Anda di halaman 1dari 35

Mata Luka Sengkon Karta - Peri Sandi

Diunggah oleh
Falah Nauval

75%(36)75% menganggap dokumen ini bermanfaat (36 suara)

30K tayangan

4 halaman

Informasi Dokumen
klik untuk memperluas informasi dokumen

Deskripsi:
Teks Naskah MATA LUKA SENGKON KARTA Yang Dibacakan Oleh Peri Sandi Pada Acara Tadarus
Puisi Ramadhan - Di hari Pancasila
Judul Asli
Mata Luka Sengkon Karta- Peri Sandi

Hak Cipta
© © All Rights Reserved

Format Tersedia
DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen


Opsi Berbagi
 Bagikan di Facebook, terbuka di jendela baru
Facebook

 Bagikan di Twitter, terbuka di jendela baru


Twitter

 Bagikan di LinkedIn, terbuka di jendela baru


LinkedIn

 Bagikan dengan Email, membuka klien email


Email

 Copy Text
Salin Tautan

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

75%75% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat

25%25% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak
bermanfaat
 

MATA LUKA
KARTA
Serupa
Maskumambang, 
pupuh
mengantarkan
wejangan
hidupkecapi
dalam suara
sunyi
menyendiriPupu
h dan kecapi
membalut
nyerimenyatu
dalam suara
gentingterluka,
melukai, luka-
lukamenganga
akibat ulah
manusia
Terengah-
Engah dalam
Tabung dan
Selang
aku seorang
petani
bojongsarimengh
idupi mimpidari
padi yang
ditanam
sendirikesederha
naan panutan
hidupdapat
untungdilipat dan
ditabung1974
tanah air yang
kucinta berumur
dua puluh
sembilan
tahunwaktu yang
muda bagi
berdirinya
sebuah
negaralambang
garudadasarnya
pancasilaundang-
undang empat
limamerajut
banyak
peristiwa peralih
an
kepemimpinan
yang
mendesak  bung
karno diganti
pak hartodengan
dalih keamanan
negara pembanta
ian enam
jenderal satu
perwiraenam jam
dalam satu
malammati di
lubang tak
bergunatak ada
dalam perang
mahabarata bahk
an di sejarah
duniahanya di
sejarah
indonesia pemus
nahan golongan
kiriPKI wajib mati
 

 pemimpin
otoriter REPELITA
rencana
pembangunan
lima tahun bisa
jadirencana
pembantaian
lima tahundi
tahun-tahun
berikutnyakudap
ati penembak
misteriustak ada
salah apalagi
benar tak ada
hukum
negara pembanta
ian dimana
manadiburu
sampai gotdor di
mulutdor di
kepaladiikat
talidikafani
karung penguasa
punya tahtayang
tidak ada bisa
diada-adaakulah
sengkon yang
sakit berusaha
mengenang
setiap lukadi
dada, di
punggungdi
batuk yang
berlapis
tuberkulosis
Malam
Jumat Dua
Satu
November
1974
setiap malam
jum’atyasin
dilantunkan
dengan
hidmat bintang-
bintang berdzikir
di
kedipannyasuara
-suara
binatangmelengk
ingkan pujian
untuk
tuhanistriku
masih
mengenakan
mukenamengam
bilkan minum
dari dapur di
kejauhan
terdengar warga
desa
gaduh“ya...adili
saja si keluarga
rampok itu”“usir
saja dari
kampung
ini”“bakar saja
rumahnya”“betul

 

di lubang
bilik ada banyak
obor dan
petromak
menyalateriakan
tegas“sodara
sengkon, sodara
sudah dikepung
ABRI!kalau mau
selamat,
menyerahlah!
sodara sudah
tidak bisa
kabur !”istriku
kaget“kok kamu,
kang?”kebingung
an“demi allah
saya tidak
berbuat
jahat!”masih
dalam suara yang
sama“kalau
sodara tidak
keluar dalam
hitungan
tigakami akan
mengeluarkante
mbakan
peringatansatu,
dua… ti…
g….”secepat yang
kubisadi pintu
ratusan
wargamulai
melontarkan
sumpah
serapahanjing! b
abi!Bagong!tai!
sampah!
segalanya ada di
mulut wargakata-
kata tak mewakili
peri
kemanusianwarg
a desa bengis
seperti
serigalatak ada
rasa kasihandari
batu sampai
bambudari golok
sampai
balok diacung-
acungkan ke
arahkuserempak
berkata “allahu
akbar!!!” batu,
bambu, dan
balok beterbanga
n ke
arahku“sodara-
sodara sekalian,
tolong
hentikan biarkan
pengadilan yang
memutuskan
hukuman”aku
masih diselimuti
kebingungandisa
mbut rajia
seluruh
badankepalaku
ditodong senjata
laras
panjangmendeka
ti puluhan ABRI
dan Polisi“ya…
gantung
saja!”“dasar
orang tak tahu
diri!”
 

“sampah
masyarakat!”“an
ying! goblok!
dulur aing
paehgara-gara
sia! anying!”duk!
dak!aku
dikerumuni
pukulan
wargaABRI dan
Polisi ikut-ikutan
menendangdor!
suara tembakan
di
langitterdengar
sayupaku
terkapar di
tanahseorang
ABRI
menggusurkudar
ah dan becek
tanah bercampur
di tubuhaku
dilemparkan ke
atas bak
mobilkondisi
antara sadar atau
tidak selang
kejadiansesosok
tubuh lemparkan
lagi ke atas bak
mobilkuperhatika
n wajah yang
penuh luka
itu“karta?”kami
ditangkap
dengan tuduhan
perampokan juga
pembunuhan

Anda mungkin juga menyukai