KELOMPOK 4
Hanisha Hasanah
Nurmaisya Regina
Atika Ramadhani
Dwi silvina
XII MIA 2
MADRASAH ALIYAH NEGERI SATU DUMAI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala kebesaran
dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan percobaan “Pembuatan Tape Beras Ketan Putih”. Adapun penulisan
laporan percobaan ini bertujuan untuk menganalisis dan memahami prinsip
fermentasi yang terjadi pada beras ketan putih .
Dalam penulisan laporan percobaan ini, berbagai hambatan telah kami alami.
Oleh karena itu, terselesaikannya laporan percobaan ini tentu saja bukan karena
kemampuan kami semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari
pihak-pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis dengan
ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada ibuk Nurjalismar Eka.S,S.Pd
selaku guru Mata Pelajaran Biologi kelas XII MIA 2 yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan percobaan ini. Kami juga berterima kasih kepada
semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu
menyelesaikan laporan percobaan ini.
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi.
Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda
dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu
mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol,
pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme.
4. Bagaimana reaksi yang terjadi pada fermentasi Tape Beras Ketan Putih?
II. Tujuan
4. Menjelaskan reaksi yang terjadi pada fermentasi Tape Ketan Beras Putih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. RAGI TAPE
Reproduksi dari ragi yaitu dengan cara seksual dan aseksual.Secara seksual
reproduksi ragi di lakukan dengan membentuk ascapora. Akspora adalah spora
seksual yang terbentuk di dalam askus. Askus terdapat di dalam badan buah yang
di sebut askokarp. Secara aseksual ragi berproduksi dengan cara membentuk tunas
(bundding) tunas yang telah masak akan terlepas dari sel induknya dan tumbuh
menjadi indifidu baru.
Agar ragi tahan lama sebaiknya tagi di simpan dengan baik yaitu dalam keadaan
tidak terpakai , ragi membutuhkan suasana hangat dan kering agar sel-sel
nabatinya tetap hidup untuk mengaktifkan kerjanya. Ragi dalam keadaan normal
lebih cepat rusak dan akan ke hilangan daya peragiannya jika disimpan dalam
suhu 2 derajat celcius selama 4-5 minggu.Suhu ideal untuk menyimpan ragi agar
awet dalam jangka waktu panjang adalah 7 derajat celcius. Mikroorganisme yang
di gunakan dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khomir)
yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endaucopsis, Saccharomyce,
Hancenula, Lactobacillus, Acetobacur.
B. FERMENTASI
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobic atau
tanpa oksigen. Cara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobic, akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobic dengan tanpa electron
eksternal .Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol , asam laktat, dan
hydrogen.Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga di hasilkan dari
fermentasi seperti asam butirat dan aseton.Ragi di kenal sebagai bahan yang
umum di gunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur
dan minuman beralkohol lainnya. Secara singkat, glukosa yang merupakan
etanol.Reaksi fermentasi ini di lakukan oleh ragi dan di gunakan pada produksi
makanan. Saccharomyces sp.(jamur ragi), tidak mempunyai hifa dan tubuh
buah.Jamur ini dapat menfermentasi glukosa menjadi alcohol dan karbondioksida.
C. TAPE
Tape adalah suatu jenis makanan yang dihasilkan secara fermentasi. Mikrobia
yang aktif dalam fermentasi tape antara lain adalah jamur benang dan khamir.
Sebagai bahan umumnya adalah ketela pohon, beras ketan, gaplek dan bahan-
bahan lain yang mengandung karbohidrat. Akibat dari kegiatan enzim-enzim yang
dikeluarkan mikrobia maka karbohidrat dihidrolisa menjadi bermacam-macam
senyawa gula. Peristiwa tersebut disebut sakharifikasi. Selanjutnya gula akan
difermentasikan lebih lanjut menjadi alcohol dan asam-asam organik. Adanya
peristiwa tersebut maka tape mempunyai rasa spesifik yaitu manis, alkoholis dan
kadang-kadang asam. Umumnya sebagai inokulum digunakan ragi tape. Dalam
ragi tape didapatkan bermacam-macam jamur benang, bakteri dan khamir. Tetapi
di dalam tape sendiri umumnya yang dominan adalah jamur benang
(Chlamydomucor sp.),khamir dan bakteri Saccharomyces cerivisiae.
Sifat organoleptik yang dimiliki oleh tape juga sangat menarik dan tentunya khas
yakni memiliki kenampakan warna putih bersih, bentuknya seperti umbi singkong
pada umumnya saat dijajakan namun memiliki tekstur yang sangat empuk dan
lembut saat dipegang atau saat dicicipi, memiliki rasa manis khas dan aroma yang
cukup menarik dan tentunya mengugah siapa pun untuk menikmatinya. Tapai
merupakan salah satu produk pangan hasil fermentasi yang tentunya dalam proses
pembuatannya terjadi tahapan perombakan senyawa kompleks menjadi senyawa
yang lebih sederhana sehingga membuat tapai baik untuk dikonsumsi karena
senyawa yang terdapat dalah tapi menjadi lebih sederhana dan lebih mudah untuk
dicerna dan diterima oleh tubuh dan tentunya baik juga untuk kesehatan. Oleh
karena itu, selain menawarkan cita rasa yang unik, tapai juga menawarkan
manfaat dari segi kandungan gizinya.
D. KETAN
Tape ketan menggunakan bahan baku beras ketan. Beras ketan putih (oryza sativa
glutinosa) merupakan salah satu varietas padi yang termasuk dalam famili
Graminae. Beras Ketan, berwarna putih, tidak transparan. Butir beras sebagian
besar terdiri dari zat pati (sekitar 80-85%) yang terdapat dalam endosperma yang
tersusun oleh granula-granula pati yang berukuran 3-10 milimikron. Beras ketan
juga mengandung vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral dan air.
Komposisi kimiawi Beras Ketan Putih terdiri dari Karbohidrat 79,4 % ; Protein
6,7 % ; Lemak 0,7 % ; Ca 0,012 % ; Fe 0,008 % ; P 0,148 % ; Vit B 0,0002 % dan
Air 12 %. Dari komposisi kimiawinya diketahui bahwa karbohidrat penyusun
utama beras ketan adalah pati. Pati merupakan karbohidrat polimer glukosa yang
mempunyai 2 struktur yakni amilosa dan amilopektin.
Menurut reed (1975) butiran pati pada umumnya mengandung 15-30% amilosa
dan 70-85% amilopektin. Khusus varietas Waxy atau Glutinous, hampir
seluruhnya disusun oleh amilopektin (amilosanya sangat rendah). Pada jenis beras
yang mengandung amilosa rendah ini, bila beras dimasak menyebabkan keadaan
yang lekat dan lunak. Sebaliknya pada beras yang mengandung amilosa tinggi,
menyebabkan keadaan yang keras karena adanya penyerapan air yang banyak,
sehingga membentuk ikatan hidrogen yang lebih besar. Semakin tinggi kandungan
amilosa kemampuan pati untuk menyerap air lebih besar karena amilosa
mempunyai kemampuan lebih besar dari pada amilopektin dalam membentuk
ikatan hidrogen (Juliano, 1972 dalam Haryadi, 1992). Pati yang banyak
mengandung amilopektin (amilosa rendah), bila dimasak tidak mampu
membentuk gel yang kukuh dan pasta yang dihasilkan lebih lunak (disebut ”long
texture”). Sifat long texture tersebut menyebabkan kecenderungan sifat yang
merenggang dan patah, sehingga menghasilkan tingkat pengembangan yang lebih
besar.
Pengukusan bertujuan agar terjadi proses gelatinisasi pada molekul pati. Suhu
pada saat granula pati pecah disebut suhu gelatinnisasi, suhu gelatinisasi
tergantung pada konsentrasi serta jenis pati (Winarno, 1984). Beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap gelatinisasi adalah: jenis pati, ukuran granula pati dan
hubungan suhu dengan lama pemanasan (Meyer, 1973).
Beras ketan dengan suhu gelatinisasi rendah akan memberi sifat yang lebih lekat
dan lebih lama mengeras dibandingkan dengan yang suhu gelatinisasi tinggi.
Perbedaan tingkat gelatinisasi dan sifat retrogradasi yang dicapai setelah
pengukusan adonan dan pendinginan berpengaruh pada pertumbuhan mikroba
pada tape.
BAB III
PEMBAHASAN
Mikroba
Jenis serta jumlah mikroba yang digunakan selama proses fermentasi akan
mempengaruhi hasil fermentasi. Jika jumlah mikroba yang digunakan terlalu
sedikit, maka hasil fermentasi tidak akan menjadi sempurna. Mikroba yang
digunakan dalam proses fermentasi juga harus memenuhi ke empat hal ini, yaitu
murni, unggul, stabil dan bukan patogen.
Suhu
Oksigen
PH
Sendok nasi
Sendok biasa
Saringan
Serbet
Kompor
Wadah bertutup
Daun pisang
Cara Kerja:
Setelah dingin, ditambahkan ragi tape yang telah dihaluskan dan diaduk
hingga merata
Sebelum fermentasi, ketan masih berbentuk seperti nasi ketan pada umumnya.
Namun, setelah mengalami fermentasi beras ketan tersebut mengalami perubahan
tekstur menjadi lunak dan menghasilkan air yang mengandung alcohol serta
menimbulkan rasa asam dan manis. Kondisi tersebut disebabkan karena pada
beras ketan diberikan ragi yang merupakan mikroorganisme yang berfungsi
mengubah glukosa menjadi alcohol dan menghasilkan air. Berdasarkan uji
organoleptik untuk rasa manis, asam dan alkoholik, didapatkan hasil :
RASA TINGKATAN
Manis ++++
Asam ++
Alkoholic +++
Pada pembuatan tape, fermentasi yang terjadi adalah fermentasi alcohol. Pada
beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi terlaksana karena asam piruvat
diubah menjadi asam asetat + CO2 selanjutaya asam asetat diabah menjadi
alkohol.Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat
menghasilkan 2 molekul ATP, bandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul
glukosa mampu menghasilkan 38 molekul ATP.Reaksinya :
1. Glikolisis
Ringkasan reaksi :
Sebelum dikukus ketan direndam 30 menit untuk menambah massa ketan supaya
tidak terlalu keras. Oleh karena itu, pada saat sesudah fermentasi, ketan menjadi
lunak. Ketan tidak boleh terkena air jika sudah diberi ragi karena akan mematikan
ragi (bakteri) sehingga proses fermentasi tidak berjalan sempurna. Ketan juga
harus diletakkan/ disimpan didalam tempat yang kedap udara. Karena jika terkena
oksigen, proses fermentasi juga akan gagal.
Ketan yang merupakan karbohidrat diubah oleh ragi menjadi alcohol dan air.
Dengan adanya alcohol, tape ketan bersifat manis dan agak asam. Tape
membutuhkan amilosa, amilum dan karbohidrat kompleks, derajat keasaman (pH
5-6), dan suhu yang tepat dan kadar air. Karena fermentasi maka ketan beras
dibutuhkan kadar air yang cukup untuk ragi agar bisa hidup. Oleh karena itu,
beras ketan harus dikukus. Banyaknya ragi yang digunakan disesuaikan dengan
jumlah beras ketan. Bila terlalu banyak akan mempercepat proses fermentasi dan
menyebabkan rasa tape menjadi pengar, bila terlalu sedikit dapat menyebabkan
tape yang terbentuk tidak manis dan terasa keras. Takaran ragi yang tepat
biasanya diperoleh berdasarkan pengalaman. Kualitas tape yang baik turut
ditentukan oleh jenis ragi yang digunakan dan asal ragi tersebut.
Tape ketan jika diletakkan dalam keadaan suhu kamar hanya bertahan 2 hari. Jika
lebih dari 2 hari maka kadar alcohol dalam tape tersebut akan bertambah. Semakin
banyak kadar alcohol, maka tape akan berubah menjadi khamar. Dan yang kita
tahu khamar itu haram. Hal ini sudah terbukti dari jurnal ilmiah International
Journal of Food Sciences and Nutrition volume 52 halaman 347 – 357 pada tahun
2001. Di jurnal tersebut diberitakan bahwa kadar etanol (%) pada 0 jam
fermentasi tidak terdeteksi, setelah 5 jam fermentasi kadar alkoholnya 0.165%,
setelah 15 jam 0.391%, setelah 24 jam 1.762%,
setelah 36 jam 2.754%, setelah 48 jam 2.707% dan setelah 60 jam 3.380%..
Namun, jika tape diletakkan didalam kulkas akan meghambat kerja bakteri karena
bakteri tidak dapet bekerja pada suhu rendah dan pada suhu terlalu tinggi. Oleh
karena itu, tape yang diletakkan didalam kulkas lebih tahan lama daripada yang
diltekkan didalam keadaan suhu kamar.
Setelah lebih kurang dua hari pendiaman tape menunjukkan ciri ciri sebagai
berikut warna agak kusam, rasanya lebih manis, tekstur menjadi lunak dan berair
serta berbau alkohol.
No Foto sebelum Foto sesudah Tekstur Rasa Aroma
1. Lunak dan Sedikit manis Berbau
berair alkohol
Bakteri yang berperan dalam proses fermentasi ini adalah bakteri saccharomyces
cerivisiae, bakteri ini dapat merubah karbohidrat menjadi alkohol, dan karbon
dioksida. Dalam fermentasi tape ketan terlibat beberapa mikro organisme yang
disebut dengan mikrobia perombak pati menjadi gula yang menjadikan tape pada
awal fermentasi terasa manis.yang menyebabkan tape ketan berubah menjadi
alkohol karena adanya bakteri actobakter aceti (mengubah alcohol menjadi asam
asetat).
Kegagalan dalam pembuatan tape dapat dipengaruhi beberapa factor, yaitu kurang
sterilnya tempat dan alat untuk proses pembuatan, kurang atau terlalu masak
dalam pengukusan ketan, terlalu banyak memberi ragi, jenis ragi kurang tepat,
pengemasan yang kurang memenuhi syarat, dll.
BAB V
A. Kesimpulan.
Setelah melakukan praktek atau percobaan, dapat kami simpulkan bahwa jamur
sangat berperan penting dalam proses pembuatan makanan (tape). Ketan yang
awalnya bertekstur keras setelah difermentasi selama 48 jam berubah menjadi
lembek dan berair, dan aromanya menjadi beraroma alkohol, rasanya pun menjadi
asam manis dan bercita rasa alkohol karena dalam proses permentasi terjadi
perubahan hidrolis pati menjadi glukosa dan maltose serta perubahan gula
menjadi alkohol dan asam organik.
B. Saran