Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FISIKA LINGKUNGAN

POLUSI BUNYI

OLEH:

1. VENI PUTRI ANAS (1410441040)


2. ANNISA YULIANDARI (1710442012)
3. DISGIE ULFIKA LOVEANDA (1710443012)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kita semua ketahui bahwa bahan kimia yang tersebar dalam lingkungan fisik
ini ada yang bermanfaat dan sangat diperlukan kehadirannya dalam jumlah
sebanyak mungkin, ada juga yang berguna dalam kadar tertentu ada pula yang
betul-betul bersifat sebagai racun dan berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan
maupun tumbuh-tumbuhan. Bahan-bahan kimia yang kehadirannya dalam
lingkungan hidup dapat menyebabkan terganggunya kesejahteraan hidup manusia,
hewan maupun tumbuh-tumbuhan disebut bahan pencemar.
Pencemaran terbagi menjadi empat macam, yaitu pencemaran tanah,
pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran bunyi/suara. Namun di dalam
makalah kami kali ini kami khusus membahas mengenai pencemaran bunyi/suara.
Kehidupan modern sepertinya jadi perjuangan yang tak berkesudahan untuk
melawan hiruk-pikuk yang kian meningkat. Saat berada di rumah, telinga kita
diisi oleh riuhnya suara binatang peliharaan, suara AC, televisi, dan banyak hal
lain. Saat berada di jalan, kita juga mendengar keriuhan lain: proyek
pembangunan, suara kendaraan umum yang menderu dan musik yang dinyalakan
orang lain. Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terhadap 20.000 orang di tujuh
provinsi itu mencatat bahwa sekitar 38 juta penduduk Indonesia terganggu
pendengarannya
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan merupakan
faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
Berdasarkan Kepmen LH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Nilai Ambang Batas
Tingkat Kebisingan menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan,
termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. Setelah polusi udara dan air, polusi suara
di perkotaan dianggap sebagai jenis pencemaran lingkungan yang paling serius
ketiga oleh WHO. Secara umum polusi suara di daerah perkotaan dihasilkan
melalui sumber yang berbeda, diantaranya lalu lintas jalan, konstruksi dan
kegiatan komersial, industri, bandara dan daerah perumahan.(Dewanty, 2015).
Menurut Sasongko (2000), kebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga
memengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung, selain itu dapat
menimbulkan gangguan psikologis seperti kejengkelan, kecemasan, serta
ketakutan. Gangguan psikologis akibat kebisingan tergantung pada intensitas,
frekuensi, periode, saat dan lama kejadian kompleksitas spektrum atau kegaduhan
dan tidak teraturnya suara kebisingan. Gangguan kesehatan yang timbul akibat
adanya kebisingan yaitu gangguan pendengaran, pencernaan, stress, sakit kepala,
peningkatan tekanan darah dan penurunan prestasi kerja (Gunawan, 2001).
Menurut Listaningrum (2011), menyatakan bahwa kebisingan juga memberikan
dampak berupa penurunan fungsi pendengaran yang dapat menyebabkan ketulian
progresif.(Dewanty, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi pencemaran bunyi?
2. Apa saja sebab-Sebab Pencemaran Bunyi/Suara
3. Apa saja dampak dari Pencemaran Bunyi/Suara
4. Apa saja speksifikasi pembahasan gangguan psikologis hubungan antara
intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan peningkatan tekanan darah

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa definisi pencemaran bunyi


2. Mengetahui apa saja sebab-Sebab Pencemaran Bunyi/Suara
3. Mengetahui apa saja dampak dari Pencemaran Bunyi/Suara
4. Mengetahui apa saja speksifikasi pembahasan gangguan psikologis hubungan
antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan peningkatan tekanan
darah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pencemaran Bunyi


Ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan pencemaran bunyi, antara
lain :
Pencemaran bunyi (bunyi persekitaran) merupakan bunyi hasil dari mesin, hewan
dan manusia yang mengganggu aktivitas atau keseimbangan kehidupan manusia
atau hewan.
1. Polusi suara atau pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan
yang diakibatkan oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan
ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya.
2. Pencamaran bunyi adalah  bunyi bising yang keterlaluan yang bisa
memekakkan telinga siapa yang mendengarnya.Pencemaran bunyi
biasanya melebihi 80 desibel (dB).
3. Pencemaran bunyi adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan
dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang
dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan
sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang
menjengkelkan.

B. Sebab-Sebab Pencemaran Bunyi/Suara


Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan.
Syarat syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan
kerugian terhadap makhluk hidup.Sifat polutan adalah :
1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan
tidak merusak lagi.
2. Merusak dalam jangka waktu lama.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang
bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara
sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini
menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium
udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini
dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu
sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya pencemaran bunyi, maka kita perlu tahu
sumber-sumber dari pencemaran bunyi. Sumber pencemaran bunyi ialah sumber
bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber
bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari
kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat
pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di
klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada
roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam
kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa,
gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.

C. Dampak dari Pencemaran Bunyi/Suara


Tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya)
kontak. Menurut WHO (World Health Organitation), tingkat pencemaran
dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca
indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain.
2.  Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan
menyebabkan sakit yangkronis.
3.   Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga
menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan.
Pencemaran bunyi dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi,
ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan.
Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai
berikut:
1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer
terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan
sensoris.Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala.
Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam
telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah
tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit.

2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan
dan lain-lain. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa masyarakat yang
terpapar kebisingan, cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan
emosi tersebut akan mengakibatkan stress. Stress yang cukup lama, akan
menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu jantung
untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam waktu yang
lama, tekanan darah akan naik, dan inilah yang disebut hipertensi. (Babba, 2007).
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini
menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya
kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.

4. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang
angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa
kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

5. Efek pada pendengaran


Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan
diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran
adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area
bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka
akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada
frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan
akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.
Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :

1.  Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)


Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan
mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu
pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara
cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.
2.  Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi
faktor-faktor sebagai berikut :
1).    Tingginya level suara
2).   Lama paparan
3).   Spektrum suara
4).   Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan
terjadi TTS akan lebih besar
5).   Kepekaan individu
6).   Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat
(pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan
kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya.
7).   Keadaan Kesehatan

3.   Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat
pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa
pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau
suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan
gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.

4.    Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang
dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya
dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan
daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.

5.   Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran .
Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan
tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur
malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).

D. SPEKSIFIKASI PEMBAHASAN GANGGUAN PSIKOLOGIS


HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
KERJA DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH
Hubungan antara kebisingan dengan kemungkinan timbulnya gangguan
terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intensitas
kebisingan, frekuensi kebisingan, dan lamanya seseorang berada di tempat atau di
dekat bunyi tersebut, baik dari hari ke hari ataupun seumur hidupnya. Kebisingan
dapat berhubungan dengan terjadinya penyakit hipertensi. Hal ini didukung
dengan suatu studi epidemiologis di Amerika Serikat. Peneliti tersebut
mengaitkan masyarakat, kebisingan, serta risiko terjangkit penyakit Hipertensi.
Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa masyarakat yang terpapar
kebisingan, cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi
tersebut akan mengakibatkan stress. Stress yang cukup lama, akan menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu jantung untuk bekerja
lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam waktu yang lama, tekanan
darah akan naik, dan inilah yang disebut hipertensi. Hipertensi merupakan
gangguan kesehatan yang sering dijumpai di hampir semua negara. Kelompok
ilmuwan WHO berpendapat bahwa perlu dilakukan tindakan pencegahan primer
terhadap hipertensi. Pencegahan primer ini makin perlu dilakukan karena kira-kira
setengah dari penderita hipertensi tidak menyadari akan bahaya penyakitnya
karena tanpa keluhan sama sekali.
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu faktor umur, faktor jenis
kelamin, faktor suku dan faktor status sosioekonomi. Faktor lingkungan (Polusi
udara, polusi suara, dan air lunak), faktor keturunan, faktor genetik, faktor
kehidupan dini, faktor pemrakira lain pada anak-anak, faktor bobot badan, faktor
obesitas pusat dan sindrom metabolisme, faktor nutrisi (Natrium Klorida,
Kalium, Mikronutrisi yang lain dan Makronutrisi), faktor alkohol (minuman
keras), faktor kegiatan fisik, faktor denyut jantung, faktor psikososial merupakan
faktor risiko dan pemrakira tekanan darah tinggi.
Klasifikasi kebisingan :
Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan
besar, yaitu :
a. Kebisingan yang tetap (steady noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu :
1). Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise)
Kebisingan ini merupakan ,nada-nada murni pada frekuensi yang beragam,
contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya.
2). Kebisingan tetap (Brod band noise) Kebisingan dengan frekuensi terputus
dan Brod band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady
noise). Perbedaannya adalah brod band noise terjadi pada frekuensi yang lebih
bervariasi (bukan nada murni).
b. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1). Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise) Kebisingan yang selalu berubah-
ubah selama rentang waktu tertentu.
2). Intermitent noise Kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat
berubah-ubah., contoh kebisingan lalu lintas.
3). Kebisingan impulsif (Impulsive noise) Kebisigan ini dihasilkan oleh suara-
suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat,
misalnya suara ledakan senjata dan alat-alat sejenisnya.
Besaran Bising Rumus :
Li = 10 log (I/IO) dB
Dimana :
Li = Tingkat intensitas bunyi (dB)
I = Intensitas suara/bunyi (WATT/m2 )
IO = Intensitas bunyi referensi(10-12 Watt/m2 )
HIPERTENSI
1. Defenisi Hipertensi
a. Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawah oleh darah, terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
b. Hipertensi adalah tingkat tekanan darah yang dengan pengobatan
antihipertensi lebih banyak bermanfaat dari pada menyusakan, karena tidak ada
obat yang tidak memiliki efek samping.
c. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah.
2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee (JNC-7) tahun 2003
adalah sebagai berikut :
a. Tekanan darah normal
Tekanan Sistolik < 120 mmHg dan tekanan Diastolik < 80 mmHg.
b. Pre-Hipertensi
Tekanan Sistolik 120 - 139 mmHg dan atau tekanan Diastolik 80 – 90
mmHg.
c. Hipertensi
1). Stadium I : Tekanan Sistolik 140 - 159 mmHg dan
tekanan Diastolik 90 – 99 mmHg.
2). Stadium II : Tekanan Sistolik ≥ 160 mmHg dan atau
tekanan Diastolik ≥ 100 mmHg.
3.Bahaya hipertensi
Bahaya Hipertensi Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dapat menimbulkan
komplikasi pada organ tubuh penderita. Organ yang paling sering menjadi target
kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a. Otak menyebabkan stroke.
b. Mata menyebabkan retinopati dan dapat menimbulkan kebutaan.
c. Jantung menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark jantung),dan
gagal jantung.
d. Ginjal menyebabkan penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal terminal. Untuk
mengetahui terjadinya komplikasi tersebut diperlukan pemeriksaan laboratorium
disamping pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik oleh dokter.
4.Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut:
(Babba,2007)

Gambar 1: distribusi karateristik responden pada karyawan PT.SemeN Tonosa


A. Cara Menanggulangi Pencemaran Bunyi/Suara
1.      Penggunaa alat peredam suara
Ada berbagai cara untuk mengurangi pencemaran suara, salah satunya  adalah
penggunaan alat peredam suara, kini banyak digunakan sistem kendali bising yang
aktif. Menurut Dr Ir Bambang Riyanto Trilaksono MSc, peneliti dan dosen pada
Departemen Teknik Elektron, Institut Teknologi Bandung (ITB), secara
konvensional bising diredam dengan  memakai bahan-bahan peredam. Bahan
tersebut ditempatkan di sekitar sumber bising atau di dinding ruang yang
intensitas bisingnya mau dikurangi. Selain itu kini di perkantoran, hotel atau
apartemen di kota – kota besar yang dekat dengan lalu lintas utama atau dekat
bandara yang dirasa lingkungannya mempunyai kebisingan yang tidak bisa
ditolerir oleh pendengaran manusia, maka Direktur Jendera Bina Marga sejak
tahun 1999 mencanangkan bangunan peredam bising.
 2.      Pendidikan
Melalui pendidikan dapat memberikan kesadaran serta membentuk sikap positif
terhadap alam sekiar terutama dari hal-hal yang sangat kecil. Melalui pendidikan
mereka dapat mengetahui berbagai pencemaran alam dari segi efek-efek negative
terhadap lingkungan dan manusia.
3.      Tanggung jawab bersama
Pemerintah harus berperan dalam membuat hukum untuk melindungi alam
sekitar. Pengawasan  oleh pejabat lingkungan perlu ditingkatkan. Pengusaha
pabrik harus mendapatkan pengetahuan tentang berbagai bentuk pencemaran dan
dampaknya terhadap lingkungan sebelum memulai operasi pabriknya. Sehingga
pemilik pabrik dapat memasang alat peredam suara dalam setiap poduknya
sehingga kebisingan dapat diminimalisir. Terutama untuk pabrik kendaran, Pabrik
kendaraan perlu memikirkan produksi kendaraan yang mesinnya lebih senyap dan
ramahlingkungan.
Selain itu, masyarakat juga harus memperhatikan alat-alat yang dapat
menimbulkan kebisingan. karena delapan puluh persen penyebab pencemaran
suara ini datangnya dari manusia sendiri. Terutama peralatan rumah tangga,
seperti tidak terlalu banyak memakai alat elektronik yang menimbulkan suara
bising, tidak berteriak dalam berbicara atau tidak mendengarkan musik dengan
earphone dengan sangat keras. Karena secara tidak langsung hal itu bisa
mengurangi kelelahan otak dalam mendengar.
4.      Pameran dan kampanye lingkungan
Mengadakan pameran  secara berkala disetiap daerah tertentu tentu perlu
dilakukan dengan mendistribusikan brosur tenteng penyebab dan dampak
pencemaran suara terhadap lingkungan dan manusia. Selain itu, pemerintah perlu
menunjukkan slide terkait pencemaran suara agar dapat menyadarkan masyarakat
dan mengajar masyarakat untuk melindungi lingkungan.
5.      Melalui media massa
Penyiaran masalah terkait lingkungan agar masyarakat peka dan berhati-hati untuk
melindungi lingkungan dari pencemaran. Di samping itu juga pihak media massa
juga harus selalu meng-uptade informasi tentang lingkungan terutama masalah
pencemaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil diskusi kelompok kami, dapat diambil kesimpulan
bahwa pencemaran bunyi/suara adalah gangguan pada lingkungan yang
diakibatkan oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidak tentraman
makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara diakibatkan suara-suara
bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan tidak
menyenangkan. Penilaian terhadap suara yang muncul sebagai polusi atau tidak
merupakan sesuatu yang subjektif. Kerusakan yang diakibatkan pencemaran suara
bersifat setempat, tidak seperti polusi udara maupun polusi air.
Walaupun tidak begitu mendapat perhatian seperti 3 pencemaran lain, pencemaran
suara merupakan suatu yang sangat penting untuk dikaji karena dampaknya kian
hari kian terlihat. Bahkan dampak yang ditimbulkan tidak kalah berbahaya dengan
pencemaran-pencemaran ynag lain. Untuk itu perlu adanya penanggulangan dari
pemerintah, lingkungan sekitar dan juga diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Babba.j.2007.Hubungan antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan
Peningkatan Tekanan Darah.Tesis Magister.Semarang.

Dewanty, RA, dan Sudarmaji.2015.Analisis Dampak Kebisingan Terhadap


Gangguan Pendengaran Petugas Loundry.Jurnal Kesehatan
Lingkungan.8(1);229-237

http://idfisafarnadi.blogspot.com/2013/05/makalah-pencemaran-bunyisuara.html

Anda mungkin juga menyukai