Disusun Oleh
AZZAHRA NATASYA HAMBALI
(811420115)
Kelas E/ Semester 3
Di Indonesia orang sering menyebut sebagai “kencing manis”. Istilah ini tidak
salah sebab penderita diabetes sering sekali ditemukan kadar gula darah yang sangat
tinggi di dalam urine. Pada tahun 2000 di perkirakan sekitar 150 juta orang di dunia
mengidap diabetes mellitus jumlah ini akan meningkat pada tahun 2005 dan sebagian
besar peningkatan itu akan terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang seperti
indonesia. Pupolasi penderita diabetes di indonesia di perkirakan berkisar antara 1,5
sampai 2,5 persen kecuali di manado 6 %. Denagan penduduk 200 juta jiwa, berarti
lebih kurang 3-5 juta penduduk di indonesia menderita diabetes. Walaupun diabetes
mellitus bukan merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian secara
lamgsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat (Kurniali,2013).
gejala-gejala akibat diabetes mellitus pada usia lanjut yang sering di temukan adalah
(Bustan, 2007) :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retonipati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus vukvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visseral
11. Amiotropi
12. Ulkusneurotropik
13. Hipertensi
5. TRIAD EPIDEMIOLOGI (AGEN,HOST,ENVIRONMENT)
Model segi tiga epidemiologi menggambarkan relasi 3 komponen penyakit yaitu pejamu
(host), penyebab (agen) dan lingkungan (environment), perubahan pada satu
komponen akan mengakibatkan perubahan keseimbangan yang pada gilirannya akan
mempengaruhi kejadian penyakit (Irwan, 2017).
HOST/PEJAMU
1. Periode Pre-Patogenesis
Tahap ini individu berada dalam keadaan sehat/normal.Akan tetapi, telah terjadi
interaksi antara penjamu dengan agen di luar tubuh penjamu. Seseorang belum
merasakan gejala (symptom) dan belum dinyatakan menderita penyakit Diabetes
Melitus.Dapat berpindah menjadi pre-diabetes dipengaruhi oleh factor resiko
masing-masing individu (Hidayani, 2020).
2. Periode Pre-diabetes
Kondisi dimana gula darah seseorang berada antara kadar normal dan diabetes,
lebih tinggi daripada normal tetapi tidak cukup di kategorikan dalam diabetes
tipe 2, Belum terdapat abnormalitas dari metabolisme tetapi sudah membawa
faktor genetik (carries).
Dapat meningkat menjadi diabetes tipe 2 dalam kurun waktu 5-10 tahun
3. Perode Diabetes Kimiawi
Seseorang belum muncul gejala - gejala terkena penyakit diabetes
(asimptomatik) dan sudah terdapat abnormalitas metabolisme pada pemeriksaan
laboratorium.
4. Periode Klinis
Periode dimana penderita sudah menunjukan gejala-gejala dan tanda-tanda
penyakit diabetes mellitus.
5. Tahap Akhir Penyakit
Penyakit komplikasi yang muncul dari penyakit diabetes mellitus dapat
menimbulkan kecacatan atau kematian misalnya katarak, gangrene, stroke.
Apabila tidak muncul komplikasi, individu tersebut tetap akan menjadi carier atau
pembawa sifat penyakit dan dapat menularkan ke keturunan nya (Galuh Sistha,
2018).
8. DIAGNOSIS DIABETES MELITUS
Diabetes dapat di diagnosis melalui tiga cara:
1. Gejala klasik diabetes yang di sertai dengan kadar gula darah yang lebih dari
200 mg/dL.
A. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar
dan keluar nya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi
intrasel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang
hipertonik (sangat peka). Dehidrasi intra sel merangsang pengeluaran
ADH dan menimbulkan rasa haus.
B. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi. Gangguan aliran darah yang di jumpai pada pasien
diabetes lama juga berperan menimbulkan kelelahan.
C. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pasca absortif yang
kronik, katabolisme protein dan lemak. Dan kelaparan relatif sel-sel
(Safrudin,2008).
2. Kadar gula darah puasa (setelah puasa 8 jam atau lebih) yang lebih dari 126
mg/dl.
3. Kadar gula darah yang lebih dari 200 mg/dL setelah mengonsumsi 75 gram gula
oral (di sebut juga tes toleransi glukosa oral 2 jam)
komplikasi bisa bersifat akut, dan ada yang kronik. komplikasi akut di tandai dengan :
infeksi (karbunkel, angren, pielonefritis). terjadi ketoasidosis di ikuti koma. komplikasi
kronik berhubungan dengan kerusakan dinding pembuluh darah kecil di bagian ujung
organ yang disebut mikroangipati. manifestasinya berupa retinopati,
glomeruloskelerosis dan neuropati (Kurniali, 2013).
UPAYA PENCEGAHAN
Kunci utama pencegahan diabetes mellitus terletak pada tiga titik yang saling
berkaitan yaitu : pengendalian berat badan, olahraga, dan makanan yang sehat.
1. pencegahan Premodial kepada masyarakat yang sehat untuk berprilaku positif
mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari resiko diabetes
mellitus. Misalnya berperilaku hidup sehat, tidak merokok, makanan yang bergizi,
ataupun bisa diet, membatasi diri terhadap makanan tertentu atau kegiatan
jasmani yang memadai.
2. Promosi Kesehatan, d itunjukan pada kelompok beresiko untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko yang ada. Dapat dilakukan penyuluhan dan penambahan
ilmu terhadapa masyarakat.
3. Pemcegahan Khusus, di tujukan kepada mereka yang mempunyai resiko tinggi
untuk melakukan pemerikasaan atau upaya sehingga tidak jatuh ke diabetes
melitus. Upaya ini dapat berbentuk konsultasi gizi/dietetik.
4. Diagnosis Awal, dapat dilakukan dengan penyaringan (srcreening), yakni
pemeriksaan kadar gula darah kelompok resiko.
5. Pengobatan yang tepat, dikenal sebagai macam upaya dan pendekatan
pengobatan terdapat penderita untuk tidak jatuh ke diabetes mellitus yang lebih
berat atau komplikasi.
6. Disability Limitation, pembatasan kecacatan yang ditunjukan kepada upaya
maksimal mengatasi dampak komplikasi diabetes mellitus sehingga menjadi
lebih berat.
7. Rehabilitasi social maupun medis, memperbaiki keadaan yang terjadi akibat
komplikasi atau kecacatan yang terjadi karena diabetes mellitus. Upaya
rehabilitasi fisik berkaitan dengan akibat lannjut diabetes mellitus yang telah
menyebabkan adanya amputasi.
Dengan demikian, diabetes melitus sebagai salah satu raja penyakit memerlukan
manajemen pengendalian yang baik dan terbukti sangat efektif dan efisien. Strategi
efektif yang ditujukan kepada deteksi awala, peningkatan perawatan, dana self-
management akan menjadi kunci keberhasilan pencegahan komplikasi diabetes
(Bustan,2007).
DAFTAR PUSTAKA
Hasdianah HR dan Suprapto, dr. Sentot Imam. 2016. Patologi dan Patofisiologi
Penyakit. Yogyakarta. Nurha Medika
Kurniali, Peter C. 2013. Hidup Bersama Diabetes. Jakarta. PT Elex Media Komputindo .
Para dokter dan ahli WebMD. 2010. Kamus Kedokteran. Jakarta Barat. Permata Putri
Media.