Anda di halaman 1dari 1

4.

Relasi Haji Umroh dengan Keseharian

Semua rangkaian ibadah, baik yang wajib maupun yang sunah pasti memiliki nilai-nilai yang
positif terhadap orang yang mengerjakannya maupun terhadap orang lain. Oleh karena itu,
haji dan umroh juga harus memiliki implikasi positif terhadap amaliah keseharian orang
yang mengerjakannya

Jika seseorang melaksanakan haji dan umroh sesuai syarat dan rukunnya, maka bisa
dipastikan haji dan umrohnya syah dan benar sebab sudah memenuhi standar syarat dan
rukunnya dalam ibadah tersebut. Namun kemudian apakah seseorang yang sudah
mengerjakan haji dan umroh yang sesuai dengan standar fiqh sudah bisa disebut haji
mabrur.

Haji mabrur tidak menyangkut masalah tekhnis, melainkan ruhani, yaitu kemampuan
menangkap makna terdalam dari agama, yakni pesan-pesan kemanusiaan1. Oleh karenanya
haji dan umroh ini, harus benar- benar melahirkan kepekaan sosial, seperti sifat dermawan,
solidaritas, toleransi dan yang lainnya

Haji juga merupakan perhimpunan agung sesama muslim dari berbagai penjuru dunia.
Mereka melaksanakan ibadah yang sama menghadap kearah kiblat yang sama. Keadaan
seperti ini akan menimbulkan sikap perpaduan serta persaudaraan2

Jika hal itu dilakukan dengan khidmat dan karena mengharap ridho Allah SWT, maka akan
melahirkan prilaku-prilaku keseharian yang positif baik menurut ‘pandangan’ Allah SWT
maupun pandangan manusia

Sejatinya sebaik-baiknya manusia adalah yang paling baik budi pekertinya, hal ini senada
dengan hadits Rasulullah SAW : “ Sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik akhlaqnya”.
(HR. Bukhori Muslim)

Bahkan Imam al-Ghazali mengatakan bahwa jika ritualitas haji dan umroh telah usai maka
hati diharapkan tidak demikian, hati harus berada pada ritual- ritual kehajian, sehingga bisa
membawa makna-makna haji kedalam perlakuan sehari-hari yang penuh dengan nilai-nilai
sosial3

Dari sinilah bisa kita simpulkan bahwa ritualitas yang dilakukan dalam pelaksanaan haji dan
umroh harus melahirkan hal-hal yang positif dalam kehidupan sehari-hari, sebab hampir
semua ritualitas haji dan umroh itu punya nilai sejarah tersendiri yang berkaitan dengan
aktifitas kita sehari-hari

1
Nurkholis Madjid, Fatsoen Nurkholis Madjid, Jakarta : Republika 2002, cet.5, hal. 138
2
Baitul Kilmah Jogjakarta, Ensiklopedia dan Pengetahuan Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta : Kamil Pustaka, 2013,
cet,2.jilid.2. Hal.416
3
Imam Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Din, Daarul Bayan: Jilid 1, hal.446

Anda mungkin juga menyukai