POLUSI BUNYI
OLEH:
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita semua ketahui bahwa bahan kimia yang tersebar dalam lingkungan fisik
ini ada yang bermanfaat dan sangat diperlukan kehadirannya dalam jumlah
sebanyak mungkin, ada juga yang berguna dalam kadar tertentu ada pula yang
betul-betul bersifat sebagai racun dan berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan
maupun tumbuh-tumbuhan. Bahan-bahan kimia yang kehadirannya dalam
lingkungan hidup dapat menyebabkan terganggunya kesejahteraan hidup manusia,
hewan maupun tumbuh-tumbuhan disebut bahan pencemar.
Pencemaran terbagi menjadi empat macam, yaitu pencemaran tanah,
pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran bunyi/suara. Namun di dalam
makalah kami kali ini kami khusus membahas mengenai pencemaran bunyi/suara.
Kehidupan modern sepertinya jadi perjuangan yang tak berkesudahan untuk
melawan hiruk-pikuk yang kian meningkat. Saat berada di rumah, telinga kita
diisi oleh riuhnya suara binatang peliharaan, suara AC, televisi, dan banyak hal
lain. Saat berada di jalan, kita juga mendengar keriuhan lain: proyek
pembangunan, suara kendaraan umum yang menderu dan musik yang dinyalakan
orang lain. Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terhadap 20.000 orang di tujuh
provinsi itu mencatat bahwa sekitar 38 juta penduduk Indonesia terganggu
pendengarannya
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan merupakan
faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
Berdasarkan Kepmen LH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Nilai Ambang Batas
Tingkat Kebisingan menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan,
termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. Setelah polusi udara dan air, polusi suara
di perkotaan dianggap sebagai jenis pencemaran lingkungan yang paling serius
ketiga oleh WHO. Secara umum polusi suara di daerah perkotaan dihasilkan
melalui sumber yang berbeda, diantaranya lalu lintas jalan, konstruksi dan
kegiatan komersial, industri, bandara dan daerah perumahan.(Dewanty, 2015).
Menurut Sasongko (2000), kebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga
memengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung, selain itu dapat
menimbulkan gangguan psikologis seperti kejengkelan, kecemasan, serta
ketakutan. Gangguan psikologis akibat kebisingan tergantung pada intensitas,
frekuensi, periode, saat dan lama kejadian kompleksitas spektrum atau kegaduhan
dan tidak teraturnya suara kebisingan. Gangguan kesehatan yang timbul akibat
adanya kebisingan yaitu gangguan pendengaran, pencernaan, stress, sakit kepala,
peningkatan tekanan darah dan penurunan prestasi kerja (Gunawan, 2001).
Menurut Listaningrum (2011), menyatakan bahwa kebisingan juga memberikan
dampak berupa penurunan fungsi pendengaran yang dapat menyebabkan ketulian
progresif.(Dewanty, 2015).
1.3 Tujuan
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan
dan lain-lain. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa masyarakat yang
terpapar kebisingan, cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan
emosi tersebut akan mengakibatkan stress. Stress yang cukup lama, akan
menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu jantung
untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam waktu yang
lama, tekanan darah akan naik, dan inilah yang disebut hipertensi. (Babba, 2007).
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini
menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya
kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
4. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang
angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa
kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
3. Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat
pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa
pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau
suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan
gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4. Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang
dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya
dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan
daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.
5. Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran .
Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan
tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur
malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).
http://idfisafarnadi.blogspot.com/2013/05/makalah-pencemaran-bunyisuara.html