Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
Yessica Claudia
NIM GAC 118 136
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah saya tentang “Hukum Tata Pemerintahan”. Tidak lupa saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide, pendapat, saran serta gagasannya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan, kemampuan dan
referensi serta landasan teori para pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah.
Yessica Claudia
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
3
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................26
4
BAB I
PENGERTIAN HUKUM TATA PEMERINTAHAN
5
1. HTP Heterogen, yang mengartikan HTP/HAN bagian dari HTN.
2. HTP Otonom, yakni keseluruhan aturan-aturan hukum yang dibuat oleh pejabat
pemerintahan negara yang berwenang, yang dilakukan oleh mereka yang
digolongkansebagai subjek atau pelaku HTP melalui syarat-syarat yuridis yang di
perlakukan. Baik isi dari HTP heterogen maupun otonom itulah yang menjadi objek dari
HTP. Subjek hukum dalam HTP meliputi :
Pegawai Negeri.
Jabatan-Jabatan dalam Lingkup Pemerintahan
Dinas-Dinas Publik, Jawatan Publik dan BUMN/BUMD
Daerah-Daerah Swapraja dan Swatantra.
Marcel Waline
“Hukum Administarsi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan yang
menguasaikegiataan-kegiatan alat-alat perlengkapan Negara yang bukan alat perlengkapan
perundang-undangan atau kekuasaan kehakiman menentukan luas dan batas-batas kekuasaan alat
alat perlengkapan tersebut, baik terhadap warga masyarakat maupun antara alat-alat
perlengkapan itu sendiri, atau pula keseluruhan aturan- aturan yang menegaskan dengansyarat-
syarat bagaimana badan-badan tata usaha negara/ administrasi memperoleh hak-
hakdanmembebankan kewajiban-kewajiban kepadapara warga masyarakat dengan peraturanalat-
alat perlengkapannya guna kepentingan pemenuhan kebutuhan- kebutuhan umum.”
W. F Prins-R. Kosim Adisapoetra (1976)
Merumuskan bahwa Hukum Administrasi Negara (yang disebut pula Hukum
TataPemerintahan) adalah mengenai pelaksanaan tugas pemerintah oleh subyek hukum
yangdisebutkan dengan tegas siapa-siapanya. Artinya yang menjadi subyek hukum
tersebutmenjalankan kewajiban yang tidak ada ditangan setiap warga negara.
Van Vollenhoven
Merumuskan bahwa hukum tata pemerintahan sebagai semua pengaturan hukumsetelah
dikurangan hukum tata negara meteriil, hukum perdata meteriil maupun hukum pidana materiil.
Untuk kemudian dibedakan dalam 4 jenis yaitu :
Berstuurecht (Hukum pemerintahan)
Justisierecht (Hukum peradilan)
Politurecht (Hukum kepolisian)
Regalaasrecht (Hukum perundang-undangan).
Dea la Bassecour Caan
Merumuskan hukum administrasi negara (hukum Tata Pemeritahan) sebagai himpunan
peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab maka negara berfungsi (beraksi).
6
J. Van Apeldorn (1983)
Menyatakan bahwa di Negara Belanda hukum Tata Pemerintahan disebut hukum
administrasi negara terbagai atas :
1. Hukum Adminsitrasi materiil yaitu peraturan yang harus diperhatikan oleh para pendukung
kekuasaan pemerintahan yang memegang tugas pemerintahan dalam menjalankan kewajiban
pemerintahan.
2. Hukum administrasi formil yaitu syarat mengenai cara menjalankan peraturan hukum
administrasi yang bersifat materil.
R. Abdul Djamali
Hukum Administrasi Negara adalah peraturan - peraturan hukum yang mengatur
administrasi, yaitu hubungan antara warga Negara dan pemerintah yang menjadi sebab sampai
Negara itu berfungsi. Maksudnya, merupakan gabungan petugas secara struktural berada di
bawah pimpinan pemerintahan yang melaksanakan tugas sebagai bagiannya, yaitu bagian dari
perkerjaan yang tidak ditujukan kepada lembaga-Legislatif, Yudikatif dan lembaga pemerintahan
daerah otonomi (yang mengurus daerahnya sendiri).
Oppen Hein
“Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang
mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah apabila badan-badan itu menggunakan
wewenagnya yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.”
J.H.P. Beltefroid
“Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana
alat-alat pemerintahan dan badan-badan kenegaraan dan majelis-majelis pengadilan tata usaha
hendak memenuhi tugasnya.
J.P. Hooykaas
“Hukum Administarsi Negara adalah ketentuan – ketentuan mengenai campur tangan dan
alat-alat perlengkapan Negara dalam lingkungan swasta. ”
Bachsan Mustofa
“Hukum Administarsi Negara adalah sebagai gabungan jabatan-jabatan yang dibentuk
dan disusun secara bertingkat yang diserahi tugas melakukan sebagian dari pekerjaan
pemerintaha dalam arti luas yang tidak diserahkan pada badan-badan pembuat undang-undang
dan badan – badan kehakiman.”
7
BAB II
SUMBER HUKUM TATA PEMERINTAHAN
Sumber hukum adalah tempat darimana asal-muasal suatu nilai atau norma tertentu
berasal, sebagai asas hukum/sebagai sesuatu yang merupakan permualaan hukum, menunjukan
hukum terdahulu yang memberikan bahan-bahan kepada hukum yang sekarang berlaku, sebagai
sumber terjadinya hukum, sebagai sumber darimana kita mengenal hukum.
Dalam pasal I Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 ditentukan bahwa:
1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang- undangan.
2. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidaak
tertulis.
3. Sumber hukum dasar nasional adalah (i) pancasila sebagaimana yang tertulis
dalam pembukaan UUD 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian
Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta dengan
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan (ii) batang tubuh Undang-
Undang Dasar 1945.
Sumber-sumber hukum dalam lapangan HTP adalah sumber-sumber hukum dalam
pengertian dari mana isi dan bentuk aturan hukum itu berlaku dan ditaati secara umum. Sumber
hukum dapat dibagi menjadi 2, yakni :
8
masyarakat. Dengan kata lain secara sosiologis, sumber hukum adalah faktor-faktor dalam
masyarakat yang ikut menentukan materi hukum positif. Antara lain : pandangan ekonomis,
agamis dan psikologis.
C. Sumber Hukum Filosofis
Ada 2 faktor penting yang dapat menjadi sumber hukum secara filosofis :
A. Karena hukum itu dimaksudkan antara lain untuk menciptakan keadilan maka hal-hal yang
secara filosofis dianggap adil dijadikan pula sebagai sumber hukum materiil.
B. Faktor-faktor yang mendorong orang tunduk pada hukum. Oleh karena hukum diciptakan
untuk ditaati maka seluruh faktor yang dapat mendukung seseorang taat pada hukum harus
diperhatikan dalam pembuatan aturan hukum positif, di antaranya adalah faktor kekuasaan
penguasa dan kesadaran hukum masyarakat.
9
Alat Administrasi Negara melaksanakan tugas dan fungsinya berlandaskan pada praktek
administrasi negara atau sering dikenal dengan hukum kebiasaan yang telah dilakukan dalam
praktek administrasi negara tanpa berdasarkan peraturan perundang- undangan yang telah ada,
karena mungkin juga peraturanperaturan itu sudah ketinggalan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan zaman sehingga tidak cocok
lagi dengan keadaan, situasi dan kondisi pada saat pengambilan keputusan. Oleh karena itu dasar
dari pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah konkrit yang harus dilakukan oleh
alat Administrasi Negara yang terdahulu, yang tugas dan fungsinya sama. Dengan demikian
akhirnya tindakan atau praktek alat Administrasi Negara terdahulu itu dijadikan sumber hukum
bagi tindakan alat Administrasi Negara yang lain. Namun perlu diketahui bahwa keputusan alat
Administrasi terdahulu (praktek administrasi negara) yang dapat dijadikan sumber hukum formil
HAN adalah keputusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Yurisprudensi (Putusan Hakim)
Dimaksudkan dengan yurisprudensi ini adalah suatu keputusan hakim atau keputusan
suatu badan peradilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Yurisprudensi
sebagai sumber hukum ini berkaitan dengan prinsip bahwa hakim tidak boleh menolak mengadili
perkara yang diajukan kepadanya dengan alas an belum ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur perkara tersebut, sehingga seorang hakim harus melihat juga nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat dan keputusan hakim yang terdahulu, apabila ia bertugas menyelesaikan
permasalahan yang belum da peraturan perundangundangannya.
Doktrin / Pendapat Para Ahli
Doktrin dapat dipakai sebagai sumber hukum formil HAN, adalah karena
doktrin/pendapat para ahli tersebut dapat melahirkan teoriteori baru dalam lapangan HAN, yang
kemudian dapat mendorong atau menimbulkan kaidah-kaidah HAN. Doktrin sebagai sumber
hukum formil HAN, berlainan dengan sumber-sumber hukum yang lain karena doktrin ini diakui
sebagai sumber hukum formil HAN memerlukan waktu yang lama dan proses yang panjang.
Doktrin atau pendapat para ahli HAN, baru dapat dipakai sebagai sumber hukum HAN apabila
doktrin tersebut sudah diakui oleh umum.
Traktat
Traktat sebagai sumber hukum formal dari sumber hukum administrasi negara ini berasal
dari perjanjian internasional yang kemudian diratifikasi oleh pemerintah untuk dilaksanakan di
negara yang telah meratifikasi perjanjian internasional tersebut. Namun demikian perjanjian
internasional yang dapat dijadikan sumber hukum formal hanyalah perjanjian internasional yang
penting, lazimnya berbentuk traktat atau traty. Kalau tidak dibatasi demukian menurut Sudikno
Mertokusumo pemerintah tidak mempunyai cukup keleluasaan bergerak untuk menjalankan
hubungan internasional dengan sewajarnya. Apalagi untuk berlakunya traktat di suatu negara ini
diharuskan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari wakil-wakil rakyat.
10
BAB III
SUSUNAN PEMERINTAHAN INDONESIA
1. Badan Eksekutif
Kekuasan eksekutif biasanya dipegang oleh badan eksekutif. Di negara- negara demokratis
badan eksekutif biasanyaa terdiri atas kepala negara seperti raja atau presiden, berserta menteri-
menterinya. Badan eksekutif merupakan sebuah lembaga kenegaraan Indonesia yang bertugas
sebagai eksekutor atau pelaksana undang-undang yang dibuat legislatif. Eksekutif terdiri dari
kepala pemerintah yaitu Presiden dan Wakil Presiden. Presiden memiliki kekuasaan untuk
menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan
sekaligus sebagai kepala negara . Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang
(RUU) kepada DPR dan menetapkan peraturan pemerintah. Di daerah kota/kabupaten lembaga
eksekutif ialah Gubernur dan Wagub,Bupati dan Wabup yang memiliki tugas yang sama.
1. Pemerintah Pusat
Dalam pemerintah pusat ada kepala pemerintah yaitu presiden dan wakil presiden :
wewenang, kewajiban, dan hak presiden antara lain :
Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
Menetapkan peraturan pemerintah
Mengangkat memberhentikan menteri-menteri.
2. Pemerintahan Daerah Provinsi
Dalam pemerintahan provinsi terdapat dua lembaga pemerintahan, yaitu kepala daerah
(gubernur) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD).
3. Gubernur
Pemerintah daerah di wilayah provinsi dipimpin oleh seorang gubernur dan wakil gubernur.
Mereka dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.
Gubernur bertanggung jawab kepada presiden, melalui Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagai kepala daerah, gubernur bertanggung jawab
langsung kepada DPRD Provinsi. Tugas dan wewenang gubernur antara lain :
Pembinaan dan pengawasan penyeleng- garaan pemerintahan daerah di tingkat
kabupaten/ kota.
Penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Pembinaan dan pengawasan penyeleng- garaan tugas pembantuan di daerah provinsi
dan kabupaten/kota.
11
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I (DPRD)
Anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya berjumlah 35 orang dan paling banyak
berjumlah 100 orang. Anggota DPRD Dipilih melalui Pemilihan Umum. DPRD memiliki fungsi,
antara lain :
Legislasi (menyusun peraturan daerah).
Anggaran;
Pengawasan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi, antara lain sebagai
berikut.
Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;
Pengendalian lingkungan hidup;
Penyediaan sarana dan prasarana umum;
Penanganan bidang kesehatan.
5. Bupati / Walikota
Berbeda dengan struktur organisasi pemerintahan kecamatan, Di wilayah Kabupaten/ kota,
Jabatan Kepala Daerah dipegang oleh seorang Bupati/ Walikota, dimana dalam melaksanakan
tugas-tugasnya mereka dibantu oleh seorang wakil Bupati / wakil walikota.
Bupati / walikota memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan bersama dengan DPRD tingkat
Kabupaten.
Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 menjelaskan tentang tugas, wewenang, dan
kewajiban dari Kepala Daerah, khususnya Bupati / walikota adalah sebagai berikut :
Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan kebijakan yang telah
Di tetapkan bersama dengan DPRD Kabupaten.
Mengajukan rancangan Peraturan Daerah (Perda).
Menetapkan perda yang telah mendapatkan persetujuan dari DPRD Kabupaten.
Menyusun serta mengajukan rancangan perda terkait dengan APBD kepada DPRD guna
Di lakukan pembahasan dan ditetapkan.
Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah.
6. DPRD Kabupaten (DPRD Tingkat II)
Ini merupakan lembaga perwakilan rakyat di tingkat Kabupaten yang anggotanya berasal
dari anggota parpol peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 27 tahun 2009 menyatakan bahwa DPRD berfungsi sebagai :
Legislasi, dilaksanakan sebagai perwujudan DPRD selaku pemegang kekuasaan
membentuk peraturan daerah.
Pengawasan, dilaksakan melaui pengawasan atas pelaksanaan Perda dan APBD.
Anggaran, dilaksanakan untuk membahas serta menyetujui atau tidak terhadap
rancangan peraturan daerah terkait APBD yang diajukan Bupati.
12
Sedangkan tugas dan wewenang dari DPRD adalah
Menetapkan Bupati/wakil bupati dan Walikota/wakil walikota hasil pemilu.
Membentuk perda kabupaten bersama dengan bupati/walikota guna mendapatkan
persetujuan bersama.
Penetapan APBD Kabupaten bersama dengan Bupati/Walikota.
Bupati kepada Menteri Dalam negreri melalui Gubernur.
2. Badan Legilatif.
Memiliki fungsi membuat undang- undang., mengontrol badan eksekutif sesuai dengan
kebijakan- kebijakan yang telah diterapkan.13 Badan legislatif merupakan suatu lembaga
kenegaraan Indonesia yang mempunyai tugas untuk membuat, menciptakan undang-undang,
lembaga legislatif berhak menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan lembaga
yang mengawasi pemerintahan yang menjalankan undang-undang. Legislatif ini berasal dari
politikus yang berasal dari partai politik. Lembaga ini terdiri dari MPR, DPR dan DPD.
1. MPR ( Majelis Permusyawaratan Rakyat)
MPR merupakan lembaga negara(bukan lagi lemabag tertinggi setelah amandemen UUD
1945) yang beranggotakan semua anggota DPR dan anggota DPD yang terpilih dalam pemilu
legislatif. Masa jabatan MPR adalah lima tahun sama seperti masa jabatan DPR dan DPD dan
MPR paling sedikit harus bersidang sekali dalam masa jabatan di ibu kota negara. Fungsi, tugas
dan wewenang MPR adalah sebagai berikut :
Mengubah dan menetapkan UUD.
Melantik presiden dan wakil Presiden.
Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya sesuai UUD.
2. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Berdasarkan ketentuan UUD 1945 pasca Perubahanan Keempat, fungsi legislatif berpusat
di tangan Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini jelas terlihat dalam rumusan pasal 20 ayat (1) yang
baru yang menyatakan: “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-
Undang”. Selanjutnya dinyatakan: “setiap rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Rancangan Undang- Undang itu tidak boleh
diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu”. Kemudian dinyatakan pula” Presiden
mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah mendapat disetujui bersama untuk menjadi
Undang-Undang” (ayat 4), dan “dalam hal rancangan Undang-Undang yang telah disetujui
bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam
waktu 30 hari semenjak rancangan Undang-Undang tersebut disetujui, rancangan Undang-
Undang tersebut sah menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan”. Wewenang DPR yakni,
Membuat Undang-undang(fungsi legislasi)
Menetapkan APBN(fungsi anggaran)
Mengawasi pemerintah dalam menjalankan undang-undang(fungsi pengawasan)
Hak-hak anggota DPR
Hak Interpelasi
13
Hak Angket
Hak menyatakan pendapat
3. DPD (Dewan Perwakilaan Daerah)
Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga negara yang terdiri dari perwakilan dari
tiap provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Jumlah anggota DPD maksimal adalah 1/3
jumlah anggota DPR dan banyaknya anggota tiap provinsi tidak sama, maksimal 4 orang. Masa
jabatan sama seperti DPR, lima tahun.
DPD, menurut ketentuan pasal 22D (a) dapat mengajukan rancangan UU tertentu kepada DPR
(ayat 1), (b) ikut membahas rancangan UU tertentu (ayat 2), (c) memberikan pertimbangan
kepada DPR atas rancangan UU APBN dan rancangan UU tertentu (ayat 2), (d) dapat melakukan
pengawasan atas pelaksanaan UU tertentu (ayat 3). Dengan kata lain, DPD hanya memberikan
masukan, sedangkan yang memutuskan adalah DPR, sehingga DPD ini lebih tepat disebut
sebagai Dewan Pertimbangan DPR, karena kedudukannya hanya memberikan pertimbangan
kepada DPR.
3. Badan Yudikatif
Badan yudikatif adalah wewenang menguji apakah suatu undang- undang sesuai dengan
Undang- Undang Dasar atau tidak, dan menolak melaksanakan undang-undang serta peraturan-
peraturan lainnya yang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. 15 Badan
yudikatif ialah sebuah lembaga kenegaraan Indonesia sebagai lembaga pengawal serta pemantau
jalannya roda pemerintahan dengan menjadikan hukum sebagai acuan. Yudikatif mencakup
Mahkamah Agung, dan Mahkamah Konstitusi. Pengadilan tetinggi di Indonesia merupakan
Pengadilan Tata Usaha dan Negara (PTUN) yang menyelesaikan sengketa tanah, sertifikasi dan
sejenisnya.
1. MK (Mahkamah Konstitusi)
Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 24C ayat (1) dan (2).
Untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji UU terhadap
UUD.
Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
UUD.
Memutus pembubaran partai politik.
Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
.MK juga wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.Dengan kewenangan
tersebut, jelas bahwa MK memiliki hubungan tata kerja dengan semua lembaga negara yaitu
apabila terdapat sengketa antar lembaga negara atau apabila terjadi proses judicial review yang
diajukan oleh lembaga negara pada MK.
2. MA (Mahkamah Agung)
Mahkamah agung merupakan pemegang kekuasaan kehakiman. Mahkamah agung adalah
peradilan tertinggi di Indonesia. Pasal 24 ayat (2) menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
14
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya serta oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyatakan puncak kekuasaan kehakiman dan
kedaulatan hukum ada pada MA dan MK. Mahkamah Agung merupakan lembaga yang mandiri
dan harus bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan yang lain.Dalam hubungannya dengan
Mahkamah Konstitusi, MA mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk ditetapkan sebagai
hakim di Mahkamah Konstitusi. Wewenang MA antara lain:
Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat
(1)].
Memiliki weweang menagili di tingkat kasasi, menguji peraturan perundang- udangan
dibawah UU terhadap UU.
Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
Memberikan pertimbangan (presiden mengajukan grasi)
3. KY (Komisi Yudisial)
Pasal 24A ayat (3) dan Pasal 24B ayat (1) menegaskan bahwa calon hakim agung
diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan. Keberadaan Komisi
Yudisial tidak bisa dipisahkan dari kekuasaan kehakiman. Dari ketentuan ini bahwa jabatan
hakim merupakan jabatan kehormatan yang harus dihormati, dijaga, dan ditegakkan
kehormatannya oleh suatu lembaga yang juga bersifat mandiri. Dalam hubungannya dengan MA,
tugas KY hanya dikaitkan dengan fungsi pengusulan pengangkatan Hakim Agung, sedangkan
pengusulan pengangkatan hakim lainnya, seperti hakim MK tidak dikaitkan dengan KY.
15
BAB IV
KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA
B. Unsur- Unsur Keputusan Secara Teoritik dan Berdasarkan Hukum Positif Pernyataan
Kehendak Sepihak Secara Tertulis.
Secara teoritik, hubungan hukum publik bersifat sepihak atau bersegi satu, tindakan hukum
administrasi adaalah tindakan hukum sepihak. Hubungan hukum publik berbeda dengan
hubungan hukum perdata yng sifatnya selalu duaa pihak tau lebih, Karen dalam hukum perdata
disamping ada kesaamaan kedudukan juga ada asas otonomi yang berupa kebebasan pihak yang
bersangkutan untuk mengadakan hubungan hukum ataau tidak serta menentukan apa isi
hubungan hukum itu. Sebagi wujud dari pernyataan kehendak sepihak pembuatan dan penerbitan
keputusan hanya berasal dari pihak pemerintah, tidak bergantung kepada oraang lain.
Keputusan merupakan hasil dari tindakan sepihak pemerintah yang dituangkan dalam bentuk
tertulis. Keputusan TUN adalah keputusan sepihak dari organ pemerintahan. Berdasarkan
16
penjelasan pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, istilah “penetapan tertulis” menunjukan
kepada isi dan bukan kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan Badan atau Pejabat TUN.
Keputusan itu memng harus tertulis, namun yang disyarakat tertulis bukan dari bentuk formatnya
seperti surat keputusaan pengangkatan daan sebagainya. Persyaartan tertulis itu diharuskan untuk
kemudahan segi pembuktian. Oleh karena itu, sebuh memo ataau nota dapat memenuhi syarat
tertulis tersebut daan akan merupakan Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
menurut Undang- Undang ini apabila sudah jelas :
Badan ataau pejabat TUN mana yang mengeluarkannya.
Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu.
Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan didalamnya.
Dikeluarkan Oleh Pemerintah 18 UU Nomor 5 Tahun 1986 (Pasal 1 Ayat 3) Tentang
Keputusan Tata Usaha Negara. Keputusan merupakan fenomena kenegaraan dan pemerintahan.
Hampir semua organ kenegaraan dan pemerintahan berwenang untuk mengeluarkan keputusan.
Keputusan yang dimaksud disini, keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah selaku
administarsi negara baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku
Telah disebutkan keputusan adalah hasil dari tindakan hukum pemerintahan. Dalam
negara hukum setiap tindakan hukum pemerintahan harus didasarkan padaa asas legalitas, yang
berarti, bahwa pemerintah tunduk pada undang-undang. Pembuatan keputusan harus didasarkaan
pada pearturan perundang-undangan yang berlaku atau harus didasarkan pada wewenang
pemerintahan yang diberikan oleh peraturaan perundang-undangan. Tanpa dasar kewenangan,
pemerintah atau tata usaha negara tidak dapat membuat dan menerbitkan keputusan atau
keputusan itu menjadi tidak sah.
Bersifat Konkret, Individual, Dan Final
Konkret artinya objek yang diputuskan dalam KTUN itu tidak abstraak, tetapi berwujud,
tertentu atau dapaat ditentukan. Individual artinya KTUN itu tidak ditujukan untuk umum, tetapi
tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. final artinya sudah definitive dan karenanya dapat
menimbulkan akibat hukum.keputusan yang masih memerlukan instansi lain belum bersifat final
karenanya belum dapat menimbulkan suatu hak dan kewajiban pada pihak yang bersangkutan.
Menimbulkan Akibat Hukum
Akibat hukum yang dimaksud adalah muncul atau lenyapnya hak dan kewajiban bagi
subjek hukum tertentu. Akibat hukum yang lahir dari tindakan hukum, dalam hal ini akibat
dikeluarkannya keputusan, bearti muncul atau lenyapnya hak dan kewajiban bagi subjek hukum
tertentu segera setelah adanya keputusan tertentu.
Seseorang Atau Badan Hukum Perdata
Hukum keperdataan, seseorang ataau badaan hukum yang dinyatakan tidak mampu
seperti orang yang berada dalam pengampunan ataau perusahaan yang paailit dikategorikan tidak
memiliki kecakapan untuk mendukung hak dan kewajiban hukum. Keputusan sebaagai wujud
dari tindakan hukum publik sepihak dari organ pemerintahan ditunjukan pada subjek hukum
17
yang berupa sesoraang atau badan hukum perdata yang memiliki kecakapan untuk melakukan
tindakan hukum.
18
Keputusan Perorangan Dan Kebendaan
KTUN perorangan adalah keputusan yang diterbitkan kepada seseorang berdasarkan kualitas
pribadi tertentu, dimana hak yang timbul tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Contoh : SK
pemberhentian PNS, keputusan mengenai SIM, dsb.
Sedangkan KTUN kebendaan adalah keputusan yang diterbitkan berdasarkan kualitas kebendaan
atau status suatu benda sebagai obyek hak, dimana hak yang timbul dapat dialihkan kepada
orang lain. Contoh : Sertifikat Hak atas Tanah, BPKP/STNK kendaraan bermotor, dsb.
BAB V
19
BADAN HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
21
bertindak dengan kedudukan yang sama dengan pubik/ umum atau tidak. Jika tidak, maka
badan hukum itu merupakan badan hukum public, demikian pula dengan kriteria.
Mengenai wewenangnya, yaitu apakah badan hukum yang didirikan oleh penguasa
(negara) itu diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan atau peraturan yang
mengikat umum. Jika ada wewenang publik maka ia adalah badan hukum publik.
22
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
http://kemilaupasirputih.blogspot.com/2012/07/perbandingan-hukum-
tata-negara-dan-tata.html
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2205728-
pengertian-hukum-tata- pemerintahan/#ixzz3CrMcsA7F
http://polisitidurrr.blogspot.com/2012/10/definisi-han-menurut-15-lima-
belas.html http://fryda-mahardika.blogspot.com/2012/11/hubungan-han-
dengan-ilmu-hukum-lainnya.html http://ronals22.blogspot.com/
2012/03/hubungan-hukum-administrasi-negara.html
23