BAB II
PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
yang ingin dicapai antara guru dan peserta didik. Setiap model pembelajaran
1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Impelementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 54
10
11
meningkatkan kualitas dan kapabilitas mereka agar dapat belajar lebih mudah
dan efektif, baik karena pengetahuan dan keterampilan yang sudah mereka
kuasai atau karena penguasaan mereka mengenai proses belajar yang lebih
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. 3 Teori
2
Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun, Models of Teaching, Terj. Achmad
Fawaid, Khoirul Anam (Jakarta: Pustaka Belajar, 2009), hlm. 36
3
M. Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan
Dasar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015)
12
pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dan siswa agar pembelajaran
yang diajarkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Model pembelajaran
minimal.
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien untuk
membuka dialog.
sendiri.
4
Martinis Yamin, Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran (Jakarta: Referensi
(GP Press Group), hlm. 63
5
Paul Eggen, Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengerjakan Konten
dan Keterampilan Berpikir) (Jakarta: PT Indeks, 2012), hlm. 307
14
permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain
untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi
ingin tahu siswa serta kemampuan analisis dan inisiatif atas materi
memberi latihan, dan tugas) kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu agar
siswa dapat mencari solusi bagi permasalahan yang kontekstual. Masalah ini
digunakan untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa, serta kemampuan untuk
6
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 91
7
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning (Jakarta:
Prenada Media Group, 2010), hlm. 21
15
mempersiapkan siswa untuk dapat berpikir kritis, analitis, bekerja sama dalam
dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri.8 Dapat diartikan PBL merupakan
kritis siswa dapat dioptimalkan melalui kerja tim yang terarah sehingga dapat
PBL ini siswa bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan
permasalahan sendiri.
kemampuan berpikir kritis siswa dapat dioptimalkan melalui kerja tim yang
berkelanjutan.
8
Richard I. Arends, Learning To Teach, terj Helly Prajitno Soetjipto, Sri Mulyani
Soetjipto (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), hlm. 43
16
mereka tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang perlu diketahui untuk
siswa sendiri yang bertanggung jawab sendiri terhadap proses belajar mereka.
9
Made Wena, Loc.Cit.
17
digambarkan pada pelajaran Scott dan Laura dalam Eggen, yaitu, 1) pelajaran
mengerjakan masalah.10
biasanya dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, sehingga siswa terlibat dan
Pada pembelajaran PBL ini, guru mendukung proses saat siswa mengerjakan
masalah.
10
Paul Eggen, Don Kauchak, Paul Eggen, Don Kauchak, Strategi dan Model
Pembelajaran (Mengerjakan Konten dan Keterampilan Berpikir) (Jakarta: PT Indeks,
2012), hlm. 307
18
jawab untuk mencari solusi permasalahan yang disajikan baik secara individu
pandangan Ibrahim dan Nur dalam Susanto terdiri dari lima tahapan utama
orientasi siswa pada masalah, pada tahap ini di awal pembelajaran guru
pembelajaran dan guru memotivasi siswa untuk terlibat aktif pada aktivitas
pemecahan masalah.
11
Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), hlm. 83
19
untuk belajar, di tahap ini guru membantu siswa untuk dapat mendefinisikan,
kelompok, pada tahap ini guru mendorong siswa baik secara individu maupun
dan menyajikan hasil karya, pada tahap ini guru membantu siswa berbagi
Pembelajaran berbasis masalah atau PBL dimulai dengan masalah yang tidak
20
12
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm. 243
13
Arends, Op.Cit., hlm. 56
21
bersama-sama.
telah ditetapkan. Pada tahap ini guru harus memastikan bahwa semua siswa
ikut terlibat aktif dalam investigasi ,dan dari investigas tersebut akan
masalah. Pada tahap ini guru membantu siswa untuk menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir nya sendiri. Selama fase ini, guru meminta siswa
pemecahan masalah.
karena:
Pembelajaran PBL ada pada konteks aplikasi konsep, yang berarti pada
14
Ngalimun dkk., Strategi dan Model Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2011), hlm. 121
23
Belajar dapat lebih bermakna lagi apabila siswa berhadapan dengan situasi di
mana konsep diterapkan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan
atau teori.
apabila tidak memiliki minat, atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah
15
Sitiatava Rizenna Putra, Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains (Yogyakarta:
Diva Press, 2013), hlm. 82
24
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
permasalahan.
16
Ahmad Susanto, Op.Cit., hlm, 89
25
learning siswa didorong untuk belajar secara mandiri. Siswa hendaknya belajar
17
Donni Juni Priansa, Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran Inovatif,
Kreatif, dan Prestatif dalam Memahami Peserta Didik (Bandung: CV Pustaka Setia,
2017), hlm. 258
18
Jeanne Ellis Ormrod, Educational Psychology Developing Learners, terj. Amitya
Kumara (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 170
26
pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu melalui
atas dapat dikatakan bahwa model discovery adalah suatu model untuk
Melalui belajar discovery siswa dapat belajar berpikir analitis dan mencoba
mengalami proses mental sendiri, proses mental yang dimaksud antara lain:
19
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 282
20
Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran (Bandung:
Alfabeta, 2015), hlm. 214
27
pengetahuan yang sudah diterima. Berpusat pada peserta didik berarti peserta
didik didorong untuk akfit dalam proses pembelajaran. Peserta didik harus aktif
siswa sebelumnya.
suatu disiplin ilmu, pada model pembelajaran ini mengembangkan cara belajar
21
Nur Hamiyah, Mochammad Jauhar, Strategi Belajar Mengajar di Kelas (Jakarta:
Prestasi Pustakarya, 2014), hlm. 181
28
pengalaman dan kegiatan praktis, maka hasil yang diperoleh akan bertahan
sebagai berikut:
22
Donni Juni Priansa, Op.Cit., hlm. 215
29
pada tahap ini guru menentukan strategi yang akan digunakan pada saat
disampaikan. Memahami topik yang akan dipelajari peserta didik dari hal yang
(dapat dilihat) menuju abstrak. Pada dasarnya peserta didik belajar melalui
proses dan hasil belajar untuk mengukur kemajuan yang dialami peserta didik
learning terdapat tahapan atau prosedur yang harus dilakukan yaitu sebagai
kemudian timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Pada tahap ini, guru
23
Donni Juni Priansyah, Op.Cit., 261
31
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini siswa dapat
kehidupannya.
peserta didik menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
a. Pengertian Berpikir
Berpikir adalah daya yang paling utama dan mencirikan ciri yang khas yang
24
John W. Santrock, Educational Psychology, terj. Diana Angelica (Jakarta: Salemba
Humanika, 2009), hlm. 7
33
dapat menemukan pemahaman/ pengertian baru tentang apa yang akan dituju.
berpikir merupakan aktivitas atau kegiatan mental yang melibatkan kerja otak
keputusan.
25
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 43
26
Iskandar, Psikolgi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru) (Jakarta: REFERENSI,
2012), hlm. 87
34
Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
orang lain.
atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan
27
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna, terj. Ibnu Setiawan (Bandung: Kaifa,
2014), hlm. 183
28
Sofan Amri, Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif Dalam
Kelas (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), hlm. 62
35
dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat,
diterima sudah sesuai dengan fakta yang terjadi, lalu memahami asumsi-
asumsi yang ada, dan menyeleksi hipotesis yang dikira relevan, dan
berpikir secara logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai
29
Ibid., hlm. 63
30
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm.153
36
untuk dapat berpikir dengan menggunakan logika, rasional, masuk akal, sadar
apa yang diketahui dan apa yang dibutuhkan, serta berpikir untuk
biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang
akan dituju.
atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut
31
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), hlm. 122
32
Alec Fisher, Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, terj.Benyamin Hadinata (Jakarta:
Erlangga, 2008), hlm. 2
37
berbagai hal dari orang lain sebagian besarnya secara pasif. Kemudian
persistent dan teliti dewey ingin mengontraskannya dengan cara berpikir yang
yang menjadi alasan kita untuk meyakini sesuatu dan implikasi dari keyakinan-
keyakinan kita.
menghubungkan, memerinci.
33
Ahmad Susanto, Op.Cit., hlm. 129
38
lebih kecil menjadi suatu bentuk atau susunan yang baru. Keterampilan
siswa mampu menangkap pokok pikiran bacaan. Tujuan dari keterampilan ini
Amri dan Ahmadi melakukan pengukuran melalui tes yang mencakup lima
sebuah kesimpulan harus ditarik secara logis dari premis-premis yang ada.
Ennis dalam Amri menyatakan secara singkat 6 unsur dasar dalam berpikir
34
Desmita, Op.Cit., hlm. 154
35
Sofan Amri dkk., Op.Cit., hlm. 64
40
menyampaikan informasi baik secara tulis maupun lisan sehingga tidak terjadi
disimpulkan.
siswa dalam perencanaan dan stategi, 5) beri siswa model peran pemikir yang
positif dan kritis, 6) guru harus mampu menjadi model peran pemikir yang
setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa, guru memancing siswa dengan
36
Desmita, Op.Cit., hlm. 160
41
memperkuat rasa ingin tahu siswa, dan mendorong siswa untuk melakukan
elaborasi jawabannya.
minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik atau permasalahan yang
meneliti. Melalui kegiatan bertanya siswa diransang untuk aktif berpikir dalam
yang ingin dicapai, dan mencari arah yang tepat dalam mencapai hasil.
pemikiran kritis atau tokoh menginspirasi untuk menujukkan kepada siswa dan
memotivasi siswa untuk dapat mengikuti jejak tokoh tersebut. Terakhir, guru
harus memperlihatkan bahwa dia adalah seorang pemikir yang aktif, positif,
kritis, serta ingin tahu. Guru sebagai role mode untuk siswa.
Pada prinsipnya, orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang
tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu, dapat berupa gagasan atau
keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari
atau menilai.
Pengetahuan atau Sains yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “science”.
37
Abdullah Aly, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011),
hlm.18
43
dirumuskan keterangan ilmiah (teori). Teori selalu didasari oleh suatu hasil dari
pengamatan.
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
sistematis, dengan belajar IPA diharapkan peserta didik dapat mempelajari diri
38
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), hlm. 99
44
aktivitas mental (berpikir) manusia yang dicirikan oleh adanya proses berpikir
gejala alam tersebut disusun dalam pikiran dan kegiatan tersebut didorong
oleh rasa ingin tahu (curiousity) untuk memahami dan menjelaskan fenomena-
fenomena alam.
oleh para ilmuan. Hasil temuan dapat berupa fakta, konsep, hipotesis, teori,
Maksud IPA dalam penelitian ini yaitu IPA dipandang sebagai way of
thinking dan sebagai produk. IPA sebagai produk berarti, dalam pembelajaran
39
Siti Fatonah dan Zuhdan K. Prasetyo, Pembelajaran Sains (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2014), hlm. 6
45
ada dalam kehidupan sehari-hari. IPA sebagai way of thinking berarti dengan
yang ingin dicapai, pendidik, peserta didik, bahan atau materi pembelajaran,
40
Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyowati, Metodologi Pembelajaran IPA (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 26
46
tindakan yang bijak terhadap isu global yang sedang berkembang, 2) tuntutan
apabila anak bersikap seperti ilmuwan bagi diri mereka sendiri, dan jika mereka
IPA akan lebih menyenangkan dan mudah apabila kegiatan anak di kelas di
suatu teori. Rasional artinya masuk akal dan logis, dapat diterima sesuai
41
Usman Samatowa, Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (Jakarta: PT Indeks, 2016),
hlm. 9.
47
siswa Sekolah Dasar berkisar antara 6-12 tahun. Kalau mengacu pada
berada pada dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9
secara drastis, baik secara mental maupun fisik. Anak usia Sekolah Dasar
Mengacu pada teori kognitif Piaget, pemikiran anak usia sekolah dasar
terfokus kepada objek nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah
yang dihadapi. Dalam memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu
mengandalkan informasi dari apa yang dilihatnya, karena sudah mampu untuk
42
Desmita, Op.Cit., hlm. 35
43
Ibid., hlm 104
48
menetap.
adalah bahwa anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang
tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini (usia 11 atau 12 tahun), anak
itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep
karena siswa kelas V sudah dapat berpikir logis dan mempunyai kemampuan
44
Ahmad Susanto, Op.Cit, hlm. 76
49
lebih tinggi skor rata-ratanya dibandingkan kelas kontrol yaitu 82 > 74.
membuktikan bahwa thitung > ttabel pada 𝛼 = 0,05 yaitu 3,14 > 1,67.
pengaruh positif penggunaan PBL terhadap motivasi belajar IPA, hal tersebut
eksperimen lebih tinggi yaitu 6,82%, pada pertemuan ke-2 lebih tinggi 5,68%,
pada pertemuan ke-3 lebih tinggi 4,77%, dan pada pertemuan ke-4 memiliki
beda yang besar yaitu 21,14%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif penggunaan model PBL terhadap berpikir kritis IPA siswa.
45
Novi Sulis Setyaningsih, ” Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning
terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD Di Kelurahan Cempaka Putih Barat Jakarta
Pusat.” (Skripsi: Jakarta, FIP UNJ, 2016)
46
Rini Istanti, “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Motivasi
Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Gadingan Kecamatan Wates”. (Skripsi:
Yogyakarta, FIP UNY, 2015)
50
C. Kerangka Berpikir
IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang dari lewat
(menghafal), basic thinking (berpikir dasar), critical thinking (berpikir kritis), dan
berpikir dasar menjadi berpikir tinggi. Pada jenjang SD berpikir awal terjadi
pada siswa kelas awal, yakni siswa kelas 1 sampai dengan kelas III SD. Seiring
siswa mulai mengarah pada berpikir tingkat tinggi yang menekankan cara
berpikir abstrak. Hal ini terjadi pada siswa kelas IV sampai dengan kelas VI SD
adalah kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis mempunyai kaitan erat dengan
bahwa kelas tersebut kelas yang interaktif. Agar pembelajaran dapat interaktif,
maka diperlukan desain pembelajaran yang menarik agar siswa dapat terlibat
model PBL menekankan pada penggunaan masalah yang kontekstual dan ada
D. Hipotesis Penelitian
sebagai berikut:
Jaya.
2