Anda di halaman 1dari 26

REVIWE

Tentang Sholat Berjamaah

Dan Macam-Macam Sholat Sunnah

Ditulis Oleh:

Muhammad Fauzan

(2114110230)1

1. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,

Fiqh Ibadah

2. ahmad sarwat,Lc.MA Fikih Sholat jenazah

3. SHALAT JUM’AT DAN KHUTBAH JUM’AT

http://eprints.walisongo.ac.id/3530/3/091311035_Bab2.pdf

4. MENJAMA' DAN MENGQASAR SHALAT https://repository.ar-

raniry.ac.id/3547/3/RIKA%20JULIANA.pdf

5. Muhammad Ajib, Lc., MA Buku 33 Macam Jenis shalat Sunnah

Disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fikih, Dosen:
1

Lisnawati, S.H., M.H., Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya
Ringkasan Dan Analisis Abdul Aziz Muhammad Azzam dan

Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah

1.Shalat Berjamaah

a. Pengertian Shalat Berjamaah

Kata jamaah diambil dari kata al-ijtima‟ yang berarti kumpul.amaah

berarti sejumlah orang yang dikumpulkan oleh satu tujuan Shalat jamaah

adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-sama, sedikitnya dua orang, yaitu

yang satu sebagai imam dan yang satu lagi sebagai makmum. Berarti dalam shalat

berjamaah ada sebuah ketergantungan shalat makmum kepada shalat imam

berdasarkan syarat-syarat tertentu. Menurut Kamus Istilah Fiqih shalat jamaah

adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-sama, salah seorang diantaranya

sebagai imam dan yang lainnya sebagai makmum. Shalat berjamaah adalah

beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan

salam, dengan maksud untuk beribadah kepada Allah, menurut syarat- syarat yang

sudah ditentukan dan pelaksanaannya dilakukan secara bersama-sama, salah

seorang di antaranya sebagai imam dan yang lainnya sebagai makmum. 2

b. Dasar Hukum Pelaksanaan Shalat Berjamaah

Shalat disyariatkan pelaksanaannya secara jamaah. Dengan berjamaah

shalat makmum akan terhubung dengan

shalat imamnya. Legalitas shalat jamaah ditetapkan dalam al-Qur‟an dan al-

Hadits. Allah SWT berfirman:

2
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 1, terj. Mahyudin Syaf, (Bandung: PT Alma‟arif, 1973), hlm. 205
‫ص ٰلوة َ لَ ُه ُم فَاَقَ ْمتَ فِ ْي ِه ْم كُ ْنتَ َواِذَا‬ َ ‫ا َ ْس ِل َحت َ ُه ْم َو ْليَأ ْ ُخذ ُ ْْٓوا َّمعَكَ ِم ْن ُه ْم‬
َّ ‫ط ۤا ِٕىفَة فَ ْلتَقُ ْم ال‬

“Dan apabila engkau (Muhammad) berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu)

lalu engkau hendak melaksanakan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah

segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata

mereka.” (Q.S. an-Nisa‟/4: 102)

Ayat di atas menjelaskan bahwa apabila berada dalam jamaah yang sama-

sama beriman dan ingin mendirikan shalat bersama mereka, maka bagilah

mereka menjadi dua golongan, kemudian hendaklah segolongan dari mereka shalat

bersamamu dan segolongan yang lain berdiri menghadapi musuh sambil menjaga

orang-orang yang sedang shalat. Hal ini menunjukkan betapa shalat fardhu adalah

ibadah yang sangat besar dan penting, sehingga dalam keadaan apapun

pelaksanaannya dianjurkan secara berjamaah

Selesai shalat hendaklah banyak berdzikir kepada Allah dalam segala

keadaan termasuk dalam keadaan berjihad di jalan Allah. Jihad akan lebih mudah

apabila dilaksanakan dengan bersama-sama atau berjamaah seperti halnya dalam

pelaksanaan shalat berjamaah. 3

c. Hukum Sholat Berjamaah

Adapun dasar hukum shalat berjamaah dalam sunnah Rasulullah SAW

adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA,

sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:


“Telah menceritakan kepada kita Abdullah bin Yusuf, ia berkata: telah

mengabarkan kepada kita Malik dari Nafi‟ dari Abdullah bin Umar sesungguhnya

Rasulullah SAW bersabda: Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat

sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari).

Hadits di atas menjelaskan betapa pentingnya shalat berjamaah, karena Allah akan

memberikan kebaikan atau pahala sebanyak dua puluh tujuh derajat. Jadi sudah

sepantasnya seluruh umat Islam mengamalkan hal tersebut. Berdasarkan ayat Al-

Qur‟an dan sunnah Rasulullah SAW bahwa sholat berjamaah di masjid itu

disyariatkan dan lebih utama dilaksanakan daripada sholat sendiri di rumah.

Hukum shalat berjamaah menurut sebagian ulama‟ yaitu fardu „ain (wajib

„ain), sebagian berpendapat bahwa shalat berjamaah itu fardu kifayah, dan sebagian

lagi berpendapat sunat muakkad (sunat istimewa). Pendapat terakhir inilah yang

paling layak, kecuali bagi shalat jum‟at. Jadi shalat berjamaah hukumnya adalah

sunat muakkad karena sesuai dengan pendapat yang seadil-adilnya dan lebih dekat

kepada yang benar. Bagi laki-laki shalat lima waktu berjamaah di masjid lebih

baik dari pada shalat berjamaah di rumah, kecuali shalat sunah maka di rumah

lebih baik. Sedangkan bagi perempuan shalat di rumah lebih baik karena hal itu

lebih aman bagi mereka.

d. Fungsi dan Keutamaan Shalat Berjamaah :

1) Fungsi Shalat Berjamaah

Shalat berjamaah memiliki beberapa fungsi, antara lain:

a) Sebagai tiang agama


Shalat adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan shalat berarti ia

menegakkan agama dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia

merobohkan agama. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab kelak

di akhirat. Jika baik shalatnya, maka baik pula amal ibadahnya yang lain.

Sebaliknya, jika buruk shalatnya, maka buruk pula amal ibadah yang lainnya. 4

b) Sebagai sumber tumbuhnya unsur-unsur pembentuk akhlak yang mulia Shalat

yang dilakukan secara ikhlas dan khusuk akan membuahkan perilaku yang

baik dan terpuji serta terjauhkan dari perbuatan keji dan mungkar.

c) Sebagai cara untuk memperkuat persatuan dan persaudaraan antar sesama

muslim Allah SWT menginginkan umat Islam menjadi umat yang satu,

sehingga disyariatkan shalat jamaah setiap hari di masjid. Karena dengan jamaah

setiap hari dapat mempersatukan umat, dalam berjamaah tidak membedakan

yang kaya atau yang miskin dan tidak memandang jabatan, sehingga dengan

berjamaah dapat dijadikan sebagai cara atau sarana untuk mempersatukan umat.

2) Keutamaan Shalat Berjamaah

Keutamaan dalam shalat berjamaah antara lain:

a) Pahalanya dua puluh tujuh kali lipat dari pada shalat sendirian. Rasulullah

SAW bersabda:

4
Ibnu Rif‟ah Ash-shilawy, Panduan Lengkap Ibadah..., hlm. 42.
“Telah menceritakan kepada kita Abdullah bin Yusuf, ia berkata: telah

mengabarkan kepada kita Malik dari Nafi‟ dari Abdullah bin Umar sesungguhnya

Rasulullah SAW bersabda: Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat

sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari).

b) Mendapat perlindungan dan naungan dari Allah pada hari kiamat kelak.

c) Mendapat pahala seperti haji dan umrah bagi yang mengerjakan shalat subuh

berjamaah kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit.

Sebagaimana telah dikatakan oleh Abdul Wahab Asy-Sya‟roni dalam kitabnya

Alminahu Assaniya, yaitu:

“Wahai Ali: tetaplah kamu shalat berjamaah sesungguhnya shalat

berjamaah disisi Allah bagaikan keberangkatanmu menunaikan ibadah haji dan

umrah, tidak ada orang yang senang shalat berjamaah kecuali orang yang mu‟min

yang benar- benar telah dicintai Allah, dan tidak ada orang yang benci shalat

berjamaah melainkan orang munafiq yang benar-benar dibenci Allah.”

e.Manfaat dan Hikmah Shalat Berjamaah

1) Manfaat Shalat Berjamaah


Shalat jamaah memiliki faedah-faedah (manfaat- manfaat) yang banyak dan

kebaikan-kebaikan yang agung, antara lain:

a) Allah SWT mensyariatkan kepada umat agar berkumpul pada waktu-waktu

tertentu untuk shalat berjamaah, Hal itu dimaksudkan agar dapat saling

menyambung silaturahmi diantara mereka, berbuat kebajikan, saling mengasihi

dan memperhatikan.

b) Menanamkan rasa saling mengasihi, yaitu saling mencintai antara yang

satu dengan yang lain sehingga saling mengerti dan memahami keadaan yang

lain. Seperti menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, membantu yang kesusahan

dan kesulitan.

c) Saling mengenal, karena apabila manusia shalat bersama-sama maka terjadi

saling kenal diantara mereka.

2) Hikmah Shalat Berjamaah

Allah SWT telah mensyari‟atkan shalat berjamaah karena mempunyai hikmah-

hikmah yang besar, diantaranya:

a) Persatuan umat, Allah SWT menginginkan umat Islam menjadi umat yang

satu, maka disyariatkan shalat berjamaah sehari semalam lima kali. Lalu Islam

memperluas jangkauan persatuan ini dengan mengadakan shalat jum‟at seminggu

sekali supaya jumlah umat semakin besar. Hal itu menunjukkan bahwa umat Islam

adalah umat yang satu.

b) Mensyiarkan syiar Islam. Allah SWT mensyariatkan shalat di masjid, dengan

shalat berjamaah di masjid, maka berkumpul umat Islam di dalamnya, sebelum

shalat ada pengumandangan adzan di tengah-tengah mereka, semua itu adalah

pemaklumatan dari umat akan penegakan syiar Allah SWT di muka bumi.
c) Merealisasikan penghambaan kepada Allah Tuhan semesta alam. Tatkala

mendengar adzan maka menyegerakan untuk memenuhi panggilan adzan tersebut

kemudian melaksanakan sholat berjamaah dan meninggalkan segala urusan dunia.

Maka itulah bukti atas penghambaan kepada Allah.

Analisis

Dari semua hal di atas bahwa hukum sholat berjamaah adalah fardu ain dan pahala

sholat berjamaah jauh lebih banyak dari pada sendirian.


Ringkasan Dan Analisi

SHALAT JUM’AT DAN KHUTBAH JUM’AT

2.Sholat Jum’at

Pengertian Sholat Jum’at

Sholat Jumat lebih ditetapkan waktunya daripada sholat Dzuhur, dan merupakan

sebaik-baik sholat. Hari Jumat adalah hari paling baik dari berbagai hari yang ada.

Bahkan, Allah SWT mengampuni 600 ribu penghuni neraka di hari Jumat. Bagi

orang-orang yang meninggal di hari Jumat, Allah juga akan mencatatkan pahala

syahid dan dijaga dari siksa kubur Shalat Jum’at hukumnya Fardhu ‘ain bagi laki-

laki yang merdeka, berakal, balig dan mukim pada tempat yang kedengaran suara

adzan dengan syarat yang akan diterangkan sekalipun dia bukan termasuk

mustautin pada tempat tersebut. Dan tidak karena udzur dari segala udzur yang

memperolehkannya meninggalkan shalat jum’at berjamaahdan sholat jumat hanya

wajib untuk laki-laki untuk perempuan tidak wajib tetapi wajib melaksana kan

sholat dzuhur. Dan juga wajib shalat Jum’at bagi orang yang sakit dan sebagainya

apabila dia hadir di dalam masjid tempat mendirikan shalat Jum’at dan pada waktu

mendirikan shalat Jum’at dan hadir dikala masuk waktu Jum’at dan tidak

membuatnya kesulitan selama menanti Jum’at. Tetapi jika ia mengalami kesulitan

saat menunggu Jum’at maka ia diperbolehkan pulang, dan diperbolehkan pulang

bagi orang yang tidak wajib shalat Jum’at seperti anak-anak dan hamba sahaya.

Syarat Sah Sholat jumat syarat sah shalat jum’at, sebagai berikut :

1.Sholat Jumat dilakukan di suatu tempat (desa atau kota) yang termasuk ke dalam

lingkup perkampungan.
2. Dilakukan ketika sudah mulai waktu dzuhur

3. Wajib dilakukan secara berjama'ah dengan jumlah minimal yang hadir dalam

sholat jumat adalah sebanyak 40 orang.

4. Dimulai dengan khutbah (termasuk membaca rukun khutbah) sebelum

melaksanakan sholat Jumat.

5. Sholat Jumat sudah dapat dimulai ketika khatib telah membacakan rukun dua

khutbah.

Selain itu, ada syarat wajib sholat Jumat yang juga tidak kalah penting untuk

dipahami, antara lain:

1. Beragama Islam.

2. Sudah deasa atau baligh.

3. Tidak gila atau mengalami gangguan mental lainnya.

4. Laki-laki (wanita tidak wajib sholat Jumat).

5. Sehat jasmani dan rohani (orang sakit tidak wajib sholat Jumat)

Analisis

Dengan hal di atas kita bisa mengetahui bahwa sholat jumat hkumnya fardu ain bagi

laki-laki dan sunnah untuk perempuan dan kita mengetahui mana hal yang menjadi

syarat untuk sholat jumat


Ringkasan Dan Analisis ahmad sarwat,Lc.MA Fikih Sholat jenazah

6. Pengertian Sholat Jenazah

Sholat jenazah adalah ibadah yang dilakukan ketika ada seorang Muslim yang

meninggal dunia. Sholat ini hukumnya fardhu kifayah artinya wajib dikerjakan.

Namun jika sudah ada yang mengerjakannya, maka kewajiban umat Muslim

lainnya menjadi gugur.

A. Hukum dan Syarat

1. Hukum Shalat Jenazah

Shalat atas jenazah adalah ibadah yang masyru' dan dilakukan oleh

Rasulullah SAW dan juga para shahabat. Rasulullah SAW menshalati jenazah

An• Najasyi,raja Habasyah,ketika wafat jarak jauh. Jumhur ulama berpendapat

bahwa hukum shalat jenazah adalah fardhu kifayah. Dimana bila sudah ada

satu orang yang mengerjakannya, gugurlah kewajiban orang lain. Namun AI-

Ashbagh berkata bahwa hukumnya sunnah kifayah, sehingga bila tak seorang pun

yang melakukannya, tidak ada yang berdosa kecuali hanya kehilangan kesunnahan.

B. Pensyariatan

Ada banyak dalil tentang pensyariatan shalat jenazah, salah satunya yang paling

mashur adalah hadits berikut ini :


Dari Abi Hurairah radhiyallahuanhu berkata,"Telah didatangkan kepada

Rasulullah SAW jenazah yang punya hutang. Beliau bertanya, "Apakah

dia meninggalkan harta utnuk membayar hutangnya? Kalau ada maka Rasulluah

SAW akan mensyalatinya, tetapi bi/a tidak (tidak dishalati)". Beliau berkata

kepada umat ls/ma, "Shalatilah jenazah saudara kalian ". (HR. Bukhari dan

Muslim)

D.Tata Cara Sholat Jenazah

Tata cara shalat jenazah sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Nabi SAW

adalah sebagai berikut.

Dari Abi Umamah bin Sahl bahwa seorang shahabat Nabi SAW

mengabarkannya bahwa aturan sunnah dalam shalat jenazah itu adalah

imam bertakbir kemudian membaca Al-Fatihah sesudah takbir yang pertama

secara sirr di dalam hatinya. Kemudian bershalawat kepada Nabi SAW,

menyampaikan doa khusus kepada mayyit don kemudian membaca salam.


Rukun sholat jenazah

Rukun ini maksudnya adalah kerangka yang bila ditinggalkan, shalat itu menjadi

tidak sah.

Dalam pandangan mazhab As-Syafi'iyah dan AI• Hanabilah mengatakan bahwa

shalat jenazah terdiri dari 7 rukun. Rukun-rukunnya adalah niat, 4 takbir dengan

takbiratul ihram, membaca surat AI-Fatihah setelah takbir yang pertama, shalawat

kepada Rasulullah SAW, doa untuk mayit setelah takbir ketiga, salam dan

berdiri. Sedangkan dalam pandangan mazhab AI• Malikiyah rukun shalat

jenazah ada 5 perkara. Rukun-rukunnya adalah : niat, empat kali takbir, mendoakan

mayit di antara takbir itu, dan berdiri.

Dan menurut mazhab AI-Hanafiyah, cukup 2 rukun saja. Rukun yang

pertama 4 kali takbir dan rukun yang kedua berdiri.

1. Niat

Kecuali AI-Hanafiyah, semua mazhab sepakat mengatakan bahwa niat adalah

rukun shalat Jenazah. Sedangkan AI-Hanafiyah sendiri mengatakan bahwa niat

dalam shakat jenazah merupakan syarat bukan rukun.

Jumhur ulama mengatakan shalat Jenazah sebagaimana shalat dan ibadah lainnya

tidak dianggap sah kalau tidak diniatkan. Dan niatnya adalah untuk melakukan

ibadah keapada Allah SWT.

Rasulullah SAW pun telah bersabda dalam haditsnya yang masyhur :


Dari lbnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,'Sesungguhnya setiap amal itu

tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya(H R. Muttafaq

Alaihi). Niat itu adanya di dalam hati dan intinya adalah tekad serta menyengaja

di dalam hati bahwa kita akan melakukan shalat tertentu saat ini.

2. Berdiri Bila Mampu

Shalat jenazah tidak sah bila dilakukan sambil duduk atau di atas kendaraan

(hewan tunggangan) selama seseorang mampu untuk berdiri dan tidak ada

uzurnya.

3. Takbir 4 kali

Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan bagaimana bentuk

shalat Nabi ketika menyalatkan jenazah.

Dari Jabir ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi

(shalat ghaib) dan beliau takbir 4 kali. (HR. Bukhari: 1245, Muslim 952 dan

Ahmad 3:355}

4. Membaca Surat AI-Fatihah

Dalam riwayat Al-Baihaqi, membaca surat AI• Fatihah ini setelah takbir yang

pertama dan tanpa didahului dengan doa iftitah.

Namun pendapat yang mukatamad dalam mazhab Asy-Syafi'i tidak

mempermasalahkan apakah AI-Fatihah ini dibaca setelah takbir pertama, kedua,

ketiga atau keempat.


5. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW

Shalawat yang dimaksud adalah shalawat ibrahimiyah, yaitu yang di dalamnya

ada shalawat dan keberkahan buat Nabi Ibrahim juga. Shalawat ini dibaca setelah

takbir yang kedua.

Pendapat yang muktamad dalam mazhab Asy• syafi'iyah tidak diharuskan

membaca shalawat kepada keluarga Nabi Muhammad SAW.

Mazhab AI-Hanabilah mengatakan bahwa shalawat ini sama dengan shalawat yang

dibaca di dalam lafadz tasyahhud.

6. Doa Untuk Jenazah

Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain:

Ya Allah, ampunilah dia, sayangi, afiatkan dan maafkan kesalahannya. Muliakan

tempat turunnya, luaskan tempat masuknya, sucikan dia dari kesa/ahan•

kesalahannya, sebagaimana baju putih yang disucikan dari kotoran. Mandikan dia

dengan air, es dan embun. Ya Allah, jadikanlah kuburnya taman di antara taman•

taman surga dan jangan jadikan liang dari lubang-lubang neraka.

7. salam
Dari lbnu Masud radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Nabi SAW melakukan

sa/am kepada jenazah seperti sa/am dalam sha/at. (HR. AI-Baihaqi)

F. Syarat

Agar shalat jenazah yang dilakukan menjadi sah hukumnya, para ulama

telah menetapkan ada beberapa syarat sah sebagaimana berikut ini :

1. Semua Syarat Sah Shalat

Syarat yang pertama sebenarnya gabungan dari semua syarat sah yang

berlaku untuk semua shalat, kecuali masalah masuk waktu.Di antara

syarat sah shalat yang telah disepakati para ulama adalah:


■ Muslim

■ Suci dari Najis pada Badan, Pakaian dan Tempat

■ Suci dari Hadats Kecil dan Besar

■ Menutup Au rat

■ Menghadap ke Kiblat

2. Jenazahnya Beragama Islam

Para ulama secara umum berpendapat bahwa

hanya jenazah yang beragama Islam saja yang sah untuk dishalatkan. Sedangkan

jenazah yang bukan muslim, bukan hanya tidak sah bila dishalatkan, tetapi

hukumnya haram dan terlarang.

Dasar dari larangan untuk menshalatkan jenazah yang bukan muslim adalah

firman Allah SWT:

Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang

mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya.

Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati

dalam keadaan Jasik. (QS. At-Taubah: 84}

Adapun jenazah muslim tetapi bermasalah, seperti ahli bid'ah, orang

bunuh diri dan sejenisnya, para ulama berbeda pendapat tentang hal ini,

apakah dishalatkan jenazahnya atau tidak serta berbeda latar belakangnya.


3. Jenazah Sudah Dimandikan

Para ulama mengatakan bahwa syarat agar jenazah sah dishalatkan adalah

bahwa jenazah itu sudah dimandikan sebelumnya, sehingga segala najis dan

kotoran sudah tidak ada lagi.

Meski pun para ulama umumnya sepakat bahwa tujuan mandi janabah bukan

semata-mata untuk menghilangkan najis, melainkan bahwa tujuannya untuk

mengangkat hadats besar yang terjadi pada jenazah.

Hal itu karena mazhab Asy-Syafi'iyah memandang bahwa di antara enam penyebab

hadats besar, salah satunya adalah meninggalnya seseorang. Oleh karena itu, agar

jenazah terangkat dari hadats besarnya, harus dimandikan. Dan setelah itu baru

boleh dishalatkan.

Namun lain keadaannya dengan orang yang mati syahid, dimana ketentuan orang

mati syahid ini memang tidak perlu dimandikan. Dan tentunya juga tidak perlu

dikafani. Jenazah itu cukup dishalatkan saja tanpaharus dimandikan sebelumnya.

Hal itu sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW kepada para syuhada' Uhud,

dimana beliau bersabda:

Kuburkan mereka dengan darah mereka (HR. Bukhari)


4. Aurat Jenazah Tertutup

Para ulama juga mensyaratkan agar jenazah sah dishalatkan dalam keadaan

auratnya tertutup,sebagaimana orang yang masih hidup.

5. Jenazah Diletakkan di Depan

Jenazah yang dishalatkan harus berada di depan orang yang menshalatkannya.

Sehingga orang-orang yang menshalatkan jenazah itu berposisi menghadap

kepadanya.

Analisis

Dengan beberapa hal di atas dapat saya analisis bahwa banyak hal yang masih harus

kita pahami tentang sholat jenazah contohnya janganlah kita menyolatkan jenzah

seorang kafir.
Ringkasan Dan Analisis

HUKUM MENJAMA' DAN MENGQASAR SHALAT

7. Pengertian dan Dasar Hukum Menjama' dan Qasar Shalat

a. Pengertian Jama

Jama' berarti shalat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dua shalat

wajib dalam satu waktu, seperti shalat Zuhur dengan Asar dan shalat Magrib

dengan shalat Isya. Seperti halnya seseorang melakukan jama' taqdim danjama'

ta'khir. Jama' taqdim adalah menggabungkan dua shalat dan dikerjakan dalam

waktu shalat pertama, yaitu: zhuhur dan ashar dikerjakan dalam waktu zuhur, dan

magrib 'isya' dikerjakan dalam waktu magrib. Jama' taqdim harus dilakukan

secara beruturan sebagaimana urutan shalat tidak boleh terbalik. Adapunjama'

ta'khir adalah menggabungkan dua shalat dan dikerjakan dalam waktu shalat

kedua, yaitu: zuhur dan ashar dikerjakan dalam waktu ashar, magrib dan 'isya'

dikerjakan dalam waktu 'isya'. Jama' ta 'khir boleh dilakukan secara berurutan

dan boleh pula tidak secara berurutan sebagaimana yang dilakukan oleh

Rasulullah saw. Menjama' shalat boleh dilakukan oleh siapa saja yang

memerlukannya, baik musafir atau bukan dan tidak boleh dilakukan terus menerus

tanpa udzur, jadi dilakukan ketika diperlukan saja. Termasuk udzur yang

membolehkan seseorang untuk menjama' shalatnya adalah musafir ketika masih

dalam perjalanan dan belum sampai di tempat tujuan, turun hujan, dan orang

sakit.Jama' berakar kata dari jama'a, yajma'u, jam 'an, yang berarti kumpul atau

bergabung. Secara terminology shalat Jama' adalah dua shalat yang dikerjakan

bergantian dalam satu waktu.

b. Pengertian Qasar
Sedangkan pembahasan mengenai pengertian shalat qaṣar ada dua hal yang

perlu diperhatikan yaitu pengertian menurut bahasa dan istilah. Kata Qaṣar

menurut bahasa adalah (meringkas) dan (dispensasi). Sedangkan menurut istilah

adalah shalat yang diringkas, yaitu meringkas raka’at shalat yang empat raka‟at

menjadi dua raka’at, akan tetapi shalat magrib dan subuh tidak dapat diqaṣar

(diringkas). Memendekkan rakaat shalat yang berjumlah empat menjadi dua rakaat

saja Misalnya ketika seorang muslim dalam perjalanan maka ada keringanan

(rukhshah) yang diberikan Allah

kepadanya dalam melaksanakan shalat boleh ia melaksanakan shalat secara jama‟8

ataupun qaṣar. Hal ini berdasarkan Al-Qur‟an surat Al-Nisa ayat 101:

‫ض َر ْبت ُ ْم َواِذَا‬
َ ‫ض ِفى‬ َ ْ ‫ْس‬
ِ ‫اْل ْر‬ َ ‫ع َل ْيكُ ْم فَلَي‬ ُ ‫ص ٰلو ِة ِمنَ ت َ ْق‬
َ ‫ص ُر ْوا ا َ ْن ُجنَاح‬ َّ ‫الَّ ِذيْنَ َّي ْف ِتنَكُ ُم ا َ ْن ِخ ْفت ُ ْم ا ِْن ۖ ال‬

‫عد ًُّوا لَكُ ْم َكانُ ْوا ْال ٰك ِف ِريْنَ ا َِّن َكفَ ُر ْوا‬
َ ‫ ُّم ِب ْينًا‬.

Artinya :"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa

kamu mengqaṣar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.

Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.”[QS. Al-

Nisa‟ (4) : 101]

Tujuan dan Kegunaan Menjama’ dan Qaṣar Shalat


Shalat merupakan ibadah yang dikenal sejak dahulu kala dan ritual yang ada pada

banyak agama secara umum. Islam sangat memperhatikan perintah shalat, tidak

boleh mengabaikannya dan mengancam dengan ancaman yang berat bagi yang

meninggalkannya. Shalat adalah tiang agama, kunci surga, sebaik-baik amalan, dan

yang pertama kali dihisab atas seorang mukmin pada hari kiamat. Allah

membolehkan shalat jama‟ dan qaṣar adalah untuk memberikan keringanan dan

kemudahan kepada setiap manusia agar dapat menjalankan ibadah dalam kondisi

apapun, dan shalat adalah ibadah yang tidak boleh ditinggal, sedangkan manfaat

dari keduanya ialah untuk memudahkan setiap umat manusia dalam berpergian jauh

hendak menunaikan shalatnya, dan Allah selalu memberikan kemudahan kepada

setiap hamba-Nya dalam melaksanakan ibadah.Syarat-syarat Menjama’ dan Qaṣar

Shalat Shalat jama‟ ialah mengerjakan 2 shalat fardhu dalam satu waktu. Jika

dikerjakan pada waktu yang pertama disebut jama‟ taqdim dan jika dikerjakan pada

waktu shalat yang kedua disebut jama‟ ta‟khir. Sedangkan shalat qaṣar adalah

meringkas shalat dari 4 raka‟at menjadi 2 raka‟at. Jama‟ dan qaṣar ini memiliki

syarat masing-masing.

Syarat jama‟ taqdim adalah :

1. Niat untuk menjama‟, yaitu niat untuk menjama‟ taqdim ketika memulai shalat

pertama dan dibolehkan ketika sudah melakukannya. Maksud dari niat untuk

menjama‟ ialah seseorang yang melaksanakan jama‟ taqdim harus di awali oleh

niat untuk menjama‟ shalat, karena segala perbuatan tergantung kepada niat

masing-masing. Waktu niat jama‟ taqdim ketika memulai shalat pertama dan

dibolehkan ketika sudah melakukannya shalat pertama, menurut pendapat yang

paling jelas, meskipun sudah mengucapkan salam.


2. Tertib, yaitu harus dimulai dengan shalat pertama yang masuk waktunya.

3. Bersambung, yaitu berurutan dengan tidak dipisah antara dua shalat yang dijama‟

dengan jarak yang panjang. Karena, menjama‟ shalat menjadikan dua shalat itu

seperti satu shalat maka diharuskan adanya kesinambungan seperti rakaat-rakaat

dalam shalat, yaitu tidak dipisahkan antara dua shalat tersebut sebagaimana tidak

dibolehkan untuk memisahkan antara rakaat dalam satu shalat. Jika dua shalat itu

dipisah oleh jarak yang panjang meskipun udzur, baik itu lupa ataupun pingsan

maka shalat jama‟ itu menjadi batal dan wajib untuk mengakhiri shalat kedua pada

waktu yang seharusnya, karena syarat untuk menjama‟ telah hilang.

4. Terus berada dalan perjalanan hingga melakukan takbiratul iḥram pada shalat

kedua, meskipun perjalanannya itu baru berhenti setelah takbiratul iḥram dan shalat

kedua. Adapun jika perjalanan itu berhenti sebelum dimulainya shalat kedua maka

tidak boleh untuk menjama‟, karena hilangnya sebab.

5. Tetapnya waktu shalat pertama dengan keyakinan dapat melakukan shalat kedua.

6. Menganggap sahnya shalat pertama. Jika seseorang menjama‟ shalat ashar

dengan shalat jumat di tempat yang sedang pelaksanaan shalat jumat tanpa adanya

kebutuhan, juga ragu tentang siapa yang lebih dahulu atau berbarengan dalam

pelaksanaan shalat jumatnya maka tidak boleh melakukan jama‟ shalat ashar

dengan jama‟ taqdim.

Analisi

Dengan begini kita mengetahui bahwa ada keringanan dalam islam untuk sholat

untuk orang musfir atau orang yang dalam perjalanan tapi tetap di ingat magrib dan
subuh tidak bisa Qasar dan tidak ada kata tidak melaksanakan sholat walawpun

dalam perjalanan
Ringkasan dan analisis Muhammad Ajib, Lc., MA Buku 33 Macam

Jenis shalat Sunnah

A. PENGERTIAN SHALAT SUNNAH

Shalat sunnah adalah ibadah yang dilakukan diluar shalat wajib. Shalat ini apabila

dikerjakan mendapat pahala, namun apabila ditinggalkan tidak berdosa.

Shalat sunnah dibagi menjadi 2 macam yaitu shalat sunnah rawatib dan shalat

sunnah ghairu rawatib.

1.Shalat Sunnah Rawatib Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang

dikerjakan mengiringi shalat fardhu. Waktu mengerjakannya sebelum atau sesudah

shalat wajib lima waktu. Shalat yang dikerjakan sebelum shalat fardhu disebut

qabliyah, sedangkan setelah shalat fardhu disebut ba’diyah. Shalat sunnah rawatib

ada dua, yaitu a. Shalat sunnah muakkad, yakni

shalat sunnah yang dikukuhkan untuk dikerjakan, jumlah rakaat

keseluruhannya ada 10 atau 12 rakaat,yaitu: 4 rakaat sebelum shalat zuhur, 2 rakaat

sesudah shalat zuhur, 2 rakaat sesudah shalat magrib, 2 rakaat sesudah shalat isya’,

2 rakaat sebelum shalat subuh b. Shalat sunnah ghairu muakkad, yaitu shalat sunnah

yang tidak dikukuhkan untuk dikerjakan. Jumlah rakaatnya ada 10 rakaat, yaitu: 2

rakaat sebelum zuhur, 2 rakaat sebelum zuhur, 4 rakaat sebelum ashar, dan 2 rakaat

sebelum magrib Shalat sunnah muakaad dan ghairu muakkad di kerjakan secara

tidak berjamaah, jika empat rakaat, tiap dua rakaat salam, tanpa azan dan iqamah,

diutamakan tempat shalat sunnah berpindah dari tempat shalat fardhu dan

bacaannya tidak dikeraskan.


2.Shalat Sunnah Ghairu Rawatib Shalat sunnah ghairu rawatib yakni shalat

sunnah yang terikat oleh waktu. Macam-macam shalat sunnah ini adalah sebagai

berikut:

a. Shalat Dhuha Shalat dhuha dikerjakan pada waktu matahari naik kira-kira

sepenggalah sampai matahari agak tinggi dan agak kepanasan. Kira-kira pukul

07.00- 11.00. Jumlah rakaatnya boleh 2,4,6, dan paling banyak 12 rakaat

b. Shalat Istikharah Shalat sunnah istikharah adalah shalat sunnah yang dilakukan

untuk mengambil keputusan. Untuk mendapatkan kemantapan putusan kita

disunnahkan shalat istikharah dua rakaat. Setelah shalat istikharah hendaklah

memabaca tahmid dan shalawat Nabi SAW

c. Shalat Qiyamul Lail (Shalat Tahajud, Tarawih, dan Witir) Shalat ini merupakan

shalat terbaik yang dikerjakan setelah shalat wajib. Shalat malam disebut juga

shalat tahajud. Shalat tarawih dikerjakan pada bulan ramadhan. Disebut shalat witir

karena jumlah rakaatnya ganjil. Jumlah rakaat shalat tahajud bisa 2 rakaat dan 4

rakaat, kemudian shalat witir 3 rakaat.

Analisis
Dengan semua hal di atas bisa di simpulkan bahwa sholat sunnah itu ada banyak
sekali tetapi ada sholat sunnah yang sering di lakukan dan sholat sunnah kalau tidak
di laksanakan tidak mendapat dosa.

Anda mungkin juga menyukai