Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEJAHATAN TERHADAP NYAWA & HARTA KEKAYAAN

“HOMOSEKSUAL”

Dosen Pengampu:
Dewi Muti’ah. MH
Disusun Oleh:
Aprilia Darmayanti 180111100213
Bramada Pratama Putra 180111100216
Omega Kristhin Pigome 180111100240
Moh Dzul Qomaril Khosain 180111100255
Gita Millenia Prameswari 180111100260
Farhanah Aprilyanti 180111100261

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku
antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi seksual,
homoseksualitas mengacu kepada "pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman
seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis" terutama atau secara eksklusif pada orang
dari jenis kelamin sama, "Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang
identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan
dalam komunitas lain yang berbagi itu."
Homoseksualitas adalah salah satu dari tiga kategori utama orientasi seksual, bersama
dengan biseksualitas dan heteroseksualitas, dalam kontinum heteroseksual-homoseksual.
Ilmuwan tidak tahu secara pasti apa yang menentukan orientasi seksual seseorang, tetapi
mereka menduga bahwa orientasi seksual dipicu oleh kombinasi faktor genetik, hormon, dan
lingkungan, dan bukanlah suatu pilihan. Mereka mengacu kepada teori-teori yang
berbasiskan pada biologi, yang menyebut faktor genetik, lingkungan awal di uterus, atau
keduanya. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pengalaman pada masa kecil berperan
terhadap orientasi seksual. Selain itu, upaya untuk mengubah orientasi seksual juga tidak
didukung oleh bukti-bukti ilmiah.
Istilah umum dalam homoseksualitas yang sering digunakan adalah lesbian untuk
perempuan pecinta sesama jenis dan gay untuk pria pecinta sesama jenis, meskipun gay dapat
merujuk pada laki-laki atau perempuan. Bagi para peneliti, jumlah individu yang
diidentifikasikan sebagai gay atau lesbian — dan perbandingan individu yang memiliki
pengalaman seksual sesama jenis — sulit diperkirakan atas berbagai alasan. Dalam
modernitas Barat, menurut berbagai penelitian, 2% sampai 13% dari populasi manusia adalah
homoseksual atau pernah melakukan hubungan sesama jenis dalam hidupnya. Sebuah studi
tahun 2006 menunjukkan bahwa 20% dari populasi secara anonim melaporkan memiliki
perasaan homoseksual, meskipun relatif sedikit peserta dalam penelitian ini menyatakan diri
mereka sebagai homoseksual. Perilaku homoseksual juga banyak diamati pada hewan.
Banyak individu gay dan lesbian memiliki komitmen hubungan sesama jenis, meski
hanya baru-baru ini terdapat sensus dan status hukum/politik yang mempermudah enumerasi
dan keberadaan mereka. Hubungan ini setara dengan hubungan heteroseksual dalam hal-hal
penting secara psikologis. Hubungan dan tindakan homoseksual telah dikagumi, serta
dikutuk, sepanjang sejarah, tergantung pada bentuknya dan budaya tempat mereka didapati.
Sejak akhir abad ke-19, telah ada gerakan menuju pengakuan keberadaan dan hak-hak legal
bagi orang-orang homoseksual, yang mencakup hak untuk pernikahan dan kesatuan sipil, hak
adopsi dan pengasuhan, hak kerja, hak untuk memberikan pelayanan militer, dan hak untuk
mendapatkan jaminan sosial kesehatan.1
Homoseksual merupakan perbuatan asusila yang sangat menyimpang dan
menunjukkan pelakunya seorang yang mengalami penyimpangan psikologis dan tidak
normal. Berbicara tentang homoseksual di negara-negara maju, maka kondisinya sudah
sangat memprihatinkan. Di negara-negara tersebut kegiatannya sudah dilegalkan dan yang
lebih menyedihkan lagi, bahwa 'virus' ini ternyata juga telah mewabah di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. Masalah homoseksual dan lesbian di Indonesia kini
memasuki babak-babak yang semakin menentukan. Sebagai sebuah negeri Muslim terbesar,
Indonesia menjadi ajang pertaruhan penting perguliran kasus ini. Anehnya, hampir tidak ada
organisasi dan tokoh umat yang serius menanggapi masalah ini. Padahal, ibarat penyakit,
masalahnya sudah semakin kronis, karena belum mendapatkan terapi yang serius.

Homoseksual adalah ras ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara
individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas
mengacu kepada pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang,
atau ketertarikan romantis terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama,
Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial
berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang
berbagi itu.

Di Indonesia, homoseksualitas ini sudah menyebar ke beberapa wilayah kota-kota


besar, perilaku menyimpang ini sudah sangat meresahkan seluruh elemen masyarakat
khususnya yang ada di Indonesia. Bagaimana tidak, LGBT ini sudah merusak peradaban
manusia dan menyalahi aturan yang sudah ditentukan dalam kodrat manusia. Tidak hanya
merubah kodrat manusia, LGBT ini juga nantinya akan berimbas pada kejahatan baru atau
kriminalitas dimana kejahatan ini jika dibiarkan akan berakibat buruk pada masa depan
bangsa Indonesia. Kejahatan merupakan suatu fenomena yang dapat dipahami dari berbagai
sisi yang berbeda, maka tidak heran kalau dalam suatu peristiwa kejahatan akan terdapat
berbagai komentar yang saling berbeda.
1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas
Dalam prakteknya kita mengetahui bahwa LGBT ini berusaha dan mendesak kepada
pemerintah untuk segera melegalkan keberadaaya dengan cara aksi di ibu kota, ini sangatlah
disayangkan melihat bahwa LGBT ini jelas sangat melanggar norma kemanusiaan karena
telah melanggar kodrat manusia itu sendiri. Namun yang paling sangat disayangkan adalah
peraturan perundang-undangan atau hukum yang mengatur dan melarang mengenai
keberadaan LGBT ini belum diatur baik di undang-undang hukum pidana maupun di undang-
undang lainnya. Sudah sangat jelas jika LGBT ini berjuang untuk menegakkan komunitasnya
di tanah air karena hukum kita pun lemah untuk melawannya, belum termasuk dukungan dari
Internasional yang mendukung komunitas LGBT ini ditegakkan di Indonesia.

Indonesia kini dalam darurat bahaya LGBT, menurut suara.com

bahwa:

“Aktivis hak-hak lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) Dede Oetomo
menyebut jumlah gay di Indonesia ada ratusan ribu orang. Bahkan ada yang
memperkirakan 3 persen dari penduduk Indonesia adalah kaum LGBT. Data itu
diperoleh dari rili Kementrian Kesehatan di tahun 2006. Jumlah gay saat itu adalah
760 ribuan orang, sementara waria 28 ribu orang.

Dari data diatas kita ketahui bahwa LGBT ini sudah sangat menyebar dan jika
dibiarkan akan sangat membahayakan khususnya bagi para penerus bangsa, para komunitas
LGBT ini akan terus menyebar dan mencoba memperluas keberadaanya agar mereka bisa
diterima di masyarakat. Mereka melakukan ini semua karena mereka menggap bahwa itu
adalah bagian dari hak hidup mereka. Memang, setiap manusia pasti memiliki hak yang
diberikan oleh undang-undang dan dilindungi oleh undang-undang, namun kita harus ketahui
juga bahwa setiap hak yang diberikan oleh undang-undang tidak seluruhnya dapat dilakukan,
karena kita juga harus menghargai hak orang lain dan jangan sampai kita melanggar hak
orang lain.

Mengenai LGBT ini sebernarnya telah melanggar hak orang lain, karena hampir
seluruh elemen maasyarakat menolak keberadaan LGBT yang dianggap meresahkan dan
merupakan suatu penyimpangan di masyarakat yang melanggar norma-noma yang berlaku.
Menurut R.Soesilo bahwa:

“Kejahatan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu pengertian kejahatan dari
sudut pandang yuridis, bahwa kejahatan adalah suatu perbatan yang tingkah lakunya
bertentangan dengan kaidah-kaidah dalam Undang-Undang. Sedangkan, pengertian
kejahatan dari sudut pandang Sosiologis, bahwa kejahatan adalah perbuatan atau
tingkah laku yang selain merugikan si penderita juga merugikan masyarakat, yaitu
berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban.”

Menurut pakar ahli tersebut kita dapat melihat bahwa kejahatan tidak hanya suatu
perbuatan yang melanggar peraturan yang tertera didalam undang-undang saja, melainkan
suatu perbuatan yang menurut masyarakat itu adalah perbuatan yang sangat merugikan,
mengganggu ketertiban dan kenyamanan atau bahkan menghilangkan keseimbangan di
masyarakat pun itu sudah termasuk kejahatan yang mungkin sanksi yang akan diterapkannya
akan berbeda dengan sanksi yang diterapkan di dalam undang-undang.

Mengenai komunitas LGBT yang sedang hangat dibicarakan di tanah air ini
sebenarnya menuai banyak kekurangan didalam hal peraturan hukum yang mengaturnya,
pengaturan hukum mengenai kejahatan terhadap kesusilaan diatur didalam KUHP terdapat
dalam Pasal 281 hingga 303.

Jika kita melihat ddidalam Pasal 281 yang mengatur tentang kejahatan terhadap
kesusilaan, bahwa:

“Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:

1. Barangsiapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan,


2. Barangsiapa dengan sengaja dan didepan orang lain yang ada disitu bertentangan
dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.”

Dalam hal ini, perlu pula diketahui apa yang dimaksud dengan kesopanan dalam Pasal
281 KUHP. R. Soesilo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesopanan yaitu dalam
arti kata kesusilaan, perasaan malu yang berhubungan nafsu kelamin misalnya bersetubuh,
meraba buah dada perempuan, meraba tempat kemaluan wanita, memperlihatkan anggota
kemaluan wanita atau pria, mencium, dan sebagainya. Pengrusakan kesopanan ini semuanya
dilakukan dengan perbuatan. Sifat merusak kesusilaan perbuatan-perbuatan tersebut kadang-
kadang amat tergantung pada pendapat umum pada waktu dan tempat itu.

Adapun didalam pasal yang berbeda yang menjelaskan mengenai kesusilaan, jika kita
lihat di dalam Pasal 292 KUHP tersirat:
“Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin
yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan
pidana penjara penjara paling lama lima tahun.”

Jika kita melihat pasal diatas bahwa maksud dari pasal tersebut ditujukan kepada
korban sesama jenis yang usianya dibawah umur atau belum dewasa atau masih anak-anak,
jelas ini sangat berbeda dan tidak dapat dijadikan dasar hukum jika kasus LGBT yang akan
ditanganinya, artinya bahwa disini pun masih terdapat kekosongan hukum yang harus segera
dibenahi jika negara benar-benar ingin melawan komunitas LGBT yang sudah sangat
meresahkan, negara juga harus bisa mengobati para LGBT karena LGBT merupakan suatu
penyakit yang pasti bisa disembuhkan.2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud Homoseksual?
2. Bagaimana Prespektif Hukum Pidana terhadap Homoseksual?
3. Bagaimana peran masyarakat terhadap Homoseksual?
C. TUJUAN
Tujuannya agar kelompok 7 dan pembaca mengetahui apa yang dimaksud dengan
Homoseksual yang dipandang dari Prespektif Hukum Pidana bahwa peranan
masyarakat terhadap homoseksual sangatlah penting.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
http://repository.unpas.ac.id/12287/3/F.%20BAB%20I.pdf
Homoseksual menurut Prof Dadang Hawari adalah rasa tertarik secara perasaan kasih
sayang, hubungan emosional dan atau secara erotik, terhadap jenis kelamin yang sama,
dengan atau tanpa hubungan seks dengan mulut atau dubur. Homoseksual ini merupakan satu
bentuk perilaku seks yang menyimpang. Sedangkan definisi lesbian adalah sama dengan
homoseksual, namun lesbianisme berlaku untuk sesama pasangan perempuan.3

Definisi yang lain menyatakan bahwa homoseksual dikenal dengan istilah liwath.
Imam Ibnu Qudamah mengatakan bahwa telah sepakat (ijma) seluruh ulama mengenai
haramnya homoseksual (ajma’a ahlul ‘ilmi ‘ala tahrim al-liwaath). Lesbianisme dalam kitab-
kitab fikih disebut dengan istilah as-sahaaq atau almusahaqah. Definisinya adalah hubungan
seksual yang terjadi di antara sesama wanita. Tak ada khilafiyah di kalangan fukaha bahwa
lesbianism hukumnya haram. Keharamannya antara lain berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
“Lesbianisme adalah Bagaikan zina di antara wanita (as-sahaq zina an-nisaa` bainahunna).4

Para ahli membagi tingkatan ketertarikan jenis kelamin ini dalam lima tingkatan,
Yaitu:5

a. Heteroseksual murni (100%)


b. Terdapat ketertarikan baik heteroseksual maupun homoseksual, namun heteroseksual
lebih menonjol daripada homoseksualnya (misalnya 75% heteroseksual, 25%
homoseksual)
c. Ketertarikan terhadap heteroseksual dan homoseksual kurang lebih sama (50%- 50%)
d. Ketertarikan terhadap homoseksual lebih menonjol daripada terhadap heteroseksual)
e. Homoseksual murni (100%) Penyelidikan epidemiologi memberikan data bahwa
homoseksual terdapat hamper pada semua bentuk budaya dan lapisan masyarakat
sepanjang sejarah, termasuk kondisi sosial masyarakat modern dan industrialis
dewasa ini.

DR Joseph Nicolosi seorang psikolog klinis menyatakan bahwa sepanjang hidupnya,


tulisan Freud tentang homoseksualitas menunjukkan bahwa dia secara konsisten memahami

3
Ahmadi, A. (1991) Dasar Dasar PendidikanAgama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
4
Al-Utaibi, S. (1424) Al-Mausu’ah Al-Jina`iyah al-Islamiyah. Maktabat al-Rushd.
5
Brinkmann, S. (2004) Health Risks of The Homosexual Lifestyle. Catholic Standard & Times,
homoseksualitas sebagai fiksasi yang tidak terselesaikan, dan bukan sekadar preferensi
berdasarkan pilihan bebas.6

Dia menjelaskan bahwa homoseksualitas adalah penggelinciran/keluar dari objek


seksual alami. Freud menjelaskan bahwa penyimpangan yang ada dari seksualitas normal
adalah turunan dari hambatan perkembangan dan infantilisme. Mengenai sebab-akibat
homoseksualitas, dia menulis bahwa penyimpangan seksual pada orang dewasa -
penyimpangan, fetishisme, inversi (homoseksualitas) akan mengungkapkan sebuah penyebab
yang mengarah pada fiksasi di masa kecil.7

Cameron menguatkan bahwa homoseksual sebagai sesuatu yang abnormal dalam


teorinya yang menyatakan bahwa gejala hubungan antar jenis seksual yang sama adalah suatu
bentuk kelainan seksual (sexual deviation).8

Hal ini disebabkan karena pola hubungan seksual tersebut yang tidak diakhiri dengan
senggama heteroseksual, meskipun secara obyektif dimungkinkan untuk mengadakan
hubungan seksual. Kelainan seksual ini kemudian digolongkan sebagai kelainan kepribadian.
Sejurus Dengan itu, pendapat Hurlock kemudian menguatkan bahwa tingkah laku seksual
yang wajar berarti bahwa heteroseksualitas di mana minat seksual dan afeksi difokuskan pada
jenis kelamin yang berbeda.9

BAB III

PEMBAHASAN
6
Gilbert, K. (2008) 17, 2008. Study: Homosexual Lifestyle Strongly Linked to Depression, Suicide
This data.
7
May-June. Cameron, N. (1993) Personality Development and Psychopathology.
8
Fethers, K. and Et Al (2000) Sexually transmitted infections and risk behaviours in women

who have sex with women. Sexually Transmitted Infections.


9
Hawari, D. (2009) Pendekatan Psikoreligi Pada Homoseksual. Badan Penerbit FKUI.

Jakarta.
A. PENGERTIAN HOMOSEKSUAL

Homoseksual merupakan suatu perbuatan keji dan termasuk perbuatan dosa besar
yang dapat merusak etika, fitrah, agama, dan jiwa manusia. 10 Homoseksual berasal dari kata
homo yang berarti sama dan sexual yang berarti hubungan seksual atau berhubungan dengan
kelamin.11 Homoseksual adalah hubungan biologis antara sesama jenis kelamin, baik pria
maupun wanita. Istilah homoseksual dibagi menjadi 2 (dua) gay sering dipakai untuk seks
sesama pria sedangkan yang sesama wanita dinamakan lesbian.

Pengertian homoseksual menurut Kartono mendefinisikan homoseksual sebagai relasi


seks jenis kelamin yang sama, atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama. 12

Homoseksual dapat dimasukkan ke dalam kajian abnormalitas seksual yang terdapat dalam
psikologi abnormal. Sedangkan menurut pendapat Dede Oetomo mendefinisikan
homoseksual sebagia orientasi atau pilihan seks yang diarahkan kepada seseorang yang
berjenis kelamin sama atau ketertarikan orang secara emosional dan seksual kepada
seseorang dari jenis kelamin yang sama.13 Dan menurut kamus psikologi James Drever,
homoseks diartikan sebagai “sexual attraction towards individual of the same sex” yaitu
ketertarikan seksual kepada seseorang yang berjenis kelamin sama)14

Dari beberapa definis homoseksual diatas, homoseksual didasari oleh dua orientasi,
keinginan, dan kebutuhan (factor internal). Pertama, Seorang homoseksual yang pada
dasarnya dari sejak remaja mempunyai perasaan dan kecenderungan hanya kepada laki-laki
saja dan tidak tertarik kepada perempuan. Pertumbuhan fisik seorang homoseksual juga tidak
normal seperti remaja laki-laki pada umumnya. Ada bagian tertentu yang tidak tumbuh
dengan optimal. Bahkan kelembutan pribadinya bisa melebihi kelembutan seorang
perempuan pada umumnya. Kepribadian seorang homoseksual ini terus melekat sampai
dewasa, sehingga akhirnya dia memilih seorang laki-laki atau sesama jenis sendiri untuk
menjadi pasangan dekatnya. Kelainan orientasi seksual seperti ini diakibatkan karena adanya
kelainan hormonal dan genetic yang memang dibawa sejak lahir.

10
Ramlan Yusuf Rangkuti, “HOMOSEKSUAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM”, jurnal Ilmu
Syari’ah dan Hukum Vol. 46 No. 1, Januari-Juni 2012, Hlm. 194
11
Abdurraafi’ Maududi Dermawan, “SEBAB, AKIBAT DAN TERAPI PELAKUU HOMOSEKSUAL”,
RAHEEMA: Jurnal Studi Gender dan Anak, hlm. 1
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Arif Maftuhin, “Adakah Ruang Ijtihad untuk Isu Homoseks?”Musawa: Jurnal Studi Gender dan
Islam, Vol. 2 No. 1, Maret 2003, hlm. 30
Kedua, homoseksual yang diakibatkan oleh pengaruh lingkungan (faktor eksternal).
Seseorang dengan orientasi homoseksual pada awalnya pertumbuhan dan perkembangan
kepribadiannya adalah normal. Secara fisik dan psikis tumbuh dan berkembang normal.
Namun karena lingkungan pergaulannya sehari-hari yang kurang baik, akhirnya dapat
membentuk orientasi homoseksual, seperti sering menonton video seks homo (ada keinginan
untuk merasakan), terlalu bergaul terlalu dekat dengan teman laki-laki sesama jenisnya
sendiri, sering mengalami putus hubungan cinta dengan teman perempuan dan merasa
nyaman berada dekat dengan teman laki-laki ketimbang perempuan, sejak kecil diberi
pakaian, mainan, dan teman perempuan oleh orang tua, pernah mendapat kekerasan seksual
(sodomi), dan lain-lain.

Demikian pula sifat dan kepribadian seorang lesbian dapat disebabkan adanya
dua faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dari faktor internal, seorang lesbi
dipengaruhi oleh faktor bawaaan, seperti adanya kelainan hormonal yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan fisik dan psikis anak. Secara fisik, pertumbuhan dan
perkembangannya tidak normal sebagaimana layaknya seorang perempuan remaja atau
dewasa. Seorang lesbian tidak memiliki ketertarikan dengan lawan jenis (laki-laki) justru
sebaliknya, seorang lesbian lebih tertarik pada sesama jenis. Seorang lesbian akan merasa
bahwa dirinya adalah seorang laki-laki. Sejak kecil seorang lesbian tidak menyukai mainan
dan pakain perempuan, justru lebih suka mainan dan pakaian seorang laki-laki.

Homoseksual adalah orientasi seksual yang menyimpang, yaitu seseorang yang


menyukai sesama jenisnya sendiri. Laki-laki menyukai laki-laki (Gay) dan perempuan
menyukai perempuan (lesbian). Kehidupan mereka pada umumnya sama dengan pola
kehidupan pada masyarakat umumnya. Mereka melakukan aktivitas kerja dan rutinitas
kehidupan lainnya. Namun seks bebas dan penyimpangan seks yang dilakukan inilah yang
dilarang keras, baik oleh hukum positif Indonasia, agama, dan norma masyarakat.
Kebanyakan kaum gay atau lesbian tidak mempunyai keluarga (suami atau istri dan anak).

Pengaruh penyimpangan seks semacam homoseksual, menurut ahli jiwa adalah tidak
adanya keinginan untuk melangsungkan suatu perkawinan. Jika ada diantaranya yang telah
menikah, akan menyuruh laki-laki yang disukainya untuk menyetubuhi istrinya sendiri
asalkan laki-laki itu bersedia digaulinya secara homoseks. Bila seorang homoseks berusia
lanjut dan tidak sanggup mendatangi laki-laki, dia sendiri yang mengundang dan membayar
sejumlah uang sebagai imbalannya.15

Akibat negative bagi pelaku homoseks yaitu akibat yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup seseorang, yaitu terjangkitnya penyakit AIDS. Selain penyakit AIDS ada
pula penyakit kelamin lainnya yaitu sipilis. Menurut para ahli, penyakit ini menular dengan
hubungan seksual, seperti zina, homoseks, dan lesbian. Kuman sipilis berkembang baik
melalui luka, yang dapat menular dengan cepat. Penyakit ini sangat berbahaya, penderitanya
dapat menjadi lumpuh karena lemahnya daya tahan tubuh, dan dapat membawa kematian.16

Permasalahan seksual pada pelaku homoseksual pada usia remaja perlu mendapat
perhatian khusus. Pergaulan bebas dan kurangnya perhatian orang tua pada anak remajanya
dapat menimbulkan bahaya kesehatan reproduksi, yaitu tertularnya berbagai jenis penyakit
kelamin. Selain meningkatkan perhatian orang tua pada anak remajanya, juga perlu
ditingkatkan pendekatan keagamaan, dan bimbingan pemeliharaan alat-alat reproduksi dan
bimbingan penyakit kelamin.17

B. Homosexual Dalam Perspektif Hukum Pidana

Kejahatan homoseksual diatur dalam KUHP, jika kita gali KUHPidana khususnya
tentang kejahatan homoseksual yakni pada pasal 292 bahwa pengaturannya kurang
lengkap atau dapat dikatakan kabur/normannya kabur, alasannya adalah karena
KUHPhanya menentukan kejahatan homoseksual yang dilakukan oleh orang yangcukup
umur terhadap orang yang belum belum cukup umur, tentunya pengaturan ini belum
sesuai dengan fakta yang terjadi dikalangan masyarakat.Jika kita berpatokan pada ketentuan
pasal 292 KUHP, artinya kejahatan homoseksual antar orang dewasa tidak dapat diproses
secara hukum, hal ini dikarenakan kejahatan homseksual antar orang dewasa belum
diatur dalam undang, tentunya hal ini berdasar pada ketentuan asas legalitas. Asas
legalitas pada dasarnya menentukan bahwa untuk dapat memproses seseorang secara
hukum, maka penegakhukum harus mengetahui terlebih dahulu tentang apakah
perbuatannyasudah ditentukan oleh undang-undang apa belum, artinya ketika suatu
perbuatan belum di tentukan dalam undang-undangatau norma,makaperbuatan itutidak

15
Ramlan Yusuf Rangkuti, “HOMOSEKSUAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM”, jurnal Ilmu
Syari’ah dan Hukum Vol. 46 No. 1, Januari-Juni 2012, Hlm. 198
16
Ramlan Yusuf Rangkuti, “HOMOSEKSUAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM”, jurnal Ilmu
Syari’ah dan Hukum Vol. 46 No. 1, Januari-Juni 2012, Hlm. 199
17
Abdurraafi’ Maududi Dermawan, “SEBAB, AKIBAT DAN TERAPI PELAKUU HOMOSEKSUAL”,
RAHEEMA: Jurnal Studi Gender dan Anak, hlm. 4
boleh diprosessecara hukum.Terkait dengan ketentuan homoseksual yang diatur dalam Pasal
292 KUHP, bahwa KUHPpada dasarnya menyebutkan “Orang dewasa yang melakukan
perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang
diketahuinya atau patut harus disangkanya hal belum dewasa itu, dihukum penjara selama-
lamanya lima tahun”.18

Sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang mengemuka terkait dengan penjelasan


Pasal 292 KUHP. Misalnya dalam hal ukuran kedewasaan serta batas-batas
perbuatan cabul.Seharusnya penegak hukum melakukan rectvending atau penemuan
hukum khususnya tentang kejahatan homoseksual, penemuan hukum merupakan
penelitian hukum berdasarkan fakta-fakta yang terjadi dikalangan masyarakat, selain itu
penegak hukum juga perlu melakukan tindakan preventif, tindakan preventif artinya
tindakan peninjauan kembali atau bisa dikatakan sebagai tindakan pencegahan. Tujuan
tindakan ini adalah untuk mencegah kemungkinan –kemungkinan yang terjadi dikalangan
masyarakat yang sifatnya negatif atau bertentangan dengan hukum yang berlaku.19

Untuk memberikan kepastian hukum kepada masyarakat khususnya perlindungan


hukum tentang kejahatan homoseksual penegak hukum harus melakukan multitafsir,
serta penafsirannya itu berdasar pada aspirasi masyarakat sesuai dengan landasan
sosiologis dalam menyusun aturan. Selain itu akibat hukum yang ditimbulkan adalah
akan menimbulkan konfik atau problem dalam masyarakat. Meskipun Pasal 292
KUHPidana mengalami kekaburan norma, namun dapat mencari solusi yakni melakukan
suatu interpretasi hukum atau penafsiran hukum yang bisa diperlakukan secara posotif.
Penafsiran hukum dapat diterapkan di berbagai kasus yang terjadi sepanjang hal tersebut
masih menyangkut undang-undang atau peraturan-peraturan yang notabena mengalami
ketdak jelasan, tidak lengkap atau sudah tidak sesuai dengan apa yang terjadi
dilapangan. Berdasarkan ketentuan pasal 14 Undang-Undang No 48 Tahun 2009 Tentang
kekuasaan kehakiman bahwa seorang hakim tidak boleh menolak suatu perkaradengan
dalil undang-undang tidak sempurna atau tidak adanya aturan secara legalitas.Dengan
demikian ,dalam hal mengatasi kekaburan norma sangat diperlukan kebijakandari Badan
pembentuk peraturan perundang-undangan dengan berdasar pada UUD 1945 yang telah

18
Rahmadhani, Abd. Aziz Rahmadhani. Homoseksual dalam Presektif Hukum Pidana dan Hukum
Islam. Fakultas Hukum, Universitas Hasanudin Makasar 2012
19
Philips, A. A & Khan, Z. (2003). Islam dan Homoseksual. Jakarta : Pustaka Zahra
damandemen yakni pada ketentuan pasal 20 ayat (1) dan (2) yang pada dasarnya menetukan
bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dan setiap rancangan
Undang-Undang di bahas untuk mendapatkan persetujuan bersama5.Kejahatan homoseksual
yang di atur dalam pasal 292 KUHP hanya menyentuh anak anak sebagai perlindungan
korban homseksual serta tidak melindungi mereka yang melakukan homseksual yang
tergolong dewasa, ketentuan ini akan menghambat penerapan fungsi-fungsi hukum yakni
salah satunya adalah sebagai alat pengatur kehidupan masyarakat6, tentunya dadal hal ini
teori perlindungan hukum menitik beratkan pada perlindungan hukum bterhadap korban
tidak diterapkan, sebab teori perlindungan hukum pada hakekatnya menentukan bahwa
setiap orang harus dilindungi oleh hukum sebab setiap orang memiliki kedudukan
yang sama di mata hukum tanpa membedakan apa golongan orang tersebut.20

Satjipto Raharjo berpendapat bahwa Perlindungan Hukum artinya pemberian


berupa pengayoman kepada seseorang dengan cara melindungi haknya secara mutlakatau
secara universal. Jika kita berpendapat berdasar pada teori tersebut seharusnya setiap
kejahatan hmoseksual harus bisa diproses secara hukum tanpa melhat usia, namun pada
dasarnya negara indonesia adalah negara hukum sesuai dengan ketentuan
konstitusi,bukan negara berdasar pada teori belaka, artnya tanpa disadari oleh penegak
hukum, bahwa kenyataanya pasal292 KUHP tidak bisa memberkan perlindungan hukum
secara universal dikarenakan pasal tersebut hanya melindungi korban kejahatan
homoseksual terhadap orang dibawah umur serta tidak melindungi rang dewasa bila
mengalami kejahatan homoseksual, tentunya akibat yang ditimbulkan dari penerapan
pasal tersebut adalah timbulnya ketidakadilan dimasayarakat yakni ketidakadilan
perlindungan orang dewasa bila mengalami kejahatan homoseksual.Seharusnya bahwa jika
kita berdasar pada pendapatnya satjipto raharjo maka perlindungan hukum itu pada
hakekatnya bersifat univervsal atau menyeluruh,,artinya perlindungan hukum tersebut
diberikankepada seluruh lapisan masyarakat serta tanpa melihat.21

C. Peran Masyarakat Terhadap Homosexual

20
Prodjodikoro, Wirjono, 2003, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Refika Aditama,
Jakarta

21
Andina Elok Puri Maharai,Tinjauan Yuridis Implementasi Pasal 292 : Surakarta, Jurnal Sosiologi:
Vol 8 No. 2, 2010, Ilmu Hukum FH Universitas Sebelas Maret.
Homoseksual adalah daya Tarik romantis dan fisik terhadap seseorang dari jenis kelamin
yang sama, telah terjadi pada seluruh umur pada sekitar 5% pria dan wanita. 22 Jadi,
homoseksual adalah hubungan seks yang dilakukan dengan pasangan yang sejenis (pria
dengan pria dan wanita dengan wanita).

Permasalahan homoseksual di Indonesia terdapat pertentangan pendapat, antara pihak pro


dan kontra. Mereka yang pro terhadap homoseksual menyatakan, bahwa negara dan
masyarakat harus mengkampanyekan prinsip non diskriminasi antara lelaki, perempuan,
trangender, pecinta lawan jenis heteroseksual maupun homoseksual. Pro homoseksual
menjadikan hak asasi manusia sebagai dasar tuntutan mereka dengan menyatakan bahwa
orientasi seksual adalah hak asasi manusia bagi mereka. Di Indonesia homoseksual adalah hal
yang tergolong belum sepenuhnya dipahami. Banyaknya opini di media massa terkait dengan
homoseksual ada beberapa pihak mendukung dan ada yang menolak keberadaan mereka
bahkan banyak analisa yang menarik atas keberadaan homoseksual dari berbagai perspektif.
Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat
pada diri manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNYA
yang wajib untuk dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat seorang manusia.
Kelompok homoseksual mengharapkan agar masyarakat dan Negara untuk mengakui
keberadaan komunitas ini. Dalam hukum Indonesia memandang HAM memiliki batasan,
dimana batasanya adalah tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai agama, moral,
keamanan dan ketertiban umum. Indonesia memang bukan Negara yang berdasarkan Agama
namun Pancasila jelas menyatakan dalam sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa
sehingga nilai-nilai agama menjadi penjaga sendi-sendi konstitusi dalam mewujudkan
kehidupan demokratis bangsa Indonesia.23

Pihak-pihak yang kontra terhadap homoseksual, menilai bahwa homoseksual sebagai


bentuk penyimpangan, dan tidak masuk dalam konsepsi HAM. Dalam hal ini, negara dan
masyarakat harus berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan upaya preventif terhadap
gejala muncul dan berkembangnya homoseksual yang akan membahayakan generasi masa
depan Indonesia. Oleh sebab itulah, posisi stategis pemerintah dalam hal ini sangat

22
Behrman Kliegman Arvin, Prof. DR. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) (editor edisi bahasa Indonesia).
Ilmu Kesehatan Anak
23
Kukuh Prima, Usman, Herry Liyus. Pengaturan Homoseksual dalam Hukum Pidana Indonesia.
Journal Of Criminal Volume 1 Nomor 3, 2020. Hlm 93
diperlukan untuk menangani polemik homoseksual secara langsung agar tak terjadi
disintegrasi bangsa.24

Bagi masyarakat Indonesia kaum homoseksualitas dianggap sebagai suatu makhluk yang
aneh walaupun mereka jumlahnya banyak, tapi mereka tertutup karena diawasi oleh budaya
dan agama yang ketat, pada kenyataannya orang-orang yang kecenderungan orientasi
seksualnya menyimpang ini ada dalam kehidupan bahkan mungkin ada disekitar kita.
Manusia normal memiliki orientasi seksual pada lawan jenisnya, seorang pria tertarik pada
wanita dan sebaliknya seorang wanita tertarik pada seorang pria mereka ini disebut sebagai
kaum heteroseksual.25 Melihat sejarah keberadaan kaum homoseksual ini hampir tidak pernah
sepi dari lingkungan kehidupan umat manusia namun setiap masa berbeda dalam gaya
penampilannya, mulai dari jaman Nabi Luth a.s hingga jaman modern ini, mulai dari desa
sampai kota selalu ada kaum homoseksual ini. Kalau di kampung atau desa mungkin mereka
masih malu-malu dan risih tampil secara terangterangan tetapi di kota-kota besar malah
sebaliknya mereka mendirikan asosiasi dan minta diakui eksistensinya. Melihat dari
keberadaan mereka tidak mungkin ditolak dan dihujat serta diasingkan tetapi perilaku seksual
itu yang perlu mendapat pengawasan yang ketat sehubungan mudharat yang ditimbulkannya
berdasarkan keterangan dari para dokter, psikolog, psikiater, sosiolog dan agamawan.
Homoseksualitas sebenarnya adalah suatu penyakit yang perlu disembuhkan. Terapinya
adalah akal yang sehat, moral dan agama.26

Indonesia merupakan Negara yang menjunjung tinggi norma dan nilai-nilai etis
masyarakatnya. Homoseksual pada sebagian besar masyarakat timur dinyatakan sebagai
orientasi seksual tidak lazim. Homoseks dalam kehidupan masyarakat khususnya di negara
Indonesia, disebut sebagai golongan orang-orang yang telah melanggar aturan agama dan
adat istiadat serta norma hukum yang berlaku di Indonesia. Sebagaimana telah dirumuskan
oleh para pakar, bahwa homoseksual (untuk sesama perempuan disebut lesbian) adalah rasa
tertarik secara perasaan (rasa kasih sayang, hubungan emosional) dan atau secara erotik, baik
secara lebih menonjol (predominan) atau semata-mata (eksklusif), terhadap orang-orang yang
berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik (jasmaniah).27

24
Ibid. Hlm 94
25
Latief Mahmud. Perilaku Homoseksual Dalam Pandangan Hukum Islam. Jurnal al-Ihkâm, Volume 1
Nomor 1, 2006. Hlm 24
26
Ibid. Hlm 26
27
Siti Zahra Bulantika. Pengaruh Persepsi Masyarakat Terhadap Kecemasan Kum
Homoseksual/Lesbian. Jurnal Edukasi Volume 3 Nomor 2, 2017. Hlm 161
Perilaku homoseksual sama seperti mengulang sejarah kaum Nabi Luth yang di laknat
oleh Allah. Dengan demikian perlunya masyarakat untuk mengantisipasi seperti mendidik
dan menjaga pergaulan anak-anak mereka yang mulai meranjak remaja. Untuk
mengantisipasi prilaku homoseksual pentingnya peran Tokoh Masyarakat sebagai orang yang
berpengaruh dalam lingkungan masyarakat. Peran Tokoh Masyarakat dalam mecegah prilaku
homoseksual, yaitu mensosialisasikan bahaya homoseksual bagi kalangan muda dan juga
bagi orang tua, Mengajarkan dan menerapkan nilai-nilai agama dan adat yang berlaku kepada
semua lapisan masyarakat, Peran tokoh masyarakat dalam mengantisipasi homoseksualitas
sudah dilakukan semampu mungkin. Dalam melaksanakan tugas/peran dalam masyarakat
pasti ada faktor-faktor yang mendukung dan menghambat tokoh masyarakat.28

Faktor-faktor pendukung bagi selaku Tokoh Masyarakat dalam mengantisipasi prilaku


homoseksual yaitu adanya partisipasi masyarakat dalam memerangi prilaku homoseksual,
dan adanya dukungan dari pemerintah dan lembaga pendidikan agama maupun formal. Dan
Faktor-faktor yang menghambat dalam bertugas menimalisir prilaku homoseksual yaitu sulit
untuk mengajak semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi menimalisir prilaku
penyimpang tersebut mengingat di Indonesia sendiri banyak suku yang mendiami dan
sebagian masyarakat sudah bersikap acuh tak acuh. fenomena homoseksual menjadi masalah
bersama untuk segera ditangani.29

Adanya prilaku penyimpang individu disebabkan oleh lemahnya kontrol social. Sehingga
masyarakat sangat mudah melakukan pelanggaran-pelanggaran atas ketentuan yang berlaku
atau penyimpangan. Kontrol sosial yang ada pada masyarakat hanya sebagai tulisan-tulisan
dan himbauan-himbauan yang terpajang. Untuk itu masyarakat sebagai lingkup yang lebih
tau harus berperan dam menangani dan mencegahnya atau paling tidak harus ada sinergi
antara pihak yang berwenang dengan masyarakat dalam menuntaskan dan mencegah pelaku
homoseksual ini. Masyarakat harus berupaya secara serius dalam mencegah dan mengatasi
munculnya perilaku homoseksual ini. Masyarakat harus berupaya mengarahkan kembali
orientasi seksual yang benar kepada anak, yaitu orientasi seksual menurut fitrah dan agama.

28
Nurasmawati, Dr Amsal Amri M.Pd. peranan Tokoh Masyarakat Dalam Mencegah Mauknya LGBT
di Aceh (Studi kasus di Gampong Laksana Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3 Nomor 2, 2019. Hlm 73
29
Ibid. Hlm 74
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu


berjenis kelamin atau gender yang sama. Homoseksualitas adalah salah satu dari tiga kategori utama
orientasi seksual, bersama dengan biseksualitas dan heteroseksualitas, dalam kontinum heteroseksual-
homoseksual. Ilmuwan tidak tahu secara pasti apa yang menentukan orientasi seksual seseorang,
tetapi mereka menduga bahwa orientasi seksual dipicu oleh kombinasi faktor genetik, hormon, dan
lingkungan, dan bukanlah suatu pilihan.

Adanya prilaku penyimpang individu disebabkan oleh lemahnya kontrol social. Sehingga
masyarakat sangat mudah melakukan pelanggaran-pelanggaran atas ketentuan yang berlaku
atau penyimpangan. Kontrol sosial yang ada pada masyarakat hanya sebagai tulisan-tulisan
dan himbauan-himbauan yang terpajang. Akan tetapi, tidak bermakna dan bernilai. Sehingga
fungsi dari kontrol sosial tersebut seakan tidak berlaku. Biasanya pelaku homoseksual ini
terjadi karena jauh dari pengawasan orang tua. Untuk itu masyarakat sebagai lingkup yang
lebih tau harus berperan dam menangani dan mencegahnya atau paling tidak harus ada
sinergi antara pihak yang berwenang dengan masyarakat dalam menuntaskan dan mencegah
pelaku homoseksual ini.

B. Saran

Dalam kehidupan sosial dan interaksi sosial memiliki beragam pilihan sikap dan perilaku
makhluk hidup, ada kalanya yang menurut beberapa orang baik tetapi tidak baik bagi
sebagian kelompok, hal ini bisa terjadi dikarenakan perbedaan pendapat yang dimiliki oleh
beberapa manusia.

Negara Indonesia berideologikan Pancasila dimana hal ini mengacu pada Sila- ke 1 yakni
Ketuhanan yang Maha Esa. Di Indonesia memiliki berbagai macam suku, ras dan agama
yang memiliki keyakinan dan kepercayaan yang berbeda-beda. Tetapi di setiap agama
melarang orientasi sexual dengan sesama jenis dan mengharamkan hal itu terjadi kepada
umatnya. Oleh karenanya di Indonesia mayoritas agama yang dianut iialah agama islam
otomatis Homosexual ini yang tergolong kedalam LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan
Transgender) sangat intoleran terhadap kaum LGBT tersebut, hal ini kerap terjadi suatu
diskriminasi dan juga pelecehan atau kekerasan fisik juga lisan oleh masyarakat yang
intoleran terhadap LGBT.

Demikian Orientasi Sexual setiap orang berbeda beda dan juga atas dasar kenyamanan
yang di pegang tiap individu pun berbeda beda. Indonesia memiliki Hak kebebasan
berpendapat, sehingga saran dan kesimpulan dalam kasus Homosexual ini adalah setiap
manusia wajib saling menghargai dan juga toleransi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurraafi’ Maududi Dermawan, “SEBAB, AKIBAT DAN TERAPI PELAKUU


HOMOSEKSUAL”, RAHEEMA: Jurnal Studi Gender dan Anak, hlm. 1
Ahmadi, A. (1991) Dasar Dasar PendidikanAgama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Al-Utaibi, S. (1424) Al-Mausu’ah Al-Jina`iyah al-Islamiyah. Maktabat al-Rushd.

Andina Elok Puri Maharai,Tinjauan Yuridis Implementasi Pasal 292 : Surakarta, Jurnal
Sosiologi: Vol 8 No. 2, 2010, Ilmu Hukum FH Universitas Sebelas Maret.

Arif Maftuhin, “Adakah Ruang Ijtihad untuk Isu Homoseks?”Musawa: Jurnal Studi Gender
dan Islam, Vol. 2 No. 1, Maret 2003, hlm. 30
Behrman Kliegman Arvin, Prof. DR. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) (editor edisi bahasa
Indonesia). Ilmu Kesehatan Anak
Brinkmann, S. (2004) Health Risks of The Homosexual Lifestyle. Catholic Standard &
Times,

Fethers, K. and Et Al (2000) Sexually transmitted infections and risk behaviours in women
who have sex with women. Sexually Transmitted Infections.

Gilbert, K. (2008) 17, 2008. Study: Homosexual Lifestyle Strongly Linked to Depression,
Suicide This data.

Hawari, D. (2009) Pendekatan Psikoreligi Pada Homoseksual. Badan Penerbit FKUI. Jakarta.

http://repository.unpas.ac.id/12287/3/F.%20BAB%20I.pdf

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas

Kukuh Prima, Usman, Herry Liyus. Pengaturan Homoseksual dalam Hukum Pidana
Indonesia. Journal Of Criminal Volume 1 Nomor 3, 2020. Hlm 93
Latief Mahmud. Perilaku Homoseksual Dalam Pandangan Hukum Islam. Jurnal al-Ihkâm,
Volume 1 Nomor 1, 2006. Hlm 24
May-June. Cameron, N. (1993) Personality Development and Psychopathology.

Nurasmawati, Dr Amsal Amri M.Pd. peranan Tokoh Masyarakat Dalam Mencegah Mauknya
LGBT di Aceh (Studi kasus di Gampong Laksana Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3 Nomor 2, 2019. Hlm 73
Philips, A. A & Khan, Z. (2003). Islam dan Homoseksual. Jakarta : Pustaka Zahra

Prodjodikoro, Wirjono, 2003, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Refika Aditama,


Jakarta

Rahmadhani, Abd. Aziz Rahmadhani. Homoseksual dalam Presektif Hukum Pidana dan
Hukum Islam. Fakultas Hukum, Universitas Hasanudin Makasar 2012

Ramlan Yusuf Rangkuti, “HOMOSEKSUAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM”,


jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum Vol. 46 No. 1, Januari-Juni 2012, Hlm. 194
Siti Zahra Bulantika. Pengaruh Persepsi Masyarakat Terhadap Kecemasan Kum
Homoseksual/Lesbian. Jurnal Edukasi Volume 3 Nomor 2, 2017. Hlm 161

Anda mungkin juga menyukai