Anda di halaman 1dari 17

Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 1

MAKALAH

Birokrasi Pemerintahan

“Strategi dan Struktur Birokrasi Menuju Good Governance”

Dosen Pengampu :

Charles Hutapea, S.IP., M.IP

Di Susun Oleh :

1. Yessica Claudia GAC 118 136


2. Dwi Laetare GAC 118 092
3. Thony Mandala GAC 117 156
4. Saldony Kurniawan GAC 118 143
5. Via Ayu Restha GAC 118 096
6. Jhon Fanji GAC 118 150
7. Purnomo GAC 118 094
8. Dionisius Imanuel GAC 118 122
9. Glori Antonius GAC 118 098
10. Andri GAC 118 172
11. William Sabatio R. GAC 118 127

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2019
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah saya tentang “Birokrasi Pemerintahan tentang Strategi dan Stuktur Birokrasi
Menuju Good Governance”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide,
pendapat, saran serta gagasannya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan, kemampuan
dan referensi serta landasan teori para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah.

Palangka Raya, 21 Oktober 2019


Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4

A. Latar Belakang..........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................

A. Struktur Birokrasi Menuju Good Governance....................................5


B. Strategi Birokrasi Menuju Good Governance.....................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................16

A. Kesimpulan.............................................................................................16
B. Saran.......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Good governance (tata pemerintahan yang baik) sudah lama menjadi mimpi buruk banyak
orang di Indonesia. Kendati pemahaman mereka tentang good governance berbeda-beda, namun
setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa dengan good governance mereka
akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik. Banyak di antara mereka
membayangkan bahwa dengan memiliki praktik good governance yang lebih baik, maka kualitas
pelayanan publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah
menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga (Dwiyanto, 2005).
Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek dan semakin
sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi panutan rakyat banyak
yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang baik atau yang sering disebut
good governance yang selama ini dielukan-elukan faktanya saat ini masih menjadi mimpi dan
hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera terbangun dari tidur panjangnya.
Revolusi disetiap bidang harus dilakukan karena setiap produk yang dihasilkan hanya mewadahi
kepentingan partai politik, fraksi dan sekelompok orang. Padahal seharusnya penyelenggaraan
negara yang baik harus menjadi perhatian serius. Transparansi memang bisa menjadi salah satu
solusi tetapi apakah cukup hanya itu untuk mencapai good governance.
Sebagai negara yang menganut bentuk kekuasaan demokrasi. Maka kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar seperti disebutkan dalam UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 1 ayat (2). Negara seharusnya memfasilitasi keterlibatan
warga dalam proses kebijakan publik. Menjadi salah satu bentuk pengawasan rakyat pada negara
dalam rangka mewujudkan good governance. Memang akan  melemahkan posisi pemerintah.
Namun, hal itu lebih baik daripada perlakukan otoriter dan represif pemerintah.
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Birokrasi Menuju Good Governance


Terdapat tiga terminologi yang masih rancu dengan istilah dan konsep good governance,
yaitu: good governance (tata pemerintahan yang baik), good government (pemerintahan yang
baik), dan clean governance (pemerintahan yang bersih). Untuk lebih dipahami makna
sebenarnya dan tujuan yang ingin dicapai atas good governance, maka adapun beberapa
pengertian dari good governance, antara lain :
1.  Menurut Bank Dunia (World Bank) Good governance merupakan cara kekuasaan yang
digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk
pengembangan masyarakat (Mardoto, 2009).
2. Menurut UNDP (United National Development Planning)
Good governance merupakan praktek penerapan kewenangan pengelolaan berbagai urusan.
Penyelenggaraan negara secara politik, ekonomi dan administratif di semua tingkatan. Dalam
konsep di atas, ada tiga pilar good governance yang penting, yaitu:
a. Kesejahteraan rakyat (economic governance).
b. Proses pengambilan keputusan (political governance).
c. Tata laksana pelaksanaan kebijakan (administrative governance) (Prasetijo, 2009).
Dalam proses memaknai peran kunci stakeholders (pemangku kepentingan), mencakup 3
domain good governance, yaitu:
1. Pemerintah yang berperan menciptakan iklim politik dan hukum yang kondusif.
2. Sektor swasta yang berperan menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan.
3. Masyarakat yang berperan mendorong interaksi sosial, konomi, politik dan mengajak
seluruh anggota masyarakat berpartisipasi (Efendi, 2005).
Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik maka harus
memiliki beberapa bidang yang dilakukan agar tujuan utamanya dapat dicapai, yang meliputi
(Efendi, 2005)
a. Politik
Politik merupakan bidang yang sangat riskan dengan lahirnya msalah karena seringkali
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 6

menjadi penghambat bagi terwujudnya good governance. Konsep politik yang kurang
bahkan tidak demokratis yang berdampak pada berbagai persoalan di lapangan. Krisis
politik yang saat ini terjadi di Indonesia dewasa ini tidak lepas dari penataan sistem
politik yang kurang demokratis. Maka perlu dilakukan pembaharuan politik yang
menyangkut berbagai masalah penting seperti:
a. UUD NRI 1945 yang merupakan sumber hukum dan acuan pokok penyelenggaraan
pemerintahan maka dalam penyelenggaraannya harus dilakukan untuk mendukung
terwujudnya good governance. Konsep good governance itu dilakukan dalam
pemilihan presiden langsung, memperjelas susunan dan kedudukan MPR dan DPR,
kemandirian lembaga peradilan, kemandirian kejaksaan agung dan penambahan
pasal-pasal tentang hak asasimanusia.
b. Perubahan UU Politik dan UU Keormasan yang lebih menjamin partisipasi dan
mencerminkan keterwakilan rakyat.
c. Reformasi agraria dan perburuhan.
d. Mempercepat penghapusan peran sosial politik TNI.
e. Penegakkan Supremasi Hukum.
b. Ekonomi
Ekonomi Indonesia memang sempat terlepas dari krisis global yang bahkan bisa
menimpa Amerika Serikat. Namun keadaan Indonesia saat ini masih terbilang krisis
karena masih banyaknya pihak yang belum sejahtera dengan ekonomi ekonomi rakyat.
Hal ini dikarenakan krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila
tidak teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh. Permasalahan
krisis ekonomi di Indonesia masih berlanjut sehingga perlu dilahirkan kebijakan untuk
segera.
c.  Sosial
Masyarakat yang sejahtera dengan terwujudnya setiap kepentingan masyarakat yang
tercover dalam kepentingan umum adalah perwujudan nyata good governance.
Masyarakat selain menuntut perealisasikan haknya tetapi juga harus memikirkan
kewajibannya dengan berpartisipasi aktif dalam menentukan berbagai kebijakan
pemerintahan. Hal ini sebagai langkah nyata menjalankan fungsi pengawasan yang
efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Namun keadaan Indonesia
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 7

saat ini masih belum mampu memberikan kedudukan masyarakat yang berdaya di
hadapan negara. Karena diberbagai bidang yang didasari kepentingan sosial masih
banyak timbul masalah sosial. Sesuai dengan UUD NRI Pasal 28 bahwa “Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang”. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membentuk
golongan dengan tujuan tertentu selama tidak bertentangan dengan tujuan negara. Namun
konflik antar golongan yang masih sering terjadi sangat kecil kemungkinan good
governance bisa ditegakkan. Maka good governance harus ditegakkan dengan keadaan
masyarakat dengan konflik antar golongan tersebut.
d. Hukum
Dalam menjalankan pemerintahan pejabat negara memakai hukum sebagai istrumen
mewujudkan tujuan negara. Hukum adalah bagian penting dalam penegakan good
governance. Setiap kelemahan sistem hukum akan memberikan influence terhadap
kinerja pemerintahan secara keseluruhan, karena good governanance tidak akan dapat 
berjalan dengan baik dengan hukum yang lemah. Penguatan sistem hukum atau reformasi
hukum merupakan kebutuhan mutlak bagi terwujudnya good governance. Hukum saat ini
lebih dianggap sebagai komiditi daripada lembaga penegak keadilan dan kalangan
kapitalis lainnya. Kenyataan ini yang membuat ketidakpercayaan dan ketidaktaatan pada
hukum oleh masyarakat.

B. Strategi Birokrasi Menuju Good Governance

Menurut (Efendi 2005) Banyak hal mendasar yang harus diperbaiki, yang berpengaruh
terhadap good governance:

1. Integritas Pelaku Pemerintahan


Peran pemerintah yang sangat berpengaruh, maka integritas dari para pelaku
pemerintahan cukup tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan untuk
melakukan penyimpangan misalnya korupsi.
2. Kondisi Politik dalam Negeri.
Jangan menjadi dianggap lumrah setiap hambatan dan masalah yang dihadirkan
oleh politik. Bagi terwujudnya good governance konsep politik yang tidak/kurang
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 8

demokratis yang berimplikasi pada berbagai persoalan di lapangan. Maka tentu harus
segera dilakukan perbaikan.
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat
Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak teratasi
akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.
4. Kondisi Sosial Masyarakat.
Masyarakat yang solid dan berpartisipasi aktif akan sangat menentukan berbagai
kebijakan pemerintahan. Khususnya dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang
merupakan perwujudan riil good governance. Masyarakat juga menjalankan fungsi
pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Namun jika
masyarakat yang belum berdaya di hadapan negara, dan masih banyak timbul masalah
sosial di dalamnya seperti konflik dan anarkisme kelompok, akan sangat kecil
kemungkinan good governance bisa ditegakkan.
5. Sistem Hukum
Menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap penyelenggaraan negara. Hukum
merupakan faktor penting dalam penegakan good governance. Kelemahan sistem hukum
akan berpengaruh besar terhadap kinerja pemerintahan secara keseluruhan. Good
governanance tidak akan berjalan dengan baik di atas sistem hukum yang lemah. Oleh
karena itu penguatan sistim hukum atau reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak.

Untuk meralisasikan pemerintahan yang professional dan akuntabel yang bersandar pada
prinsip-prinsip good governance Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Masyarakat
Transparansi Indonesia (MTI) merumuskan sembilan aspek fundamental (Asas) dalam good
governance yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

1. Partisipasi (Participation)

Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilan


keputusan.Bentuk keikutsertaan dibagun berdasarkan prinsip demokrasi yakni kebebasan
berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara konstruktif.
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 9

Menurut Jewell dan Siegall (1998:67) partisipasi adalah keterlibatan anggota organisasi
didalam semua kegiatan organisasi.Di lain pihak Handoko (1998:31) menyatakan partisipasi
merupakan tindakan dan pengawasan kegiatan di dalam organisasi.

Semua warga negara berhak terlibat dalam keputusan, baik langsung maupun melalui
lembaga perwakilan yang sah untuk mewakili kepentingan mereka. Paradigma birokrasi sebagai
center for publik harus diikuti dengan berbagai aturan sehingga proses sebuah usaha dapat
dilakukan dengan baik dan efisien, selain itu pemerintah juga harus menjadi publik server
dengan memberikan pelayanan yang baik, efektive, efisien, tepat waktu serta dengan biaya yang
murah, sehingga mereka memiliki kepercayaan dari masyarakat. Partisipasi masyarakat sangat
berperan besar dalam pembangunan, salah satunya diwujudkan dengan pajak.

2. Penegakan Hukum (Rule of Law)

Penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintah yang profesional dan harus didukung
oleh penegakan hukum yang berwibawa. Penegakan hukum sangat berguna untuk menjaga
stabilitas nasional. Karena suatu hukum bersifat tegas dan mengikat.Sehubungan dengan itu,
Santosa (2001:87) menegaskan, bahwa Perwujudan good governance harus di imbangi dengan
komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Supremasi Hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara dan


peluang partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
didasarkan pada hukum dan peraturan yang jelas dan tega dan dijamain
pelaksanaannya secara benar serta independen.
b. Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh
hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikasi dan tidak bertentangan antara satu
dengan lainnya.
c. Hukum yang responsive, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi
msyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara
adil.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hukum
yang berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu jabatan maupun status
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 10

sosialnya sebagai contoh aparat penegak hukum yang melanggar kedisiplinan dan
hukum wajib dikenakan sanksi.
e. Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh
penguasa atau pengaruh lainnya. Sayangnya, di negara kita independensi
peradilan belum begitu baik dan dinodai oleh aparat penegak hukum sendiri,
sebagai contoh kecilnya yaitu kasus suap jaksa.

3. Tranparasi (Transparency)

Trasparaasi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah (Notodisoerjo,2002:129). Dengan adanya trasparasi maka pemerintah menujakan
kinerjanya sebgai tolak ukur dan informasi bagi masyarakat di pemrintahan.

Menurut Jeff dan Shah (1998:68) indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
trasparasi yaitu: Bertamabahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintah.

Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini bangsa indonesia terjebak dalam kubangan
korupsi yang sangat parah. Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi ruang gerak
kegiatan korupsi adalah manajemen pemerintahan yang tidak baik. Dalam pengelolaan negara,
Goffer berpendapat bahwa terdapat delapan unsur yang harus dilakukan secara transparasi, yaitu

a. Penetapan posisi dan jabatan.

b. Kekayaan pejabat publik.

c. Pemberian penghargaan.

d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.

e. Kesehatan.

f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.

g. Keamanan dan ketertiban.

h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.


Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 11

Dalam hal penepatan posisi jabatan public harus dilakukan melalui mekanisme test and
proper test (uji kelayakan) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga independen,seperti komisi
yudisial,komisi kepolisian,komisi pajak dan sebagainya.

4. Responsif (Responsiveness)

Asas responsif adalah bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan


masyarakat secara umum.Pemerintah harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya, bukan
menunggu masyarakat menyampaikan aspirasinya, tetapi pemerintah harus proaktif dalam
mempelajari dan mengalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat.Jadi setiap unsur pemerintah harus
memiliki dua etika yaitu etika individual yang menuntut pemerintah agar memiliki kriteria
kapabilitas dan loyalitas profesional.Dan etika sosial yang menuntut pemerintah memiliki
sensitifitas terhadap berbagai kebutuhan pubik. Orientasi kesepakatan atau Konsensus
(Consensus Orientation).

Asas konsensus adalah bahwa setiap keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah. Cara pengambilan keputusan secara konsensus akan mengikat sebagian besar
komponen yang bermusyawarah dalam upaya mewujudkan efektifitas pelaksanaan keputusan.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan maka akan semakin banyak
aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili selain itu semakin banyak yang melakukan
pengawasan serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan umum maka akan semakin tinggi tingkat
kehati-hatiannya dan akuntanbilitas pelaksanaannya dapat semakin di pertanggungjawabkan.

5. Konsensus (Consensus)

Asas konsensus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan konsensus, selain dapat
memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian besar
komponen yang bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa terhadap semua yang terlibat
untuk melaksanakan keputusan tersebut.

Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif,
maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Semakin banyak
yang melakukan pengawasan serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan umum, maka akan
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 12

semakin tinggi tingkat kehati-hatiannya, dan akuntabilitas pelaksanaannya dapat semakin


dipertanggungjawabkan.

6. Kesetaraan (Equity)

Asas kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan.Asas ini dikembankan
berdasrkan senuah kenyataan bahnwa bangsa Indonesia ini tergolong bangsa yang prural,baik
dari segi etnik,agama dan budaya.prulalisme ini tentu saja pada satu sis dapat memicu masalah
apabila dimanfaatkan dalam konteks kepentingan sempit seperti primordialisme,egoism,dan
sebagainya. Krena prinsip kesetaraan harus diperhatikan agar tidak memicu akses yang tidak
diinginkan dalam penyelenggaraan pemedrintah. Asas kesetaraan dan keadilan adalah kesamaan
dalam perlakuan dan pelayanan publik.Pemerintah harus bersikap dan berprilaku adil dalam
memberikan pelayanan terhadap publik tanpa mengenal perbedaan kedudukan, keyakinan, suku,
dan kelas sosial.

Good governance juga harus didukung dengan asa kesetaraan, yakni kesamaan dalam
perlakuan dan pelayanan. Asas ini harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh semua
penyelenggara pemerintahan di Indonesia karena kenyatan sosiologis bangsa kita sebagai bangsa
yang majemuk, baik etnis, agama, dan budaya. Kriteria efektivitas biasanya diukur dengan
parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari
berbagai kelompok dan lapisan sosial. adapun, asas efisiensi umumnya diukur dengan
rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat.

7. Efektivitas (Effectifeness) dan Efisiensi (Efficiency)

Efisiensi berkaitan dengan penghematan keuangan, sedangkan Efikktifitas berkaitan dengan


ketepatan cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah (Handoko,1998:23).Menurut Jeff
dan Shah (1998:7) indikator yang dapat digunakan untuk mengur efisiensi dan efiktifitas,yaitu :
Efisiensi: Meningkatnya kesejahteraan dan nilai tambah dari pelayanan masyarakat,
berkurangnya penyimpanan pembelanjaan, berkuragnya bianya operasioanal pelayanan dan
mendapatkan ISO pelayanan. Eviktivitas: Meningkatnya masukan dari masyarakat terhadap
penyimpangan (Kebocoran, Pemborosan, Penyalahgunaan wewenang dan sebagainya) melalui
media massa dan berkurangnya pentimpangan.
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 13

Konsep efektivitas dalam sektor kegiatan-kegiatan publik memiliki makna ganda, yakni
efektivitas dalam pelaksanan proses-proses pekerjaan, baik oleh pejabat publik maupun
partisipasi masyarakat, dan kedua, efektivitas dalam konteks hasil, yakni mampu membrikan
kesejahteraan pada sebesar-besarnya kelompok dan lapisan sosial.Kriteria efektif dan efisien
yaitu pemerintah harus berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektivitas biasanya diukur
dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari
berbagai kelopok dan lapisan sosial.Sedangkan asas efisiensi umumnya diukur dengan
rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Semakin kecil biaya
yang dipakai untuk mencapai tujuan dan sasaran maka pemerintah dalam kategori efisien.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang


memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka.,di sisi lain Akuntabilitas adalah
kemampuan untuk mempertanggung jawabkan semua tindakan dan kebijaksanaan yang telah
ditemapuh (Mardiasmo,2001:251).

Menurut Jeff dan Shah (1998:70) Indikator yang daqpt digunakan untuk mengukur
akuntabilitas, yaitu meningktnya kepercanyaan dan kepuasan masyarakat terhadapa pemerintah,
tumbuhnya kesadaran masyarakat, meningkatnya keterwakilan berdasarkan pilihan dan
kepentingan masyarakat, dan berkurangnya kasus-kasus KKN.

Setiap pejabat publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan,


moral, maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat.Inilah yang dituntut dalam asas
akuntabilitas dalam upaya menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

9. Visi Strategis

Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan
datang. Tidak sekedar memiliki agenda strategis untuk masa yang akan datang, seseorang yang
memiliki jabatan publik atau lembaga profesional lainnya, harus memiliki kemampuan
menganalisa persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.
Bangsa-bangsa yang tidak memiliki sensitifitas terhadap perubahan serta perdiksi perubahan
kedepan,tidak saja tertinggal oleh bangsa lain di dunia, tapi juga akan terperosok pada
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 14

akumulasi kesulitan, sehingga proses recoverynya tidak mudah. Salah satu contoh,Kecerobohan
bangsa Indonesia dalam menerapkan kebijakan devisa bebas di era 1980-an, dan memberi
peluang pada sector swasta untuk melakukan direct loan (pinjaman langsung) terhadap berbagai
lembaga keuangan di luar negeri,dengan tanpa perhitungan jadwal pembayaran yang rasional
telah mengakibatkan krisis keuangan di akhir 1990-an yang mengakibatkan nilai tukar dolar
meningkat dan kurs rupiah anjlok. Aspek lain yang lebih penting dalam konteks pandangan
strategi untuk masa ytuang akan datang,adalah perumusan-perumusan blueprint design
kehidupan ekonomi, social dan budaya untuk sekian tahun kedepan yang ahrus dirancang dan
dikerjakan sejak sekarang.

Untuk mewujudkan cita good governance dengan asas-asas fundamental sebagaimana telah
dipaparkan, setidaknya harus melakukan lima aspek prioritas,yakni :

1. Penguatan Fungsi dan Peran Lembaga Perwakilan


2. Kemandirian Lembaga Peradilan
3. Aparatur Pemerintah yang Professional dan Penuh Integritas
4. Masyarakat Madani (Civil Society) yang Kuat dan Partisipatif
5. Penguatan Upanya Otonomi Daerah.

Hal yang perlu di lakukan untuk mewujudkan Good Governance, yakni sebagai berikut :

1. Kondisi Utama yang harus di munculkan untuk mendukung reformasi governance adalah
merupakan kombinasi dari faktor institusi dan karakteristik dari desain kebijakan yang di
kembangkan oleh (Goetz. 2004).
a. Penentuan batas waktu reformasi yang di buat oleh institusi formal yang memiliki
legistimasi dan berkelanjutan.
b. Penyerahan tanggung jawab untuk melaksanakan sebagian reformasi kepada tingkat
pemerintahan yang lebih rendah.
c. Perubahan komposisi elit pemerintahan untuk meminimalisir pengaruh pemegang
kekuasaan lama.
d. Adanya pentahapan terhadap agenda reformasi yang akan di lakukan.
e. Keberagaman dan kemampuan yang mendalam dari masyarakat sipil.
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 15

f. Serta kapasistas teknis yang memadai dari sipil.

2. Perlu di lakukan sejumlah upaya dalam mereformasi birokrasi yang ada di daerah
(Prasojo, 2003).
a. Debirokratisasi struktur internal birokrasi.
b. Modernisasi proses birokrasi.
c. Peningkatan kapasitas aparat birokrasi.1
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan mendambakan clean
and good governance. Untuk mencapai good governance dalam tata pemerintahan di Indonesia,
maka prinsip-prinsip good governance hendaknya ditegakkan dalam berbagai institusi penting
pemerintahan, prinsp-prinsip tersebut meliputi: Partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi
hukum, transparasi, peduli dan stakeholder, berorientas pada consensus, kesetaraan, efektifitas
dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategis.

Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik tercermin dalam
berbagai bidang yang memiliki peran yang peting dalam gerak roda pemerintahan di Indonesia
yang meliputi: bidang politik, ekonomi, sosial, dan hukum.

Sehingga apa yang didambakan Indonesia menjadi negara yang good governance dapat
terwujud  dan hilangnya faktor-faktor  Kepentingan politik, KKN, peradilan yang tidak adil,
bekerja di luar kewenangan, dan kurangnya integritas dan transparansi adalah beberapa masalah
yang membuat pemerintahan yang baik masih belum bisa tercapai. Masyarakat dan pemerintah
yang masih bertolak berlakang untuk mengatasi masalah tersebut seharusnya menjalin
harmonisasi dan kerjasama mengatasi masalah-masalah yang ada.

B. Saran

Berbagai permasalahan nasional menjadi alasan belum maksimalnya good governance.


Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance maka tiga pilarnya yaitu pemerintah,
korporasi, dan masyarakat sipil saling menjaga, support dan berpatisipasi aktif dalam
penyelnggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan. Terutama antara pemerintah dan
masyarakat menjadi bagian penting tercapainya good governance. Tanpa good governance sulit
bagi masing-masing pihak untuk dapat saling berkontribusi dan saling mengawasi. Good
governance tidak akan bisa tercapai apabila integritas pemerintah dalam menjalankan pemerintah
tidak dapat dijamin. Hukum hanya akan menjadi bumerang yang bisa balik menyerang negara
dan pemerintah menjadi lebih buruk apabila tidak dipakai sebagaimana mestinya. Konsistensi
pemerintah dan masyarakat harus terjamin sebagai wujud peran masing-masing dalam
pemerintah. Setiap pihak harus bergerak dan menjalankan tugasnya sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
 
Stategi dan Stuktur Birokrasi Menuju Good Governance| 17

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, Agus. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:


Gajahmada Universiti Press.

Effendi, Sofian. 2005. Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance. Makalah
Seminar Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi Diselenggarakan Kantor Menteri Negara PAN
22 September 2005.

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2003. Good Governance Dalam Pembangunan Berkelanjutan Di


Indonesia. Makalah Untuk Lokakarya Pembangunan Hukum Nasional ke VIII di Bali, tanggal 15
Juli 2003.

Mardoto. 2009. Mengkritisi Clean And Good Governance Di Indonesia. Dalam


http://mardoto.com.

Prasetijo. 2009. Good Governance Dan Pembangunan Berkelanjutan dalam


http://prasetijo.wordpress.com.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Anda mungkin juga menyukai