Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH PERPAJAKAN KELAS A

PAJAK PENGHASILAN UMUM

Dosen Pengampu : Ana Mufidah, S.E., M.M

Digunakan untuk melengkapi tugas Kelompok 2

Oleh :

Gita Rahmawati 190810201021


Nurul Azizah 190810201023
Isti Hamdalah R.I.A 190810201025
Kamillaeni Jamillah 190810201032
Bachtiar Rahman 190810201033
Erwin Agusta W. 190810201038
M. Syahrijal D.M 190810201205

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2021
2

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada Subjek Pajak atas
penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak (Waluyo, 2010:89). Subjek Pajak
yang dimaksud adalah baik orang pribadi maupun badan (perusahaan). Penghasilan
suatu perusahaan akan dihitung dari catatan, buku, serta dokumen pendukung lainnya
yang dikelola dalam suatu sistem akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan. Dari
penghasilan perusahaan inilah yang akan dikenakan tarif pajak penghasilan. Pajak
penghasilan merupakan bagian dari laba bersih perusahaan.

Bagi pemerintah, pajak mempunyai fungsi sebagai sumber penerimaan


negara. Berdasarkan fungsi ini, pajak adalah bagian laba perusahaan yang seharusnya
diberikan ke pemerintah untuk mendukung pembangunan nasional. Hal ini
mengakibatkan semakin besar pajak yang disetorkan oleh perusahaan maka akan
semakin baik bagi pemerintah. Di sisi yang lain, bagi perusahaan pajak lebih sering
dianggap sebagai pos pengurang laba bersih yang seharusnya bisa diminimalkan oleh
perusahaan. Pajak diakui sebagai elemen utama dalam kebijakan pengeluaran
perusahaan (Modigliani dan Miller, 1958; dalam Wibisono, 2009). Bagi perusahaan,
pajak penghasilan adalah bagian laba bersih yang dibagikan ke pihak lain
(pemerintah), sehingga pajak akan mengurangi bagian laba yang 1 2 seharusnya
dapat dibagikan ke pihak manajemen, pemilik modal atau dimanfaatkan untuk
peningkatan investasi perusahaan (Guenther, 1994; dalam Wibisono, 2009).

Akuntansi komersial yang dibuat oleh perusahaan pada umumnya mengacu


pada aturan-aturan yang ditetapkan dalam Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
(PABU) dan di Indonesia hal tersebut telah diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan. Dalam menjalankan fungsi pajak, seringkali pemerintah menetapkan
beberapa aturan khusus dimana aturan tersebut berbeda dengan aturan akuntansi
yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan. Perbedaan-perbedaan inilah yang
kemudian menimbulkan akuntansi pajak yang berbeda dengan akuntansi komersial,
yang akhirnya berakibat pada perbedaan laba rugi menurut akuntansi dengan laba
rugi menurut fiskal. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan konflik antara
3

manajemen dengan pemerintah dalam perpajakan dan berdampak pada penerimaan


negara yang bersumber dari pajak harus terus dikembangkan dan ditingkatkan sesuai
dengan perkembangan perekonomian dan laju pembangunan nasional.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apa pengertian Pajak Penghasilan ?


2. Apa yang termasuk dalam subjek pajak dan bukan subjek pajak ?
3. Apa saja yang temasuk dalam objek pajak dan bukan objek pajak ?
4. Apa Perbedaan subyek pajak dalam negeri dan luar negeri ?
5. Bagaimana tarif pajak penghasilan dan penerapannya ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu :

1. Mengetahui pengertian pajak penghasilan.


2. Mengetahui subjek pajak dan bukan subjek pajak.
3. Mengetahui yang termasuk dalam objek pajak dan bukan objek pajak.
4. Mengetahui perbedaan subyek pajak dalam negeri dan luar negeri.
5. Mengetahui tarif pajak penghasilan dan perapannya.
4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Kategori Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang No 17 tahun 2000 pengertian Pajak penghasilan


adalah Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam satu tahun pajak atau suatu pungutan resmi yang ditujukan
kepada masyarakat yang berpenghasilan yang diperolehnya dalam tahun pajak untuk
kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai
suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Adapun pengertian lain Pajak Penghasilan menurut Erly Suandy (2011:43) :


PPh termasuk dalam kategori sebagai pajak subjektif, artinya pajak dikenakan karena
ada subjeknya yakni yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam
peraturan perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subjek
pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan pajak. Secara umum definisi Pajak
Penghasilan atau PPh adalah pajak yang dibebankan atas suatu penghasilan yang
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri.

Kategori Pajak Penghasilan

1. PPh yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi, yang terbagi atas pegawai
serta bukan pegawai maupun pengusaha.

2. PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau perusahaan, hingga
objek yang dikenakan PPh itu sendiri.

2.2 Subjek Pajak dan Bukan Subjek Pajak

a. Subjek Pajak

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang


diterima atau diperoleh selama tahun pajak Adapun subjek pajak adalah:

1. Orang pribadi dan atau warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak;
5

2. Badan; adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap

3. Bentuk usaha tetap. adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

a. tempat kedudukan manajemen; b. cabang perusahaan; c. kantor perwakilan; d.


gedung kantor; e. pabrik; f. bengkel; g. gudang; h. ruang untuk promosi dan
penjualan; i. pertambangan dan penggalian sumber alam; j. wilayah kerja
pertambangan minyak dan gas bumi; k. perikanan, peternakan, pertanian,
perkebunan, atau kehutanan; l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; m.
pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 dua belas) bulan;
n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas o.
agen atau pegawai dari perusahan asuransi yangtidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di
Indonesia; dan p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki,
disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.

b. Tidak Termasuk Subjek Pajak

Beberapa pihak yang tidak termasuk subjek pajak adalah :

a. Kantor perwakilan negara asing;


6

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari


negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersamasama mereka dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik;

c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan

2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal
dari iuran para anggota;

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada


huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha,
kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2.3 Obyek Pajak dan Bukan Obyek Pajak Penghasilan Umum

A. Obyek Pajak Penghasilan Umum

Pada pajak penghasilan yang menjadi obyek pajaknya adalah penghasilan,


yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pada dasarnya, obyek pajak
penghasilan dapat dibagi ke dalam empat kategori sebagai berikut :

1. Penghasilan dari hubungan pekerjaan, Penghasilan yang bisa diperoleh melalui


hubungan antara karyawan dan pihak pemberi kerja. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah gaji, honorarium, tunjangan, upah dan lain sebagainya.
2. Penghasilan dari kegiatan usaha, Penghasilan yang dimaksud adalah
penghasilan yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan seseorang untuk
menghasilkan keuntungan. Seperti, kegiatan perdagangan atau usaha tertentu.
7

3. Penghasilan modal, Penghasilan modal adalah penghasilan yang diterima


sebagai imbalan atas modal. Dimana penghasilan tersebut berupa uang, barang
modal, atau kekayaan intelektual. Seperti bunga sebagai imbalan atas peminjaman
uang, dividen sebagai imbalan atas penyertaan modal, royalti sebagai imbalan atas
penggunaan hak cipta, hak paten, dan lainnya.
4. Penghasilan lainnya, Yang dimaksud disini adalah sesuatu yang memenuhi
konsep dasar penghasilan, namun tidak termasuk dalam jenis penghasilan
hubungan pekerjaan, penghasilan kegiatan usaha, atau penghasilan modal. Contoh
penghasilan yang termasuk dalam kategori penghasilan lainnya, yaitu hadiah dan
penghargaan, pembebasan utang, dan beasiswa. Kemudian imbalan yang
diperoleh karena adanya satu perjanjian untuk tidak bersaing. Dan penghasilan
dari sanksi yang dikenakan keterlambatan dalam melakukan suatu pembayaran.

Dalam pasal 4 ayat 1 UU No.36 tahun 2008, yang termasuk kedalam obyek
pajak penghasilan umum sebagai berikut :

1. Gaji, upah, tunjangan, honorarium, uang pensiun, gratifikasi, komisi, bonus, dan
imbalan lainnya atas pekerjaan atau jasa.
2. Hadiah yang berasal dari undian atau pekerjaan dan penghargaan.
3. Laba usaha, keuntungan yang berasal dari penjualan atau pengalihan harta,
4. keuntungan atas pembebasan utang, dan keuntungan selisih kurs mata uang.
5. Bunga premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian utang, dividen,
dan premi asuransi.
6. Royalti, sewa dan penghasilan yang berhubungan dengan kegiatan penggunaan
harta, serta penghasilan yang berasal dari usaha berbasis syariah.
7. Tambahan kekayaan neto dari penghasilan yang belum terkena pajak.

B. Bukan Obyek Pajak Penghasilan Umum

Dalam pasal 4 UU No.36 tahun 2008 terdapat beberapa objek yang tidak
termasuk kedalam objek pajak penghasilan umum, sebagai berikut:

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
8

diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan,sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
3. Warisan;
4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat 1 huruf b sebagai pengganti saham/penyertaan modal;
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;
6. Pembayaran dari asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, dan asuransi bea siswa;
7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
b. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor;
8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
9

2.4. Perbedaan Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri

1. Pengertian Subjek Pajak Dalam dan Luar Negeri


Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam dan luar negeri.

A. Subjek pajak dalam negeri, Subjek pajak dalam negeri ditentukan berdasarkan
domisili pendiriannya atau lamanya suatu aktivitas bisnis dilakukan di Indonesia.
Subjek pajak dalam negeri adalah:
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1. Pembetukannya berdasarkan ketentuan perauran perundang-undangan;
2. Pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah ;
3. Penerimaannya dimasukkan anggaran pemerintah pusat/pemerintah daerah;
4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara;
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

B. Subjek Pajak Luar Negeri adalah:


a. Orang pribadi yang menerima penghasilan dari Indonesia apabila:
1. Tidak bertempat tinggal di Indonesia.
2. Berada di Indonesia tidak ebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
b. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
1. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
2. Menerima/memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak melalui BUT.

2. Perbedaan Subjek Pajak Dalam dan Luar Negeri Orang Pribadi

Menurut UU PPh dan PER-43/2011 perbedaan subjek pajak dalam negeri dan
subjek pajak luar negeri orang pribadi adalah sebagai berikut:
10

Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar negeri


 Orang pribadi bertempat tinggal di  Orang pribadi yang tidak bertempat
Indonesia, atau; tinggal di Indonesia, atau;
 Berada di indonesia > 183 hari dalam  Berada di Indonesia < 183 hari
jangka waktu 12 bulan, atau; dalam jangka waktu 12 bulan, atau;
 Berada di indonesia dan mempunyai  Tidak berada di Indonesia dan tidak
niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.

Subjek pajak dalam negeri orang pribadi akan menjadi wajib pajak dalam
negeri apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia dan besarnya penghasilan melebihi PTKP.
Sedangkan subjek pajak luar negeri orang pribadi (dan badan) dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia dengan atau tanpa menjalankan usaha
melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT).

3. Perbedaan Mendasar Antara Subyek Pajak Dalam dan Luar Negeri

Perbedaan yang mendasar di antara kedua subyek pajak antara lain:


a. Subjek perpajakan dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan, baik yang
diterima maupun diperoleh dari Indonesia atau dari luar negeri. Sementara itu,
subyek pajak luar negeri dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal
dari sumber penghasilan yang ada di Indonesia.
b. Subjek perpajakan dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan neto
dengan tarif pajak umum. Sementara itu, subjek luar negeri dikenakan pajak
terutang berdasarkan pada penghasilan bruto dengan pengenaan tarif sepadan alias
tarif tunggal terhadap seluruh objek pajak berapa pun nilai yang terkandung.
c. Subjek perpajakan dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) yang berguna sebagai sarana untuk menetapkan
besar pajak yang terutang dalam satu tahun pajak tertentu. Sementara itu, bagi
subjek luar negeri tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) karena kewajiban perpajakannya telah dipenuhi
melalui pemotongan pajak yang bersifat final.
11

2.5.Tarif Pajak Penghasilan dan Penerapannya

Studi Kasus Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak


Badan Koperasi Karyawan Natour Hotel Garuda

Koperasi Karyawan Natour Garuda merupakan koperasi karyawan Hotel Inna


Garuda. Sehingga anggotanya terbatas pada karyawan Hotel Inna Garuda dan
karyawan koperasi. Jumlah anggota Kopkar Natour Hotel Garuda pada tahun 2009
adalah 350 orang dan anggota pada tahun 2010 adalah 338 orang. Kopkar Natour
Hotel Garuda berstatus badan hukum No. 1601/BH/XI/89 pada tanggal 17 Maret
1989. Kemudian pada tanggal 29 Maret 1997 Kopkar Natour Hotel Garuda
mengalami perubahan anggaran dasar dengan No. III/BH/PAD/KWK-12/III/1997.
Laporan keuangan Kopkar Natour Hotel Garuda tahun 2010 yang terdiri dari neraca,
laporan Sisa Hasil Usaha, dan penghitungan Pajak Penghasilan terutang koperasi
yang telah disusun oleh koperasi. Berikut ini disajikan data- data koperasi yang
diperoleh penulis pada tahun 2010:
a. Neraca, Neraca menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
koperasi pada tahun 2010.

Aktiva (Rp) Pasiva (Rp)


Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Kas 12,855,380 Hutang anggota -
Bank 66,380,769 Hutang bukan 96,077,175
anggota
Piutang anggota 610,208,903 Hutang pajak -
Piutang bukan 302,663,819 Hutang lain-lain 138,105,282
anggota
Piutang ragu - Dana sosial 5,009,326
Persediaan 69,115,318 Dana pendidikan 16,281,916
Barang konsinyasi - Dana resiko 9,911,032
Beban dibayar 18,667,202 Dana pembangunan 705,293
dimuka daerah
Simpanan sukarela 146,262,398
Pendapatan dimuka -
Jumlah Aktiva 1,079,891,391 Jumlah Kewajiban 412,352,422
Lancar Lancar
Investasi Jangka 36,661,162 Kewajiban Jangka 217,201,678
12

Pendek Panjang
Aktiva Tetap Ekuitas
Kendaraan 249,266,000 Simpanan pokok dan 442,527,908
wajib
Peralatan 13,483,750 Modal 38,446,499
Komputer 14,460,000 Cadangan umum 95,528,849
Peralatan lain-lain 19,175,500
Ak. penyusutan (167,638,713)
Jml Aktiva Tetap 128,746,537 Sisa Hasil Usaha 39,241,734
Aktiva Lain-lain
Nilai Buku 128,746,537 Jumlah Kekayaan 576,503,256
Aktiva Bersih
Total Aktiva 1,245,299,090 Total Pasiva 1,245,299,090
Sumber: Kopkar Natour Hotel Garuda

b. Penghitungan Sisa Hasil Usaha dan PPh Badan Koperasi, Penghitungan Sisa
Hasil Usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha
pada periode tertentu. Berikut merupakan laporan penghitungan Sisa Hasil Usaha
Kopkar Natour Hotel Garuda pada tahun 2010:
Penjualan Rp 2.570.088.951,00
Harga pokok penjualan Rp 1.581.604.454,00
Laba Kotor Rp 988.484.497,00

Ko Koperasi SHU dipergunakan untuk: Rp39.241.734,00

1) Kesejahteraan anggota 50% 19.620.867,00


R
p
2) Jasa pengurus dan pengawas 15% R5.886.260,00
p
3) Biaya pendidikan 10% R3.924.173,00
p
4) Cadangan umum 15% R5.886.260,00
p
5) Dana sosial 5% R1.962.087,00
p

6) Kesejahteraan karyawan 5% Rp 1.962.087,00

Jumlah SHU yang dibagi Rp 39.241.732,00


13

Dari penghitungan Sisa Hasil Usaha di atas diketahui jumlah SHU Kopkar
Natour Hotel Garuda pada tahun 2010 adalah sebesar Rp39.241.734,00. Menurut
SPT Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Kopkar Natour Hotel Garuda tahun 2010,
SHU sebesar Rp39.241.734,00 dibagikan kepada anggota, dan bagi Kopkar Natour
Hotel Garuda diperlakukan sebagai Penghasilan Kena Pajak. SPT Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan Kopkar Natour Hotel Garuda tahun 2010, menunjukkan besarnya
PPh yang terutang adalah:
Penghasilan Kena Pajak Rp 39.241.734,00
PPh terutang (25%X50%XRp39.241.734,00) Rp 4.905.217,00
Setoran masa PPh tahun 2010 Rp 3.300.000,00

PPh Kurang Bayar Rp 1.605.217,00


Dari penelitian diperoleh data tambahan dari koperasi sebagai berikut:
a. Pada penghasilan lain koperasi sebesar Rp88.270.470,00, terdapat pendapatan
bunga tabungan sebesar Rp1.065.819,00 yang telah dikenakan PPh final.
b. Pada biaya administrasi dan umum sebesar Rp 164.780.266,00 terdapat:
1) Biaya parcel yang dikeluarkan oleh koperasi untuk membeli parcel yang
diberikan kepada karyawan pada saat Lebaran sebesar Rp18.300.000,00.
2) Biaya sponsor HUT RI yang dikeluarkan koperasi dalam rangka hari ulang
tahun kemerdekaan RI sebesar Rp2.225.000,00
3) Biaya Pajak Penghasilan sebesar Rp8.700.000,00.
4) Biaya lain-lain sebesar Rp8.823.000,00. Dalam biaya lain-lain tersebut terdapat
sumbangan untuk anggota, keluarga anggota dan karyawan yang opname dan
yang meninggal sebesar Rp3.875.000,00 dan terdapat sumbangan buku tulis
untuk seluruh anggota sebesar Rp2.979.000,00.

B. Koreksi Fiskal atas Penghasilan dan Biaya Kopkar Natour Hotel Garuda
Laporan keuangan yang disusun oleh pihak Kopkar Natour Hotel Garuda
disebut sebagai laporan keuangan komersial. Sedangkan laporan keuangan yang
digunakan sebagai dasar untuk menghitung Pajak Penghasilan terutang disebut
sebagai laporan keuangan fiskal. Berikut perhitungannya:
1. Pada penghasilan lain koperasi sebesar Rp88.270.470,00, termasuk pendapatan
bunga tabungan sebesar Rp1.065.819,00 yang telah dikenakan PPh final sebesar
14

20%. Menurut UU No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2) huruf a tentang Pajak
Penghasilan, penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota orang pribadi dikenai pajak bersifat final.
2. Pada biaya administrasi dan umum sebesar Rp 164.780.266,00 terdapat:
a. Biaya parcel oleh koperasi untuk membeli parcel yang diberikan kepada
karyawan saat Lebaran sebesar Rp18.300.000,00 berdasarkan UU. No.36 Tahun
2008 Pasal 9 ayat (1) huruf e tentang Pajak Penghasilan merupakan penggantian
atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan.
b. Biaya sponsor HUT RI koperasi dalam rangka hari ulang tahun kemerdekaan RI
sebesar Rp2.225.000,00 berdasarkan UU No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1)
huruf g tentang Pajak Penghasilan.
c. Biaya Pajak Penghasilan sebesar Rp8.700.000,00 berdasarkan UU No.36
Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf h tentang Pajak Penghasilan.
d. Biaya lain-lain sebesar Rp8.823.000,00. Dalam biaya lain-lain tersebut terdapat
sumbangan untuk anggota, dan karyawan yang opname dan yang meninggal
sebesar Rp3.875.000,00 dan terdapat sumbangan buku tulis untuk seluruh
anggota sebesar Rp2.979.000,00 berdasarkan UU. No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat
(1) huruf g tentang Pajak Penghasilan.
Berdasarkan analisis data di atas, penulis menyusun koreksi fiskal atas
laporan keuangan komersial koperasi tahun 2010 sebagai berikut:

Koreksi
Keterangan Komersial Fiskal (Rp)
Fiskal
(Rp)
(Rp)
Pendapatan usaha
Pendapatan Toko 1,182,457,740 1,182,457,740
Pendapatan Taksi 123,506,092 123,506,092
Pendapatan Simpan Pinjam 15,877,890 15,877,890
Pendapatan Sewa 375,619,579 375,619,579
Pendapatan Parkir 12,000,000 12,000,000
Pendapatan Gamelan 99,040,543 99,040,543
Pendapatan Wartel 769,450 769,450
15

Pendapatan Fotokopi 25,680,230 25,680,230


Pendapatan EDR 646,866,957 646,866,957
Pendapatan Lain-lain 88,270,470 (1,065,819) 87,204,651
Total Pendapatan 2,570,088,951 2,569,023,132

Harga pokok Penjualan (1,581,604,454) (1,581,604,454)

Laba kotor 988,484,497 987,418,678


Biaya Gaji

Gaji Simpan Pinjam (9,110,000) (9,110,000)


Gaji Toko
(14,040,000) (14,040,000)
Gaji Karyawan Taksi
(22,200,000) (22,200,000)
Gaji Karyawan Sewa
Gaji Karyawan Taman (38,890,000) (38,890,000)
danGamelan
Gaji (46,634,200) (46,634,200)
KaryawanFotokopi (10,420,000) (10,420,000)
Gaji Karyawan EDR (56,370,000) (56,370,000)
Jasa Pengurus (23,545,040) (23,545,040)
Total Biaya Gaji (221,209,240) (221,209,240)

Biaya adm. dan umum


THR dan uang makan puasa
karyawan dan pengurus (17,803,800) (17,803,800)
Parcel (18,300,000) 18,300,000 0
Biaya cek dan (7,032,798) (7,032,798)
administrasi (8,050,000) (8,050,000)
Biaya Transportasi
(8,823,000) 6,854,000 (1,969,000)
(12,223,200) (12,223,200)
Inventory, lembur, dll
(7,260,000) (7,260,000)
Biaya materai dan alat
(8,700,000) 8,700,000 0
tulis Biaya transportasi
(15,886,200) (15,886,200)
SPPD Biaya PPh
Biaya Perwina (14,615,675) (14,615,675)
(2,225,000) 2,225,000 0
Biaya Peralatan
KantorSponsor HUT (27,573,900) (27,573,900)
Jamsostek (590,000) (590,000)
Iuran Dekopinda (15,696,693) (15,696,693)
Biaya Pendidikan
Total Biaya adm. dan (164,780,266) (128,701,266)
16

umum

Biaya Organisasi
Biaya Transportasi RAT (41,250,000) (41,250,000)
Biaya Transportasi RAT
(2,175,000) (2,175,000)
Biaya konsumsi
(11,750,774) (11,750,774)
RAT Biaya door
prize Kesejahteraan (3,805,000) (3,805,000)
Anggota (78,483,467) (78,483,467)
Total Biaya Organisasi (137,464,241) (137,464,241)
Biaya
Perawatan
Komputer (348,000) (348,000)
Mobil Elf (2,878,332) (2,878,332)
Mobil Inova (1,815,000) (1,815,000)
Perpanjangan STNK (2,126,700) (2,126,700)
Perbaikan Kijang
(3,695,068) (3,695,068)
Asuransi mobil dan
(1,500,000) (1,500,000)
motor
Total Biaya Perawatan (12,363,100) (12,363,100)
Biaya Modal
Penyusutan mobil (9,218,996 (9,218,996)
Penyusutan aktiva ) (2,760,000)
lain (2,760,000
)
Total Biaya Modal (11,978,996) (11,978,996)
Biaya Operasional
Telepon Tas Kresek
Transportasi Becak Kain (899,577) (899,577)
Seragam Kertas Fotokopi (3,226,400) (3,226,400)
Bensin dan Oli (3,935,000) (3,935,000)
Biaya Makan Karyawan (4,351,000) (4,351,000)
Komisi Taksi (7,016,350) (7,016,350)
Biaya Sewa Elf Biaya (53,764,093) (53,764,093)
Sewa Avanza Biaya Sewa (49,160,000) (49,160,000)
LCD (68,744,500) (68,744,500)
Biaya Sewa Inova (66,000,000) (66,000,000)
(54,200,000) (54,200,000)
(34,050,000) (34,050,000)
(56,100,000) (56,100,000)
Total Biaya Operasional (401,446,920) (401,446,920)
17

Total Biaya Usaha (949,242,763) (913,163,763)

Laba Bersih Sebelum 39,241,734 74,254,915


Pajak
b. Penghitungan PPh Terutang Wajib Pajak Badan Kopkar NatourHotel
Garuda Berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2008
Setelah melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial koperasi,
langkah selanjutnya adalah menghitung kembali Pajak Penghasilan terutang Wajib
Pajak Badan Kopkar Natour HotelGaruda sebagai berikut:
Penghasilan termasuk Objek Pajak Rp 987.418.678,00
Biaya fiskal yang boleh dikurangkan (Rp 913.163.763,00)
Jumlah penghasilan neto fiskal Rp 74.254.915,00

Kompensasi kerugian tahun sebelumnya (Rp 0,00)

Penghasilan Kena Pajak Rp 74.254.915,00


Penghitungan PPh terutang:
Penghasilan Kena Pajak Rp 74.254.915,00
Dibulatkan Rp 74.254.000,00
PPh Badan terutang:
25% X 50% X Rp 74.254.000,00 Rp 9.281.750,00
Setoran masa PPh tahun 2010 Rp 3.300.000,00

PPh Kurang Bayar Rp 5.981.750,00


Pada analisis data di atas ditemukan penghitungan yang berbeda pada
penghitungan biaya administrasi dan umum, berikut uraian penyebab dari perbedaan
penghitungan tersebut:
a. Pada biaya administrasi dan umum menurut penghitungan sebesar Rp
128.701.266,00 sedangkan yang dilaporkan dalam SPT adalah sebesar Rp
164.780.266,00. Perbedaan ini disebabkan karena koperasi mengeluarkan biaya yang
menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Biaya-biaya tersebut adalah:
1. Biaya parcel sebesar Rp 18.300.000,00 merupakan natura bagi karyawan koperasi.
Bagi koperasi pengeluaran natura boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan
menurut undang-undang perpajakan, natura yang diberikan oleh koperasi kepada
18

karyawannya tidak boleh dibebankan sebagai biaya untuk mengurangi


penghasilan bruto dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak.
2. Biaya Pajak Penghasilan sebesar Rp8.700.000,00. Biaya Pajak Penghasilan
berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf h tentang
Pajak Penghasilan merupakan biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak.
3. Biaya lain-lain sebesar Rp 6.854.000,00 merupakan biaya yang dikeluarkan
koperasi untuk sumbangan kepada karyawan yang melahirkan, dan anggota
koperasi yang opname atau meninggal serta pengeluaran bantuan buku tulis
kepada seluruh anggota.
4. Biaya sponsor HUT sebesar Rp 2.225.000,00 adalah biaya sumbangan hari
kemerdekaan RI.
Dari analisis data di atas terdapat perbedaan pengakuan pendapatan pada
item penghasilan lain-lain. Hal ini dikarenakan pihak koperasi tetap
memperhitungkan pendapatan bunga tabungan dalam pendapatan lain-lain.
Sedangkan menurut undang-undang perpajakan, pendapatan bunga tabungan sudah
dikenai PPh final sebesar 20% sehingga tidak perlu digabungkan dengan penghasilan
lain-lain dalam penghitungan PPh pada SPT Tahunan. Langkah berikutnya adalah
membandingkan besarnya PPh terutang yang dihitung koperasi dengan yang
dihitung oleh penulis berdasarkan undang-undang perpajakan, sebagai berikut:

Perbandingan PPh Koperasi dengan Berdasarkan UU Perpajakan


Laporan keuangan
PPh Terutang koperasi (Rp) UU perpajakan (Rp)
Tahun 2010 4,905,217 9,281,750
Dari tabel di atas diketahui terdapat selisih penghitungan Pajak Penghasilan
terutang koperasi dengan yang dihitung. Hal ini disebabkan karena adanya biaya-
biaya yang menurut Standar Akuntansi Keuangan dapat mengurangi penghasilan
bruto, namun menurut undang-undang perpajakan biaya-biaya tersebut tidak dapat
mengurangi penghasilan bruto. Perbedaan perlakuan tersebut mengakibatkan jumlah
PPh terutang koperasi setelah koreksi fiskal menjadi Rp 9.281.750,00 dan PPh
Kurang Bayar sebesar Rp5.981.750,00.
19

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan subyek pajak


penghasilan yang diterima dalam satu tahun. Dlam pajak juaga terdapat subyek pajak
dan bukan subyek pajak serta ojek pajak dan bukan objek pajak yang dimana
terdapat beberapa perusahaan atau badan yang termasuk dalam subyek pajak yang
dapat dikenakan tarif pajak penghasilan. Subjek pajak terbagi menjadi 2 yaitu subjek
pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Sedangkan objek dari pajak secara
umum adalah penghasilan. Contoh objek pajak adalah penghasilan dari pekerjaan,
penghasilan usaha, penghasilan modal, dan penghasilan lainnya.

Terdapat penghasilan yang bisa dikenakan tariff pajak danda beberapa


golongan penghasilan seperti sumbangan yang tidak tergolong dalam buan obyek
pajak. Selain itu juga terdapat perbedan anatar subyek pajak dalam negeri dan luar
negeri yang dimana didalamnya terdapat aturan yang berlaku yang harus ditaati.
Tarif pajak penghasilan yang sudah ditentukan ini juga diterapan dalam kehidupan
sehari-hari yang dimana pemerintah menagih pajak pada perusahaan atau badan yang
termasuk dalam objek dan juga subyek pajak.
20

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. & Madya, W. 2014. Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Jakarta Barat : Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Pajak Penghasilan. Jakarta : Kementrian Keuangan
Republik Indonesia.
Hikmah, N. Bone, H. & Salma P. Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Badan
Terutang. Jurnal Ilmu Akuntansi Mulawarman. Vol. 5 No.1 (1-8).
Isroah, 2013. Perpajakan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Nabilah, N.N., & Harpsari, N.N. 2016. Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Pph
21 sebagai Upaya Penghematan. Jurnal Perpajakan (JEJAK). Vol 8 No.1.
Online Pajak. 2018. Subjek Pajak : Pengertian, Jenis dan Perbedaan yang Perlu
Diketahui. https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/subjek-pajak [Diakses
tanggal 23 Juli 2021].
Pajakku. 2020. Definisi Pajak Serta Objek dan Bukan Objek Penghasilan.
https://www.pajakku.com/read/5ea94c714f82f47aac7806ee/Definisi-Pajak-
Penghasilan [Diakses tanggal 23 Juli 2021].

Anda mungkin juga menyukai