Anda di halaman 1dari 15

SERTIFIKASI

KEPERAWATAN STROKE

Modul 2
Perawatan Neurokritikal:
Mengenali Keadaan Gawat Darurat

Penulis:
Dr Thomas Luiz & Dieter Lerner
2015

Diperbarui oleh:
Gilbert Steinfurth
2016

SC-ID-00783
DAFTAR ISI

HALAMAN

1 Introduksi Perawatan Neurokritikal 3

2 Mengenali dan Menilai Gejala Stroke 4


2.1 Mengenali Stroke Pada Fase Pra-Rumah Sakit dan Awal Rumah Sakit 4

3 Pendekatan ABCDE 6
3.1 Sejarah dan Elemen Pendekatan ABCDE 6
3.2 Airway 6
3.3 Breathing 7
3.4 Circulation 7
3.5 Disability 7
3.6 Exposure 8
3.7 Daftar Tilik ABCDE Terinci 8

4 Early Warning Score (EWS) 10


4.1 Contoh Early Warning Score 10
4.2 Contoh Graded Response Strategy System 11

5 Rantai Pencegahan 12

6 Uji Diri Anda 13

7 Literatur 14

8 Referensi 15

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 2


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
1 INTRODUKSI PERAWATAN NEUROKRITIKAL

”Keberhasilan perawatan stroke modern yang mengagumkan tidak akan tercapai


tanpa kontribusi signifikan dari perawatan neurokritikal.”1

Perawatan neurokritikal adalah elemen


inti dari terapi stroke modern

Stroke adalah sindrom akut heterogen yang disebabkan oleh beberapa kelainan yang
menyebabkan suatu sumbatan atau pecahnya pembuluh darah yang mensuplai jaringan otak.
Setelah menurunnya persediaan oksigen, beberapa neuron akan mati dalam beberapa menit,
mengakibatkan cedera otak yang ireversibel. Di sekitar area nekrosis, terdapat area dengan
persediaan oksigen yang masih cukup secara terbatas, untuk mempertahankan sel-sel otak tetap
hidup meskipun tidak berfungsi. Area ini dikenal sebagai iskemik penumbra.

Jika reperfusi tidak dilakukan secepatnya, atau bila terjadi cedera tambahan, kematian neuron di
area penumbra akan terjadi seiring waktu. Oleh karena itu, “waktu adalah otak” menjelaskan
bahwa fungsi otak akan hilang dalam setiap detik tertundanya terapi.

Perawat memiliki peranan penting pada setiap tahap perawatan pasien stroke. Perawatan yang
berkelanjutan terdiri atas fase gawat-darurat atau hiperakut, fase perawatan akut, dan fase
rehabilitasi stroke. Unit stroke yang berdedikasi, terutama unit stroke komprehensif,
menggabungkan perawatan kritis dan rehabilitasi dini. Oleh karena itu, perawat yang bekerja di
unit stroke harus mengenali berbagai layanan dan prosedur yang disediakan oleh disiplin-disiplin
ilmu lainnya yang penting pada perawatan stroke akut dan rehabilitasi stroke dini.

Edukasi spesifik stroke sering menggabungkan pendekatan terapeutik khusus dalam keperawatan
dan rehabilitasi (co: stimulasi basal, kinastetik, konsep terapi latihan Bobath, ergoterapi), tetapi
kurang memerhatikan aspek keperawatan gawat darurat dan perawatan kritikal.

Sebuah pertanyaan klinis pada penelitian yang dilakukan oleh Smith et al. merujuk tentang
prioritas edukasi pada tenaga kesehatan mengenai perawatan stroke. Ketika diurutkan
berdasarkan profesi, terdapat kesamaan dalam kebutuhan pengetahuan lintas grup: intervensi
akut merupakan prioritas bagi dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.2

Kami menambahkan sebuah modul pendidikan dalam perawatan neurokritikal untuk


memungkinkan tenaga kesehatan memahami, mengenali, dan menangani keadaan-keadaan yang
berpotensi mengancam nyawa dengan berbasis bukti medis.

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 3


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
2 MENGENALI DAN MENILAI GEJALA STROKE

Mengenali gejala stroke secara tepat waktu sangat penting dalam keberhasilan terapi akut.

Gejala stroke umumnya timbul mendadak dan bergantung pada lokasi otak yang terkena.
Penilaian awal pasien didasarkan pada prinsip ABCDE dan tanda-tanda vital, serta penilaian
3
neurologis.

2.1 MENGENALI STROKE PADA FASE PRA-RUMAH SAKIT DAN AWAL RUMAH SAKIT

Alat-alat penilaian telah dikembangkan untuk membantu mengenali gejala stroke dan
meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi pasien stroke di lapangan. Alat penilaian yang
paling umum adalah Cincinnati Prehospital Stroke Scale dan Los Angeles Prehospital Stroke
Screen. Alat identifikasi stroke yang lebih baru mencakup Face Arm Speech Test (FAST) yang
mirip dengan Cincinnati Prehospital Stroke Scale, dan Melbourne Prehospital Stroke Scale yang
mirip dengan Los Angeles Prehospital Stroke Screen. Alat untuk menilai tingkat keparahan
stroke telah dikembangkan, termasuk versi pendek dari NIH Stroke Scale (NIHSS) dan Los
4
Angeles Motor Scale (lihat Tabel 1).

Praktik berbasis bukti medis: penggunaan skala penilaian stroke, khususnya National Institutes of
5
Health Stroke Scale (NIHSS) direkomendasikan oleh American Stroke Association.

TABEL 1: KOMPONEN ALAT PENILAIAN PRA-RUMAH SAKIT6


LOS ANGELES
CINCINNATI
PREHOSPITAL LOS ANGELES FACE ARM
PREHOSPITAL NIHSS-5
STROKE MOTOR SCALE SPEECH TEST
STROKE SCALE
SCREEN
Wajah terkulai Kelemahan Kelemahan Palsi wajah Motorik tungkai
wajah wajah kanan

Kelemahan Kekuatan lengan Kekuatan lengan Kelemahan Motorik tungkai


lengan lengan kiri

Bicara Genggaman Genggaman Gangguan Pandangan


bicara
Kriteria skrining Lapang
(4 butir) pandang
Gula darah Bahasa
NIHSS menunjukkan National Institute of Health Stroke Scale yang dipersingkat

Mayoritas pasien dengan stroke iskemik akut datang ke unit gawat darurat dengan kondisi
hemodinamik yang stabil. Akan tetapi, stroke iskemik yang melibatkan sirkulasi posterior,
perdarahan intrakranial, atau perdarahan subaraknoid memerlukan tatalaksana jalan napas,
khususnya bila terjadi penurunan kesadaran. Kegagalan sirkulasi atau henti jantung, meskipun
mungkin, jarang terjadi pada stroke iskemik terisolasi, tetapi dapat merupakan komplikasi awal
dari perdarahan subaraknoid berat. Sebagai tambahan, kegagalan sirkulasi jantung dapat

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 4


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
mengindikasikan kondisi-kondisi medis penyerta seperti infark miokard akut, atrial fibrilasi, atau
penyakit jantung kongestif.

Dokumentasi awal pasien stroke dimulai dengan merekam seluruh informasi yang terdapat dalam
penilaian neurologi respirasi stroke. Tanda-tanda vital harus diukur secara berkala sesuai indikasi
klinis, setidaknya setiap 30 menit. Selama 60 menit terapi trombolitik infus, nadi dan tekanan
darah harus diukur setidaknya setiap 15 menit (lihat Tabel 2 dan Gambar 1).

Nilai tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, laju napas) dan status neurologi
selama 24 jam pertama

Gambar 1: Frekuensi penilaian tanda-tanda vital dan status neurologi

TABEL 2: PASIEN DENGAN TERAPI TROMBOLISIS7


Penilaian neurologis dan tanda-tanda vital (TD, nadi, EKG, saturasi O2) (kecuali
temperatur) setiap 15 menit pada 2 jam pertama sejak infus rtPA, lalu setiap 30 menit
untuk 6 jam, lalu setiap 60 menit untuk 16 jam (total 24 jam)

Catatan: Frekuensi pengukuran tekanan darah (TD) dapat ditingkatkan sesuai rekomendasi
pedoman untuk nilai TD yang berbeda pada tipe stroke yang berbeda (stroke iskemik, stroke
perdarahan)

 Temperatur (T) setiap 4 jam atau sesuai keperluan. Tangani temperatur >37.5oC sesuai
instruksi
 Untuk saturasi O2 <94%, berikan O2 dengan kanul atau sungkup wajah setidaknya 2-3
L/menit
 Pantau komplikasi perdarahan mayor dan minor
 Pantau fungsi jantung secara berkelanjutan hingga 72 jam atau lebih
 Ukur intake dan output
 Pada pasien tanpa gangguan fungsi jantung, berikan cairan IV normal salin atau Ringer
Laktat dengan laju 75-100 mL/jam

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 5


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
3 PENDEKATAN ABCDE8

Pendekatan ABCDE mencakup skrining singkat dan


sistematis dari patensi jalan napas (airway patency),
pernapasan (breathing), sirkulasi (circulation), disabilitas
(disability), dan eksposur (exposure)

Sejumlah penelitian pada tahun 1990an, menyoroti pengenalan dan tatalaksana pasien dengan
kondisi akut di bangsal dewasa. Bukti medis mengindikasikan bahwa pasien yang mengalami
penurunan kondisi secara dramatis, normalnya tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi perburukan
parameter-parameter klinis terjadi beberapa jam sebelum terjadi kondisi akut yang mengancam
nyawa.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian-penelitian ini adalah bila pasien telah teridentifikasi
dan dirawat dengan tepat dari awal, perburukan dapat dicegah. Dengan kata lain: pasien-pasien
dengan kelainan fisiologis dalam masa penyakit yang serius, bila dibiarkan dapat mengakibatkan
kegawatan medis yang dapat mengancam nyawa.

Perawatan klinis mencakup keberadaan tim, penggunaan early warning scores (EWS) dan track-
and-trigger systems merupakan isu utama dalam mendukung dan melengkapi tenaga kesehatan
dengan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk bertindak tepat waktu.

Untuk mencegah kegawatdaruratan medis, perawat harus memahami prioritas klinis dari kondisi-
kondisi yang mengancam nyawa untuk dapat memberikan respon dan penanganan
permasalahan sesuai urutan yang benar. Prioritas intervensi dapat dilakukan dengan pendekatan
ABCDE (lihat Tabel 3 and Tabel 6). Informasi harus didapatkan dengan melihat, mendengar, dan
ketika diperlukan, memegang pasien, juga mengukur variabel-variabel fisiologis seperti laju
napas, nadi, dan tekanan darah.

3.1 SEJARAH DAN ELEMEN PENDEKATAN ABCDE

Pendekatan ABCDE dibuat oleh program Advanced Trauma Life Support (ATLS™) 34 tahun lalu.
Pendekatan ini dikembangkan untuk memprioritasikan urutan penilaian dan tatalaksana pasien
trauma.9

TABEL 3: PRIORITAS PENILAIAN PADA PENDEKATAN ABCDE


A Nilai airway/jalan napas dan terapi bila dibutuhkan
B Nilai breathing/pernapasan dan terapi bila dibutuhkan
C Nilai circulation/sirkulasi dan terapi bila dibutuhkan
D Nilai disability/disabilitas dan terapi bila dibutuhkan
E Expose/ekspos dan periksa pasien secara utuh saat ABCD sudah stabil

3.2 AIRWAY

Patensi jalan napas dapat diasumsikan bila pasien dapat terlibat suatu percakapan, yang
menunjukkan pemahaman dan kesadaran. Akan tetapi, obstruksi jalan napas parsial tidak
selalu terlihat secara langsung. Oleh karena itu, observasi klinis harus memastikan deteksi
Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 6
Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
dini dari peningkatan usaha jalan napas atau suara napas abnormal.

3.3 BREATHING

Perubahan status respirasi dapat terjadi akibat kegagalan respirasi, neurologi, metabolik dan
kardiovaskular. Oleh karena itu, diperlukan sebuah indikator sensitif untuk mengukur perburukan
kondisi (lihat daftar tilik untuk penilaian ABCDE cepat). Oleh karena itu, pengukuran laju napas
penting untuk ditekankan: lebih dari 20 napas per menit atau kurang dari 10 napas per menit
harus menjadi perhatian dan 30 napas per menit atau lebih atau kurang dari 8 napas per menit
mengindikasikan keadaan patologis signifikan yang memerlukan tindakan segera.

Catatan: pulse oksimetri memberikan informasi penting mengenai saturasi oksigen,


memungkinkan hipoksemia dapat dideteksi, tetapi tidak dapat mendeteksi hipoventilasi dan
hiperkapnia (lihat Tabel 4).

TABEL 4: PULSE OKSIMETRI

 Ketika menggunakan pulse oksimetri, selalu catat jumlah oksigen yang pasien terima dan
alat yang digunakan
 Pulse oksimetri tidak mendeteksi hipoventilasi dan hiperkapnia
 Pada pasien dengan SpO2 di bawah 94%, analisa gas darah arteri harus dipertimbangkan
untuk memeriksa adanya hiperkapnia dan kelainan metabolik
 Praktik berbasis bukti medis: Suplementasi oksigen harus diberikan untuk menjaga
saturasi oksigen >94%. Suplementasi oksigen tidak direkomendasikan pada pasien non-
hipoksik dengan stroke iskemik akut.10

3.4 CIRCULATION

Aritmia adalah gejala yang sering terjadi pada pasien dengan stroke akut. Bradikardia berat
(<40/menit), takikardia (>130/menit) atau aritmia (co: blok atrioventrikular derajat dua atau tiga,
takikardia ventrikular) harus menjadi perhatian bagi tim stroke akan adanya peningkatan risiko
henti jantung dan perburukan lanjut lesi serebral yang disebabkan penurunan cardiac output.
Nadi iregular onset baru harus diikuti segera dengan pemeriksaan EKG 12 sadapan untuk
mengidentifikasi dan memungkinkan terapi aritmia seperti atrial fibrilasi. Pemeriksaan
laboratorium dapat mencakup elektrolit, troponin jantung, hemoglobin, dan hormon tiroid.11

Praktik berbasis bukti medis: Pemantauan jantung direkomendasikan untuk mendeteksi aritmia
atrial yang memerlukan intervensi jantung segera.

Menurut American Stroke Association, pemantauan jantung harus dilakukan setidaknya pada 24
jam pertama.12

3.5 DISABILITY

Sebagai bagian dari penilaian disabilitas, pantau indikator penurunan kesadaran dan defisit
neurologis fokal menggunakan metode AVPU (lihat Tabel 5) atau skala koma Glasgow/Glasgow
Coma Scale (GCS). Kadar glukosa darah diperlukan untuk menilai seluruh pasien dengan
penurunan kesadaran, baik hiper dan hipoglikemia dapat merupakan kegawatan medis yang
memerlukan terapi segera. Nilai secara berkala tanda-tanda defisit neurologis fokal.
Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 7
Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
Praktik berbasis bukti medis: Hipoglikemia (gula darah <60 mg/dL) harus ditatalaksana pada
pasien dengan stroke iskemik akut. Hiperglikemia persisten di rumah sakit selama 24 jam
pertama setelah stroke berhubungan dengan keluaran yang buruk dibandingkan dengan
normoglikemia. Oleh karena itu, hiperglikemia layak diterapi untuk mencapai gula darah dengan
nilai 140 hingga 180 mg/dL dan pemantauan gula darah secara ketat perlu dilakukan untuk
mencegah hipoglikemia pada pasien dengan stroke akut.13

TABEL 5: METODE AVPU


A Alert/sadar penuh
V Memberikan respon terhadap voice/suara
P Memberikan respon pada stimulus painful/nyeri
U Unresponsive/tidak memberikan respon pada seluruh
stimulus

3.6 EXPOSURE

Pemeriksaan dari kepala sampai ujung kaki diperlukan untuk mendeteksi tanda-tanda trauma (co:
jatuh setelah stroke), termasuk area perdarahan, memar, dan bengkak, dan untuk
mengidentifikasi kemungkinan tanda-tanda penyakit dan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan
stroke (co: dehidrasi atau hiperhidrasi) atau kondisi-kondisi tidak terkait stroke seperti inflamasi,
infeksi, atau nyeri. Selain mempertimbangkan pemberian tatalaksana awal, penilaian menyeluruh
terhadap grafik kondisi pasien, kecenderungan kondisi pasien dan tindakan investigasi yang
relevan harus dipertimbangkan.

3.7 DAFTAR TILIK ABCDE TERINCI

TABEL 6: DAFTAR TILIK ABCDE14

 Lihat tanda-tanda peningkatan usaha napas: berkeringat, tidak mampu


berbaring pada posisi supinasi atau menelan ludah, dll.
 Lihat kemampuan untuk batuk atau membersihkan sekret jalan napas
A = AIRWAY  Lihat obstruksi total: tidak ada suara, tetapi terlihat gelisah dalam
usaha napas, terlihat pergerakan paradoksikal dada dan abdomen
 Dengarkan tanda-tanda penurunan patensi (obstruksi parsial): stridor,
snoring/mendengkur, wheezing/mengi, gurgling/berkumur,
crowing/berkokok, tidak mampu bicara
 Rasakan pergerakan udara keluar dari mulut atau hidung

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 8


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
 Lihat warna pasien (co: bibir, mukosa mulut, jari-jari untuk sianosis)
dan posisi (co: tidak mampu berbaring datar pada distres jantung atau
respirasi)
 Lihat penggunaan otot bantu napas, kedalaman dan ritme napas, dan
pernapasan paradoksikal (menandakan obstruki jalan napas berat)
 Ukur laju napas dan saturasi oksigen (catat persentasi oksigen dan
metode pemberian)
 Dengarkan apa yang pasien katakan dan seberapa mudah pasien
berbicara
B = BREATHING
 Dengarkan masuknya udara secara bilateral dan pada seluruh lobus
dan adanya suara napas tambahan melalui auskultasi dada dengan
stetoskop
 Rasakan deviasi trakea, emfisema kutan, area dengan nyeri tekan di
atas dinding dada, diasosiasikan dengan pneumotoraks tensi atau
fraktur iga serial
 Rasakan perubahan perkusi dalam resonansi seperti adanya
peningkatan resonansi pada pneumotoraks dan suara redup pada
cairan

 Lihat: warna pasien (co pucat, sianosis), berkeringat, peningkatan


tekanan vena jugular
 Dengarkan: pasien bingung, disorientasi, atau mengantuk,
mengeluhkan nyeri dada, nilai suara jantung
 Rasakan: nadi (co: laju, ritme, volume), temperatur perifer, waktu
C = CIRCULATION
pengisian kapiler, temperatur kulit (co: kulit basah, atau hangat dan
terdilatasi)
 Ukur: tekanan darah, keluaran urin, temperatur tubuh, tekanan vena
sentral (bila terpasang kateter vena sentral)

 Gunakan AVPU atau GCS untuk menilai tingkat kesadaran secara


D = DISABILITY
benar
 Ukur gula darah

 Lihat: pasien secara keseluruhan untuk menentukan adanya area


perdarahan, memar, bengkak, inflamasi, infeksi, atau nyeri
E = EXPOSURE  Inspeksi: luka, saluran, jalur invasif
 Rasakan: betis untuk menilai adanya trombosis vena dalam, area
dengan nyeri

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 9


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
4 EARLY WARNING SCORES (EWS)15

Early Warning Scores (EWS) dan physiological tract-and-trigger scoring system harus
digunakan pada pemantauan seluruh pasien dalam perawatan akut, dimana setiap pasien di
pantau sesuai interval yang ditentukan. Terdapat enam parameter fisiologis penting yang
ditetapkan oleh National Institute for Health and Clinical Excellence tahun 2007. Deviasi dari
variasi normal pada satu atau lebih parameter dapat mengaktikan early warning score (EWS)
(lihat Tabel 7).

Pada sistem ini, sebuah skor didapatkan dengan menjumlahkan total poin yang ditetapkan untuk
setiap deviasi dari nilai normal. Keuntungan menghitung EWS adalah dapat memantau
perkembangan klinis. Sebagai bagian dari strategi respon bertingkat (lihat Tabel 8), EWS dapat
mengidentifikasi pasien dengan risiko rendah, sedang, dan tinggi, dan tindakan spesifik yang
diperlukan berdasarkan skor yang didapat. Ketika seorang pasien stroke masuk ke unit gawat
darurat, EWS dapat digunakan untuk memutuskan tindakan yang sesuai untuk pemantauan dan
tatalaksana selanjutnya. Sebagai contoh, seorang pasien dengan stroke minor dan skor EWS 3
biasanya merupakan kandidat perawatan di unit stroke, sedangkan pasien dengan infark space-
occupying pada area arteri serebri media dan skor EWS 10 membutuhkan intervensi segera yang
terdiri atas transfer ke Unit Perawatan Intensif (ICU), pemasangan alat pantau invasif, dan
kemungkinan intubasi dan ventilasi terkontrol.

Pada pasien dengan perbaikan dini yang menyeluruh setelah terapi fibrinolotik yang sukses pada
infark serebri anterior, setiap peningkatan sekunder signifikan pada EWS harus menjadi
peringatan bagi petugas di bangsal. Bergantung pada jenis dan tingkat keparah deviasi, tindakan
diagnostik yang memungkinkan seperti pemeriksaan neurologi, CT scan serebral, EKG 12
sadapan, X-ray toraks, ekokardiografi, atau berbagai pemeriksaan laboratorium seperti kultur
darah dan analisa likuor dapat dilakukan. Bergantung pada status fungsi-fungsi vital, penerimaan
kembali ke unit stroke atau Unit Perawatan Intensif dapat diperlukan. Pada kasus dengan
penurunan kesadaran tiba-tiba, periksa kondisi respirasi secepatnya. Jika terjadi henti napas atau
abnormalitas lainnya, segera panggil tim henti jantung dan mulai usaha resusitasi.

4.1 CONTOH EARLY WARNING SCORE

16
TABEL 7: CONTOH EWS
Skor 3 2 1 0 1 2 3
Nadi < 40 40-50 51-90 90-110 111-130 ≥ 131
Laju Napas <8 9-113 12-20 21-24 ≥ 25
Temperatur ≤ 35°C 2
35.1-36 36.1-38.0 38.1-39 ≥ 39.1
1
Tekanan darah ≤ 90 91-99 100-150 151-219 > 220
sistolik 0
Saturasi < 88% 88-93% 94-95%
1 > 96% Setiap
oksigen Udara insuflasi O2
2
bebas
Sistem saraf 3 A= VPU
pusat: Alert/sadar
gunakan penuh
skala AVPU

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 10


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
4.2 CONTOH GRADED RESPONSE STRATEGY SYSTEM17

TABLE 8: CONTOH GRADED RESPONSE STRATEGY SYSTEM


Skor EWS Risiko Klinis Tindakan
Total  Minimal tiap 12 jam observasi
skor 0-2

Total Rendah  Peringatkan perawat penanggung jawab. Tingkatkan


skor 3-5 perawatan bila diperlukan
 Tingkatkan frekuensi observasi menjadi tiap 4 jam
Total Sedang  Peringatkan perawat penanggung jawab dan dokter
skor 6  Dokter harus datang dalam 1 jam
 Informasikan kepada tim medis utama yang merawat
pasien dan tim pemantau
Total Sedang/tinggi  Peringatkan perawat penanggung jawab dan dokter
skor 7-8  Dokter harus datang dalam 30 menit
 Informasikan kepada tim medis utama yang merawat
pasien
 Dokter berdiskusi dengan dokter senior dan/atau tim
pemantau
 Observasi berkala: setidaknya tiap jam; pertimbangkan
pemantauan kontinu
Total Tinggi  Peringatkan perawat penanggung jawab dan dokter
skor 9  Dokter datang dalam 15 menit
atau lebih  Dokter berdiskusi dengan dokter senior
 Tim emergensi/ICU dengan kompetensi perawatan
kritikal, keterampilan diagnostik, tatalaksana jalan napas
lanjut dan kemampuan resusitasi
 Pemantauan kontinu

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 11


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
5 RANTAI PENCEGAHAN18

Mengenali perburukan kondisi pasien dan memberikan respon secara tepat memerlukan edukasi
multidisiplin yang efektif, penguasaan keterampilan-keterampilan kompleks, dan kerjasama tim.
Rantai pencegahan/chain of prevention adalah ilustrasi kebutuhan akan komponen-komponen
yang diperlukan untuk meningkatkan keselamatan dan efektivitas perawatan pada keadaan akut
di rumah sakit (lihat Gambar 2).

Gambar 2: Rantai pencegahan (Sumber: PEARSON EDUCATION, Instructor Resources for Pearson Titles)

Setiap sambungan rantai harus kuat, karena kekuatan rantai hanyalah sekuat bagian terlemah
dari sambungan tersebut.

Edukasi (education), bagian pertama dari rantai, penting untuk memastikan kompetensi dari
petugas kesehatan dalam menilai pasien, mencatat, dan menginterpretasikan tanda-tanda vital,
menghitung EWS, dan mengeskalasi perawatan dengan benar.

Kualitas pemantauan (monitoring) (frekuensi, kelengkapan, dan pencatatan hasil observasi)


membentuk bagian kedua.

Bagian ketiga dalam rantai, pengenalan (recognition), ditunjang dengan penggunaan EWS.
EWS memiliki potensi untuk memberikan kriteria standar untuk membantu petugas kesehatan
dalam mengenali perburukan kondisi pasien secara dini.

Memanggil bantuan (call for help) adalah bagian keempat dalam rantai. Budaya organisasi
harus bersifat suportif dan tidak mengkritik petugas dalam memanggil bantuan.

Bagian akhir dari rantai, respons (response), mempertimbangkan fungsi dari tim dalam
pelayanan pemantauan perawatan kritikal, sebuah tim yang berdedikasi dengan keahlian khusus
dalam tatalaksana pasien akut, tetapi belum mengganggu pasien secara vital, dan tim gawat
darurat medis untuk menangani pasien dalam kondisi mengancam nyawa yang akut. Kecepatan
respons dan tingkat dukungan yang diberikan tim-tim ini penting dalam memajukan perawatan
pasien.

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 12


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
6 UJI DIRI ANDA

Lihat SNC Modul 8: Perawatan Neurokritikal – Studi Kasus dan Latihan. Pelajari pertanyaan
dan/atau studi kasus dan kerjakan latihan yang ada.19

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 13


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
7 LITERATUR

Chang, C. W. J. (2013): Neurointensive Care Medicine as an Emerging ICU Subspecialty. In:


Layon, A. J.; Gabrielli, A.; Friedman, W. A. (Ed.): Textbook of Neurointensive Care. Springer,
London, pp. 19–30.

Creed, F.; Dawson, J.; Looker, K. (2010): Assessment tools and track-and-trigger systems. In:
Creed, F.; Spiers, C. (2010): Care of the Acutely Ill Adult. Oxford University Press, New York, pp.
338 f.

http://www.dsginfo.de/images/stories/DSG/PDF/Pflegefortbildung /Pflegefortbildung_Zertifizieru
ngskriterien_DSG.pdf (2013-09-13, date last accessed).

Dillen van, C.; Neurer, D.; Tyndall, J. A. (2013): Prehospital Care of the Neurologically Injured
Patient. In: Layon, A. J.; Gabrielli, A.; Friedman, W. A. (Ed.): Textbook of Neurointensive Care.
Springer, London, pp. 149–166.

Dutton, H. (2012): Assessment and recognition of emergencies in acute care. In: Peate, I.;
Dutton, H. (2012): Acute Nursing Care. RecogniSing and Responding to Medical Emergencies.
Pearson, Essex, pp. 2–20.

Hennerici MG, Kern R, Szabo K, Binder J. (2012): Stroke. Oxford University Press, Oxford.

Jauch EC, Saver JL, Adams HP, et al. on behalf of the American Heart Association Stroke
Council, Council on Cardiovascular Nursing, Council on Peripheral Vascular Disease, and
Council on Clinical Cardiology (2013). Guidelines for the Early Management of Patients with
Acute Ischemic Stroke: A Guideline for Healthcare Professionals from the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke; 44, pp. 870–947.

Jevon, P.; Ewens, B. (2012): Monitoring the Critical Ill Patient. Wiley-Blackwell, West Sussex.

Smith LN, Craig LE, Weir CJ, McAlpine CH (2008): Stroke education for healthcare professionals:
making it fit for purpose. Nurse Education Today 28, pp. 337–347.Styner, J. K. (2006): The Birth
of Advanced Trauma Life Support. In: Journal of Trauma Nursing; 13, 2, pp. 41–44.

Summers D, Leonard A, Wentworth D, et al. on behalf of the American Heart Association Council
on Cardiovascular Nursing and the Stroke Council (2009): Comprehensive Overview of Nursing
and Interdisciplinary Care of the Acute Ischemic Stroke Patient: A Scientific Statement from the
American Heart Association. Stroke 40, pp. 2911–2944.

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 14


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat
8 REFERENSI
1
cf. Hennerici 2012, p. 105 f.; Chang 2013
2
cf. Smith et al. 2008
3
For more details, please refer to Hennerici 2012, p. 35 f.
4
cf. Jauch et al. 2013, p. 878; Summers et al. 2009, p. 2913–2914.; Dillen van et al. 2013,
p. 161–162.
5
cf. Jauch et al. 2013, p. 880
6
Based on Summers et al. 2009, p. 2914; Dillen van et al. 2013, p. 161–162.
7
Summers et al. 2009, p. 2917; Jauch et al. 2013
8
Chapter 4 based on Dutton 2012, p. 2 f.
9
Styner 2006
10
cf. Jauch et al. 2013
11
Iani et al. 2013, p. 263–267.
12
cf. Jauch et al. 2013
13
cf. Jauch et al. 2013
14
Presentation based on Dutton 2012, p. 9
15
Chapter 5 based on Dutton 2012, p. 12 f.; see also Creed et al. 2010 and Jevon et al.
2012, p. 10 f.
16
Based on Dutton 2012, p. 12 f.; modified according to stroke-specific considerations
17
Based on Dutton 2012, p. 12 f.
18
Chapter 6 based on Dutton et al. 2012, p. 16 f.
19
Case scenario 1 based on Dutton 2012.

Sertifikasi Keperawatan Stroke: Modul 2 15


Perawatan Neurokritikal: Mengenali Keadaan Gawat Darurat

Anda mungkin juga menyukai