Tujuan :
Tujuan perkuliahan ini yaitu setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa
diharapkan :
1. Memahami tentang konsep Pemberian Obat secara IV dan secara IM
2. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan tujuan dan pelaksanaan
dalam pemberian obat secara IV dan secara IM
3. Mampu memahami tentang standar keselamatan pasien dalam
pemberian obat secara IV dan secara IM
4. Mengetahui tentang beberapa hal yang harus dipertimbangkan
terkait patient safety pemberian obat secara IV dan secara IM
Materi :
Pemberian Obat Secara Parenteral :
bahasan secara IM (Intra Muskuler
dan Secara Intra Vena (IV)
1
Injeksi intramuscular adalah memasukkan ataumemberikan obat masuk pada
otot skeletal. Rute Intramuscular memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari
pada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot (Sanders et al
., 2012). Salah satu yang harus diperhatikan adalah pemilihan area suntik yang
jauh dari syaraf besar dan pembuluh darah besar
Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat melalui subcutan bisa dilakukan pada pasien yang
tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral, pemberian vit.k pada bayi, lokasi injeksi yang sesuai
dengan obat yang iprogramkan, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya (Faradila, 2014)
Kontraindikasi
Kontraindikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya (Faradila, 2014).
Komplikasi
Komplikasi yang banyak terjadi akibat kesalahan pada injeksi intramuscular adalah
sebagai berikut: abses , necrosis, dan kulit engelupas, kerusakan syaraf, nyeri
berkepanjangan, dan periositis.
Jaringan intramuskular: terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak
vaskularisasi (setiap 20 mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran
darah tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikkan.
2
Otot Deltoid (Otot lengan atas): Perhatikan lengan sampai ke pangkalnya.
Rasakan tulang yang melintasi lengan atas. Tulang ini disebut proses akromion.
Bagian bawahnya berbentuk alas segitiga. Ujung segitiga ini tepat berada di
tengah-tengah alas, kira-kira sejajar dengan ketiak. Area penyuntikan yang Anda
cari berada di pusat segitiga, 2,5–5 cm di bawah proses akromion. Jika pasien
sangat kurus atau tidak memiliki otot yang cukup besar, area ini harus dihindari.
Otot Dorsogluteal (Pantat): Perhatikan salah satu sisi pantat pasien. Ambil kapas
alkohol dan gunakan untuk menarik garis dari atas belahan antara pantat ke sisi
tubuh. Cari titik tengah garis tersebut dan naik 7 cm ke atas. Dari sana, tarik garis
ke arah bawah melintasi garis pertama dan berakhir di tengah pantat. Anda akan
melihat tanda tambah. Anda akan merasakan tulang melengkung di bagian segi
empat yang paling luar. Suntikan harus diberikan di bawah tulang melengkung di
bagian segi empat terluar itu. Jangan memilih area ini untuk menyuntik bayi atau
anak-anak di bawah usia tiga tahun karena otot mereka belum berkembang
sempurna.
Beberapa alat suntik sudah diisi dengan obat. Akan tetapi, banyak juga obat yang
disediakan dalam botol dan harus dimasukkan ke dalam tabung. Sebelum
memasukkan obat dari botol, pastikan Anda sudah mengambil obat yang tepat, tidak
kedaluwarsa, dan tidak berubah warna atau dimasuki oleh partikel yang terlihat
mengambang di dalam botol.
Sterilkan bagian atas botol dengan kapas alkohol.
Pegang alat suntik dengan jarum menghadap ke atas, dengan tutupnya masih
terpasang. Tarik pengisap ke garis yang menandakan dosis sehingga tabung
terisi dengan udara.
Masukkan jarum melalui tutup karet botol dan tekan pengisap sehingga udara di
dalam tabung terdorong masuk ke dalam botol.
Dengan posisi botol terbalik dan ujung jarum dalam obat, tarik pengisap lagi ke
tanda dosis yang tepat (atau sedikit melebihi jika ada gelembung udara). Ketuk
tabung untuk memindahkan gelembung udara ke atas, kemudian dorong ke
dalam botol. Pastikan dosis obat sudah benar.
Lepaskan jarum dari botol. Jika anda tidak berencana menggunakan suntikan
saat itu juga, pastikan Anda menutupi jarum dengan tutupnya.
3
1. Tahap PraInteraksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
Mencuci tangan
Menyiapkan obat dengan benar
Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
2. Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
3. Tahap Kerja
Mengatur posisi klien, sesuai tempat penyuntikan
Memasang perlak dan alasnya
Membebaskan daerah yang akan di injeksi
Memakai sarung tangan
Menentukan tempat penyuntikan dengan benar ( palpasi area injeksi
terhadap adanya edema, massa, nyeri tekan.
Hindari area jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi)
Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam ke
luar diameter ±5cm)
Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk meregangkan kulit
Memasukkan spuit dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3
Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan 0,1 cc/detik)
Mencabut jarum dari tempat penusukan
Menekan daerah tusukan dengan kapas desinfektan
Membuang spuit ke dalam bengkok
4. Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Berpamitan dengan klien
Membereskan alat-alat
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
4
asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah
mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi
dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah
meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena
sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
Tujuan
Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk :
a. Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan
pada pasien yang sedang gawat darurat.
b. Menghindari kerusakan jaringan.
c. Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar.
Lokasi yang bisa dilakukan injeksi intravena
1. Pada lengan (Vena mediana cubiti/ vena sefalika, Vena basilica)
2. Pada tungkai (Vena saphenous)
3. Pada leher (Vena jugularis)
4. Pada kepala (Vena frontalis, Vena temporalis)
5. Pada mata kaki (Vena dorsal pedis)
Indikasi
Indikasi pemberian obat melalui vena yaitu sebagai berikut :
1. Klien dengan penyakit berat seperti sepsis. Tujuan pemberian obat
intravena pada kasus ini agar obat langsung masuk ke dalam jalur
peredaran darah. Sehingga memberikan efek lebih cepat dibandingkan
memberikan obat oral.
2. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak
dapat menelan obat ( ada sumbatan disaluran cerna atas ).
3. Kesadaran menurun dan beresiko terjadi aspirasi ( tersedak-obat
masuk ke pernapasan ), sehingga pemberian melalui jalur lain
dipertimbangkan; Pasien yang mengalami kejang-kejang
4. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga
diberikan melalui injeksi bolus(suntikan langsung pembuluh
balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai.
5
Kontraindikasi
a. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi injeksi
intravena.
b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, kerana lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri – vena (A – V shunt) pada
tindakan hemodaliasis (cuci darah).
c. Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena
kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembulah vena di tungkai
dan kaki).
Efek samping dari pemberian injeksi intravena
a. Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock,
collaps dll)
b. Pada bekas suntikan dapat terjadi abses, nekrose atau hematoma
c. Dapat menimbulkan kelumpuhan
6
h. Pasien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa
waktu sebab ada kemungkinan timbul reaksi alergi.
7
intravena. Tujuannya :untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
Persiapan Alat dan Bahan Injeksi IV melalui wadah IV:
1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Wadah cairan (kantong atau botol )
4. Kapas alkohol.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan
kedalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat berlahan – lahan
kedalam kantong atau wadah cairan.
7. Setelah selesai, Tarik spuit dan campur larutan dengan
membalikan kantong cairan secara perlahan – lahan dari satu
ujung ke ujung lain.
8. Perikasa kecepatan infus
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian
obat.