doktrin seperti yang dikemukakan oleh Van Apeldoorn yang mana pada dasarnya Hukum itu sendiri merupakan sebuah perangkat aturan yang harus ditaati oleh anggota masyarakat dan pelanggaran terhadapnya akan mendapat sanksi. Oleh karena itu, dalam tulisan lilik Mulyadi yang menjelaskan sebagaimana pandangan doktrin dan aspek praktek pada dunia peradilan yang mana hakim sebagai salah satu aparat penegak hukum yang mempunyai peranan yang cukup penting maka secara Universal ada 3 (tiga) aspek yang dipelajari dari Ilmu Hukum, yaitu : a). Nilai-nilai hukum seperti ketertiban, keadilan, kepastian hukum. Apabila aspek ini dijabarkan secara singkat dapatlah diasumsikan bahwa “ nilai-nilai hukum “ini merupakan bidang kajian Filsafat Hukum yang abstrak/teoritis. b). Kaidah-kaidah hukum berupa kaidah tertulis ataupun tidak tertulis, kaidah bersifat abstrak maupun konkret. Pada dasar “ kaidah-kaidah hukum “ ini dikaji oleh bidang yang disebut ilmu tentang kaidah (Normwissenschaft). c). Perilaku hukum atau kenyataan/peristiwa hukum. Singkatnya, konteks ini dikaji oleh Sosiologi Hukum, Antropologi Hukum, Logika Hukum, Psikologi Hukum dan Sejarah Hukum yang menjembatani aspek abstrak/teoritis seperti : Rechts Filosofie, Rechts theorie dan Rechts Dogmatiek dengan aspek imperis/nyata yang merupakan kajian Recht en Rechtspratijkheid. Jika mengkorelasikan mengenai antologi hokum (hakikat hukum) dengan penegakan hukum yang dilakukan oleh seorang hakim, sudah barang tentu sudah sebuah keharusan yang harus dijalani oleh seorang hakim dengan mengedepankan kejujuran. Dengan demikian kebebasan Hakim yang merupakan personifikasi dari kemandirian kekuasaan Kehakiman, tidaklah berada dalam ruang hampa tetapi ia dibatasi oleh rambu-rambu berikut : a. Akuntabiltas b. Integritas moral dan etika c. Transparansi d. Pengawasan (kontrol) e. Profesionalisme dan impartialitas Dengan adanya pertanggung jawaban moral dan etika terhadap seorang hakim yang mempunyai tugas untuk mengekkan hukum, tujuan dari hukum itu sendri lambat laun pasti akan tercapai secara maksimal, 2. Dari Aspek Epistimologi Hakim yang dalam bahasa Inggris (Judge) dan dalam bahasa Belanda (Rechter) adalah pejabat yang memimpin persidangan. Ia yang memutuskan hukuman bagi pihak yang dituntut. Hakim harus dihormati di ruang pengadilan dan pelanggaran akan hal ini dapat menyebabkan hukuman. Hakim juga sebagai orang yang paling berpengaruh di dalam suatu penegakan hukum mengapa demikian putusan akhir atau putusan final berada sepenuhnya ada pada seorang hakim yang memimpin suatu persidangan. Selain itu juga salah satu asas yang paling urgen mengenai hakim yakni asas ius curia novit yang mana mempunyai arti sempit hakim yakni orang yang dianggap paling tau tentang hukum. Dengan asas inilah seorang hakim mempunyai otoritas yang cukup kuat dalam memberikan penafsiran, pemutusan suatu perkara, dan menjatuhi suatu hukuman terhadap seorang yang dibawah ke meja persidangan. Jika mengkorelasikan dengan penegakan hukum mengenai seorang hakim, dalam mencari kepastian hukum yang sesungguhnya diperlukan suatu ketegasan yang cukup kuat oleh para penegak hukum khususnya seorang hakim, dalam melakukan sesuatu yang menyangkut jiwa orang banyak khususnya pada dasarnya semua terpulang dari palu sidang seorang hakim yang mana pada nantinya memutuskan suatu perkara tersebut salah apa tidaknya suatu perkara tersebut. 3. Dari Aspek Axsiologi Salah faktor penting yang mempunyai andil besar dalam lemahnya penegakkan hukum di negeri ini adalah tidak diterapkannya nilai-nilai yang semestinya melandasi tugas-tugas para aparatur penegak hukum kita (polisi, jaksa dan khusunya seorang hakim) yang mana sesui dengan ojek permasalahan. Menjadi pertanyaan yang sangat mendasar apa saja nilai-nilai yang diperlukan dalam menegakkan hukum itu sendiri ? dalam tulisan ini ada empat nilai yang sangat penting yakni: 1. Pertama, nilai keadilan; -- menggambarkan adanya keadilan di bidang hukum 2. Kedua, nilai keberanian; -- keberanian mereka untuk menolak segala bentuk propaganda 3. Ketiga, nilai pengabdian dan kekayaan; -- Pengabdian untuk memajukan dan memakmurkan rakyat dan negara 4. Keempat, nilai keagamaan. -- menjalankan perintah Tuhan dan meninggalkan segala bentuk larangan-larangan-Nya serta mangajarkan kebaikan. 4. Dari Aspek Ideologi Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Dalam aspek kajian penegakan hukum yang dilakukan oleh seorang hakim dengan mengkaji dari sisi ideologi yang harus dilakukan oleh para hakim dalam memberikan kepastian hukum dan keadilan hukum, diperlukan adanya penemuan hukum yang dilakukan oleh para hakim yang dalam hal ini memberikan ke dan mencari keadilan secara substasial dalam kata arti lain dalam hal ini para hakim diharapkan tidak hanya memberikan dan berpatokan pada procedural semata, yang dimaksud dengan memandang dari sisi substansial yakni memandang dari sisi keadilan sosial seperti yang diajarkan oleh Prof.Dr.Satjipto Raharjdo dengan ajaran hukum progresif yang mana dalam artian memberikan ajaran keadilan sosial dalam memberikan penegakan hukum yang ideal dalam mencari keadilan yang sesungguhnya.