Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Hukum Tata Pemerintahan

Dosen Pengampu :

Drs. Darwis L Rampay, SH., M.H

Di Susun Oleh :

Yessica Claudia
NIM GAC 118 136

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah saya tentang “Hukum Tata Pemerintahan”. Tidak lupa saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide, pendapat, saran serta gagasannya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan, kemampuan dan
referensi serta landasan teori para pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah.

Palangaka Raya, 11 Oktober 2019

Yessica Claudia
Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3

BAB I PENGERTIAN HUKUM TATA PEMERINTAHAN........................5


A. Objek dan Subjek Hukum Tata Pemerintahan...........……………….5
B. Pengertian Hukum Tata Pemerintahan (HTP) Menurut Para Ahli.....6

BAB II SUMBER HUKUM TATA PEMERINTAHAN...............................8


A. Sumber Hukum Materill.....................................................................9
B. Sumber Hukum Formil.....................................................................10

BAB III SUSUNAN PEMERINTAHAN INDONESIA..............................11


A. Badan Eksekutif................................................................................13
B. Badan Legislatif................................................................................14
C. Badan Yudikatif................................................................................14

BAB IV KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN).....................16


A. Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara ......................................16
B. Unsur-Unsur Keputusan Secara Teoritis
Dan Berdasarkan Hukum Positif......................................................16
C. Macam-Macam Keputusan...............................................................18
D. Syarat-Syarat Pembuatan Keputusan................................................18

BAB V BADAN HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK..................................20


A. Pengertian Badan Hukum.................................................................20
B. Bentuk-Bentuk Badan Hukum .........................................................20

3
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................26

4
BAB I
PENGERTIAN HUKUM TATA PEMERINTAHAN

Hukum Tata Pemerintahan merupakan terjemahan dari administratiefrecht yang memiliki


banyak peristilahan, namun pada dasarnya tidak memberikan pengaruh baik pada isi maupun
ruang lingkupnya. Para ilmuwan Indonesia beranggapan bahwa penamaan HAN lebih tepat
digunakan karena :
1. HAN mempunyai pengertian yang luas, sehingga sebagai salah satu cabang dari ilmu
hukum yang memungkinkan untuk dikembangkan untuk dikembangkan lagi.
2. Memudahkan, mempercepat pengenalan dan penerimaan umum terhadap disiplin ilmu.
Hukum Tata Pemerintahan berisi aturan-aturan yang mengatur dan sekaligus mengikat
aparatur pemerintah dalam menjalankan aparatur pemerintah dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya. HAN atau HTP memberikan pedoman/petunjuk bagaimana cara kekuasaan
negara itu dilaksanakan, tetapi juga memberikan batasan terhadap jangkauan kekuasaannya.
Hukum administrasi negara atau hukum tata pemerintahan pada dasarnya dapat dibedakan
berdarkan tujuannya dari hukum tata negara memuat peraturan- perturan hukum yang
menentukan (tugas- tugas yang dipercayakan) kepada organ organ pemerintahan itu, menentukan
tempatnya dalam negara, menentukan kedudukan terhadap warga negara, dan peraturan-
peraturan hukum yang mengatur tindakan-tindakan organ pemerintahan itu.
Menurut Van Vallenhoven, HTP adalah hasil pengurangan dari semua norma hukum(hukum
nasional) dengan hukum tata negara materiil, hukum perdata materiil, dan hukum pidana
materiil. Teori tersebut disebut teori sisa/residu. HTP juga dikatakan sebagai hukum tentang
negara dalam keadaan bergerak karena hukum ini berisi aturan-aturan yang mengikatalat
perlengkapan negara saat menjalankan kekuasaannya (bergerak).
Hukum tata pemerintahan adalah hukum yang mengatur fungsi dan aktivitas- aktivitas dari
para pemerintahan. Dalam suatu negara untuk menegakkan pemerintahan negara secara nyata.
Hukum tata pemerintahan adalah hukum yang mengatur segala tindakan atau perbuatan
pemerintah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan guna meningkatkan kesejahteraan
masyaraakat dan kepentingan negara. Pendapat lain dikemukakan oleh Orenburg dan Van der
Pat yang menyatakan bahwa HTP dan HTN tidak terdapat perbedaan prinsipal. Donner
mengenai hal tersebut dengan mengatakan bahwa kedua aliran tersebut memiliki pijakan konsep
yang sama, yakni HTN mengatur masalah-masalah negara yang fundamental sedangkan HTP
mengatur masalah-masalah negara yang operasional. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa HTP merupakan perpanjangan tangan HTN karena aturan-aturan yang terdapat dalam
HTP melengkapi HTN. HTP juga dikatakan hukum antara karena berada diantara hukum pidana
dan perdata.

A. Objek dan Subjek Hukum Tata Pemerintahan (HTP).


Faried Ali, SH membagi 2 macam pengertian Hukum Tata Pemerintahan, yakni :

5
1. HTP Heterogen, yang mengartikan HTP/HAN bagian dari HTN.
2. HTP Otonom, yakni keseluruhan aturan-aturan hukum yang dibuat oleh pejabat
pemerintahan negara yang berwenang, yang dilakukan oleh mereka yang
digolongkansebagai subjek atau pelaku HTP melalui syarat-syarat yuridis yang di
perlakukan. Baik isi dari HTP heterogen maupun otonom itulah yang menjadi objek dari
HTP. Subjek hukum dalam HTP meliputi :
 Pegawai Negeri.
 Jabatan-Jabatan dalam Lingkup Pemerintahan
 Dinas-Dinas Publik, Jawatan Publik dan BUMN/BUMD
 Daerah-Daerah Swapraja dan Swatantra.

B. Pengertian Hukum Tata Pemerintahan (HTP) / Hukum Administrasi Negara (HAN) /


Hukum Tata Usaha Negara (HTUN) Menurut Para Ahli.

Marcel Waline
“Hukum Administarsi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan yang
menguasaikegiataan-kegiatan alat-alat perlengkapan Negara yang bukan alat perlengkapan
perundang-undangan atau kekuasaan kehakiman menentukan luas dan batas-batas kekuasaan alat
alat perlengkapan tersebut, baik terhadap warga masyarakat maupun antara alat-alat
perlengkapan itu sendiri, atau pula keseluruhan aturan- aturan yang menegaskan dengansyarat-
syarat bagaimana badan-badan tata usaha negara/ administrasi memperoleh hak-
hakdanmembebankan kewajiban-kewajiban kepadapara warga masyarakat dengan peraturanalat-
alat perlengkapannya guna kepentingan pemenuhan kebutuhan- kebutuhan umum.”
W. F Prins-R. Kosim Adisapoetra (1976)
Merumuskan bahwa Hukum Administrasi Negara (yang disebut pula Hukum
TataPemerintahan) adalah mengenai pelaksanaan tugas pemerintah oleh subyek hukum
yangdisebutkan dengan tegas siapa-siapanya. Artinya yang menjadi subyek hukum
tersebutmenjalankan kewajiban yang tidak ada ditangan setiap warga negara.
Van Vollenhoven
Merumuskan bahwa hukum tata pemerintahan sebagai semua pengaturan hukumsetelah
dikurangan hukum tata negara meteriil, hukum perdata meteriil maupun hukum pidana materiil.
Untuk kemudian dibedakan dalam 4 jenis yaitu :
 Berstuurecht (Hukum pemerintahan)
 Justisierecht (Hukum peradilan)
 Politurecht (Hukum kepolisian)
 Regalaasrecht (Hukum perundang-undangan).
Dea la Bassecour Caan
Merumuskan hukum administrasi negara (hukum Tata Pemeritahan) sebagai himpunan
peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab maka negara berfungsi (beraksi).

6
J. Van Apeldorn (1983)
Menyatakan bahwa di Negara Belanda hukum Tata Pemerintahan disebut hukum
administrasi negara terbagai atas :
1. Hukum Adminsitrasi materiil yaitu peraturan yang harus diperhatikan oleh para pendukung
kekuasaan pemerintahan yang memegang tugas pemerintahan dalam menjalankan kewajiban
pemerintahan.
2. Hukum administrasi formil yaitu syarat mengenai cara menjalankan peraturan hukum
administrasi yang bersifat materil.
R. Abdul Djamali
Hukum Administrasi Negara adalah peraturan - peraturan hukum yang mengatur
administrasi, yaitu hubungan antara warga Negara dan pemerintah yang menjadi sebab sampai
Negara itu berfungsi. Maksudnya, merupakan gabungan petugas secara struktural berada di
bawah pimpinan pemerintahan yang melaksanakan tugas sebagai bagiannya, yaitu bagian dari
perkerjaan yang tidak ditujukan kepada lembaga-Legislatif, Yudikatif dan lembaga pemerintahan
daerah otonomi (yang mengurus daerahnya sendiri).
Oppen Hein
“Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang
mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah apabila badan-badan itu menggunakan
wewenagnya yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.”
J.H.P. Beltefroid
“Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana
alat-alat pemerintahan dan badan-badan kenegaraan dan majelis-majelis pengadilan tata usaha
hendak memenuhi tugasnya.
J.P. Hooykaas
“Hukum Administarsi Negara adalah ketentuan – ketentuan mengenai campur tangan dan
alat-alat perlengkapan Negara dalam lingkungan swasta. ”
Bachsan Mustofa
“Hukum Administarsi Negara adalah sebagai gabungan jabatan-jabatan yang dibentuk
dan disusun secara bertingkat yang diserahi tugas melakukan sebagian dari pekerjaan
pemerintaha dalam arti luas yang tidak diserahkan pada badan-badan pembuat undang-undang
dan badan – badan kehakiman.”

7
BAB II
SUMBER HUKUM TATA PEMERINTAHAN

Sumber hukum adalah tempat darimana asal-muasal suatu nilai atau norma tertentu
berasal, sebagai asas hukum/sebagai sesuatu yang merupakan permualaan hukum, menunjukan
hukum terdahulu yang memberikan bahan-bahan kepada hukum yang sekarang berlaku, sebagai
sumber terjadinya hukum, sebagai sumber darimana kita mengenal hukum.
Dalam pasal I Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 ditentukan bahwa:
1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang- undangan.
2. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidaak
tertulis.
3. Sumber hukum dasar nasional adalah (i) pancasila sebagaimana yang tertulis
dalam pembukaan UUD 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian
Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta dengan
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan (ii) batang tubuh Undang-
Undang Dasar 1945.
Sumber-sumber hukum dalam lapangan HTP adalah sumber-sumber hukum dalam
pengertian dari mana isi dan bentuk aturan hukum itu berlaku dan ditaati secara umum. Sumber
hukum dapat dibagi menjadi 2, yakni :

 Sumber Hukum Materiil.


Sumber hukum materiil adalah faktor- faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan
hukum( pengaruh terhadap pembuatan undaang- undang, pengaruh terhadap keputusan hakim,
dan sebagainya), atau faktor- faktor yang mempengaruhi materi dari aturan- aturan hukum, atau
tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber- sumber hukum materiil terdiri dari tiga
jenis yaitu:
4. Sumber Hukum Historis
UU dan sistem hukum tertulis yang berlaku pada masa lampau di suatu tempat serta
dokumen-dokumen, surat-surat serta keterangan lain dari masa lampau. UU dan system
hukum tertulis yang berlaku pada masa lampau lebih penting bila dibandingkan dengan
dokumen serta surat-surat dan keterangan lain pada masa lampau sebab UU dan system
hukum tertulis itulah yang merupakan hukum yang betul-betul. Sedangkan dokumen,
suratsurat dan keterangan lain hanya bersifat mengenalkan hukum yang berlaku pada masa
lampau.
5. Sumber Hukum Sosiologis
Menyoroti lembaga-lembaga sosial sehingga dapat diketahui apa yang dirasakan sebagai
hukum oleh lembaga-lembaga itu. Berdasarkan pengetahuan dari lembaga- lembaga sosial itu
dapat dibuat materi hukum yang sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada dalam

8
masyarakat. Dengan kata lain secara sosiologis, sumber hukum adalah faktor-faktor dalam
masyarakat yang ikut menentukan materi hukum positif. Antara lain : pandangan ekonomis,
agamis dan psikologis.
C. Sumber Hukum Filosofis
Ada 2 faktor penting yang dapat menjadi sumber hukum secara filosofis :
A. Karena hukum itu dimaksudkan antara lain untuk menciptakan keadilan maka hal-hal yang
secara filosofis dianggap adil dijadikan pula sebagai sumber hukum materiil.
B. Faktor-faktor yang mendorong orang tunduk pada hukum. Oleh karena hukum diciptakan
untuk ditaati maka seluruh faktor yang dapat mendukung seseorang taat pada hukum harus
diperhatikan dalam pembuatan aturan hukum positif, di antaranya adalah faktor kekuasaan
penguasa dan kesadaran hukum masyarakat.

 Sumber Hukum Formiil.


Sumber hukum formiil, yaitu berbagai bentuk aturan hukum yang ada atau yang sudah
dibentuk melalui proses-proses tertentu, sehingga sumber hukum tadi menjadi berlaku umum dan
ditaati berlakunya oleh umum. Ada beberapa sumber hukum formil Hukum Tata Pemerintahan,
1. Undang-undang (Dalam arti luas)
Undang-undang yang dimaksudkan sebagai sumber hukum formil HAN adalah Undang-
undang dalam arti materiil atau UU dalam arti yang luas. UU dalam arti materiil adalah semua
peraturan perundang-undangan dari tingkat yang tinggi sampai tingkat yang rendah yang isinya
mengikat setiap penduduk. Di Indonesia yang dimaksudkan dengan UU dalam arti materiil atau
UU dalam arti yang luas meliputi semua peraturan perundang- undangan yang tertuang dalam
TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 sebagaimana telah disempurnakan dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yaitu :
 UUD 1945
 Ketetapan MPR;
 UU/ Peraturan Pemerintah Pengganti UU (PERPPU);
 Peraturan Pemerintah;
 Peraturan Presiden;
 Peraturan Daerah Provinsi
 Peraturan Daerah Kab/Kota.
 Kebiasaan/praktek Alat Tata Usaha Negara
Di dalam rangka melaksanakan tugasnya alat Administrasi Negara menghasilkan atau
mengeluarkan keputusan-keputusan/ketetapan-ketetapan guna menyelesaikan suatu masalah
konkrit yang terjadi berdasarkan peraturan hukum (Undang-undang dalam arti yang luas atau
Undang-undang dalam arti materiil) yang abstrak sifatnya. Keputusan- keputusan alat
Administrasi Negara ini sering dikenal dengan istilah beschikking atau UU Peradilan Tata Usaha
Negara menyebutnya dengan istilah Keputusan Tata Usaha Negara. Di dalam mengeluarkan
keputusan-keputusan/ketetapan-ketetapan inilah timbul praktek administrasi negara yang
melahirkan Hukum Administrasi Negara kebiasaan atau HAN yang tidak tertulis.

9
Alat Administrasi Negara melaksanakan tugas dan fungsinya berlandaskan pada praktek
administrasi negara atau sering dikenal dengan hukum kebiasaan yang telah dilakukan dalam
praktek administrasi negara tanpa berdasarkan peraturan perundang- undangan yang telah ada,
karena mungkin juga peraturanperaturan itu sudah ketinggalan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan zaman sehingga tidak cocok
lagi dengan keadaan, situasi dan kondisi pada saat pengambilan keputusan. Oleh karena itu dasar
dari pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah konkrit yang harus dilakukan oleh
alat Administrasi Negara yang terdahulu, yang tugas dan fungsinya sama. Dengan demikian
akhirnya tindakan atau praktek alat Administrasi Negara terdahulu itu dijadikan sumber hukum
bagi tindakan alat Administrasi Negara yang lain. Namun perlu diketahui bahwa keputusan alat
Administrasi terdahulu (praktek administrasi negara) yang dapat dijadikan sumber hukum formil
HAN adalah keputusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
 Yurisprudensi (Putusan Hakim)
Dimaksudkan dengan yurisprudensi ini adalah suatu keputusan hakim atau keputusan
suatu badan peradilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Yurisprudensi
sebagai sumber hukum ini berkaitan dengan prinsip bahwa hakim tidak boleh menolak mengadili
perkara yang diajukan kepadanya dengan alas an belum ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur perkara tersebut, sehingga seorang hakim harus melihat juga nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat dan keputusan hakim yang terdahulu, apabila ia bertugas menyelesaikan
permasalahan yang belum da peraturan perundangundangannya.
 Doktrin / Pendapat Para Ahli
Doktrin dapat dipakai sebagai sumber hukum formil HAN, adalah karena
doktrin/pendapat para ahli tersebut dapat melahirkan teoriteori baru dalam lapangan HAN, yang
kemudian dapat mendorong atau menimbulkan kaidah-kaidah HAN. Doktrin sebagai sumber
hukum formil HAN, berlainan dengan sumber-sumber hukum yang lain karena doktrin ini diakui
sebagai sumber hukum formil HAN memerlukan waktu yang lama dan proses yang panjang.
Doktrin atau pendapat para ahli HAN, baru dapat dipakai sebagai sumber hukum HAN apabila
doktrin tersebut sudah diakui oleh umum.
 Traktat
Traktat sebagai sumber hukum formal dari sumber hukum administrasi negara ini berasal
dari perjanjian internasional yang kemudian diratifikasi oleh pemerintah untuk dilaksanakan di
negara yang telah meratifikasi perjanjian internasional tersebut. Namun demikian perjanjian
internasional yang dapat dijadikan sumber hukum formal hanyalah perjanjian internasional yang
penting, lazimnya berbentuk traktat atau traty. Kalau tidak dibatasi demukian menurut Sudikno
Mertokusumo pemerintah tidak mempunyai cukup keleluasaan bergerak untuk menjalankan
hubungan internasional dengan sewajarnya. Apalagi untuk berlakunya traktat di suatu negara ini
diharuskan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari wakil-wakil rakyat.

10
BAB III
SUSUNAN PEMERINTAHAN INDONESIA

Sistem Ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan


sebagai berikut : Undang – undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya berdasarkan UUD.
Susunan Pemerintahan Indonesia :

1. Badan Eksekutif
Kekuasan eksekutif biasanya dipegang oleh badan eksekutif. Di negara- negara demokratis
badan eksekutif biasanyaa terdiri atas kepala negara seperti raja atau presiden, berserta menteri-
menterinya. Badan eksekutif merupakan sebuah lembaga kenegaraan Indonesia yang bertugas
sebagai eksekutor atau pelaksana undang-undang yang dibuat legislatif. Eksekutif terdiri dari
kepala pemerintah yaitu Presiden dan Wakil Presiden. Presiden memiliki kekuasaan untuk
menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan
sekaligus sebagai kepala negara . Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang
(RUU) kepada DPR dan menetapkan peraturan pemerintah. Di daerah kota/kabupaten lembaga
eksekutif ialah Gubernur dan Wagub,Bupati dan Wabup yang memiliki tugas yang sama.
1. Pemerintah Pusat
Dalam pemerintah pusat ada kepala pemerintah yaitu presiden dan wakil presiden :
wewenang, kewajiban, dan hak presiden antara lain :
 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
 Menetapkan peraturan pemerintah
 Mengangkat memberhentikan menteri-menteri.
2. Pemerintahan Daerah Provinsi
Dalam pemerintahan provinsi terdapat dua lembaga pemerintahan, yaitu kepala daerah
(gubernur) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD).
3. Gubernur
Pemerintah daerah di wilayah provinsi dipimpin oleh seorang gubernur dan wakil gubernur.
Mereka dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.
Gubernur bertanggung jawab kepada presiden, melalui Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagai kepala daerah, gubernur bertanggung jawab
langsung kepada DPRD Provinsi. Tugas dan wewenang gubernur antara lain :
 Pembinaan dan pengawasan penyeleng- garaan pemerintahan daerah di tingkat
kabupaten/ kota.
 Penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan kabupaten/kota.
 Pembinaan dan pengawasan penyeleng- garaan tugas pembantuan di daerah provinsi
 dan kabupaten/kota.

11
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I (DPRD)
Anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya berjumlah 35 orang dan paling banyak
berjumlah 100 orang. Anggota DPRD Dipilih melalui Pemilihan Umum. DPRD memiliki fungsi,
antara lain :
 Legislasi (menyusun peraturan daerah).
 Anggaran;
 Pengawasan.
 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi, antara lain sebagai
berikut.
 Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
 Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;
 Pengendalian lingkungan hidup;
 Penyediaan sarana dan prasarana umum;
 Penanganan bidang kesehatan.
5. Bupati / Walikota
Berbeda dengan struktur organisasi pemerintahan kecamatan, Di wilayah Kabupaten/ kota,
Jabatan Kepala Daerah dipegang oleh seorang Bupati/ Walikota, dimana dalam melaksanakan
tugas-tugasnya mereka dibantu oleh seorang wakil Bupati / wakil walikota.
Bupati / walikota memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan bersama dengan DPRD tingkat
Kabupaten.
Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 menjelaskan tentang tugas, wewenang, dan
kewajiban dari Kepala Daerah, khususnya Bupati / walikota adalah sebagai berikut :
 Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan kebijakan yang telah
Di tetapkan bersama dengan DPRD Kabupaten.
 Mengajukan rancangan Peraturan Daerah (Perda).
 Menetapkan perda yang telah mendapatkan persetujuan dari DPRD Kabupaten.
 Menyusun serta mengajukan rancangan perda terkait dengan APBD kepada DPRD guna
Di lakukan pembahasan dan ditetapkan.
 Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah.
6. DPRD Kabupaten (DPRD Tingkat II)
Ini merupakan lembaga perwakilan rakyat di tingkat Kabupaten yang anggotanya berasal
dari anggota parpol peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 27 tahun 2009 menyatakan bahwa DPRD berfungsi sebagai :
 Legislasi, dilaksanakan sebagai perwujudan DPRD selaku pemegang kekuasaan
membentuk peraturan daerah.
 Pengawasan, dilaksakan melaui pengawasan atas pelaksanaan Perda dan APBD.
 Anggaran, dilaksanakan untuk membahas serta menyetujui atau tidak terhadap
rancangan peraturan daerah terkait APBD yang diajukan Bupati.

12
Sedangkan tugas dan wewenang dari DPRD adalah
 Menetapkan Bupati/wakil bupati dan Walikota/wakil walikota hasil pemilu.
 Membentuk perda kabupaten bersama dengan bupati/walikota guna mendapatkan
persetujuan bersama.
 Penetapan APBD Kabupaten bersama dengan Bupati/Walikota.
 Bupati kepada Menteri Dalam negreri melalui Gubernur.

2. Badan Legilatif.
Memiliki fungsi membuat undang- undang., mengontrol badan eksekutif sesuai dengan
kebijakan- kebijakan yang telah diterapkan.13 Badan legislatif merupakan suatu lembaga
kenegaraan Indonesia yang mempunyai tugas untuk membuat, menciptakan undang-undang,
lembaga legislatif berhak menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan lembaga
yang mengawasi pemerintahan yang menjalankan undang-undang. Legislatif ini berasal dari
politikus yang berasal dari partai politik. Lembaga ini terdiri dari MPR, DPR dan DPD.
1. MPR ( Majelis Permusyawaratan Rakyat)
MPR merupakan lembaga negara(bukan lagi lemabag tertinggi setelah amandemen UUD
1945) yang beranggotakan semua anggota DPR dan anggota DPD yang terpilih dalam pemilu
legislatif. Masa jabatan MPR adalah lima tahun sama seperti masa jabatan DPR dan DPD dan
MPR paling sedikit harus bersidang sekali dalam masa jabatan di ibu kota negara. Fungsi, tugas
dan wewenang MPR adalah sebagai berikut :
 Mengubah dan menetapkan UUD.
 Melantik presiden dan wakil Presiden.
 Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya sesuai UUD.
2. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Berdasarkan ketentuan UUD 1945 pasca Perubahanan Keempat, fungsi legislatif berpusat
di tangan Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini jelas terlihat dalam rumusan pasal 20 ayat (1) yang
baru yang menyatakan: “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-
Undang”. Selanjutnya dinyatakan: “setiap rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Rancangan Undang- Undang itu tidak boleh
diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu”. Kemudian dinyatakan pula” Presiden
mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah mendapat disetujui bersama untuk menjadi
Undang-Undang” (ayat 4), dan “dalam hal rancangan Undang-Undang yang telah disetujui
bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam
waktu 30 hari semenjak rancangan Undang-Undang tersebut disetujui, rancangan Undang-
Undang tersebut sah menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan”. Wewenang DPR yakni,
 Membuat Undang-undang(fungsi legislasi)
 Menetapkan APBN(fungsi anggaran)
 Mengawasi pemerintah dalam menjalankan undang-undang(fungsi pengawasan)
 Hak-hak anggota DPR
 Hak Interpelasi

13
 Hak Angket
 Hak menyatakan pendapat
3. DPD (Dewan Perwakilaan Daerah)
Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga negara yang terdiri dari perwakilan dari
tiap provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Jumlah anggota DPD maksimal adalah 1/3
jumlah anggota DPR dan banyaknya anggota tiap provinsi tidak sama, maksimal 4 orang. Masa
jabatan sama seperti DPR, lima tahun.
DPD, menurut ketentuan pasal 22D (a) dapat mengajukan rancangan UU tertentu kepada DPR
(ayat 1), (b) ikut membahas rancangan UU tertentu (ayat 2), (c) memberikan pertimbangan
kepada DPR atas rancangan UU APBN dan rancangan UU tertentu (ayat 2), (d) dapat melakukan
pengawasan atas pelaksanaan UU tertentu (ayat 3). Dengan kata lain, DPD hanya memberikan
masukan, sedangkan yang memutuskan adalah DPR, sehingga DPD ini lebih tepat disebut
sebagai Dewan Pertimbangan DPR, karena kedudukannya hanya memberikan pertimbangan
kepada DPR.

3. Badan Yudikatif
Badan yudikatif adalah wewenang menguji apakah suatu undang- undang sesuai dengan
Undang- Undang Dasar atau tidak, dan menolak melaksanakan undang-undang serta peraturan-
peraturan lainnya yang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. 15 Badan
yudikatif ialah sebuah lembaga kenegaraan Indonesia sebagai lembaga pengawal serta pemantau
jalannya roda pemerintahan dengan menjadikan hukum sebagai acuan. Yudikatif mencakup
Mahkamah Agung, dan Mahkamah Konstitusi. Pengadilan tetinggi di Indonesia merupakan
Pengadilan Tata Usaha dan Negara (PTUN) yang menyelesaikan sengketa tanah, sertifikasi dan
sejenisnya.
1. MK (Mahkamah Konstitusi)
Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 24C ayat (1) dan (2).
 Untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji UU terhadap
UUD.
 Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
UUD.
 Memutus pembubaran partai politik.
 Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
.MK juga wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.Dengan kewenangan
tersebut, jelas bahwa MK memiliki hubungan tata kerja dengan semua lembaga negara yaitu
apabila terdapat sengketa antar lembaga negara atau apabila terjadi proses judicial review yang
diajukan oleh lembaga negara pada MK.
2. MA (Mahkamah Agung)
Mahkamah agung merupakan pemegang kekuasaan kehakiman. Mahkamah agung adalah
peradilan tertinggi di Indonesia. Pasal 24 ayat (2) menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman

14
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya serta oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyatakan puncak kekuasaan kehakiman dan
kedaulatan hukum ada pada MA dan MK. Mahkamah Agung merupakan lembaga yang mandiri
dan harus bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan yang lain.Dalam hubungannya dengan
Mahkamah Konstitusi, MA mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk ditetapkan sebagai
hakim di Mahkamah Konstitusi. Wewenang MA antara lain:
 Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat
(1)].
 Memiliki weweang menagili di tingkat kasasi, menguji peraturan perundang- udangan
dibawah UU terhadap UU.
 Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
 Memberikan pertimbangan (presiden mengajukan grasi)
3. KY (Komisi Yudisial)
Pasal 24A ayat (3) dan Pasal 24B ayat (1) menegaskan bahwa calon hakim agung
diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan. Keberadaan Komisi
Yudisial tidak bisa dipisahkan dari kekuasaan kehakiman. Dari ketentuan ini bahwa jabatan
hakim merupakan jabatan kehormatan yang harus dihormati, dijaga, dan ditegakkan
kehormatannya oleh suatu lembaga yang juga bersifat mandiri. Dalam hubungannya dengan MA,
tugas KY hanya dikaitkan dengan fungsi pengusulan pengangkatan Hakim Agung, sedangkan
pengusulan pengangkatan hakim lainnya, seperti hakim MK tidak dikaitkan dengan KY.

15
BAB IV
KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA

A. Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara


Keputusan tata usaha negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana jerman, Otto
Meyer, dengan istilah verwaltungsakt. Istilah ini diperkenalkan di negeri Belanda dengan nama
beshikking oleh van Vollenhoven dan C.W. van Wijk/ Willem Konijnenbelt, dan lain-lain,
dianggap sebagai “ de vader van het moderne beschikkingsbegrip” (bapak dari konsep
beshikking yang modern).17
Di Indonesia istilah beschikking diperkenalkan pertama kali oleh WF. Prins. Istilah
beschikking ini ada yang menerjemahkannya dengan ketetapan, seperti E. Utrecht, Bagir Manan,
Sjachran basah, dan lain-lain, dan dengan keputusan deperti WF. Prins, Philipus M. Hadjon, SF.
Marbun, dan lain-lain. Djenal Hoesen dan Muchsan mengatakan bahwa penggunaan istilah
keputusan baarang kali akan lebih tepat untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dengan
istilah ketetapan. Menurutnya, di Indonesia istilah ketetapan sudah memiliki pengertian teknis
yuridis, yaitu sebagai ketatapan MPR yang berlaku ke luar dan kedalam. Seiring dengan UU No.
12 Tahun 20111 tentang Pembentukan Perundang- undangan, istilah beschikking itu
diterjemahkan dengan keputusan.
Keputusan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh surat permohonan yang
diajukan, atau setidak-tidaknya keinginan atau keperluan yang dinyatakan. Atau keputusan itu
adalah suatu tindaakan hukum public sepihak dari organ pemerintah yang ditunjukan padaa
peristiwa konkret. Keputusan pemerintah yang bersifat administratif di Indonesia dikenal dengan
berbagai nama,, antara lain ketetapan, penetapan dan keputusan tata usaha negara (beschkking).
Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1986, istilah yang digunakan adalah keputusan tata usaha
negara yang dalam pasal 1 ayat 3 diberi pengertian sebagai “suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisitindakan hukum tata usaha
negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,yang bersifat konkret,
individual dan final, yang menimbulkan akibat-akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata.

B. Unsur- Unsur Keputusan Secara Teoritik dan Berdasarkan Hukum Positif Pernyataan
Kehendak Sepihak Secara Tertulis.
Secara teoritik, hubungan hukum publik bersifat sepihak atau bersegi satu, tindakan hukum
administrasi adaalah tindakan hukum sepihak. Hubungan hukum publik berbeda dengan
hubungan hukum perdata yng sifatnya selalu duaa pihak tau lebih, Karen dalam hukum perdata
disamping ada kesaamaan kedudukan juga ada asas otonomi yang berupa kebebasan pihak yang
bersangkutan untuk mengadakan hubungan hukum ataau tidak serta menentukan apa isi
hubungan hukum itu. Sebagi wujud dari pernyataan kehendak sepihak pembuatan dan penerbitan
keputusan hanya berasal dari pihak pemerintah, tidak bergantung kepada oraang lain.
Keputusan merupakan hasil dari tindakan sepihak pemerintah yang dituangkan dalam bentuk
tertulis. Keputusan TUN adalah keputusan sepihak dari organ pemerintahan. Berdasarkan
16
penjelasan pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, istilah “penetapan tertulis” menunjukan
kepada isi dan bukan kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan Badan atau Pejabat TUN.
Keputusan itu memng harus tertulis, namun yang disyarakat tertulis bukan dari bentuk formatnya
seperti surat keputusaan pengangkatan daan sebagainya. Persyaartan tertulis itu diharuskan untuk
kemudahan segi pembuktian. Oleh karena itu, sebuh memo ataau nota dapat memenuhi syarat
tertulis tersebut daan akan merupakan Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
menurut Undang- Undang ini apabila sudah jelas :
 Badan ataau pejabat TUN mana yang mengeluarkannya.
 Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu.
 Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan didalamnya.
Dikeluarkan Oleh Pemerintah 18 UU Nomor 5 Tahun 1986 (Pasal 1 Ayat 3) Tentang
Keputusan Tata Usaha Negara. Keputusan merupakan fenomena kenegaraan dan pemerintahan.
Hampir semua organ kenegaraan dan pemerintahan berwenang untuk mengeluarkan keputusan.
Keputusan yang dimaksud disini, keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah selaku
administarsi negara baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
 Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku
Telah disebutkan keputusan adalah hasil dari tindakan hukum pemerintahan. Dalam
negara hukum setiap tindakan hukum pemerintahan harus didasarkan padaa asas legalitas, yang
berarti, bahwa pemerintah tunduk pada undang-undang. Pembuatan keputusan harus didasarkaan
pada pearturan perundang-undangan yang berlaku atau harus didasarkan pada wewenang
pemerintahan yang diberikan oleh peraturaan perundang-undangan. Tanpa dasar kewenangan,
pemerintah atau tata usaha negara tidak dapat membuat dan menerbitkan keputusan atau
keputusan itu menjadi tidak sah.
 Bersifat Konkret, Individual, Dan Final
Konkret artinya objek yang diputuskan dalam KTUN itu tidak abstraak, tetapi berwujud,
tertentu atau dapaat ditentukan. Individual artinya KTUN itu tidak ditujukan untuk umum, tetapi
tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. final artinya sudah definitive dan karenanya dapat
menimbulkan akibat hukum.keputusan yang masih memerlukan instansi lain belum bersifat final
karenanya belum dapat menimbulkan suatu hak dan kewajiban pada pihak yang bersangkutan.
 Menimbulkan Akibat Hukum
Akibat hukum yang dimaksud adalah muncul atau lenyapnya hak dan kewajiban bagi
subjek hukum tertentu. Akibat hukum yang lahir dari tindakan hukum, dalam hal ini akibat
dikeluarkannya keputusan, bearti muncul atau lenyapnya hak dan kewajiban bagi subjek hukum
tertentu segera setelah adanya keputusan tertentu.
 Seseorang Atau Badan Hukum Perdata
Hukum keperdataan, seseorang ataau badaan hukum yang dinyatakan tidak mampu
seperti orang yang berada dalam pengampunan ataau perusahaan yang paailit dikategorikan tidak
memiliki kecakapan untuk mendukung hak dan kewajiban hukum. Keputusan sebaagai wujud
dari tindakan hukum publik sepihak dari organ pemerintahan ditunjukan pada subjek hukum

17
yang berupa sesoraang atau badan hukum perdata yang memiliki kecakapan untuk melakukan
tindakan hukum.

C. Macam- Macam Keputusan


1. Keputusan Deklaratoir Dan Keputusan Konstitutif.
KTUN deklaratoir adalah keputusan yang tidak mengubah hak dan kewajiban yang
sudah ada, tetapi sekdar menyatakan hak dan kewajiban tersebut. Contoh : Akta Kelahiran, Akta
Kematian, dsb.
2. KTUN konstitutinf.
Keputusan yang menciptakan hubungan hukum baru yang sebelumnya tidak ada, atau
sebaliknya memutuskan hubungan hukum yang ada. Contoh : Akta Perkawinan, Akta Perceraian.
3. Keputusan Yang Menguntungkan Dan Memberi Beban.
KTUN yang menguntungkan adalah keputusan yang memberikan keuntungan bagi pihak
yang dituju untuk memperoleh sesuatu. Contoh: SK pemutihan pembayaran pajak yang telah
kadaluwarsa. KTUN yang memberi beban adalah keputusan yang memberikan kewajiban yang
sebelumnya tidak ada atau keputusan mengeni penolakan terhadap permohonan untuk
memperoleh keringanan. Contoh : SK tentang Pajak, Restribusi, dll.
4. Keputusan Eenmalig (Seketika) Dan Keputusan Yang Permanen
KTUN seketika adalah keputusan yang masa berlakunya hanya sekali pakai.
Contoh : Surat ijin pertunjukan hiburan, music, olahraga, dsb.
KTUN pemanen adalah keputusan yang masa berlakunya untuk selama-lamanya,
kecuali ada perubahan atau peraturan baru. Contoh : Sertifikat Hak Milik.
5. Keputusan Yang Bebas Dan Terikat
KTUN bebas adalah keputusan yang didasarkan atas kebebasan bertindak (Freis
Ermessen/Discretionary Power) yang dimiliki pejabat tata usaha negara baik dalam bentuk
kebebasan bagi pelaksananya untuk melakukan penafsiran atau kebijaksanaan. Contoh : SK
Pemberhentian PNS. KTUN terikat adalah keputusan hanya melaksanakan ketentuan yang sudah
ada tanpa adanya ruang kebebasan bagi pejabat yang bersangkutan.
6. Keputusan Positif Dan Negatif
Keputusan positif yaitu keputusan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi yang
dikenai keputusan. Contoh: Keputusan Rektor mengangkat dosen menjadi anggota panitia ujian
Negara. Negara. Keputusan Rektor ini meletakan keawjiban b Surat Keputusan Rektor tersebut
didasarkan kepada beberapa surat Keputusan Menteri P dan K tentang penyelenggaraan ujian
dan sekaligus memberikan hak baru bagi dosen yang diangkat menjadi anggota panitia ujian
Negara. Kewajiban baru adalah kewajiban untuk menguji dan hak baru adalah hak untuk
mendapatkan honorarium sebagai akibat pengangkatan tersebut.
Sedangkan keputusan negatif yaitu keputusan yang tidak menimbulkan perubahan keadaan
hukum yang telah ada.Bentuk-bentuk dari ketetapan/ keputusan negatif adalah :
 Suatu pernyataan tidak berwenang Pernyataan tidak diterima
 Suatu penolakan

18
 Keputusan Perorangan Dan Kebendaan
KTUN perorangan adalah keputusan yang diterbitkan kepada seseorang berdasarkan kualitas
pribadi tertentu, dimana hak yang timbul tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Contoh : SK
pemberhentian PNS, keputusan mengenai SIM, dsb.
Sedangkan KTUN kebendaan adalah keputusan yang diterbitkan berdasarkan kualitas kebendaan
atau status suatu benda sebagai obyek hak, dimana hak yang timbul dapat dialihkan kepada
orang lain. Contoh : Sertifikat Hak atas Tanah, BPKP/STNK kendaraan bermotor, dsb.

4. Syarat –Syarat Pembuatan Keputusan


Adapun dua syarat pembuatan keputusan :
 Organ pemerintahan yang membuat keputusan harus berwenang.
 Karena keputusan suatu pernyataan kehendak (wilsverklaring), maka keputusan tidak
 boleh mengandung kekurangan- kekurangan yuridis (geen juridische gebreken in de
wilsvorming), seperti penipuan (bedrog), paksaan (dwang) atau suap (omkoping),
kesesatan (dwaling).
 Keputusan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu.
 Keputusan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan-peraturan lain,
serta isi dan tujuan keputusan itu harus sesuaai dengan isi daan tujuan perturan
dasarnya.
Syarat- syarat formal terdiri atas :
 Syarat- syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya keputusan
dan berhubungan dengan cara dibuatnya keputusan harus dipenuhi.
 Keputusan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-
undang yang menjadi dasar dikeluarkannya keputusan itu.
 Syarat- syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan keputusan itu harus dipenuhi
 Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan
dibuatnya dan diumumkannya keputusan itu harus diperhatikan.

BAB V

19
BADAN HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

A.Pengertian Badan Hukum


Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang badan hukum yang dikemukakan oleh
para ahli :
1. Menurut E. Utrecht.
Badan hukum (rechtpersoon), yaitu badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang)
menjadi pendukung hak, selanjutnya dijelaskan bahwa badan hukum adalah setiap pendukung
hak yang tidak berjiwa atau yang lebih tepat bukan manusia.
2. Menurut R. Subekti,
Badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki
hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri,
dapat digugat atau menggugat di depan hakim.
3. R. Rochmat Soemitro
Mengemukakan, badan hukum (rechtpersoon) ialah suatu badan yang dapat mempunyai
harta, hak serta kewajiban seperti orang pribadi.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa badan hukum merupakan
subjek hukum yang perwujudannya tidak tampak seperti manusia biasa, namun mempunyai hak
dan kewajiban serta dapat melakukan perbuatan hukum seperti orang pribadi (natural person).

B.Bentuk-Bentuk Badan Hukum


Menurut E. Utrecht/Moh. Soleh Djidang dalam pergaulan hukum ada berbagai macam-
macam badan hukum yaitu :
D. Perhimpunan (vereniging) yang dibentuk dengan sengaja dan dengan sukarela oleh orang
yang bermaksud memperkuat kedudukan ekonomis mereka, memelihara kebudayaan,
mengurus soal-soal sosial dan sebagainya. Badan hukum semacam itu berupa-rupa.
E. Persekutuan orang (gemmenschap van mensen) yang terbentuk karena faktor- faktor
kemasyarakatan dan politik dalam sejarah. Contohnya: negara, provinsi, kabupaten dan
desa.
F. Organisasi yang didirikan berdasarkan undang-undang.
G. Yayasan.
H. Biasanya macam-macam badan hukum yang disebut pada sub-sub (a), (b), (c)
disebut korporasi (corporatie). Dengan demikian, menurut pendapat ini bahwa badan
hukum terbagi ke dalam 2 (dua) tipe golongan, yaitu korporasi dan yayasan. Perseroan
sebagai suatu badan hukum merupakan salah satu bentuk dari korporasi, yaitu
perhimpunan atau gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak secara
bersama-sama sebagai satu subjek hukum tersendiri, guna mencapai tujuan tertentu
(biasanya tujuan ekonomis).
Menurut Riduan Syahrani badan hukum dapat dibedakan berdasarkan wujudnya dan
jenisnya:
1. Berdasarkan wujudnya badan hukum dapat dibedakan atas dua macam:
20
Korporasi (corporatie) adalah gabungan (kumpulan) orang-orang yang dalam
pergaulan hukum bertindak bersama- sama sebagai suatu subyek hukum tersendiri. Karna itu
korporasi ini merupakan badan hukum yang beranggota, akan tetapi mempuanyai hak-hak
dan kewajiban- kewajiban sendiri yang terpisah dengan hak-hak dan kewajiban – kewajiban
para anggotanya.
2. Berdasarkan jenisnya badan hukum dapat dibedakan atas dua macam :
I. Badan Hukum Publik
J. Badan Hukum Privat
Chidir Ali mengemukakan macam badan hukum publik dan badan hukum perdata (badan
hukum privat) sebagai berikut :
Badan hukum publik dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
 Badan hukum yang mempunyai teritorial
Suatu badaan hukum itu pada umumnya harus memperhatikan atau menyelenggarakan
kepentingan mereka yang tinggal didalam daerah atau wilayahnya. Contohnya : Negara Republik
Indonesia itu mempunyai wilayah dari sabang sampai marauke.
 Badan hukum yang tidak mempunyai teritorial
Adalah suatu badan hukum yang dibentuk oleh yang berwajib hanya untuk tujuan tertentu
saja, contohnya: Bank Indonesia adalah badan hukum yang dibentuk yang berwajib hanya untuk
tujuan tertentu saja yang dalam bahasa belanda publiekrechtelijke doel coperatie dan oleh
Soenawar Soekawati disebut badaan hukum kepentingan. Badan hukum tersebut dianggap tidak
mempunyai teritorial, atau teritorialnya sama dengan teritorial negara.
 Badan Hukum Publik (Badan Hukum Perdata)
Dalam badan hukum keperdataan yang penting ialah badan- badan hukum yang terjadi atau
didirikan atas pernytaan kehendak dari orang- perorangan. Di samping ini badan publik pun
dapat juga mendirikan suatu badan hukum keperdataan. Contohnya : Negara Republik Indonesia
mendirikan yayasan-yayasan, PT-PT, Negara dan lain-lain, bahkan daerah-daerah otonom dapat
mendirikan seperti bank- bank daerah. Ada beberapa macam badan hukum perdata, antara lain :
 Perkumpulan (vereniging) diatur dalam pasal 1653 KUH Perdata.
 Perseroan terbatas (PT) diatur dalam pasaal 36 KUH Dagang.
 Rederij diatur dalam pasal 323 KHU Dagang.
 Kerkgenootschappen diatur dalan Stb. 1927-156.
 Koperaasi diatur dalam Undang- Undang Pokok Koperasi no. 2 tahun 1967
 Yayasan dan lain sebagainya.
Untuk menentukan sesuatu badan hukum termasuk badan hukum publik atau termasuk badan
hukum privat/ perdata, dalam stefsel hukum Indonesia dapat digunakan kriteria, yaitu :
 Dilihat dari cara pendiriannya/ terjadinya, artinya badan hukum itu diadakan dengan
konstruksi hukum public yaitu didirikan oleh penguasa (negara) dengan undang-undang
atau peraturan- peraturan lainnya.
 Lingkungan kerjanya, yaitu apakah dalam melaksankan tugasnya badan hukum itu pada
umumnya dengan public/ umum melakukan perbuatan- perbuatan hukum perdata, artinya

21
bertindak dengan kedudukan yang sama dengan pubik/ umum atau tidak. Jika tidak, maka
badan hukum itu merupakan badan hukum public, demikian pula dengan kriteria.
 Mengenai wewenangnya, yaitu apakah badan hukum yang didirikan oleh penguasa
(negara) itu diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan atau peraturan yang
mengikat umum. Jika ada wewenang publik maka ia adalah badan hukum publik.

22
DAFTAR PUSTAKA

 
Sumber :

http://kemilaupasirputih.blogspot.com/2012/07/perbandingan-hukum-
tata-negara-dan-tata.html
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2205728-
pengertian-hukum-tata- pemerintahan/#ixzz3CrMcsA7F 
http://polisitidurrr.blogspot.com/2012/10/definisi-han-menurut-15-lima-
belas.html http://fryda-mahardika.blogspot.com/2012/11/hubungan-han-
dengan-ilmu-hukum-lainnya.html http://ronals22.blogspot.com/
2012/03/hubungan-hukum-administrasi-negara.html 
 

23

Anda mungkin juga menyukai