaan bobot jenis,
sehingga fase minyak bisa dipisahkan dalam bentuk minyak atsiri murni dan sisanya berupa air yang mengandung partikel-partikel
sisa minyak yang terikat oleh molekul air, sehingga aroma air tersebut menjadi harum dan baunya sesuai dengan minyak yang tadi
disuling. Air yang harum ini disebut hidrosol. Hidrosol ini mengandung komponen-komponen penyusun minyak atsiri yang terdiri dari
hidrokarbon, oksida, ester, eter, terpen dan fenil propane, tapi mereka menyatu dalam bentuk satu kesatuan yang beraroma harum.
Hidrosol inilah yang disebut sebagai efek samping penyulingan minyak atsiri. Hidrosol memiliki khasiat sifat pengobatan yang luar
biasa dan manfaat pada perawatan kulit, dan juga jauh lebih lembut dibanding minyak atsirinya, sehingga dapat digunakan untuk
anak-anak, orang tua dan juga bagi yang berkulit sensitif. Contoh hidrosol yang sering digunakan yaitu kamomila (chamomile),
lavender, melati (jasmine), mawar, rosemary, geranium, cendana, bunga limau, jeruk bali dan sebagainya.

DISTILASI UAP
Tipe khusus atau spesial dari sebuah distilasi untuk suatu bahan yang sensitif terhadap suhu seperti senyawa aromatik yang
biasanya terdapat didalam minyak atsiri. Destilsi uap ini dibuat karena terdapatnya masalah dari beberapa senyawa yang terkadang
rusak atau molekul molekulnya pecah saat pemanasan dengan suhu tinggi.
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap
dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air
mendidih.
Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing
senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi
dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari
eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap
dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.
Proses destilasi uap sebenarnya bertumpu pada 3 komponen utamanya yaitu retort, kondensor dan pemisah. Proses kerja yang
terjadi akan dijelaskan dibawah ini :
contoh alat distilasi
a. Retort
Pada bagian retort ini berisi bagian tanaman yang akan didistilasi atau tanaman yang memiliki senyawa yang kita inginkan
(aromatik). Uap akan masuk lewat bawah seperti yang ditunjukan (steam in) dan akan masuk melalui lubang lubang kecil yang ada
dibawahnya dan mulai memberikan tekanan uap pada tanaman. Setelah itu uap akan melewati retort ini juga tanaman tadi dengan
membawa hasil (senyawa yang diinginkan) dengan menjenuhkannya bersama air / uap. Uap tersebut akan melalui pipa yang
terhubung melalui condenser.

b. Kondenser
sebelum masuk ke kondensor, uap air yang terbentuk akan mengalir dari retort melalui pipa pengalir menuju ke kondensor.
Air/uap yang membawa hasil tadi nantinya akan didinginkan pada bagian kondensor yang berbentuk tabung yang berisi spiral panjang
panjang itu yang berbentuk seperti tabung yang melingkar. Air/uap ini didinginkan oleh air yang mengalir didalam tabung tersebut.
Hasil dari kondensor ini berupa 2 fasa yaitu air dan senyawa aktif yang akan keluar dari kondensor secara bergantian sesuai dengan
daya grafitasinya masing masing.
c. Seperator / Pemisah.
Hasil dari kondensator tadi yang berupa 2 fasa itu akan ditampung pada tabung sepertor ini dan akan bercampur, walaupun
nantinya perbedaan fasa ini akan terlihat dengan munculnya senyawa aktif/ zat yang diinginkan dibagian atas sedangkan air dibagian
bawah. Setelah dua bagian ini terlihat memisah maka air atau hydrolat akan dibuang melalui bagian bawah tabung seperti ditunjukan
(hydrolat from bottom seperation) sedangkan senyawa / zat yang diinginkan diambil dari atas.

Distilasi uap ini biasanya digunakan dalam penyulingan minyak atsiri untuk pembuatan parfum. Caranya sama dengan proses
yang telah diuraikan diatas yaitu dengan melewatkan uap pada tanaman yang mengandung minyak atsiri didalam retort.
Distilasi uap juga digunakan dalam prosedur pembuatan senyawa sintetis dari senyawa organik yang kompleks. Eucalyptus
minyak dan minyak jeruksebagai salah satu contohnya diperoleh dengan metode ini pada skala industri.
Distilasi uap juga banyak digunakan di kilang-kilang minyak bumi dan petrokimia tanaman di mana distilasi uap ini sering
disebut sebagai "penguapan stripping". Pada intinya distilasi uap ini digunakan sebagai alat untuk mendapatkan suatu senyawa murni
dengan hasil yang maksimal dan tingkat kerusakan yang kecil. Distilasi uap ini dipilih karena lebih mudah digunakan juga hemat
biaya.

Berikut ini adalah contoh pembahasan tentang praktek distilasi minyak atsiri pada tanaman kayu putIh berserta rendemennya:
Pada praktikum digunakan bahan daun kayu putih sebanyak 500 gr untuk mengekstraksi minyak atsirinya secara destilasi uap
air-langsung. Sebelum didestilasi, daun kayu putih dipisahkan terlebih dahulu dari tangkainya, kemudian daun kayu putih
ditimbang sebanyak 500 gr. Lalu ketel uap disiapkan dan diisi dengan air secukupnya, penyangga dipasang di atas ketel uap sebagai
tempat daun kayu putih supaya tidak menyentuh air. Agar sistem terisolasi, dipasang sekat karet pada ketel uap sehingga sistem
terhindar dari pengaruh luar (massa, energi). Setelah itu, wadah ketel ditup dan dikunci. Kemudian alat dirangkai dengan benar dan
disambungkan dengan clavengger. Selang dipasang untuk tempat aliran air (air masuk di bawah, air keluar di atas). Air pendingin
dalam kondensor dialirkan dan kemudian dihidupkan pemanasnya. Pemanasan dilakukan selama 5 jam.
Selama proses pemanasan, air akan menguap, uap air akan naik ke atas mengenai sampel daun kayu putih sekaligus mengikat
minyak yang ada pada daun kayu putih. Penguapan air ini sudah tampak setelah satu jam pertama pemanasan. Uap air tersebut akan
masuk ke kondensor dan diubah fasanya menjadi cair, sehingga terdapat cairan minyak yang bercampur dengan air yang jatuh di
clavengger. Cairan minyak yang bercampur dengan air ini sudah tampak setelah dua jam pemanasan.
Selama proses pemanasan, perlu dilakukan pemantauan terhadap kondensor. Kondensor di sini bertindak sebagaia pendingin
uap yang terbentuk dari pemanasan agar dapat menjadi cairan kembali. Pemantauan trerhadap terhadap kondensor dilakukan dengan
terus mengganti air yang mengalir dalm kondensor alasannya adalah supaya proses pendingininan uap untuk menjadi cairan kembali,
berjalan sempurna, karena jika kondensor terlalu panas maka proses pendinginan uap akan terhambat, sehingga cairan yang
seharusnya tertampung tidak ada.
Di dalam clavengger, minyak dan air akan memisah berdasarkan berat jenisnya. Minyak atsiri akan berada di atas air, hal ini
disebabkan minyak atsiri memiliki massa jenis yang cenderung lebih ringan dibandingkan massa jenis air. Akhirnya, setelah 5 jam
berlalu dan pemanas dimatikan, alat destilasi didinginkan terlebih dahulu selama beberapa menit sebelum ketel dibuka dan ampas
daun kayu putih dibuang.
Berat minyak atsiri yang didapat dari 500 gr daun kayu putih pada praktikum ini adalah 1,421 gr. Rendemen minyak kayu
putih yang didapat sebesar 0,2842 %, sedangkan rendemen teoritisnya sebesar 0,8 sampai 2 %. Perbedaan ini disebabkan oleh
beberapa hal berikut :
1. Apabila komposisi sampel yang dipakai sedikit, maka minyak atsiri yang dihasilkan juga akan sedikit. Semakin banyak komposisi
sampel yang digunakan, maka minyak atsiri yang didapatpun semakin banyak.
2. Setiap sampel tidak memiliki kandungan minyak atsiri yang sama banyak.
3. Lamanya waktu yang digunakan untuk mendestilasi sampel dan kondisi sampel juga akan mempengaruhi hasil rendemen minyak
atsirinya.
4. Luas permukaan sampel mempengaruhi minyak yang dihasilkan. Semakin besar luas permukaan sampel, maka akan semakin cepat
minyak dapat ditarik dari sampel, karena uap langsung masuk ke pori-pori sampel karena memiliki luas penampang yang besar.
5. Temperatur pemanasan selama proses destilasi harus tetap dijaga konstan.
6. Uap yang menguap keluar dari kondensor dapat juga mempengaruhi kandungan minyak atsiri yang didapat, hal ini dapat terjadi
karena suhu pemanasan yang terlalu tinggi.

Cara perhitungan energi destilasi


Untuk keseimbangan keseluruhan bahan : F = B + V

Keseimbangan entalpi : FhF = VhV + BhB

Neraca untuk komponen volatil : F.XF = Vy* + BXB

Pengantian dan penghapusan F : y* = - ( Xb – XF ) + XF

Contoh Soal

Suatu larutan dengan massa 100 Kg mengandung komponen flavor dengan konsentrasi 0,5% b/b. komponen flavor tersebut kemudian
dipisahkan dengan flash destilation. Larutan dipanaskan dengan suhu T dan dimasukkan dalam tangki destilasi dengan tekanan 20
kPa. Jika fungsi liquid equilibrium dari larutan adalah y = 63x ( x dan y adalah konsentrasi flavor dalam cairan uap dan air, dalam
persen berat). Tentukan suhu minimal supaya didapatkan 70% komponen flavor dalam destilat!
 Asumsi : karakteristik thermal dari larutan sama seperti air.

Jawab :

*y = 0,35 / V%

x = 0,15/ (100-V) %

*y = 63x

= 63 x V = 3, 57 Kg B = 100 - 3, 57 = 96, 43 Kg

Pada tekanan 20 kPa : hV = 2610 Kj/kg hb = 251 Kj/kg

Keseimbangan energi :

FhF = VhV + BhB

100hF = 3, 57 + 2610 + 96, 43 + 251 = 33521, 6

hF = 335, 2 Kj/kg

Suhu pada entalpi tersebut : 80 0C

STANDARISASI MUTU MINYAK ATSIRI

Di Indonesia minyak atsiri sebagian besar masih diproduksi oleh masyarakat yang kurang mengerti tentang minyak
atsiri itu sendiri, sehingga rata-rata minyak yang dihasilkan pun tidak sesuai dengan standarisasi mutu yang telah
ditentukan baik oleh Food Chemical Codex, ISO maupun Standart Nasional minyak atsiri di Indonesia. Mutu minyak atsiri
ditentukan oleh komponen kandungan minyak atsiri dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya. Jika minyak
atsiri tidak memenuhi standarisasi yang telah ditentukan maka nilai jualnya pun rendah pula. Untuk meningkatkan mutu
dan nilai jual minyak atsiri perlu dilakukan perlakuan yang sesuai yaitu dengan proses pemurnian baik secara fisika
maupun kimia.
Berikut merupakan parameter yang digunakan untuk menguji mutu minyak atsiri :

1. Berat Jenis

Prinsip berat jenis minyak atsiri berdasarkan perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan
suhu. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin
besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya.
Cara penentuan berat jenis minyak atsiri yaitu dengan menggunakan alat piknometer. Cara penggunaan
piknometer adalah sebagai berikut :
1. Timbang piknometer kosong. Jika kotor, bersihkan piknometer dan kemudian
keringkan sampai piknometer benar-benar kering.
2. Kemudian masukkan minyak atsiri yang akan diuji sampai penuh.
3. Jika ada tumpahan, keringkan piknometer sampai kering sempurna.
4. Setelah kering, timbang piknometer yang sudah berisi minyak atsiri tersebut.
5. Dan catat hasil dari berat. Kemudian masukkan dalam rumus :

Density =

2. Indeks Bias
Prinsip indeks bias minyak atsiri di dasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan
pada kondisi suhu yang tetap. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen yang tersusun
dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat
mempengaruhi nilai indeks biasnya. Cara penentuan indeks bias minyak atsiri menggunakan alat refraktometer. Cara
penggunaannya pun mudah, karena cukup dengan menaruh sampel yang akan diuji pada tempat yang disediakan di
refraktometer. Secara otomatis nilai indeks bias akan muncul pada refraktometer, seperti contoh dibawah ini :

Tampak dalam saat pengujian bahan yang diuji

Saat pengujian, minyak atsiri jangan sampai tercampur


dengan air atau substansi pemalsu, karena jika tercampur
maka indeks biasnya akan menjadi rendah. Semakin banyak
kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini
karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya
yang datang, namun sebaliknya jika terdapat campuran
bahan–bahan yang memiliki berat molekul tinggi (kerapatan
tinggi) maka semakin tinggi pula indeks biasnya.

3. Putaran Optik
Putaran optik diukur dengan menggunakan alat polarimeter yang mempunyai tabung polarimeter 10 mm yang
berisi minyak atau cairan yang diperiksa dibawah alat pemeriksa di antara polariser dan analiser. Secara perlahan-lahan
analiser diputar sampai setengahnya yang dapat dilihat melalui teleskop, dan intensitas sinarnya sama dengan
penerangannya. Pada pengaturan yang sesuai, akan dapat dilihat arah rotasi ke kanan atau ke kiri berdasarkan intensitas
penerangan dari kedua bagian bidang. Penentuan arah rotasi yaitu apabila analiser berputar berlawanan arah dengan
jarum jam dari titik nol tersebut levo, sedangkan jika searah dengan jarum jam disebut dextro. Sesudah arah rotasi
ditentukan, dengan hati-hati analiser diatur kembali sampai didapatkan intensitas penerangan yang sama dari kedua
bagian bidang. Kemudian dengan mengamatinya lewat teleskop sambil memutar tombol analiser, maka garis diantara
kedua bidang itu menjadi jelas atau tajam dan selanjutnya dapat dibaca nilai derajat dan menitnya.

4. Bilangan Asam
Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Bilangan asam yang semakin besar dapat
mempengaruhi terhadap kualitas minyak atsiri yaitu senyawa-senyawa asam tersebut dapat merubah bau khas dari
minyak atsiri. Pertambahan bilangan asam dapat terbentuk saat penyimpanan minyak atsiri yang kurang baik, dengan
lama penyimpanan yang terlalu lama dan adanya kontak antara minyak atsiri dengan sinar dan udara sekitar maka terjadi
reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) yang dikatalisi oleh cahaya sehingga akan membentuk suatu senyawa asam.
Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri terutama golongan aldehid dapat membentuk gugus asam karboksilat.
Selain penyimpanan minyak atsiri yang kurang baik, penyebab lain bertambahnya bilangan asam adalah saat
penyulingan yaitu pada tekanan tinggi (temperatur tinggi), dimana pada kondisi tersebut kemungkinan terjadinya proses
oksidasi sangat besar. Sehingga secara otomatis bilangan asam minyak atsiri akan bertambah.

5. Kelarutan dalam Alkohol

Menurut pernyataan Guenther bahwa kelarutan minyak atsiri dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia
yang terkandung didalamnya. Pada umumnya minyak atsiri mengandung persenyawaan yaitu terpen teroksigenasi dan
terpen tak teroksigenasi. Jika minyak atsiri mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi maka minyak atsiri lebih
mudah larut daripada minyak atsiri yang mengandung terpen tak teroksigenasi. Jadi semakin kecil kelarutan minyak atsiri
pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik.
Standarisasi Mutu Minyak Atsiri :

Parameter Mutu
Bobot
Jenis jenis Indeks Putaran Tambahan
Warna 0 0 0
Kelarutan
25 C/25 bias 25 C optik
C
Minyak adas Tak berwarna 0,978- 1,550- (-2o)-(+1o) Dalam etanol
Food Chemical kuning pucat 0,988 1,550 90% 1:3
Codex (FCC) edisi IV jernih
Minyak akar wangi Cokelat 0,9765- 1,5180- 17o-32o Dalam etanol Bilangan
International kekuningan- 1,0345 1,5280 95% 1:1 asam: 10-35
Standard (ISO) cokelat jernih, Bilangan
4716:2002 (E) kemerahan seterusnya ester: 5-25
jernih Bilangan
ester setelah
asetilasi:
100-150
Kadar
kusimol: 6-
11%
Minyak cendana Kuning pucat- 0,9630- 1,480- (-15o)-(-20o) Dalam etanol Santalol total
Food Chemical kuning 0,9760 1,508 70% 1:5 (b/b):
Codex (FCC) jernih, minimal 90%
Edisi IV seterusnya
jernih
Minyak bunga Tidak 1,030- 1,527- 0o-1o35’ Dalam etanol Eugenol total
cengkeh berwarna- 1,060 1,535 70% 1:2 (v/v): 80-
SNI: 06-4267-1996 kuning muda jernih, 95%
seterusnya Minyak
jernih pelikan:
negatif
Lemak:
negatif
Minyak daun cengkeh Tidak 1,0355- 1,526- (-2o)—0o Dalam etanol Eugenol total
International standard Berwarna- 1,0455 1,5330 70% 1:2 (v/v):
(ISO) kuning muda jernih, minimal 82%
3141:1997(E) seterusnya Analisis
dan Food Chemical jernih kromatografi
Codex gas:
Edisi IV Eugenol 80
—82%
β-Caryofilen
4—17%
Minyak gagang Tidak 1,033- 1,510- 0o-1o30’ Dalam etanol Eugenol total
cengkeh berwarna- 1,063 1,520 70% 1:2 (v/v): 78—
SNI: 06-4374-1996 kuning muda jernih, 95%
seterusnya Minyak
jernih pelikan:
negatif
Lemak:
negatif
Minyak jahe Kuning muda- 0,8720- 1,485- (-14o)—(- Bilangan
SNI 06-1312-1998 kuning 0,8890 1,4920 32o) asam:
maksimal 2
Bilangan
ester:
maksimal 15
Bilangan
ester setelah
asetilasi:
maksimal 90
Minyak
lemak
negatif
Minyak jeringau tipe Kuning-cokelat 1,060- 1,547- (-2o)-(+6,5o) Dalam etanol Bilangan
india muda 1,080 1,549 90% asam :
EOA No. 101 larut 1:5 maksimal 4
Minyak kayu manis Kuning 1,010- 1,570- 0o-(-2o) Dalam etanol Kadar
EOA No. 87 1,030 1,590 70% sinnamaldehi
larut 1:3 da 55-78%
jernih,
seterusnya
jernih
Minyak daun kayu Kuning-cokelat 1,030- 1,526- 1o-(-2o) Dalam etanol Kadar
manis 1,050 1,534 70% eugenol 80-
EOA No. 56 larut 1:2 88%
Minyak kemukus Kuning muda- — 0,898- 1,492- Dalam etanol Bilangan
Food Chemical hijau kebiruan 0,928 1,502 90% asam 1:1
o o
Codex (FCC) (-12 )-(-43 ) jernih,
Edisi IV seterusnya
jernih
Bilangan
penyabunan
maksimal 2,0
Minyak kenanga Kuning muda- 0,904- 1,493- (-15o)-(-30o) Dalam etanol Bilangan
Food Chemical kuning tua 0,920 1,503 95% 1:0,5 penyabunan
Codex (FCC) jernih, 10-40
Edisi IV. seterusnya
jernih
Minyak nilam Kuning-cokelat 0,9485- 1,503- (-40o)-(-60o) Dalam etanol Bilangan
International standard kemerahan 0,9715 1,5130 90% larut asam
(ISO) jernih maksimal 5,0
3757:2002 perbandingan Bilangan
1:10 ester
maksimal
10,0
Analisis
kromatografi
gas 27-35%
Minyak pala Hampir tidak 0,8815- 1,473- 6o-18o Dalam etanol Sisa
International standard berwarna- 0,9035 1,4830 90% penguapan
(ISO) kuning muda 1:1-5 jernih, maksimal
3215:1998 (E) seterusnya 2%
jernih Kadar
miristin 5-
12%
Minyak fuli pala Tidak 0,880- 1,474- +2o-30o Dalam etanol
EOA No. 182 berwarna- 0,930 1,488 90%
kuning pucat larut 1:3

Minyak ylang-ylang Kuning-kuning 0,939- 1,500- (-35o)-(-50o) Dalam etanol Bilangan


EOA No. 200 Fraksi I 0,950 1,508 90% penyabunan
larut 1:0,5 110-140

Minyak ylang-ylang Kuning-kuning 0,920- 1,505- (-40o)-(-65o) Dalam etanol Bilangan


EOA No. 200 Fraksi II 0,935 1,511 90% penyabunan
larut 1:0,5 65-95

Minyak ylang-ylang Kuning-kuning 0,906- 1,506- (-48o)-(-67o) Dalam etanol Bilangan


EOA No. 200 Fraksi 0,920 1,514 90% penyabunan
III larut 1:0,5 45-65

Anda mungkin juga menyukai