Anda di halaman 1dari 3

Nama : Galuh Sukma Dwijayanti

NIM : 1408521060
Kelas : A
Resume Dasar-Dasar Teori Public Relations
PR berhubungan dengan interdepensi organisasi dan faktor lain dalam lingkungan mereka.
Dilihat dari perspektif ini, peran utama PR adalah membantu organisasi untuk menyesuaikan diri
dan beradaptasi perubahan di dalam lingkungannya. Agar bisa makmur dan  berkembang, semua
organisasi harus :
1. Menerima tanggung jawab publik yang diamanatkan oleh masyarakat yang makin saling
tergantung. 
2. Berkomunikasi dengan publik yang kadang berada di tempat jauh dan tersebar.
3. Berintegrasi dengan komunitas yang akan mereka layani.
Ringkasnya, tugas PR adalah membantu organisasi untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi
dengan lingkungannya. Konselor PR memonitor opini publik, perubahan sosial, gerakan politik,
perubahan kultural, perkembangan teknologi dan lingkungan alam. Mereka kemudian
menginterpretasikan faktor-faktor lingkungan ini dan bekerja sama dengan manajemen untuk
menyusun strategis perubahan organisasional dan responsivitas. Konselor PR yang sukses akan
terus menerus menyurvei lingkungan, selalu berusaha memperluas visinya dan berusaha
meningkatkan wawasannya tentang realitas sekarang dan realitas masa depan.
Peran PR adalah melacak dan menganalisis tren dan kekuatan spesifik yang bermain dalam
situasi tertentu. Contohnya Organisasi PETA memenangkan perang dalam opini publik bahwa
membunuh hewan untuk kesenangan atau untuk riset kosmetik seharusnya dilihat sebagai
tindakan ilegal. Banyak perusahaan lain "mengadopsi" sekolah untuk membantu meningkatkan
sistem pendidikan dan hanya ada sedikit organisasi yang berhasil mengatasi masalah yang
diakibatkan oleh krisis pendidikan, perubahan keluarga, teknologi baru, atau persaingan global.
Diskusi perubahan dan dampaknya terhadap organisasi membutuhkan perspektif sistem untuk
PR. Perspektif sistem dipakai untuk menjelaskan hubungan yang saling tergantung yang
dibentuk dan dipertahankan antara organisasi dan publiknya. Konsep penyesuaian dan adaptasi,
dan definisi kita tentang PR, menggunakan konsep dan proposisi dari teori sistem. Dalam kasus
PR, seperangkat unit yang berinteraksi itu antara lain organisasi, dan publik yang berhubungan
dengannya. Mereka dipengaruhi dan terlibat dalam interaksi, tujuan dapat dicapai dengan cukup
menjaga hubungan yang sudah ada di tengah-tengah kondisi yang terus berubah-ubah. Contoh
klasik penyesuaian dan adaptasi ini adalah penataan ulang kampanye pengumpulan dana March
of Dimes dan riset terhadap cacat bayi setelah vaksin polio telah ditemukan oleh organisasi yang
bersangkutan. 
1. Tekanan Perubahan Lingkungan
Teoretisi sistem biasanya mendefinisikan lingkungan sebagai segala sesuatu yang
menciptakan tekanan perubahan – informasi, energi, dan input materi – terhadap sesuatu
sistem. Misalnya laporan berita tentang penyalahgunaan jabatan yang dilakukan oleh seorang
eksekutif pucak di United Way – gaya hidup yang boros, gaji tinggi, pengeluaran hotel
mewah dan sewa limousine.
2. Subsistem dan Suprasistem
Sejauh ini, sistem didefinisikan sebagai sistem yang mencakup organisasi dan publik.
Deimikian pula, organisasi itu sendiri terdiri dari seperangkat unit yang saling berinteraksi.
Dari perspektif ini, organisasi juga bisa dilihat sebagai sebuah sistem. Karena organisasi-
organisasi eksis dalam seting sosial yang dinamis, mereka harus memodifikasi proses
internalnya dan merestrukturisasi diri dalam rangka merespons lingkungan yang terus
berubah. Jika tidak ada penyesuaian dan adaptasi, organisasi - sebagaimana sistem sosial
lainnya - akan ketinggalan zaman. Sebagai konselor untuk manajemen lini, staf PR bertugas
menjaga agar organisasi tetap sensitif terhadap perubahan lingkungan, mengantisipasi
sekaligus bereaksi terhadap tekanan perusahaan.
3. Organisasi sebagai Sistem
Miller mengatakan “sistem yang hidup” terlibat dalam pertukaran dengan lingkungannya,
menghasilkan perubahan baik di sistem maupun lingkungannya. Citra proses pertukaran,
perubahan struktural, dan adaptasi tersebut melambangkan esensi dari fungsi PR didalam
organisasi. Penyesuaian dan adaptasi organisasional terhadap kondisi baru sebagian akan
tergantung kepasa seberapa terbukakah organisasi terhadap lingkungannya. Perbedaan dalam
seberapa sensitifkah organisasi terhadap lingkungannya akan memberikan basis yang berguna
untuk analisis sistem fungsi PR selanjutnya.
Sistem tertutup punya batas yang tak bisa ditembus, jadi tidak dapat bertukar materi, energi,
atau informasi dengan lingkungannya. Sistem terbuka di lain pihak dengan bertukar input dan
output melalui batas-batas yang bisa ditembus. Sistem sosial tidak dapat sepenuhnya tertutup
atau terbuka, sehingga sistem sosial adalah sistem yang relatif tertutup atau relatif terbuka.
Perbedaan ini sangat penting. Sistem terbuka menyesuaikan diri dan beradaptasi untuk menolak
atau mengakomodasi variasi environmental. Input dari lingkungan dapat menyebabkan deviasi
dari pernyataan tujuan sistem. Ketika itu terjadi, umpan balik (feedback) didalam sebuah sistem
menyebabkan penyesuaian baik dalam struktur sistem (apa sebenarnya sistem itu) dan proses
(apa yang dilakukan sistem itu). Penyesuaian ini dimaksudkan untuk mengurangi,
mempertahankan, atau meningkatkan deviasi tersebut.Tujuan sistem adalah tetap bertahan hidup,
tetapi karena sistem eksis di dalam lingkungan yang terus berubah, maka sistem terbuka harus
terus-menerus menyesuaikan diri untuk mempertahankan keseimbangan atau ekuilibrium. Sistem
terbuka harus terus-menerus berubah agar tetap menjadi unit yang sama dan tetap
bertahan.Umpan balik dapat diklasifikasikan sebagai umpan balik positif dan negatif, tergantung
kepada cara sistem meresposnnya. Sistem juga bisa merespons dengan memperbesar atau
mempertahankan deviasi, apalagi umpan baliknya positif. Respon terhadap umpan balik negatif
adalah "kurangi, perlambat, hentikan." Respons terhadap umpan balik positif adalah "tingkatkan,
pertahankan, lanjutkan."
Studi proses input-output yang mengatur diri sendiri adalah sistem disebut cybernetics. Model
cybernetic umum Buckley, menggambarkan apa yang cenderung terjadi dan akan terjadi
(“dengan asumsi tidak ada faktor yang kompleks”) dalam sistem yang mengejar tujuan. Model
ini memuat lima elemen : (1) tujuan yang ditetapkan dalam pusat kontrol; (2) output yang
berhubungan dengan tujuan, yang berdampak pada keadaan sistem dan lingkungannya; (3)
umpan balik kepada pusat kontrol mengenai efek dari output; (4) komparasi
(perbandingan) keadaan sistem baru dengan keadaan tujuan; dan (5) penentuan pusat kontrol
mengenai kebutuhan untuk output korektif. PR menujukkan pendekatan yang mirip dengan
sistem terbuka dan tertutup. Ketika praktisi PR bertemu, mereka sering menggunakan istilah
reaktif dan proaktif untuk mendeskripsikan program mereka. Program reaktif menggunakan
pendekatan sistem yang relative tertutup untuk membuat program perencanaan dan manajemen.
Program proaktif, sebaliknya, menggunakan “radar” peringatan dirinya untuk mengumpulkan
informasi, membuat penyesuaian dan menghasilkan output internal dan eksternal untuk
mencegah atau menghindari problem.
Output dari press release yang berkesinambungan dan respons PR reaktif lainnya merupakan
pemikiran berdasarkan sistem tertutup. Bell dan Bell menyebut pendekatan PR yang pertama
tersebut sebagai pendekatan functionary dan yang kedua sebagai pendekatan fungsional.
Menurut mereka, peran functionary adalah sama dengan pendekatan sistem tertutup. Dalam
pendekatan terhadap PR ini, penekanannya adalah pada pemeliharaan status quodi dalam
organisasi sembari memengaruhi perubahan dalam publik dari organisasi. Tujuannya adalah
membangun dan menjaga antara organisasi dan membawa publik masuk ke dalam rencana
organisasi. Pendekatan fungsionaris menempatkan praktisi PR dalam peran teknisi. Dalam peran
yang terbatas ini, mereka memonitor lingkungan (jika bisa) untuk membuat output komunikasi
makin efektif, tetapi tidak untuk membuat perubahan di dalam organisasi. Di lain pihak, dalam
organisasi di mana PR beroperasi dalam mode fungsional,praktisi PR menjadi bagian dari
pimpinan manajemen, "koalisi dominan". Akibatnya, PR yang dipraktikkan dalam model sistem
tertutup (fungsionaris) akan berusaha untuk menjaga status quo di dalam organisasi sembari
mengarahkan upaya perubahan pada lingkungan. Ketika PR adalah bagian dari usaha strategis
organisasi untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis, praktik
ini merefleksikan model sistem terbuka (fungsional). Pendekatan sistem terbuka secara radikal
mengubah praktik PR dari praktik yang selama ini banyak dilakukan sebelumnya. Versi
fungsionaris biasanya berusaha mengontrol kekuatan lingkungan, sedangkan model sistem
terbuka berusaha menyesuaikan dan beradaptasi dengan memberikan respons yang tepat dan
realistis. Kebanyakan definisi lingkungan organisasional menyatakan bahwa lingkungan itu
mencakup faktor-faktor di luar batas organisasi dan sering kali berada di luar kendali organisasi.
Sebuah lingkungan spesifik dari organisasi akan mencakup "konstituen yang dapat secara positif
atau negatif memengaruhi efektivitas organisasi. Lingkungan ini unik untuk setiap organisasi,
dan ia berubah sesuai kondisi."

Anda mungkin juga menyukai