Anda di halaman 1dari 5

Ahmad Rizky Deokta Ramadani

ARTIKEL TENTANG VIRUS COVID-19

A pengertian covid-19
Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
SARSCoV-2, pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan, di provinsi Hubei
Cina pada Desember 2019.Covid-19 telah menyebar ke berbagai negara
di dunia, termasuk Indonesia. Jumlah kasus positif virus corona (Covid-
19) di Indonesia terus bertambah.Covid-19 sebelumnya dikenal sebagai
Novel 201 Novel Coronavirus (2019-nCoV) penyakit pernapasan,
sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan nama resmi
covid-19 pada bulan Februari 2020.

B Gejala yang timbul

Gejala COVID-19 yang paling umum adalah batuk kering, demam, dan
sesak napas. Diperkirakan bahwa gejala dapat muncul antara 2-14 hari
setelah paparan walaupun ada kasus terisolasi yang menunjukkan ini
mungkin lebih lama.
Jika mengalami gejala, kita harus tinggal di rumah untuk mencegah
penyebaran penyakit ke masyarakat. Mengenakan masker wajah akan
membantu mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Annals of Internal
Medicine (10 Maret 2020), periode inkubasi rata-rata diperkirakan 5 hari,
dan hampir semua ( 98%) pasien yang telah terinfeksi akan mengalami
gejala dalam 12 hari.
C Cara penularan/transmisi

Virus SARS-CoV-2 diperkirakan menyebar dari orang ke orang melalui: -


transmisi tetesan (tetesan pernapasan besar orang yang bersin, batuk
atau tetesan)
- transmisi aerosol (ketika seseorang batuk atau bersin di
dalam ruangan)
- transmisi kontak (menyentuh permukaan yang terkontaminasi
kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata - transmisi
langsung (ciuman, berjabat tangan, dll.)

D Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghindari


paparan virus. Cuci tangan secara teratur dan menyeluruh dengan
sabun dan air (busa selama 20 detik) atau gunakan pembersih tangan
berbasis alkohol (setidaknya 60%).
Tindakan lain yang membantu mencegah covid-19 hindari kontak
dengan orang lain yang sakit hindari menyentuh mulut, hidung, mata
atau wajah ; tutup batuk dan bersin (dengan tisu atau ke siku )
Bersihkan permukaan dengan disinfektan (larutan pembersih berbasis
alkohol atau pemutih paling cocok untuk coronavirus)
Untuk diketahui, masker wajah tidak akan melindungi kita dari covid-19
tetapi akan membantu mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.
Lakukan jarak sosial, kurang lebih 1-2 meter antar orang per orang saat
berada di kerumunan.
Jika telah terpapar pada seseorang yang dites positif covid-19 atau
seseorang yang menunjukkan gejala covid-19 mungkin diperlukan waktu
hingga dua minggu untuk gejala muncul. Agar kita dan orang lain
aman, kita harus mengisolasi diri dari orang lain selama 14 hari.

F arti dari isolasi diri

Mengisolasi diri sendiri berarti menjauh dari situasi di mana kita dapat
menulari orang lain.
Ini berarti situasi apa pun di mana kita dapat melakukan kontak dekat
dengan orang lain (kontak tatap muka lebih dekat dari 3 kaki selama
lebih dari 15 menit), seperti pertemuan sosial, pekerjaan, sekolah, pusat
penitipan anak / pra-sekolah, universitas dan pendidikan lainnya.
Termasuk rumah ibadah, perawatan lansia dan fasilitas perawatan
kesehatan, penjara, pertemuan olahraga, restoran dan semua
pertemuan publik.
Kita tidak boleh berbagi piring, gelas minum, gelas, peralatan makan,
handuk, bantal atau barang-barang lainnya dengan orang lain di rumah.
Setelah menggunakan barang-barang ini, kita harus mencucinya dengan
sabun dan air, menempatkannya di mesin pencuci piring untuk
membersihkan atau mencucinya di mesin cuci piring.

Center Of Reform On Economics (CORE) membuat laporan tentang


kondisi ekonomi di saat pandemi COVID-19. Lonjakan jumlah penderita
dengan fatality rate yang tinggi dalam sebulan terakhir sangat
mengkhawatirkan.
Respons pemerintah dan masyarakat yang melakukan upaya
pencegahan, seperti penutupan sekolah, work from home khususnya
pekerja sektor formal, penundaan dan pembatalan berbagai event-event
pemerintah dan swasta, membuat roda perputaran ekonomi melambat.

Konsumsi swasta, yang menyumbang hampir 60% pergerakan ekonomi


nasional, dipastikan akan mengalami kontraksi. Penjualan retail, baik di
pasar tradisional dan pasar modern dipastikan turun. Bahkan, sebelum
kasus Covid-19 teridentifikasi di Indonesia, data Indeks Penjualan Riil
yang dikeluarkan Bank Indonesia sudah menunjukkan kontraksi 0,3%
pada bulan Januari 2020.
Penjualan mobil pun selama Januari dan Februari turun 2,4% (yoy).
Indikasi turunnya konsumsi swasta juga diperlihatkan oleh anjloknya
perjalanan wisata baik domestik ataupun asing. BPS mencatat jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara turun 7,62% pada Januari 2020
dibandingkan Desember 2019. Sementara, wisatawan nusantara turun
3,1% pada periode yang sama. Tekanan pada konsumsi swasta ini
dipastikan akan lebih dalam pada bulan Maret dan juga bulan-bulan
berikutnya.
Penurunan pertumbuhan ekonomi global, khususnya negara-negara
tujuan ekspor dan pelemahan harga-harga komoditas akan memberikan
tekanan pada ekspor Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada ekspor
jasa khususnya jasa perjalanan atau pariwisata.
negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, seperti
Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah menjadi pusat pandemi yang telah
melampaui kasus yang terjadi di Cina. Di sisi lain, sebagai akibat
turunnya kegiatan ekonomi domestik, impor khususnya bahan baku dan
modal juga mengalami kontraksi dibandingkan tahun lalu.
Dengan demikian, penurunan ekspor juga akan dibarengi dengan
penurunan impor, sehingga pengaruh net-ekspor terhadap pertumbuhan
ekonomi domestik tahun ini relatif kecil, sebagaimana tahun lalu yang
memberikan kontribusi -0,5% terhadap PDB.
Tak hanya itu, meluasnya kekhawatiran masyarakat dan investor
terhadap Covid-19, menyebabkan minat investasi juga akan turun
signifikan, sehingga pertumbuhan investasi baru akan melambat.
Proyek-proyek investasi yang dikelola pemerintah dan BUMN akan tetap
berlangsung, meskipun juga akan turun sejalan dengan himbauan social
distancing bagi para pekerja. Impor barang modal yang menjadi salah
satu leading indicators Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) pada
bulan Januari dan Februari 2020 sudah mengalami kontraksi 10,6%
(yoy).
Satu-satunya yang berpotensi menopang ekonomi domestik tahun ini
adalah belanja pemerintah. Penanganan Covid-19 mengharuskan
pemerintah bekerja all-out untuk menyediakan berbagai paket kebijakan
baik untuk mengobati pasien Covid-19 (kuratif) dan mencegah eskalasi
penyebaran virus tersebut (preventif).
Stimulus fiskal juga menjadi kunci utama dalam meredam dampak
negatif terhadap ekonomi, terutama bagi pelaku usaha dan kelompok
masyarakat yang terkena dampak paling besar.
Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk
meredam dampak kepanikan masyarakat, terutama investor terhadap
pandemi Covid-19, dengan menurunkan suku bunga (BI 7-Day Reserve
Repo rate) hingga 50 bps selama 2020 ini menjadi 4,5%, melonggarkan
giro wajib minimum, dan melakukan intervensi pasar valas untuk
meredakan pelemahan rupiah. Meski begitu, kepanikan investor di pasar
modal yang memicu meningkatnya net selling asing membuat rupiah
terdepresiasi hingga 16% (YTD) pada 27 Maret 2020. Rupiah bahkan
menjadi mata uang yang terdepresiasi paling dalam di antara mata uang
negara-negara ASEAN.
Melihat kondisi tersebut, CORE memastikan prospek pertumbuhan
ekonomi tahun ini akan jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Jika
pemerintah melakukan langkah-langkah yang lebih 'ketat' untuk
menekan penularan wabah ini, sebagaimana yang dilakukan oleh
Pemerintah Tiongkok, maka puncak tekanan ekonomi diperkirakan akan
terjadi pada kuartal kedua, dan setelahnya (kuartal ketiga dan keempat)
akan masuk masa pemulihan.
Dengan skenario paling optimis tersebut, CORE Indonesia
memprediksikan ekonomi Indonesia secara kumulatif tumbuh di kisaran
-2% hingga 2%. Akan tetapi, kondisi yang lebih buruk dapat terjadi jika
penyebaran Covid-19 di Indonesia berlangsung lebih dari dua kuartal
dan negara-negara yang menjadi mitra utama ekspor Indonesia juga
mengalami hal serupa. Dalam kondisi tersebut, tekanan permintaan
domestik dan global akan lebih lama, sehingga sangat kecil peluang
ekonomi akan tumbuh positif.

Selain melemahkan pertumbuhan ekonomi, pandemi ini juga berpotensi


mendorong peningkatan angka pengangguran dan kemiskinan. Hal ini
sangat dimungkinkan mengingat jumlah penduduk di sekitar garis
kemiskinan yang masih sangat tinggi, meskipun persentase penduduk di
bawah garis kemiskinan mengalami penurunan dalam beberapa tahun
terakhir.
Per Maret 2019, penduduk golongan rentan miskin dan hampir miskin
di Indonesia mencapai 66,7 juta orang, atau hampir tiga kali lipat jumlah
penduduk di bawah garis kemiskinan (golongan miskin dan sangat
miskin). Sebagian besar dari golongan ini bekerja di sektor informal,
termasuk yang mengandalkan upah harian. Apabila penanganan
pandemi berlangsung lama, periode pembatasan dan penurunan
mobilitas orang akan semakin panjang.
Akibatnya, golongan rentan miskin dan hampir miskin yang bekerja di
sektor informal dan mengandalkan upah harian akan sangat mudah
kehilangan mata pencaharian dan jatuh ke bawah garis kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai