Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Makalah ini Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Manajemen Lanjutan

Oleh Dosen Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, CA

Disusun Oleh:

Evita Nora Manik ( 217017050)

Dila Nurhidayah ( 217017064)

Silvia Handayani (217017068)

Soraya Pramita (217017071)

PROGRAM PASCA SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
demi kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam menyelesaikan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Medan, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Perbedaan Tradisional dengan Activity Based Costing ................................. 3
2.1.1 Pengertian Biaya Tradisional (Traditional Costing System)................... 3
2.1.2 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional............ 3
2.1.3 Pengertian Activity Based Costing .......................................................... 4
2.1.4 Konsep-Konsep Activity Based Costing System ..................................... 5
2.1.5 Kelebihan dan Kelemahan Akuntansi Activity Based Costing ............... 6
2.2 Pembebanan Biaya berdasarkan Metode Tradisional .................................... 8
2.3 Pembebanan Biaya berdasarkan Activity Based Costing System ................. 9
2.4 Activity Based Costing with Idle Capacity (Time Driven Activity Based) .. 11
2.5 Time Equation Activity Based Costing ........................................................ 12
2.6 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa............................................ 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mengoperasikan sebuah organisasi yang kompleks (besar dan
rumit) dengan efisien dan efektif, manajemen membutuhkan informasi terinci
tentang operasi perusahaan. Seperti berapa jumlah bahan yang harus disediakan,
dari mana bahan diperoleh, berapa jumlah peralatan yang terpakai, berapa
karyawan yang layak diperkerjakan dll.
Semua persoalan tersebut akan bisa diatasi oleh manajemen apabila
manajemen memperoleh informasi yang tepat untuk digunakan sebagai dasar
kebijakannya. Artinya manajemen harus memperoleh informasi tentang masukan
dan keluaran operasi atau perusahaan untuk dasar operasinya. Tanpa informasi
tentang masukan dan keluaran, maka tidak mungkin manajemen dapat mengambil
keputusan dengan tepat.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan sistem informasi yang memadai,
yaitu sistem informasi untuk perencanaan, pengelolaan, pengendalian dan
pengambilan keputusan. Sistem informasi yang berhubungan dengan masalah
akuntansi atau keuangan merupakan tugas dan tanggung jawab dari akuntan
manajemen, dan sistem informasi yang berhubungan dengan akuntansi tersebut
disebut Akuntansi Manajemen. (Machfoedz, Mas’ud, Akuntansi Manajemen,
2002).
Terdapat perbedaan antara akuntansi manajerial dan akuntansi keuangan.
Yang pertama adalah perbedaan pengguna informasi dimana akuntansi manajerial
berkaitan dengan penyediaan informasi untuk manajer yaitu orang-orang di dalam
organisasi yang memberikan arahan dan mengendalikan operasi organisasi.
Sebaliknya, akuntansi keuangan berkaitan dengan penyediaan informasi untuk
pemegang saham, kreditor dan pihak lain yang berada di luar organisasi.
Perbedaan selanjutnya, akuntansi manajerial menyediakan data-data penting yang
memberikan informasi kegiatan organisasi. Akuntansi keuangan berperan sebagai
penilai yang menjadi dasar penilaian kinerja perusahaan dimasa lalu. Karena
akuntansi manajerial berfokus pada manajer, maka dalam mempelajari akuntansi

1
manajerial harus didahului dengan pemahaman apa yang dikerjakan oleh
manajemen. Informasi apa yang dibutuhkan oleh seorang manajer dan lingkungan
bisnisnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah perbedaan Tradisional dengan Activity Based Costing (ABC)?
2. Apakah pembebanan biaya berdasarkan Tradisional?
3. Apakah pembebanan biaya berdasarkan ABC?
4. Apakah yang dimaksud ABC with Idle Capacity (Time Driven ABC) ?
5. Apakah yang dimaksud Time Equation ABC?
6. Bagaimanakah ABC Perusahaan Jasa?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui perbedaan tradisional dengan Activity Based Costing
2. Untuk mengetahui pembebanan biaya berdasarkan tradisional
3. Untuk mengetahui pembebanan biaya berdasarkan ABC
4. Untuk mengetahui ABC with Idle Capacity
5. Untuk mengetahui Time Equation ABC
6. Untuk mengetahui ABC perusahaan jasa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Tradisional dengan Activity Based Costing


2.1.1 Pengertian Biaya Tradisional (Traditional Costing System)
Menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Fitriasari, D.
(2009) dalam (Junika Iklina: 2016), metode akuntansi biaya tradisional
adalah, “Perhitungan biaya produk berdasarkan fungsi membebankan biaya
dari bahanbaku langsung dan tenaga kerja langsung ke produk dengan
menggunakan penelusuran langsung. Biaya overhead di lain pihak
dibebankan dengan menggunakan penelusuran gerak dana lokasi”.

2.1.2 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional


Dalam setiap metode pasti memiliki kelemahan dan kelebihan dalam
perhitungan. Kelebihan dari metode tradisional adalah proses perhitungan
lebih mudah dan tidak rumit karena hanya mempertimbangkan variabel
utama yaitu volume produksi, tenaga kerja langsung, bahan baku langsung,
jam mesin. Selain itu kelebihan metode tradisional adalah tidak
membutuhkan seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam perhitungan.
Kelemahan metode tradisional menurut Rudianto (2013:159) adalah:
a. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan
penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya, sistem ini
hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk
mencapai keunggulan dalam persaingan global.
b. Berkaitan dengan biaya overhead, sistem akuntansi biaya tradisional
terlalu memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead
ketimbang berusaha keras mengurangi pemborosan dengan
menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
c. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat
biaya karena sering kali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh
faktor tunggal, seperti volume produk atau jam kerja langsung.
d. Sistem akuntansi biaya tradisional sering kali menghasilkan informasi

3
biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan
yang justru menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.
e. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan
tidak langsung serta biaya tetap dan biaya variabel hanya berdasarkan
faktor penyebab tunggal, yaitu volume produk. Padahal dalam
lingkungan teknologi maju, metode penggolongan tersebut menjadi
kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai aktivitas.
f. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan
ke dalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu
menekankan kinerja jangka pendek.
g. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian pada
perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggung jawaban dalam
suatu perusahaan denganmenggunakan standar tertentu.
h. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat
dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan
pada lingkungan teknologi maju.
i. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya
daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi
biaya tradisional terhadap biaya aktivitas. Biaya-biaya tersebut
diperlakukan sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya
distorsi harga pokok produk.

2.1.3 Pengertian Activity Based Costing


Hansen dan Mowen (2012) dalam (Desi Ratna Sari:2015) menyatakan
Metode ABC (Activity Based Costing) adalah sistem akumulasi biaya dan
pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver,
dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri
biaya dari aktivitas ke produk. Mengidentifikasi biaya aktivitas dan kemudian
ke produk merupakan langkah dalam menyusun Activity Based Costing
System.
Menurut Carter (2009:) dalam (Desi Ratna Sari:2015), ABC (Activity
Based Costing) merupakan suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat

4
penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan
menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak
berkaitan dengan volume.
Menurut Blocher (2007) dalam (Junika Iklina: 2016) ABC merupakan
pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke
objek biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya.

2.1.4 Konsep-Konsep Activity Based Costing System


Activity Based Costing System (ABC) adalah suatu sistem akuntasi yang
terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk
atau jasa. Activity Based Costing System menyediakan informasi perihal
aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau kegiatan
yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor
penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi.
Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem
Activity Based Costing, biaya ditelusuri ke aktivitas dan kemudian ke produk.
Sistem Activity Based Costing mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah
yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk.
Ada dua dimensi sistem ABC menurut Hansen dan Mowen dalam (Rahma
Sari:2016) yaitu:
a. Dimensi biaya (cost dimension), menyediakan informasi biaya
mengenai sumber daya, aktivitas-aktivitas, produk, dan pelanggan
(dari objek biaya lainnya yang mungkin menjadi perhatian
perusahaan).
b. Dimensi proses (process dimension), menyediakan informasi
mengenai aktivitas apa yang dilakukan, mengapa, dan sebaik apa
aktivitas tersebut dilakukan. Dimensi ini memungkinkan perusahaan
melakukan peningkatan-peningkatan kinerja yang berkesinambungan
dengan mengukur hasilnya.

5
Gambar II.1
Konsep Dasar Activity Based Costing

Resources

Cost driver Activities Performance

Cost Object

Sumber: Hansen, Don.R. dan Maryanne, M. Mowen, 2005

2.1.5 Kelebihan dan Kelemahan Akuntansi Activity Based Costing


Kelebihan penerapan Activity Based Costing menurut Dunia dan
Abdullah(2012:328), sebagai berikut:
a. Membantu mengidentifikasi ketidakefisienan yang terjadi dalam proses
produksi, baik per departemen, per produk, ataupun per aktivitas
b. Membantu pengambilan keputusan dengan lebih baik karena perhitungan
biaya atas suatu objek biaya lebih akurat
c. Membantu mengandalikan biaya (terutama biaya overhead pabrik) kepada
level individual dan level departemental.
Kelebihan dari penggunaan akuntansi ABC adalah memungkinkan
perhitungan biaya yang lebih akurat karena dalam implementasinya akuntansi
ABC, sebagaimana dikemukakan oleh Samryn (2012: 161) dapat dilihat
melalui uraian dibawah ini:
a. Mempunyai banyak elemen biaya yang digunakan untuk mengumpulkan
biaya overhead.
b. Mengubah dasar yang digunakan untuk membebankan biaya overhead
kepada produk menjadikan hamper setiap biaya dapat ditelusuri
hubungannya dengan produk atau jasa yang diberikan. Atau minimal
menjadi biaya langsung yang dapat ditelusuri hubungannya dengan obyek
yang dibiayai.
c. Dengan sistem ini biaya overhead yang dalam akuntansi konvensional
dikelompokkan sebagai biaya tetap dalam akuntansi Activity Based
Costing bisa diperlakukan sebagai biaya variabel

6
d. Mengubah persepsi para manajer tentang banyak biaya overhead sehingga
menjadikan tiap aktivitas dapat diikuti hubungannya dengan tiap produk

Sistem Activity Based Costing bukanlah merupakan sistem yang


sempurna. Menggunakan sistem Activity Based Costing dalam perhitungan
harga pokok produk juga mempunyai kekurangannya antara lain (Garrison
dalam Paramita Indraswari:2015):
a. Activity-Based Costing System akan lebih mahal untuk diimplementasikan
dan dikembangkan karena data yang berhubungan dengan berbagai
aktivitas harus dikumpulkan, diperiksa, dan dimasukkan ke dalam sistem
secara berkala, sehingga dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk
mengimplementasikannya secara total.
b. Activity-Based Costing System mengubah aturan main dalam perusahaan.
Data Activity-Based Costing System dapat dengan mudah disalahartikan
dan harus digunakan dengan hati-hati ketika mengambil keputusan.

Menurut Charter dan Usry (2009) Activity Based Costing menunjukkan


berapa banyak suatu produk bervolume rendah merupakan produk yang
merugi, maka kerugian tersebut tidak dapat dihilangkan seluruhnya dengan
cara menghentikan produksi tersebut, karena beberapa biaya yang dibebankan
ke produk tersebut tidak dapat dihindarkan.

Kondisi yang Mendukung Penerapan Activity Based Costing System.


Activity Based Costing menurut Tunggal (2009:14) akan memberikan
manfaat yang optimal apabila diterapkan pada perusahaan yang memiliki
kondisi sebagai berikut:
a. Perusahaan memiliki biaya overhead yang tinggi
Perhitungan biaya tradisional tidak mampu mengalokasikan biaya
overhead secara tepat sehingga beresiko menimbulkan distorsi biaya yang
besar bagi perusahaan yang memiliki biaya overhead tinggi. Oleh karena itu,
sistem Activity Based Costing perlu diterapkan pada perusahaan seperti itu.
b. Produk yang dihasilkan beragam

7
Produk yang beraneka ragam akan mengkonsumsi biaya overhead dengan
proporsi yang berbeda-beda, baik disebabkan oleh ukuran produk, kerumitan,
ukuran batch, waktu setup, serta jenis desain dan rekayasa. Dalam kondisi
tersebut penerapan perhitungan biaya tradisional yang menggunakan dasar
pembebanan satu tarif ataupun departemental tidak akan bisa memberikan
hasil perhitungan secara tepat, sehingga perlu diterapkannya sistem Activity
Based Costing.
c. Kompetisi ketat
Pada perusahaan yang mengalami persaingan ketat, manajemen
memerlukan sistem Activity Based Costing untuk menghasilkan informasi
biaya yang akurat, sehingga bisa melakukan pengambilan keputusan bisnis
secara cermat dan tepat. Penggunaan Activity Based Costing juga diperlukan
untuk mereduksi biaya sehingga perusahaan bisa terus bersaing.

2.2 Pembebanan Biaya berdasarkan Metode Tradisional


Perhitungan biaya dengan menggunakan metode tradisional yaitu hanya
dengan membebankan biaya produksi pada produk. Pembebanan biaya utama ke
produk tidak memiliki kesulitan, tetapi sebaliknya biaya overhead memiliki
masalah dalam pembebanan biaya keproduk, karena hubungan antara masukan
dan keluaran tidak dapat diperhatikan secara fisik.
Dalam metode tradisional, untuk membebankan biaya ke produk
digunakan penggerak aktifitas tingkat unit (unit level activity drivers), hal ini
disebabkan karena merupakan faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai
akibat perubahan unit yang diproduksi. Contoh penggerak tingkat unit yang secara
umum digunakan untuk membebankan overhead antara lain adalah unit yang
diproduksi, jam tenaga kerja langsung, jam mesin dan bahan baku langsung.
Setelah mengidentifikasi biaya penggerak (cost driver) tingkat unit, lalu
menetapkan tingkat keluaran aktivitas yang diukur oleh penggerak tersebut, yaitu
apakah berdasarkan aktivitas aktual yang diharapkan (expected activity level) dan
aktivitas normal (normal activity level). Expected activity level adalah output
aktivitas yang diharapkan dicapai oleh perusahaan pada masa yang akan datang,
sedangkan normal activity level adalah output aktivitas rata-rata yang merupakan

8
pengalaman perusahaan dalam jangka panjang. Aktivitas normal mempunyai
keunggulan berupa penggunaan tingkat aktivitas yang sama dari tahun ketahun,
sehingga pembebanan overhead ke produk tidak begitu berfluktuasi.
Pembebanan overhead pada metode tradisional dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu:
a. Tarif Pabrik Menyeluruh
Pembebanan overhead ke produk secara tradisional dapat menggunakan
tarif pabrik menyeluruh. Dengan menggunakan tarif ini, biaya overhead
pertama sekali di akumulasi dalam kelompok besar pabrik secara
menyeluruh. Overhead dibebankan pada kelompok hanya dengan
menjumlahkan semua biaya overhead yang diharapkan terjadi di pabrik
selama setahun. Semua biaya overhead adalah untuk pabrik, maka
pembebanan kepada kelompok dilakukan sangat akurat. Tahap selanjutnya
menghitung tarif pabrik menyeluruh dengan menggunakan satu penggerak
tingkat unit, biasanya adalah jam tenaga kerja langsung atau jam mesin.
b. Tarif Departemental
Dasar pemikiran tarif departemental ini adalah untuk menghindari
pembebanan rata-rata seperti yang digunakan pada tarif pabrik menyeluruh.
Tarif departemental berasumsi bahwa beberapa departemen mungkin lebih
intensif apabila overhead dibandingkan dengan yang lain, sehingga produk
yang menghabiskan waktu lebih banyak pada departemen akan dibebankan
overhead yang lebih besar dari yang menghabiskan waktu yang lebih sedikit.

2.3 Pembebanan Biaya berdasarkan Activity Based Costing System


Activity-Based Costing System bertujuan untuk menghasilkan informasi
Harga Pokok Produksi yang akurat. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan
Activity- Based Costing System terdiri dari dua tahap. Activity-Based Costing
System merupakan suatu sistem biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke
aktivitas dan kemudian ke produk yang dihasilkan. Menurut Hansen dan Mowen
dalam (Junika Iklina:2016) proses penerapan Activity Based Costing System untuk
menentukan harga pokok produksi dapat dibagi menjadi dua prosedur, yaitu:
a. Prosedur Tahap Pertama

9
Prosedur tahap pertama penentuan harga pokok produksi berdasarkan
Sistem Activity Based Costing terdiri dari empat langkah, yaitu:
 Mengidentifikasi Aktivitas
Langkah pertama untuk menerapkan Activity Based Costing System adalah
menggolongkan atau mengklasifikasikan aktivitas yang akan menjadi
dasarsistem tersebut.
 Mengklasifikasi Berbagai Aktivitas
Berbagai aktivitas diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yang
mempunyai suatu interprestasi yang mudah dan jelas serta cocok dengan
segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola untuk menghasilkan
produk atau jasa. Cara untuk memahami aktivitas dan bagaimana aktivitas
tersebut digabungkan disusun dalam empat tingkat, yaitu: aktivitas tingkat
unit (unit level activities), aktivitas tingkat kelompok (batch level
activities), aktivitas tingkat produk (product level activities), dan aktivitas
tingkat fasilitas (facility level activities).
 Mengidentifikasi Cost driver
Mengidentifikasi cost driver dari aktivitas-aktivitas yang telah
diidentifikasi dan diklasifikasikan. Langkah selanjutnya adalah
mengelompokkan jenis-jenis biaya yang sejenis atau homogen. Syarat
biaya homogen adalah aktivitas-aktivitas harus secara logis berkaitan dan
mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.
 Menentuan Tarif Kelompok (Pool Rate)
Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver
yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Cost pool rate = Taksiran total biaya pada cost pool


Taksiran cost driver

b. Prosedur Tahap Kedua


Setiap kelompok biaya overhead dibebankan kepada produk. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan tarif yang telah dihitung sebelumnya dan nilai
sumber daya aktivitas yang dikonsumsi setiap jenis produk.

10
Dengan demikian, overhead yang dibebankan dari setiap kelompok
biaya kepada setiap jenis produkdapat dihitung sebagai berikut:

Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Unit-unit cost driver yang


digunakan

2.4 Activity Based Costing with Idle Capacity (Time Driven Activity Based)

Berdasarkan Atkinson, Kaplan, Matsumura dan Young (2012), biaya atas


kapasitas yang tidak terpakai tidak dibebankan kepada produk dan tidak pula
diabaikan. Pembebanan kapasitas tidak terpakai sebaiknya diputuskan setelah
dianalisa penyebabnya. Contohnya, jika kapasitas tersebut dibutuhkan karena
adanya permintaan konsumen atau segmen pasar tertentu, maka biaya atas
kapasitas tidak terpakai tersebut dapat dibebankan pada konsumen atau segmen
pasar tersebut. Pembebanannya dilakukan berbasis lump-sum pada unit organisasi
tersebut, dan tidak dibebankan pada seluruh produk yang diproduksi bersamaan
dengan periode produksi tersebut.

Selain cara tersebut, manajer dapat juga membebankan biaya kapasitas


produktsi tidak terpakai pada sebuah lini produk, departemen atau produksi.
Misalnya, kapasitas tidak terpakai terjadi karena adanya produksi lini produk
tertentu, atau adanya sumber daya produksi tertentu yang didedikasikan untuk
jenis produk tertentu, maka biaya kapasitas tak terpakai seharusnya dibebankan
pada produk tersebut. Contoh lainnya adalah jika manajer sengaja menahan
jumlah sumber daya yang tidak terpakai untuk kebutuhan ekspansi dan
pertumbuhan di masa mendatang. Maka dilakukan penelusuran pada level
organisasi dimana keputusan diambil atas penawaran dan permintaan sumber daya
tersebut. Jumah biaya kapasitas tidak terpakai tersebut akan menjadi umpan balik
pada manajer dalam pengambilan keputusan penawaran dan permintaan.

Sistem ABC menunjukkan adanya biaya tetap dan variabel. Jika terdapat
perencanaan kenaikan produksi melebihi kapasitas produksi biaya tetap maka
biaya tetap akan meningkat. Contohnya, volume produksi yang lebih tinggi dari
kapasitas mesin atau tenaga kerja tidak langsung akan menggiring manajer untuk

11
mempertimbangkan penambahan mesin atau penambahan tenaga kerja tidak
langsung. Biaya kapasitas produksi yang tidak terpakai dapat timbul jika
peningkatan produksi tidak sebanding dengan peningkatan kapasitas produksi.
Dalam hal ini manajer dapat memprediksi peningkatan biaya dengan
menggunakan model ABC dan membandingkannya dengan prediksi peningkatan
penjualan. Jika biaya kapasitas produksi yang tidak terpakai yang timbul lebih
tinggi daripada peningkatan penjualan dan biaya tersebut dibebankan pada biaya
produk, dapat terjadi penurunan permintaan yang berpengaruh pada penurunan
pendapatan. Penurunan penjualan dan peningkatan biaya kapasitas tidak terpakai
dapat berimbas pada death-spiral.

2.5 Time Equation Activity Based Costing

Model kerja Activity Based Costing adalah model dengan mempergunakan


waktu. Model ini terutama dipergunakan untuk perusahaan-perusahaan yang
memiliki tingkat aktivitas amat beragam, sehingga sulit untuk disederhanakan.
Semua aktivitas-aktivitas tersebut akan diringkas dalam bentuk persamaan,
sehingga menjadi lebih mudah untuk dikelola. Misalkan dalam model Activity
Based Costing yang dibuat perusahaan terdapat aktivitas menerima pesanan
pelanggan. Masalah dalam aktivitas tersebut adalah terdapat beberapa sub
aktivitas yang dilakukan yang bervariasi antara lain:

a. apakah pesanan tersebut diterima melalui telepon, fax atau email,


b. apakah pesanan tersebut hanya untuk satu jenis produk atau beberapa jenis
produk,
c. apakah pesanan tersebut merupakan pesanan untuk dalam kota, luar kota
atau luar negeri.

Jika perusahaan ingin memasukkan unsur variable tersebut dalam menghitung


biaya untuk aktivitas tersebut, maka variasi aktivitas itu harus dibuat dalam
bentuk persamaan, seperti Penerimaan pesanan barang = 4 + 5 (kalau telpon) + 3
(kalau fax) + 3 (kalau email) + 3 (persetiap jenis produk) + 5 (kalau dalam kota) +
8 (kalau luar kota) +15 (kalau luar negeri).

12
Angka-angka yang terdapat dalam persamaan waktu tersebut adalah waktu
yang dibutuhkan, misalkan jika pemesanan lewat telepon maka dibutuhkan waktu
5 menit, jika lewat fax dalam 3 menit, dan seterusnya. Jika terdapat pemesanan
barang melalui telepon untuk dua jenis produk, dan akan dikirimkan ke luar kota,
maka waktu yang dibutuhkan untuk memproses pesanan tersebut 4+5+(3x2)+8 =
23 menit. Angka ini akan dikalikan dengan tarif sumbernya yang dihitung
berdasarkan kapasitas praktikal untuk menghitung berapa biaya penerimaan
pesanan pelanggan tersebut.

2.6 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa


Dengan sistem ABC ini, untuk pertama kalinya perusahaan jasa dan
perusahaan dagang serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba dapat
memanfaatkan sistem informasi biaya yang sangat bermanfaat untuk mengurangi
biaya dan penentuan secara akurat harga pokok produk/jasa.
Sistem ABC tidak hanya berfokus ke perhitungan harga pokok
produk/jasa, namun mencakup perspektif yang lebih luas, yaitu pengurangan
biaya melalui pengelolaan aktivitas. Perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang
serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba berkepentingan untuk
mengurangi biaya dalam pengelolaan aktivitas, sehingga perusahaan dan
organisasi tersebut membutuhkan sistem informasi biaya yang mampu
menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas.
Namun, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara perusahaan jasa dan
manufaktur:
 Kegiatan dalam perusahaan manufaktur cenderung menjadi jenis yang
sama dan dilaksanakan dengan cara yang serupa. Hal ini berbeda untuk
perusahaan jasa.
 Perbedaan dasar lainnya antara perusahan jasa dan manufaktur adalah
pendefinisian keluaran. Untuk perusahaan manufaktur, keluaran mudah
ditentukan (produk-produk nyata yang diproduksi), tetapi untuk
perusahaan jasa, pendefinisian keluaran lebih sulit. Keluaran untuk
perusahaan jasa kurang nyata. Keluaran harus didefinisikan sehingga
keluaran dapat dihitung harganya.

13
Untuk menjawab permasalahan di atas, Activity Based Costing benar-
benar dapat digunakan pada perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa
perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activity Based
Costing pada perusahaan jasa adalah:

1. Identifying and Costing Activities

Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa kesempatan


untuk pengoperasian yang efisien.

2. Special Challenger

Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki


permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya
mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu
persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan
biaya yang tidak dapat dihindari.

3. Output Diversity

Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output


yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas
pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau
ditentukan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode Activity-Based Costing (ABC) dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan yang memiliki keragaman aktivitas sebagai pilihan metode
perhitungan biaya yang lebih baik daripada metode tradisional. Metode
ABC memiliki beberapa keunggulan yakni dapat mengidentifikasi
efisiensi pada level produksi/departemen/aktivitas, perhitungan yang lebih
akurat untuk membantu pengambilan keputusan dan dapat membantu
pengendalian biaya seperti overhead.
Metode ABC juga dapat memperhitungkan pengalokasian biaya
atas kapasitas produksi tidak terpakai dengan akurat dan pengalokasian
waktu yang dibutuhkan dalam produksi. Oleh karena itu, metode ABC
dapat digunakan dalam industri jasa untuk memperhitungkan biaya per
aktivitas.

3.2 Saran
Penerapan metode ABC disarankan untuk aktivitas yang tinggi
tingkat keragaman baik di lini produk maupun proses bisnis. Penggunaan
metode ABC perlu mempertimbangkan cost-benefit dalam
menerapkannya, karena biaya yang dibutuhkan lebih tinggi daripada
metode tradisional.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anthony A. Atkinson, Robert S. Kaplan, Ella Mae Matsumura, S. Mark Young


(2012). Management Accounting: Information for Decision Making and
Strategy Execution, 6th edition. Pearson.
Blocher, Edward J. 2007. Cost Management: Manajemen Biaya Penekanan
Strategis. Salemba Empat:Jakarta.
Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya Cost Accounting Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Dunia, Firdaus Ahmad., Abdullah, Wasilah. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Kedua.
Salemba Empat. Jakarta
Hansen & Mowen. (2006). Akuntansi Manajemen. (Diterjemahkan oleh: Dewi
Fitriasari dan Deny Arnos Kwary). Jilid 1. Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta.
Horngren, C.T., Srikant M. Datar, George Foster. (2006). Cost Accounting.
Pearson Education,Inc. New Jersey
Rudianto. (2006). Akuntansi Manajemen (cet. ke-1). Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Samryn, L.M. (2002). Akuntansi Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

iii

Anda mungkin juga menyukai