Anda di halaman 1dari 7

SERTIFIKASI GURU, PENDIDIKAN PROFESI GURU,

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN


DAN JENJANG KARIR GURU

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 8
AGNESYA GREIS (180330185)

NUR IHSAN RAMADHAN (200330067)

ALISTAN (200310054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

2021/2022
A. Sertifikasi Guru

Pengertian sertifikasi secara umum mengacu pada National Commision on Educatinal


Services (NCES) disebutkan “Certification is a procedure where by the state evaluates dan
reviews a teacher candidate’s credentials and provides him or her a license to teach”.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik
diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional
merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.

Dasar utama pelaksanaan sertifikasi adalah Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30 Desember 2005. Pasal yang
menyatakannya adalah pasal 8 : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Pasal lainnya adalah Pasal 11 ayat (1) menyebutkan bahwa
sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan.
Landasan hukum lainnya adalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun
2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007.
Maksud sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat
pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru
profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang
berkualitas. Sedangkan sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh
perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas
guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Dalam Undang-undang Guru dan
Dosen legalitas yang diperoleh dari uji kompetensi disebut sertifikat pendidik. Pendidik yang
dimaksuddisini adalah guru dan dosen. Proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru
disebut sertifikasi guru dan untuk dosen disebut sertifikasi dosen.
Pelaksanaan suatu kegiatan besar secara nasional seperti sertifikasi guru ini, tentunya
mempunyai tujuan dan manfaat bagi guru. Sertifikasi guru bertujuan untuk :
a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
c. Meningkatkan martabat guru.
d. Meningkatkan profesionalitas guru.

Dengan kata lain tujuan sertifikasi untuk meningkatkan mutu dan menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Adapun manfaat yang nantinya akan dirasakan setelah sertifikasi guru dilaksanakan
dapat dirinci sebagai berikut :
a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak
citra profesi guru.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak
profesional.
c. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK, dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi
pengguna layanan pendidikan.
d. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan
eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
e. Meningkatkan kesejahteraan guru dengan adanya tunjangan profesi.

Peranan sertifikasi untuk guru/dosen adalah supaya lebih memahami hak dan
kewajibannya dalam serpti yang tercantum dalam UU No.14 / 2005 pasal 14 ayat 1 antara lain
: (1) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan
sosial; (2) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; (3)
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; (4)
memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; (5) memperoleh dan
memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan; (6) memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah
pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan; (7) memperoleh rasa aman
dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; (8) memiliki kebebasan untuk berserikat
dalam organisasi profesi; (9) memiliki kesempatan untuk berperan dalam menentukan
kebijakan pendidikan; (10) memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau (11) memperoleh pelatihan dan
pengembangan profesi dalam bidangnya.
B. Pendidikn Profesi Guru

Pendidikan Profesi merupakan program pendidikan tinggi yang dilaksanakan setelah


program sarjana dan mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian khusus. Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) sendiri merupakan
program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan
dan S1/DIV non-kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai
kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat
memperoleh sertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
dan menengah.
Program PPG didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No
87 tahun 2013. Dalam pasal 2 Permendikbud RI No 87 tahun 2013 dipaparkan tujuan Program
PPG adalah (a). untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam
merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; (b). menindak lanjuti hasil penilaian
dengan melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik; dan (c). mampu melakukan
penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.
Tuntutan kualitas Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) semakin
diperkuat dengan adanya program Pendidikan Profesi Guru (PPG). LPTK memiliki peran
sentral dalam peningkatan kualitas guru. LPTK dituntut untuk memahami pengembangan
profesi guru sebagai upaya pembinaan guru dalam konteks pembekalan kompetensi sosial dan
kepribadian. Pengembangan profesi, kompetensi dan sertifikasi merupakan mata rantai dalam
upaya peningkatan kualitas guru sudah diamanatkan dalam UU no. 14 tahun 2005. Berikut ini
merupakan lulusan PPG yang diharapkan mampu menghadapi MEA 2015:
1. Kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik mencapai standar kompetensi.
2. Menguasai ilmu pendidikan, perkembangan dan membimbing peserta didik.
3. Menguasai pembelajaran bidang studi: belajar dan pembelajaran, evaluasi pembelajaran,
perencanaan pembelajaran, media pembelajaran, penelitian bagi peningkatan pembelajaran
bidang studi.
4. Mampu melaksanakan praktek pembelajaran bidang studi.
5. Memiliki integritas kepribadian yang meliputi aspek fisik-motorik, intelektual, sosial,
konatif dan afektif.
6. Kompetensi sosial merupakan kemampuan dalam menjalin hubungan sosial secara
langsung maupun menggunakan media di sekolah dan luar sekolah.

Dalam upaya mewujudkan Guru Profesional, ada beberapa poin yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Mematuhi segala peraturan yang diamanatkan oleh Undang-Undang profesi guru dan
konsisten terhadap standarisasi yang telah ditetapkan.
2. Pembinaan profesi guru dilakukan secara berkesinambungan berdasarkan kurikulum yang
telah ditetapkan dan dilakukan pemantauan secara intensif.
3. Mewujudkan sinergi peran dan tanggung jawab antara Guru, Pemerintah, LPTK dan
Organisasi Profesi.

C. Musyawarah Guru Mata Pelajaran

MGMP merupakan singkatan dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Istilah ini
dipakai sekumpulan guru setingkat SMP dan SMA/SMK sebagai sarana untuk meningkatkan
profesionalitas bagi guru semua mata pelajaran baik secara individu maupun organisasi.
Sedangkan untuk tingkat SD maupun MI istilah tersebut disingkat KKG yang memiliki arti
Kelompok Kerja Guru. Setiap guru SMP dan SMA/ SMK secara langsung menjadi anggota
MGMP secara mandiri dan berdaya. Maka MGMP adalah organisasi yang bersentuhan
langsung dengan guru yang berfungsi sebagai penyambung lidah antar guru mata pelajaran.

Musyawah Guru Mata Pelajaran (MGMP) awalnya disebut Musyawarah Guru Bidang
Studi (MGBS) adalah suatu organisasi profesi guru yang bersifat non struktural yang dibentuk
oleh guru-guru di Sekolah Menengah (SMP atau SMA) di suatu wilayah sebagai wahana untuk
saling bertukar pengalaman guna meningkatkan kemampuan guru dan memperbaiki kualitas
pembelajaran.
Adapun jangkauan MGMP bermula dari perkumpulan guru di tingkat kabupaten atau
kota. Hal ini untuk mencakup permasalahan-permasalahan yang ada pada guru secara meluas,
sehingga kesenjangan yang ada pada guru lebih kecil, terutama di daerah terpencil. Selain itu,
kerjasama yang dihimpun dapat lebih mengetahui permasalahan dan solusi kelompok kerja
tersebut secara menyeluruh.
Terkait peraturan mengenai MGMP, Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen mempersyaratkan guru untuk:
a. Memiliki kualifikasi akademik minimum S1/D4.
b. Memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran, yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional.
c. Memiliki sertifikat pendidik.

Dengan berlakunya undang-undang ini, diharapkan memberikan suatu kesempatan


yang tepat bagi guru untuk meningkatkan profesionalismenya melalui pelatihan, penulisan
karya ilmiah, pertemuan di MGMP. Dengan demikian, MGMP memiliki peran penting dalam
mendukung pengembangan profesional guru.
Dalam hal ini, adapun tujuan diselenggarakannya MGMP antara lain yaitu:
1. Untuk memotivasi guru guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam rangka
meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional.
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran,
sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan.
3. Untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam
melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif pemecahannya sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran masing-masing, guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya.
4. Untuk membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan
kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi, dan sistem
pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
5. Untuk saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya, simposium, seminar,
diklat, classroom action research, referensi, dan kegiatan profesional lain yang dibahas
bersama-sama.

D. Jenjang Karir Guru

Menurut Tan (2008:2) menyatakan bahwa jenjang karir (Career Development)


menyangkut suatu upaya formal yang terencana dan terorganisasi untuk mencapai suatu
keseimbangan antara kebutuhan karir seorang individudengan tuntutan pekerjaan (Workforce
Requirements) dalam suatu organisasi. Untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya dalam hal ini
kebutuhan dalam pengembangan dan aktualisasi diri pegawai juga memiliki keinginan untuk
meningkatkan potensi dan mengembangkan kemampuan mereka dalam organiasasi (Lui,
2004:19). Terkait hal ini, Lui, (2004:20) menyatakan bahwa perusahaan dapat memfasilitasi
pembentukan dukungan organisasi (Perceived Organizational Support) dengan menyediakan
peluang pengembangan guna memenuhi kebutuhan pengembangan pribadi pegawai. Jenjang
karir adalah jalur yang dilalui suatu karir ketika karyawan mencapai ke posisi dengan tanggung
jawab lebi besar.
Terdapat lima tahapan pengembangan karir, yaitu:
1. Growth (lahir – usia 14 atau 14 tahun)

Tahapan Growth ini merupakan tahap perkembangan kapasitas, sikap, minat, dan
kebutuhan yang diasosiasikan dengan konsep diri. Pada rentang usia ini, pengembangan karir
yang dapat dilakukan terutama oleh guru/orang tua pada anak dan remaja adalah dengan
memberikan pemahaman mengenai hidup mandiri dan mengapa kita harus bekerja;
memperkenalkan sejumlah pekerjaan termasuk di dalamnya pemahaman segala sesuatu
tentang pekerjaan tersebut; dan termasuk berkenaan dengan upaya bagaimana memperoleh
pekerjaan/karir yang dimaksud.
2. Exploratory (usia 15-24)

Tahap Exploratory merupakan fase tentatif yang didalamnya pilihan dipersempit tapi
tidak final. Pengembangan karir pada tahapan ini diarahkan pada pengerucutan pilihan karir
yang paling memungkinkan bagi seseorang. Minat, bakat, dan latar belakang pendidikan
menjadi bahan pertimbangan dalam pengerucutan pilihan karir seseorang.
3. Establishment (usia 25-44)

Tahap Establishment merupakan tahap coba-coba dan stabilisasi melalui pengalaman


kerja. Pengembangan karir pada tahapan ini sudah pada tataran ‘aksi’ dimana seseorang sudah
mulai masuk pada dunia kerja/karir yang ia pilih. Jika memang sesuai dengan apa yang ia cita-
citakan/inginkan, maka ia akan berusaha menstabilkan diri dalam dunia kerja yang ia geluti.
4. Maintenance (usia 45-64)

Tahap Maintenance merupakan proses penyesuaian yang terus menerus untuk


meningkatkan posisi dan situasi kerja. Pada tahapan ini pengembangan karirnya diarahkan
pada bagaimana melakukan proses penyesuaian baik keyakinan, pengetahuan, keterampilan,
dan sikap untuk dapat meningkatkan posisinya ke arah yang lebih baik lagi dan menciptakan
situasi kerja yang membuatnya lebih nyaman bekerja.
5. Decline (usia 65+)

Tahap Decline merupakan tahap pertimbangan pra pensiun, keluar kerja, dan pensiun.
Pengembangan karir pada tahapan ini adalah berkenaan dengan pembukaan wawasan
berkenaan dengan pensiun sehingga seseorang dapat mempersiapkan diri di saat ia harus
pensiun nanti. Jika sudah pensiun, pengembangan karirnya berkenaan dengan bagaimana ia
memanfaatkan waktu pensiunnya dengan semaksimal mungkin untuk kebaikan diri dan orang-
orang yang terdekatnya.
Karir guru/konselor di sekolah meliputi dua hal, yaitu:
1. Karir Struktural, berhubungan dengan kedudukan seseorang di dalam struktur organisasi
tempat ia bekerja, misalnya menjabat sebagai Wali Kelas, PKS, Wakasek, Kepala Sekolah,
dan lain-lain). Karir ini memiliki tuntutan tanggung jawab tertentu bagi seorang guru,
sehingga wawasan/pengetahuan, sikap, dan keterampilan seorang guru/konselor harus
ditingkatkan untuk menjawab tuntutan yang dimaksud.
2. Karir Fungsional, berhubungan dengan tingkatan/pencapaian formal seseorang di dalam
profesi yang ia geluti, contohnya guru madya, guru dewasa, guru pembina, guru
profesional.

Agar dapat mengalami kenaikan karir, seorang guru/konselor perlu mengerjakan


sejumlah tugas-tugas profesional yang memiliki nilai kredit tertentu dan dibuktikan dengan
dokumen-dokumen legal. Akumulasi nilai kredit yang dimaksud harus dapat memenuhi
jumlah nilai tertentu yang ditetapkan pemerintah. Kedua jenis karir guru/konselor di sekolah
tersebut dapat dicapai tentunya dengan sejumlah pemerolehan kompetensi-kompetensi
guru/konselor yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai