Anda di halaman 1dari 63

Contoh Proposal Skripsi PAI Kualitatif Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Rahmat Semester VI
To: Ustd Teguh

BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan setiap prosses di mana seseorang memperoleh pengetahuan
(Knowledge acquistion), mengembangkan kemampuan/keterampilan (skill developments) sikap
atau mengubah sikap (atitute change). Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar
terprogram dalam pendidikan formal dan non formal, dan informal di kampus, dan di luar
kampus yang seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanga kemampuan-kemampuan
individu, agar di kemudia hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.1[1]
Penyelenggaraan pedidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat
(2), disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa
pendidikan Islam, baik sebagai sistem maupun institusinya, merupakan warisan budaya bangsa,
yang berakar pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan dimikian jelas bahwa pendidikan Islam
merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.2[2]
Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisadipungkiri bahkan semua itu
merupakan hak semua warga Negara, bernaan dengan ini, di dalam UUD 45 Pasal 31 ayat (1)
secara tegas disebutkan bahwa: “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran”. 93
Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal (3) bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

1 ?[1] Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah studi awal tentang dasar-dassar
pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Hlm.
11.

2 ?[2] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005. Hlm.
174.
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negar yang demokratis serta bertanggung jawab.3[3]
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti usaha yang dijaankan oleh seseorang
atau sekelompok oran guntuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi
dewasa. Dengan dimikian endidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan denan
mahasiswa untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.4[4]
Dalam firman Allah SWT, berfirman:
‫وهللا أخرجكم من بطون أ ّمهاتكم التعلمون شيئا وجعل لكم السّمع و األبصار واألفئدة لعلّكم تشكرون‬
(78.16 :‫)النحل‬
Artinya: Dan Allah mengelurkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia member kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(QS. An-Nahl. 16-78)5[5]
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah
anak ke sekolah. Dengan masuknya anak ke sekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah
dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni
mendidik anak.6[6]
Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam
proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungannya
dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanya. Untuk itu sebagai benteng pertahanan
diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan
pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup
anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelamatkan
anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.
Pendidikan agama Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia
dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung bertahap. Oleh karena suatu

3 ?[3] Ibid, hlm. 310.

4 ?[4] Prof. Dr. H. Tamayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004. Hlm. 1.

5 ?[5] Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen agama Republik Indonesia, Jakarta: CV. Toha Putra
Semarang. 1989. Hlm. 413.

6 ?[6] DR. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Hlm. 76.
pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat
tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan
atau pertumbuhannya.7[7]
Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam
adalah bimbingan jasmani, dan rohan berdasarkan Al-Qur’an terhadap anak-anak agar terbentuk
kepribadian Muslim yang sempurna.
Pada proposal skripsi ini, penulis akan mengungkap peranan pendidikan agama Islam
terhadap pembentukan akhlak anak didik di Roudlotul Athfal Al-Hikam Malang.
Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
1)      Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak dan masa
pertumbuhannya, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan jiwa.
2)      Akhlak merupakan misi yang dibawa Nabi Muhammad SAW ketika diutus sebagai Rosulullah.
)‫إنّمابعثت ألت ّمم مكارم األخالق (رواه البخاري‬
Artinya: “Sesungguhnay aku diutus oleh Allah, hanya untuk menyempurnakan akhlak.”
HR. Bukhori.
3)      Penulis ingin mengetahui bagaiman peranan pendidikan agama Islam terhadap akhlak anak
didik di Roudlotul Athfal Al-Hikam Malang.
B.     Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.      Pembatasan Masalah
a)      Pendidikan agama Islam yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan pendidikan agama Islam
dan kegiatan keagamaan di Roudlotul Athfal atau disingkat RA Al-Hikam Malang
b)      Akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah kepribadian dan tingkah laku anak didik
dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Perumusan Masalah
Bagaimana peranan pengidikan agama Islam terhadap akhlak anak didik di RA Al-Hikam
Malang
C.    Tujuan Penelitian
1) Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peranan pendidikan agama Islam terhadapat akhlak
anak didik di RA Al-Hikam Malang.

7 ?[7] Prof. H. M. Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987. Hlm. 10.
2) Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan sekolah dalam mengingkatkan akhlak
anak didik di RA Al-Hikam Malang.
D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan berguna untuk:
a)      Peneliti sebagai syarat dalam menyelesaikan ujian akhir semester (UAS) semester 5 jurusan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’had Aly Al-Hikam Malang.
b)      RA Al-Hikam Malang, dalam mengetahui peranan pendidikan agama Islam terhadap akhlak
anak didik di RA Al-Hikam Malang.
c)      Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam mengetahui faktor-
faktor apa saja yang menjadi peranan terhadap akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang.

BAB II
Kajian PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Pendidikan Agama Islam
a)      Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas pengertian pendidikan agama Islam, penulis akan terlebih dahulu
mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan
memberinya awalan “pe” dan akiran “kan” mengandung arti perbuatan (hal, cara dan
sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang
berartikan bimbingan yang diberkan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa
Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.8[8]
Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.9[9]

8 ?[8] Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004. Hlm. 1.

9 ?[9] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981.
Hlm. 19.
Sedangkan menurut Ki Hajar Desantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.10[10]
Dari semua defiisi itu, dapat disimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki
ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil.
Menurut hasil seminar pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di
Cipayung Bogor menyatakan: Pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadapat
pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.11[11]
b)     Dasar-dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam
Singkat dan tegas dasar pendidikan Islam ialah firman Allah dan sunnah Rasulnya
Muhammad SAW.12[12] Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi Al-Qur’an dan
haditslah yang menjadi pondasinya.
Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya
tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.13[13]
Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupn tujuannya haruslah mengacu
kepada penananman hilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas
sosial. Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan mengingkatkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus

10 ?[10] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005. Hlm.
4.

11 ?[11] Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998. Hlm. 11.

12 ?[12] Drs. Ahmad D. Marimba, Metodik khusus Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981. Hlm. 41.

13 ?[13] Abdul Majid, A.Ag, et.ol, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT
Remaja Rosdakarta. 2004. Hlm. 133.
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (kurikulum PAI: 2002).14[14]
2. Hakekat Akhlak
a) Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak secara emtimologi, perkataan “akhlak” berakar dari bahasa Arab jama’
dari mufradnya “khuluq” yang menurut bahasa Indonesia diartikan: budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan “khalkun”
yang berarti kejadian sserta erat hubungan “Khaliq” yang berarti Pencipta dan “makhluq” yang
berarti diciptakan.15[15]
Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam Al-Qur’an, sebagai
berikut:
‫وإنّك لعلّى خلق عظيم‬
Artinya: Dan sesungguhnya engkau Muhammad, benar-benar berbudi pekerti yang
agung. (Q.S. Al-Qur’an, 68:4).16[16]
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar
mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih
Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.17[17]
2. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai
perbutan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap
itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’ maka ia
disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbutan tercela, maka sikap tersebut disebut
akhlak yang buruk.18[18]
14 ?[14] Ibid, Hlm. 135.

15 ?[15] Zahruddin AR, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004. Hlm. 1.

16 ?[16] Al-Qur’an Al-Karim.

17 ?[17] Zahruddin AR, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004. Hlm. 4

18 ?[18] Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama. 2005. Hlm.
29.
Jika diperhtaikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana
tersebut di atas tidak ada yang saling bertenganan, melaikan salaing melengkapi, yaitu sifat yang
tertananm kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbutan lahiriah yang dilakukan dengan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
b) Sumber dan Macam-macam Akhlak
1. Sumber Akhlak
Akhlak Islam, sebab merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada kepercayaan
terhadap Allah, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri. Dengan
demikian, dasar atau sumber pokok dari akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan
sumber utama dari agama itu sendiri.19[19]
Pribadi Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan
dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabatnya yang selalu berdoman kepada
Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam berprilaku keseharian.
2. Macam-macam Akhlak
a) Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat amat banyak jumlahnya, namun
dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang
mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Akhlak Terhadap Allah
Aklak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun
tidak akan menjangkau hakekatnya.
2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati,
menyayangi dan menjaga diri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai
ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.
Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana
serta jujur dan menhindari perbutan yang tercela.
3.      Akhlak Terhadap Sesama Manusia

19 ?[19] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia. 1997. Hlm. 149.
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fingsional dan
optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu ia perlu bekerjasama dan saling tolong-
menolong dengan orang lain tersebut. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara,
karena ia berjasa dalam iut serta mendewasakan kita dan merupakan orang yang paling dekat
dengan kita. Caranya dapat dilakukank dengan memuliakannya memberikan bantuan, pertologan
dan mengharainya.20[20]
b) Akhlak Al-Mazmumah
Aklak Al-Mazmumah atau akhlak yang tercela adalah sebagai antonim dari akhlak yang
baik sebagaimana tertulis di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci
dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di
antaranya:
1. Berbohong
Berbohong adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan
yang sebenarnya.
2. Takabur atau sombong
Takabur adalah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.
Pendek katanya yaitu merasa dirinya lebih hebat.
3. Dengki
Dengki adalah rasa atau sikap tidak sengan atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.
4.      Bakhil atau kikir
Bakhil atau kikir adalah sifat sukar mengurangi sebagian dari apa yang dimiliki untuk
berbagi dengan orang lain.21[21]
c) Tujuan Akhlak
Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang
bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbutan, mulia dalam tingkah laku
perangai, bersifat bijasana, sempuna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur serta suci. Dengan kata
lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan.

20 ?[20] Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama. 2005. Hlm.
49-57.

21 ?[21]Ibid, hlm. 57-59.


Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas merupakan saranan
pendidikan akhlak. Dan setiap pendidikan harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak
di atas segala-galanya.22[22]
Barmawie Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak
adalah hubungan umat islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan
baik dan harmonis.23[23]
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prinsipnya adalah
untuk mencapai kebahagiaan dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di
samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan
manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat memahami
dengan jelas betapa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dengan begitu semua bisa tercerahkan serta bisa memberi pencerahan kepada
generasi penerus sehingga dapat mengapikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Karena pendidikan tidak hanya menciptakan generasi yang cerdas secara
intelektual saja, tapi juga generasi yang mempunyai akhlakul karimah serta santun dalam
bersosialisasi dengan lingungannya.
Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Qur’an
terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian Muslim yang sempurna. Sedangakn lembaga
adalah tempat berlangsunya proses bimbingan jasmani dan rohan berdasarkan Al-Quraa’an yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia berkepribadian
Muslim.
RA Al-Hikam Malang sebagai salah satu institusi yang menyelenggarakan pendidikan
diharapkan dapat memberikan motivasi bagi anak-anak didinya untuk menjadi bagian dari
Sumber Daya Manusia yang unggul di segala bidang, khususnya dalam pembentukan
kepribadian Muslim yang sempurna.
C. Hipotesa Penelitian

22 ?[22] Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004. Hlm. 115.

23 ?[23] Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, Solo: CV Ramadhani. 1988. Hlm. 2.
Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan di atas, maka penelitian mengajukan
pertanyaan sebagai berikut: Apakah anak didik atau siswa memperoleh nilai tinggi dalam
pelajaran agama, mempunyai akhlak yang lebih baik dari siswa yang memperoleih nilai rendah.
Berdasarkan pertanyaan di atas maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan akhlak siswa antara yang memperoleh nilai tinggi dalam
pelajaran agama dengan siswa yang memperoleh nilai rendah.
Ha: Siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama memiliki akhlak yang
lebih baik jika dibandingkan dari siswa yang memperoleh nilai rendah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitaan
Metode yang digunakan dalam membahas proposal ini adalah metode deskriftif analisis.
Deskritif digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai
permasalahan yang terkait dengan isi proposal skripsi ini. analitis dipakai agar penulis dapat
menyusun proposal skripsi ini dalam bentuk yang sistematis sehingga mengena pada inti
permasalahan dan memperoleh hasil penelitian yang benar.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RA Al-Hikam Malang dan membutuhkan waktu
sekurang-kurangnya 3 bulan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, tumbuh-
tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
sebuah penelitan.24[24] Adapun populasi pada penelitian ini adalah murid-murid RA Al-Hikam
Malang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat karakteristik yang sama
sehingga betul-betul mewakili populasi.25[25]
24 ?[24] Herman Resito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Hlm. 49.

25 ?[25] Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru.
1989. Hlm. 84.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik random
sampling, yakni pengambilan secara acak dari jumlah populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field
research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian.
Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi diartiakn dengan pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ii mengadakan pengamatan dengan
mencatat data atau informasi yang diperlukan dan dibutuhkan sesuai dengan masalah yang
diikuti.
2. Dokumentasi
Suatu usaha aktif baik suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil pengolahan
bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi badan atau lembaga yang mengadakan. Dokumen
ini dilakukan untuk memperoleh data sejarah didirikannya RA Al-Hikam Malang, keadaan
sarana dan prasarana dan juga data-data guru RA Al-Hikam Malang.
3. Angket
Dengan metode angket ini penulis mempersiapkan sejumlah pertanyaan tertentu,
kemudian diseberkan kepada responen, untuk mendapatkan jawaban yang diperlukan secara
langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi untuk dijadikan sampel dalam penelitian
untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa.
Angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai
jawaban terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.
E.     Teknik Analisis Data
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah analisa data,
yaitu:
1. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para
responden. Jadi setelah angket dan tes diisi oleh responden dan diserahkan kembali kepada
penulis, kemudian penulis memeriksa satu per satu angket dan tes tersebut. Bila ada
jawabanyang diragukan atau tidak dijawab maka penulis menghubungi responden yang
bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya.
Tujuan editing yang penulis lakukan adalah untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau
kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang diselesaikan.
2. Tabulating
Tabulating adalah mengelolah data dengan memindahkan jawaban-jawaban yang terdapat
dalam angket dan telah dikelompokan ke dalam bentuk bable frekuensi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981.

Al-Qur’an Al-Karim.

AR, Zahruddin, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004.


Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998.

Drs. Ahmad D. Marimba, Metodik khusus Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981.

Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, Solo: CV Ramadhani. 1988.

Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia. 1997.


Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.

Majid, Abdul, A.Ag, et.ol, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT
Remaja Rosdakarta. 2004.

Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004.

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama. 2005.
Resito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru. 1989.

Diposkan oleh rf_1soccer d7:51 PM


http://rachmatfatahillah.blogspot.com/2012/03/contoh-proposal-skripsi-pai-kualitatif.html

(BAGIAN 2)
PROPOSAL PENELITIAN
“PENGARUH PENDIDIKIN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MTSN MUARA ENIM KECAMATAN MUARA
ENIM”.
C. Batasan Masalah.
Agar penelitian tidak terlalu luas dan untuk lebih terarah, maka di batasi. Pada bagin pengaruh
pendidikan orang tua murid dalam meningkatkan perestasi. Belajar pendidikan agama islam di
MTSN Muara Enim Kecamatan Muara Enim.

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian.


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan orang tua siswa MTSN MTSN Muara Enim
Kecamatan Muara Enim.
b. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar pendidikan agama islam di MTSN Muara Enim
Kecamatan Muara Enim.
c. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan orang tua siswa terhadap prestasi belajar
pendidikan agama islam di MTSN Muara Enim Kecamatan Muara Enim.
d. Sebagai imformasi kepada masyarakat luas tentang pengaruh pendidikan orang tua dalam
meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama islam di MTSN Muara Enim Kecamatan Muara
Enim.

E. Hipotesis yang kebenarannya dibutuhkan melalui analisa secara lebih lanjut dalam pendidikan
ini dirumuskan sebagai berikut’’ semakin baik pendidikan orang tua, maka semakin baik prestasi
belajar pendidikan agama Islam MTSN Muara Enim Kecamatan Muara Enim.

F. Variabel
Variabel Indevenden Variabel Devenden

G. Defenisi Operasional Variabel


1. Pendidikan Orang Tua Murid.
Cara orang tua membimbing anak tentang pelayanan agama islam baik dirumah atau di luar
rumah, dengan indicator adalah sebagai berikut :
a. Membantu pekerjaan rumah.
b. Mengajar sholat berjama’ ah dan mengaji di rumah.
c. Mengajarkan mengaji di TPA.
d. Memberikan contoh yang baik.
2. Prestasi Belajar
Hasil belajar yang diterima siswasetelah melewati suatu proses pembelajaran yang di tandai
dengan ulangan nilai raport.

H. Metodelogi penelitian.
1. Populasi dan Sampel.
Dalam penelitian ini meliputi populasi yaitu orang tua dan siswa MTSN Muara Enim Kecamatan
Muara Enim.
Dengan mengambil sampel dari orang tua siswa kelas kelas III, kemudian ditarik sebagai
kesimpulan.
2. Jenis Dan Sumber Data.
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini ada dua macam:
a. Kualitatif yang terdiri dari:
Nilai, kegiatan belajar, metode atau cara orang tua menidik anak.
b. Kuanitatif terdiri dari:
Jumlah gedung, siswa, guru, pegawai, pasilitas belajar dan lain-lain.sumber data yang diperlukan
dalam penelitian adalah :
1. Primer yaitu kepala sekolah, orang tua dan siswa.
2. Sekunder yaitu buku, laporan Koran dan lain-lain.
3. Metode Pengumpulan Data.
Untuk mengumpulkan data yang relevan maka penulis mengunakan metode:
a. Pengamatan Opservasi.
Metode ini digunakan untuk mengamati beberapa halyang menyangkut sarana dan fasilitas
MTSN Muara Enim Kecamatan Muara Enim.

b. Metode Wawancara.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan imformasi tentang latar belakang didirikannya MTSN
Muara Enim Kecamatan Muara Enim, sumber data MTSN Muara Enim Kecamatan Muara Enim
(Daftar pertanyaan terlampir ).
c. Metode dokumentasi.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang siswa MTSNMuara Enim yang meliputi
klasifikasi kelas, klasifikasi pendidikan orang tua murid, keadaan guru/pegawai serta setatus ke
pegawayan dan proses kegiatan belajar mengajar di MTSN Muara Enim Kecamatan Muara
Enim.
4. Teknik Analisa Data.
Setelah semua data terkumpul, maka diadakan pemeriksaan seperlunya, kemudian diadakan
analisa data dengan uji stastistik. Adapun untuk mengetahui kompetensi guru agama islam
maupun prestasi belajar siswa, dapat dianalisa dengan uji stastistik.
TSR, yaitu:

Sedangkan untuk menguji hepotesa dapat dilakukan dengan analisa korelasi Kutengensi, dengan
rumus:

1. Sestematika pembahasan.
Untuk mempermudah pemahaman dan penjelasan kegiatan, maka disusun dan disajikan dalam
beberapa pembahasan serta beberapa bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan Kegunaan penelitian, hivotisis,
variabel, depinisi operasional Variabel, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB 11 LANDASAN TEORI
Meliputi pengertian, dasar dan tujuan pendidikan agama Islam, Pendidikan orang tua dan prestasi
belajar, metode pembelajaran pendidikan agama Islam dan lain-lain.
BAB 111 KEADAAN UMUM MTSN MUARA ENIM KECAMATAN
MUARA ENIM.
Dalam bab ini mengemukakan tentang gambaran umum keadaan MTSN Muara Enim yang
meliputi letak dan sejahteranya, keadan siswa dan guru, sarana dan prasarana, fasilitas serta
proses mengajar.
BAB IV PENGARUH PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MTSN
MUARA ENIM KECAMATAN MUARA ENIM.
Bab ini menyajikan tentang pengaruh pendidikan orang tua terhadap
Prestasi belajar pendidikan agama islam siswa MTSN Muara Enim Kecamatan Mura Enim.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.
Bab ini merupakan bab terakhir yang berupa kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

A. Departemen pndidikan nasional repoblik Indonesia, undang-undang republic Indonesia nomor


20 tahun 2003, Jakarta.
Ny.siti partini sudirman, pisikologi pendidikan, ( Yogyakarta: 1988).
Dr. zakiyah, pembinaan mental agama islam, ( Jakarta: 1979).
Departemen agama RI,AL,Qur’an dan erjemahanya, Jakarta 1987/1988.
Yusuf muri, pengantar ilmu pendidikan, Jakarta, balai pustaka, 1982.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2024786-contoh-proposal-skripsi-pai-
pengaruh/#ixzz2DgzNxbZZ
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2024786-contoh-proposal-skripsi-pai-pengaruh/

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE DAN OUTSIDE


CIRCLE TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI

(Studi di …………………)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Agama
Islam (PAI) Jurusan Tarbiyah STAIKHA

Disusun Oleh :

________________

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM                              

……………………………………………..

2012

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
proposal skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan Pemahaman Pelajaran Pai Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran Inside Outside Circle Pada Siswa Kelas Vii Smp Tahun
Pelajaran 2012/2013 (Studi di SMPN 1 Jawilan).

Adapun penyusunan proposal skripsi ini dilakukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan
Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Program S1 Tarbiyah di Sekolah
Tinggi Agama Islam K.H. Abdul Kabier (STAIKHA) Kubang – Petir – Serang dan selanjutnya
proposal ini sebagai pertimbangan pihak terkait untuk dilanjutkan kebentuk skripsi.

Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini, oleh karena itu
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan demi hasil penelitian yang
lebih baik.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada ketua dan civitas akademika Sekolah Tinggi
Agama Islam K.H. Abdul Kabier (STAIKHA) yang senantiasa memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
umumnya bagi pembaca.

Kubang,    Juni 2012

Penyusun,

MASTUROH

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE DAN OUTSIDE


CIRCLE TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI

A.  Latar Belakang Masalah

Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang  sangat
penting bagi kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan berisikan
tuntunan bagi siswa dalam menjalani kehidupan agar memiliki pribadi yang soleh atau solehah.
Dengan adanya tuntutan inilah pendidik harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
dan menerapkan ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI), sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang berakibat pada peningkatan mutu pendidikan. Adanya berbagai jenis
hambatan dalam diri guru maupun siswa, proses belajar mengajar sering tidak efektif dan tidak
efisien.[1]
Suasana belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas
belajar mengajar. Apabila pembelajaran menyenangkan dapat menimbulkan minat dan motivasi
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru harus dapat memfasilitasi siswa
agar dapat meningkatkan potensi yang dimiliki oleh siswa dan membuat siswa aktif dalam
belajar sehingga tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat tercapai.

Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) selalu dipandang sebagai pelajaran yang sangat sulit,
sehingga kurang diminati oleh banyak siswa. Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
diperoleh siswa selalu monoton dan disajikan kurang menarik oleh guru. Dalam pembelajaran
konvensional siswa selalu mengantuk dan perhatiannya kurang karena membosankan, sehingga
pemahaman belajar menurun.

Penggunaan Metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan
monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang biasanya menggunakan metode konvensional memang sudah membuat siswa
aktif, namun kurang dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa yang kelak dapat berguna
dalam kehidupan sosial.

Upaya peningkatan pemahaman belajar sangatlah tidak mudah, karena pembelajaran


konvensional sekarang ini kurang cocok lagi untuk mentransfer ilmu ke peserta didik. Jadi perlu
adanya strategi pembelajaran yang dapat menarik bagi siswa untuk belajar Pendidikan Agama
Islam (PAI). dalam pembelajaran, stategi pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting
untuk meningkatkan pemahaman belajar.

Salah satu Metode pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif.
Metode pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit
juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama dalam
kelompoknya dan melatih siswa dalam berpikir kritis sehingga kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran yang disampaikan dapat meningkat.

Hal lain yang penting dalam pembelajaran kooperatif adalah dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan sikap yang positif, menambah motivasi belajar dan rasa percaya diri bagi
siswa, menambah rasa senang berada di sekolah dan rasa sayang terhadap teman-teman
sekelasnya.

Metode Inside-Outside Circle adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode
ini siswa dituntut untuk bekerja kelompok, sehingga dapat memperkuat hubungan antar individu.
Selain itu metode pendekatan ini memerlukan ketrampilan berkomunikasi dan proses kelompok
yang baik.[2]

Selain pemilihan strategi yang tepat, hal lain yang dapat mempengaruhi pemahaman belajar
adalah aktivitas belajar siswa. Siswa yang aktivitas belajarnya tinggi akan lebih cepat dalam
bertindak untuk melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa. Dan
sebaliknya, siswa yang aktivitas belajarnya rendah merasa malas untuk belajar.
Untuk siswa kelas VII SMP semester 1 pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) akan lebih
efektif bila disampaikan melalui strategi yang tepat. Dalam hal ini, metode pembelajaran Inside-
Outside Circlesangatlah tepat untuk pembelajaran. Pada pembelajarn Inside-Outside Circlesiswa
dalam kelas dibagi dalam 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok
lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar.

Dari permasalahan tersebut diatas, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul
”PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE DAN OUTSIDE
CIRCLE TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI” (Studi
di SMPN 1 Jawilan).

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahn
sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan metode pembelajaran Inside-Outside Circle di SMPN 1 Jawilan?


2. Bagaimana pemahaman siswa pada mata pelajaran PAI di SMPN 1 Jawilan?
3. Bagaimana penggunaan model pembelajaran Inside-Outside Circle dan aktivitas belajar
siswa terhadap pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMPN 1 Jawilan?

C.   Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran Inside-Outside Circletehadap


pemahaman belajar siswa di SMPN 1 Jawilan.
2. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap pemahaman belajar siswa.
3. Untuk mengetahui interaksi antara metode pembelajaran Inside-Outside Circledan
aktivitas belajar siswa terhadap pemahaman belajar.

D.   Kerangka Pemikiran

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran
Islam (knowing), terampil melakukan ajaran Islam (doing), dan melakukan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari (being). Adapun tujuan pendidikan agama Islam di sekolah umum adalah
untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan melakukan, dan pengamalan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan utama pendidikan agama Islam di sekolah ialah keberagamaan,
yaitu menjadi muslim yang sebenarnya. Keberagamaan inilah yang selama ini kurang di
perhatikan.

Pendidikan agama dapat didefenisikan sebagai upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat


kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt kepada manusia, upaya tersebut
dilaksanakan tanpa pamrih apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada Allah.[3]

Ahli lain juga menyebutkan bahwa pendidikan agama adalah sebagai proses penyampaian
informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia menyadari
kedudukannya, tugas dan fungsinya di dunia dengan selalu memelihara hubungannya dengan
Allah, dirinya sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa (termasuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya).[4]

Mengingat begitu pentingnya pemahaman akan materi pendidikan agama Islam, maka tingkat
pemahaman siswa harus menjadi prioritas diantara mata pelajaran lain. Maka dari itu tenaga
pendidik harus mampu menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam penyampaian materi
Pendidikan Agama Islam ini.

Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran,
yang pada dasarnya metode mengajar ini merupakan teknik yang digunakan di dalam melakukan
interaksi dengan siswa disaat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Ada bebarapa prinsip yang ahrus kita perhatikan dalam pengguanaan metode mengajar, terutama
yang berkaitan langsung dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya :

1. Harus dapat membangkitkan rasa keingintahuan siswa terhadap materi pelajaran, atau
yang biasa deseburt dengan curriosity.
2. Metode mengajar harus dapat memberikan peluang untuk berekspresi dalam aspek seni
yang kreatif.
3. Metode mengajar harus dapat memungkinkan siswa belajar untuk memecahkan masalah.
4. Memungkinkan siswa untuk selalu menguji kebenaran akan sesuatu, atau disebut sikap
skeptis.
5. Metode mengajar harus dapat membuat siswa  untuk melakukan penemuan terhadap
suatu topik atau berinkuiri.
6. Harus memungkinkan siswa untuk menyimak.
7. Independent study, memungkinkan siswa untuk mampu belajar secara mandiri .
8. Cooperatif learning, metode harus dapat memungkinkan siswa untuk belajar secara
kelompok.
9. Harus dapat membuat siswa termotivasi dalam belajar.
Berdasarkan beberapa prinsip penggunaan metode mengajar diatas, maka peneliti memilih
metode inside outside circle ini. Inside outside circle adalah mode pembelajaran dengan sistim
lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Sintaksnya adalah: Separuh dari sejumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,
separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan
berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar berputar kemudian
berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya.

   
PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN INSIDE PEMAHAMAN SISWA  
DAN OUTSIDE CIRCLE PADA MATA PELAJARAN
PAI  
(VARIABEL X)
(VARIABEL Y) E.
Hipoptesis
Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawan sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis
yang dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya.[5]

Dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya melalui jalan riset. Dengan kata lain
hipotesisi merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah yang membutuhkan
pembuktian atau diuji kebenarannya.

Dari gambaran diatas dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut :

H0 :  Diduga dapat meningkatkan pemahaman pelajaran PAI dengan menerapkan model


pembelajaran inside outside circle pada siswa kelas vii smp tahun pelajaran 2012/2013

H1 :      Diduga tidak dapat meningkatkan pemahaman pelajaran PAI dengan menerapkan model
pembelajaran inside outside circle pada siswa kelas vii smp tahun pelajaran 2012/2013

F.  Sistematika Penelitian

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terbagi kedalam lima bab, sebagai berikut :

Bab I adalah Pendahuluan ; terdiri atas Latar Belakang Masalah,Identifikasi Masalah, Perumusan
Masalah, Pemecahan Masalah, TujuanPenelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

Bab II adalah Kajian Pustaka; terdiri atas Melafalkan Huruf Hijaiyah, Media Lagu, dan Mata
Pelajaran Al-Qur’an Hadits.
Bab III adalah Metode Penelitian; terdiri atas Pendekatan Penelitian, Kancah Penelitian, Metode
Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian, Subyek Penelitian, Prosedur Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Instrumen Pengumpulan data, Teknik Pengumpulan data, dan Analisis Data.

Bab IV adalah Hasil Dan Pembahasan Penelitian ; terdiri atas Deskripsi Hasil  Penelitian, dan
Pembahasan.

Bab IV adalah Kesimpulan Dan Saran-Saran; terdiri atas Kesimpulan, dan Saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Reni dan Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Grasindo.

Bahari, Abdullah dkk. 2000. Metode Belajar Anak Kreatif. Bandung : Dwi Pasha Press.

B. Adam. Macam-macam metode pembelajaran. Diakses dari  http://store.cc.cc/


Macam_macam_Metode_Pembelajaran_g1g177821 Pada tanggal 30 Mei 2012

Drajat, Zakiah, 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara

Ma’arif, Samsoel. 1993. Peran Pendidikan Moral dan Agama. Yogyakarta : Mitra Pustaka.

Markus, Alim. 1995. Manajemen Pendidikan Sekolah Terbuka; Representasi Sistem Pendidikan
De-Birokratisasi. Yogyakarta : Mitra Pustaka.

Purwandaru, Setyawan, dan Esther Wahyudi Salim. Belajar Reaktif. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Rachmat Widodo. Model Pembelajaran Inside-Outside-Circle (Spencer Kagan). Diakses dari


http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/10/model-pembelajaran-24-inside-outside-circle-spencer-
kagan/. Pada tanggal 30 Mei 2012

Riyanto, Yatim. 2006. Pengembangan Kurikulum dan Seputar Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP), IKAPI : Universiti Press.

Shaleh, Abdul, Rahman, 2005.  Pendidikan Agama dan Pembangunan Untuk Bangsa.Jakarta :


PT. Raja Grafindo Persada.

Sukuco, Padmo. 2002. Penleitian Kualitatif : Metodologi, Aplikasi, dan Evaluasi. Jakarta :
Gunung Agung.
Suriah. N. 2003. Penelitian Tindakan. Malang : Bayu Media Publishing.

Suryaman, Maman. 1990. Kerangka Acuan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa. Bandung :
Angkasa.

Starawaji. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Berbagai Pakar. Diakses dari
http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/pengertian-pendidikan-agama-islam-menurut-
berbagai-pakar/ Pada tanggal 31 Mei 2012.

Margono, S. Drs. 2001, Metodologi Pendidikan.  PT. Rineka Cipta,  cet.01 Press.cet 9.

Tafsir, Ahmad, 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya

Wibawa, B. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga
Pendidikan.

Zuhaerini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional.

[1] Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. 1992. Hal.57.

[2] B. Adam. Macam-macam metode pembelajaran. Diakses dari  http://store.cc.cc/


Macam_macam_Metode_Pembelajaran_g1g177821 Pada tanggal 30 Mei 2012. Pukul 13:00 wib.

[3] ibid

[4] Off cit

[5] Margono, S. Drs. 2001, Metodologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta, cet.01 Press.cet 9.

About these ads

http://kreativitasdircom.wordpress.com/2012/08/22/contoh-proposal-skripsi/

Belajar Sendiri

Strategi Pembelajaran LSQ (Learning Start With a Question) dan IS (Information Search)
Di Sekolah
Oleh: Hendi Burahman
A.Pendahuluan
Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan
perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan
pendidikanya. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang dirumuskan dalam Undang-Undang
No.20 tahun 2003 khususnya pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang-Undang tersebut,
harus dipahami dan disadari oleh setiap pengembang kurikulum. Sebab, apapun yang
direncanakan dan dikembangkan serta dilaksanakan dalam setiap proses pendidikan pada
akhirnya harus bermuara pada pengembangan potensi setiap anak agar mereka menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa, memiliki akhlak yang mulia, manusia yang sehat, berilmu, cakap
dan lain sebagainya.
Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi
pencapaian tujuan. Guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran apa yang paling
tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar peserta
didik, dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah dipilih. Tujuan
utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah adalah mengembangkan
strategi belajar-mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini dimaksudkan sebagai upaya
untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan dan dapat mempengaruhi peserta
didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat meraih prestasi belajar
secara memuaskan. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan belajar mengajar merupakan
pekerjaan kompleks dan menuntut kesungguhan guru.
Strategi pembelajaran yang baru berkembang adalah metode Learning Start With A Question
(LSQ) dan Information Search (IS) yang dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Untuk
meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam bertanya diperlukan suatu strategi yang tepat.
Strategi yang dapat menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah
strategi LSQ yaitu suatu strategi pembelajaran aktif dalam bertanya. Agar siswa dapat memiliki
daya berinkuiri dan saling bekerjasama diperlukan suatu strategi dan metode yang disebut
dengan strategi IS, yaitu suatu strategi pembelajaran mencari informasi melalui diskusi
kelompok. Namun ironisnya, strategi pembelajaran ini tidak semuanya digunakan oleh setiap
guru mata pelajaran di sekolah-sekolah. Padahal jika dilihat dari peran dan fungsi strategi
pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question) dan IS (Information Search), sangat urgen
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana memilih strategi pembelajaran?
2.Apa dampak dari pelaksanaan strategi pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question)
dan IS (Information Search)?
C.Pengertian Strategi Pembelajaran
Setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam melaksanakan suatu kegiatan. Biasanya cara
tersebut telah direncanakan sebelum pelaksanaan kegiatan. Bila belum mencapai hasil yang
optimal, dia berusaha mencari cara lain yang dapat mencapai tujuannya. Proses tersebut
menunjukkan bahwa orang selalu berusaha mencari cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan. Setiap orang yang menerapkan cara tertentu dalam suatu kegiatan menunjukkan
bahwa orang tersebut telah melakukan strategi. Dan strategi tersebut dipakai sesuai dengan
kondisi waktu dan tempat saat dilaksanakannya kegiatan.
Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, yaitu strategi dan pembelajaran. Istilah strategi
(strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani, sebagai kata benda,
strategos, merupakan gabungan kata “stratos� (militer) dan “ago� (memimpin),
sebagai kata kerja, stratego, berarti merencanakan (to plan)1. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus2. Sedangkan secara umum strategi mengandung pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan3. Strategi, menurut
Poerwadarminta adalah; 1). Ilmu siasat perang, 2). Siasat Perang, 3). Bahasa Pembicaraan akal
(tipu muslihat) untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan Pembelajaran merupakan
terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere”
yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan
pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran4.  Pengertian ini lebih
mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi
sebagai suatu cara yang dianggap mampu untuk mencapai suatu tujuan yang telah terprogram
secara sistematis.
Sedangkan pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, di mana mengajar dilakukan
oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Konsep
pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu5. Pembelajaran menurut Dimyati dan
Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan penyediaan sumber belajar6. Jadi, menurut penulis,
pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pendidik
(guru) untuk membantu peserta didik (siswa) aktif dalam kegiatan belajar yang telah dirancang
oleh guru.
Strategi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar disebut strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran menurut Slameto ialah suatu rencana tentang pendayagunaan dan sarana yang ada
untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengajaran7. Menurut Nana Sudjana, strategi
pembelajaran adalah tindakan guru melaksanakan variabel pengajaran (yaitu tujuan, materi,
metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan8. Dari berbagai pendapat mengenai strategi pembelajaran di atas, dapat di simpulkan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan pendidik (guru) untuk
mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
mencapai hasil yang diharapkan

D.Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran


Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika
kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu
juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan
menentukan bagaimana cara mencapainya.
Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan:
a.Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan adalah:
1)Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek
2)Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau
tingkat rendah ?
3)Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
b.Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1)Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
2)Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak ?
3)Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?
c.Pertimbangan dari sudut siswa:
1)Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
2)Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa ?
3)Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
d.Pertimbangan-pertimbangan lainnya:
1)Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan satu strategi saja ?
2)Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan ?
3)Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi ?9.
Dari berbagai pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi
yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek
kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan yang
berhubungan dengan aspek afektif atau aspek psikomotor, dll.

E.Pelaksanaan Strategi Learning Start With A Question (LSQ)


Secara tegas telah  dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional “berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.” Sebagai salah satu ilmplikasi dari tuntutan normatif, Udin
S. Wiranaputra mengemukakan bahwa kapasitas dan kinerja guru  pada tiap satuan pendidikan
perlu dikembangkan agar dapat memberi layanan pendidikan yang bermutu. Kapasitas dan
kinerja pembelajaran adalah kemampuan guru dalam satuan pendidikan untuk merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan melakukan penyempurnaan program pembelajaran secara utuh
dan berkelanjutan sebagai bagian integral dari perwujudan peningkatan mutu pendidikan
berbasis sekolah. Bentuk peningkatan kapasitas dan kinerja guru melalui kompetensi metodologi
adalah melalui pemahaman dan pelaksanaan  strategi pembelajaran yang mampu membangun
pembentukan sikap demokratis dan bertanggung jawab. Strategi pembelajaran adalah penataan
cara-cara atau langkah-langkah dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda guna mencapai
tujuan atau kompetensi hasil pembelajaran10.
Strategi Learning Start With a Question (LSQ) adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam
bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang
akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa
memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca atau
membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta
dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat apakah siswa telah mempelajari materi tersebut,
maka guru melakukan pre test. Selain itu, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat
rangkuman serta membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen siswa yang
belajar dan yang tidak belajar. Dengan membaca maka dapat memetik bahan-bahan pokok yang
penting. Dalam membaca terdapat beberapa cara seperti :
1)Saat membaca, siswa memberi garis bawah. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui kata yang
penting atau kata-kata yang kurang dimengerti.
2)Siswa membuat catatan atau ringkasan hasil bacaan. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui
materi yang perlu dihafal atau dikaji ulang.
Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya, membantu siswa lebih
sempurna dalam menerima informasi, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif tingkat
tinggi. Dengan demikian guru tidak hanya akan belajar bagaimana “ bertanya” yang baik dan
benar, tetapi juga belajar bagaimana pengaruh bertanya di dalam kelas. Kelancaran bertanya
(fluency) adalah merupakan jumlah pertanyaan yang secara logis dan relevan diajukan guru
kepada siswa di dalam kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi guru di dalam
proses belajar-mengajar. Pertanyaan yang disajikan guru diarahkan dan ditujukan pada pelajaran
yang memiliki informasi yang relevan dengan materi pelajaran, untuk membantu siswa dalam
mencapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan11. Zaini dkk. mengatakan bahwa langkah-
langkah pembelajaran LSQ sebagai berikut :
1)Guru memberi tahu dahulu materi apa yang akan dibahas.
2)Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari dan meminta siswa untuk
menuliskan atau memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahaminya dirumah.
3)Guru meminta siswa untuk bertanya materi yang kurang dipahami
4)pada saat membaca.
5)Guru mulai melakukan kegiatan sesuai yang direncanakan di dalam
6)Rancangan pembelajaran12.

F.Strategi Information Search (IS)


Strategi IS (Information Search) adalah suatu strategi pembelajaran mencari informasi. Informasi
dapat diperoleh melalui koran, buku paket, majalah, atau internet. Hal tersebut digunakan agar
siswa dapat memiliki informasi lebih tentang materi tersebut. Agar siswa aktif mencari
informasi, maka guru membuat suatu permasalahan yang dituangkan di dalam LDS (Lembar
Diskusi Siswa). Pencarian informasi ini dilakukan secara kelompok, yang bertujuan agar
permasalahan tersebut terselesaikan dengan cepat, dan apabila siswa malu bertanya kepada guru
siswa dapat bertanya dengan teman sekelompoknya, sehingga terjadi tukar pendapat antar
anggota kelompok13. Langkah-langkah strategi IS sebagai berikut : Guru membuat suatu
permasalahan yang mana dalam permasalahan tersebut siswa diminta untuk mencari informasi
agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Permasalahan ini dituangkan di dalam LDS, dan
LDS ini dikerjakan secara kelompok. Tiap kelompok dapat mencari informasi tersebut melalui
bahan-bahan sumber yang bisa diakses siswa, seperti koran, majalah internet, dan buku paket
lainya. Setelah siswa menyelesaikan LDS dengan waktu yang telah ditetapkan, kemudian guru
meminta siswa untuk mempresentasikan jawaban tersebut di depan kelas. Kelompok lain
mendengarkan, melontarkan pertanyaan, dan menyanggahnya, sehingga terjadi diskusi di kelas.
Selanjutnya guru menegaskan kembali materi yang telah dibahas, hal ini bertujuan agar siswa
tidak mengalami salah persepsi tentang materi tersebut. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa
strategi LSQ dan IS ini memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan dari strategi LSQ dan IS sebagai
berikut :
1)Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki
sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru.
2)Siswa aktif bertanya dan mencari informasi.
3)Materi dapat diingat lebih lama.
4)Kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tentang materi tersebut tanpa
bantuan guru.
5)Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas
wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok.
6)Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara berkelompok dan saling bekerjasama antara
siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Melalui langkah-langkah dalam strategi
LSQ dan IS akan membuat beberapa tahapan pembelajaran yang menggunakan strategi LSQ dan
IS yang dibantu dengan diskusi kelompok.

G.Analisis SWOT dalam strategi pembelajaran LSQ dan IS


Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi,
berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Sthrengths) dan peluang
(Opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). Jadi, analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan
Ancaman dengan faktor internal Kekatan dan Kelemahan14.
Strategi pembelajaran LSQ dan IS dianalisis menggunakan analisis swot menghasilkan berbagai
solusi dan permasalahan, namun dengan berbagai bahasan strategi ini dapat dikatakan layak
digunakan dalam proses pembelajaran.
Kekuatan
Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
Pembelajaran dapat lebih menarik
Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
Peran guru berubahan kearah yang positif
Peluang
Menarik perhatian siswa
Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran
Mengatasi keterbatasan ruang
Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif
Waktu pembelajaran bisa dikondisikan
Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar
Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar.
Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam
Meningkatkan kadar keaktifan atau keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Tantangan
peserta didik dituntut respon dengan proses pembelajaran
peserta didik akan terpancing untuk berfikir
peserta didik harus melkukan komunikasi agar mendapatkan respon dari peserta didik yang lain.
Menyediakan fasilitas yang sesuai dengan pokok kajian
pendidik harus melakukan pengkondisian kelas, karena proses LSQ harus terjadi komunikasi 1
lawan 1 dan 1 lawan audiens
sebelum proses berlangsung, pendidik harus mengarahkan peserta didik untuk menyiapkan
bahan yang dibahas
peserta didik dituntut berani dan tidak malu
pendidik harus menjadi netral dalam pelaksanaan proses tersebut.
Kelemahan
peserta didik yang jarang memperhatikan atau bosan jika bahasan dalam strategi tersebut tidak
disukai
pelaksanaan strategi harus dilakukan oleh pendidik yang kreatif dan vokal, sedangkan tidak
semua pendidik di Indonesia memiliki karakter tersebut.
Tidak semua lembaga bisa melaksanakannya, karena fasillitas harus tersedia
menjadi hambatan dengan berbagai pola pikir dan karakter peserta didik yang berbeda-beda
H.Kesimpulan
Sebelum melaksanakan berbagai macam strategi yang bervariatif, hendaknya pendidik memilih
strategi yang sesuai dengan kondisi peserta didik agar tujuan pembelajaran aktif, kreatif dan
menyenangkan dapat dicapai. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran
Melaksanakan berbagai macam strategi pembelajaran adalah upaya guru dalam mengembangkan
kualitas peserta didik. Dengan melaksanakan strategi pembelajaran LSQ (Learning Start With a
Question) dan IS (Information Search) Untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam
bertanya dan menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa serta dapat memiliki daya berinkuiri
dan saling bekerjasama.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi ke-3, cet. 1,

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Algensindo, 2002)

Rasyad, Aminuddin , Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003)

Sudjana S, Strategi Pembelajaran, cet. 3, (Bandung: Falah Production, 2000)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), cet. 2,

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk membantu memecahkan  problematika
belajar dan mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2003)

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara,
1991)

Sunaryo. Strategi Belajar Mengajar Dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. (Jakarta::
Depdikbud 1989)

Udin, S. Winataputra,. Pedoman  Umum Sekolah Sebagai  Wahana Pengembangan Warga


Negara Yang Demokratis dan  Bertanggung Jawab melalip Pendidikan Kewarganegaraan
(Jakarta: Dirjen. Mandikasmen 2007)
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ed. 1, cet. 5,
(Jakarta: Kencana, 2008)

Zaini, Hisyam; Bermawy Munthe; Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta :
Pustaka Insan Madani 2008)

Diposkan oleh Belajar Sendiri di 04:16

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

http://alone-education.blogspot.com/2009/07/strategi-pembelajaran-lsq-learning.html

Pembelajaran Aktif Tipe Learning start with a Question (LSQ)


oleh: percailmu     Pengarang : dina

 Summary rating: 3 stars (4 Tinjauan)


 Kunjungan : 128
 kata:300 

More About : learning starts with a question


 

Learning starts with a question (LSQ) adalah salah satu tipe dalam pembelajaran aktif. LSQ ini
adalah salah satu cara untuk menciptakan kondisi pembelajaran dengan menstimulir siswa untuk
menyelidiki atau mempelajari sendiri materi pelajaran tanpa penjelasan terlebih dahulu oleh
guru. Strategi ini dapat menstimulasi pengajuan pertanyaan yang mana merupakan kunci belajar.

Silberman (2006: 157)mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan menggunakan tipe ini


adalah:

a. Bagikan kepada siswa bahan ajar yang dipilih sendiri.

b. Perintahkan siswa untuk mempelajari bahan ajar dengan pasangannya. Perintahkan agar
masing-masing pasangan sebisa mungkin berupaya memahami bahan ajar dan mengenali apa
saja yang tidak mereka pahami dengan menandai bahan ajar dengan pertanyaan di dekat
informasi tersebut.

c. Perintahkan siswa untuk kembali pada posisi semula dan jawablah pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh siswa.
Guru juga dapat memvariasikan tipe ini sesuai dengan kebutuhan kelas. Variasi yang dapat
dilakukan diantaranya menurut Silberman (2006: 158) adalah:

a. Jika guru merasa bahwa siswa akan kesulitan untuk mempelajari sendiri materi pelajaran,
berikan sejumlah informasi yang mengarahkan siswa atau beri pengetahuan dasar yang
diperlukan untuk bisa mengajukan pertanyaan sendiri. Selanjutnya bentuk kelompok-kelompok
belajar.

b. Mulai prosedur ini dengan belajar secara berkelompok, bukan secara berpasangan.

Sesuai prosedur di atas maka pelaksanaan pembelajaran tipe LSQ dengan memberikan LKS
kepada siswa. Di awal pembelajaran siswa diminta untuk duduk di dalam kelompoknya masing-
masing, kemudian guru memberikan LKS untuk dipelajari dan mendiskusikan LKS yang
diberikan.

Pembentukan kelompok dapat dilakukan dengan memperhatikan keanekaragaman jenis kelamin,


latar belakang sosial, ekonomi dan etnik serta kemampuan akademik. Namun dalam penelitian
ini nantinya , pembentukan kelompok lebih diutamakan kepada kemampuan akademik dan jenis
kelamin siswa. Setiap kelompok terdiri dari 3–5 orang yang berkemampuan tinggi, menengah
dan rendah.

Langkah-langkah pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademik menurut Anita


(2002: 41) yaitu:

a. Siswa diurutkan dari tingkat kemampuan rendah sampai kemampuan tinggi.

b. Pembentukan kelompok I dilakukan dengan mengambil satu orang siswa berkemampuan


tinggi, satu orang berkemampuan menengah, dan dua orang berkemampuan rendah.

c. Pembentukan kelompok II dan seterusnya dilakukan dengan mengambil siswa dari urutan
yang telah dikemukakan pada point b.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2297556-pembelajaran-aktif-tipe-
learning-start/#ixzz2Dh3NEqdb

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2297556-pembelajaran-aktif-tipe-learning-start/

STRATEGI LEARNING STARTS WITH A QUESTION

(PEMBELAJARAN DIMULAI DENGAN PERTANYAAN) 

Oleh: Laksmi Purnajanti

 
1.      Pendahuluan

Kimia sebagai bagian dari sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara
sistematis merupakan bagian integral dari kehidupan modern. Seseorang yang mempelajari kimia
tidak hanya membutuhkan keterampilan saja, tetapi juga diperlukan proses berfikir untuk
memahami, menemukan, mengembangkan konsep, teori dan hukum serta pemecahan masalah
dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003). Sehubungan dengan hal tersebut, proses
pengajaran bidang studi kimia harus lebih dipandang sebagai usaha untuk membantu proses
pengkonstruksian pengetahuan dan penyadaran akan tanggung jawab siswa tentang proses
pembelajaran yang dilakukannya, seperti cara memperoleh informasi, mengekspresikan dirinya,
bagaimana belajar lebih mudah dan efektif sehingga siswa memperoleh keterampilan berfikir
dan termotivasi untuk menggali dan mengolah informasi serta memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Depdiknas (2003) mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan ilmu
yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas
pertanyaan apa dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi,
struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat. Dalam ilmu kimia terkandung
produk berupa fakta, teori, konsep dan hukum, serta terkandung proses berupa kerja ilmiah. Oleh
sebab itu dalam pembelajaran kimia di SMA perlu memperhatikan karakteristik ilmu kimia
sebagai produk dan proses.

            Kenyataan memperlihatkan hasil evaluasi terhadap pendidikan kimia menemui masalah
dalam proses pembelajaran, yaitu 1) strategi pembelajaran tidak memberikan kesempatan siswa
untuk mengaktualisasikan diri terhadap ide-ide yang mereka miliki, 2) strategi pembelajaran
kurang mampu memotivasi dan memberikan respon positif siswa untuk aktif belajar mandiri, 3)
proses pembelajaran masih menganut falsafah dari bawah ke atas, yaitu apa yang dipelajari siswa
di kelas merupakan materi tingkat lanjut yang diturunkan dari disiplin ilmu dan bukan
sebaliknya, yaitu materi yang menyangkut kehidupan sehari-hari siswa (Koes dan Arief, 2001
dalam Marzuki, 2005)

            Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Koes dan Arief (2001) dalam Marzuki (2005)
mengemukakan bahwa banyak siswa yang menganggap kimia sebagai ilmu hafalan dan
mengulang kembali apa yang disampaikan oleh guru. Siswa jarang aktif bertanya serta
menanggapi teman atau guru. Asumsi ini didukung bahwa sebagian besar materi kimia yang
diberikan kepada siswa berpusat pada hafalan mengenai fakta dan konsep yang tercakup dalam
satuan pengajaran. Tes yang meliputi penerapan konsep (C3) sampai evaluasi (C6)  jarang
diberikan. Selain itu, guru jarang memberikan kesempatan siswa untuk belajar bekerja sama,
memberikan tugas yang sifatnya membentuk pola berfikir kritis, seperti menyusun pertanyaan,
melakukan klarifikasi atau evaluasi, membuat sari bacaan dan presentasi hasil.

            Learning Starts With a Question merupakan salah satu dari strategi pembelajaran yang
bersifat konstruktivistik, strategi ini dapat diterapkan dalam pembelajaran topik-topik kimia yang
bersifat teoritis. Topik yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah teori  belajar yang menjadi
acuan, unsur-unsur penting, skenario pembelajaran serta contoh dari implementasi  model
pembelajaran  Learning Starts With a Question
            Setelah membaca  materi dalam pokok bahasan diharapkan  pembaca memperoleh 
wawasan model pembelajaran yang melibatkan Learning Starts With a Question.

1.      Teori Belajar Yang Mendasari Strategi Learning  Starts With a Question

Secara umum teori yang mendasari strategi Pembelajaran Yang Dimulai dengan Pertanyaan
(Learning Starts With a Question) ini adalah teori konstruktivisme. Prinsip penting di dalam
Teori Konstruktivisme adalah pembelajar harus membangun sendiri pengetahuannya secara
aktif. Pembelajaran yang bersifat konstruktivisme yaitu: (1) lebih memotivasi siswa dalam
belajar sebab terfokus kepada siswa, (2) mendorong siswa berfikir kritis, (3) memungkinkan
penggunaan gaya belajar yang berbeda-beda sebagai akibat dari focus perhatian kepada siswa
secara individual, (4) mendorong siswa mencari informasi secara alami dan mandiri (Iskandar,
2001). Pengajar dapat membantu proses ini dengan memberi kesempatan melalui struktur
pembelajaran. Prinsip lain yang tidak kalah pentingnya adalah dalam mengkonstruksi
pengetahuan pembelajar memerlukan interaksi dengan obyek baik yang bersifat kongkret
maupun abstrak tergantung pada tahap manakah pembelajar berada. Dalam strategi Pembelajaran
Yang Dimulai dengan Pertanyaan (Learning Starts With a Question), obyek yang dimaksud di
atas merupakan kondisi yang diberikan kepada pembelajar untuk menyusun pertanyaan tentang
materi pembelajaran yang belum dimengerti. Kegiatan ini dapat melatih keterampilan berfikir
kritis siswa karena menyusun pertanyaan merupakan upaya mengembangkan rasa ingin tahu
siswa dalam memperoleh berbagai informasi (Faisal dalam Marzuki, 2005). Nurhadi dan Senduk
(2003) mengemukakan bahwa manfaat pertanyaan yang disusun oleh siswa adalah untuk
mengetahui sejauhmana rasa ingin tahu dan yang sudah diketahui oleh siswa serta melatih siswa
berfikir kritis.

            Teori konstruktivisme melandasi pembelajaran kooperatif yakni pembelajaran yang


memusatkan pada siswa, dimana siswa yang membangun sendiri, menggali informasi baik yang
ada di buku teks maupun sumber yang lain. Strategi Learning Starts With a Question merupakan
variasi dari pembelajaran kooperatif.  Oleh karena strategi  ini merupakan variasi dari
pembelajaran kooperatif utamanya pembelajaran berkelompok, maka unsur-unsur pada
pembelajaran berkelompok berlaku pula untuk Learning Starts With A Question . Unsur –unsur
tersebut adalah: (1) interaksi langsung antar siswa dalam kelompok, (2) ketergantungan positif
bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok, (3) keterandalan individu menguasai kajian, dan
(4) keterampilan antar personal dan kelompok kecil secara efektif agar tujuan kelompok tercapai.
(Slavin, 1990: Jacob et all, 1996 dalam Marzuki, 2005) Oleh karena itu, antar anggota dalam
kelompok berpartisipasi semaksimal mungkin demi keberhasilan kelompok (Iskandar, 2004)

            Para ahli pendidikan dan psikologi sependapat bahwa motivasi amat penting untuk
keberhasilan kita belajar baik itu secara individual maupun secara kelompok. Motivasi yang kuat
membuat kita semangat bekerja keras untuk mencapai suatu tujuan. Sebaliknya motivasi yang
kurang akan membuat kita malas bertindak dan melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan
(Thabrany, 1994) 

3.      Unsur-unsur Dalam Strategi Learning Starts With a Question


Ada beberapa unsur penting yang menjadi ciri khas Strategi Learning Starts With a Question
yaitu:

1. Kemampuan individu dalam memahami informasi


2. Kerjasama tim kecil
3. Ketrampilan membuat pertanyaan secara individu
4. Kerjasama dalam tim yang lebih besar
5. Menginventarisasi focus pertanyaan/pertanyaan utama
6. Tanggapan siswa terhadap pertanyaan utama
7. Guru  menjelaskan  jawaban dari sisa pertanyaan yang belum terjawab.
8. Siswa membuat kesimpulan

4.      Skenario Pembelajaran Strategi Learning Starts With a Question

Langkah-langkah yang diambil pengajar untuk menerapkan Stategi Learning Starts With a
Question dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 1.1 Langkah-langkah Kegiatan dalam Strategi Learning Starts With a Question

No Kegiatan Pembelajaran
  Kegiatan awal.

1 Membuka kegiatan pembelajaran

2 Menyampaikan tujuan pembelajaran

   

  Kegiatan inti

3 Pengajar menentukan bacaan yang akan dipelajari

4 Kemudian pengajar meminta pembelajar membaca bacaan tersebut

5 Pengajar mengelompokkan para pembelajar dalam kelompok-kelompok kecil


  (beranggotakan 2 orang)

6 Bersama dengan temannya dalam kelompok kecil bekerjasama memaknai


wacana/mempelajari bacaan
7
Pembelajar diminta memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami dan
  diminta menyusun suatu pertanyaan.

8 Pengajar meminta dua kelompok kecil bergabung menjadi satu kelompok


(beranggotakan 4 orang) untuk membahas pertanyaan/poin-poin yang tidak
  diketahui yang telah diberi tanda

9 Pembelajar di dalam kelompoknya diminta untuk menuliskan pertanyaan tentang


materi yang dibaca yang belum dapat diselesaikan.
10
Pengajar meminta setiap kelompok menginventarisasi pertanyaan yang telah
11 ditulis

  Kelompok membacakan pertanyaan yang belum dapat diselesaikan untuk


ditanggapi kelompok lain
12
Pengajar menjelaskan jawaban dari sisa pertanyaan yang belum terjawab
 
 
13
Pengajar mengarahkan pembelajar untuk menarik kesimpulan
 
 
14
Kegiatan akhir
 
Pengajar menutup pelajaran

5.      Contoh Implementasi Strategi Learning Starts With a Question pada   Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester                : XI/2
Alokasi Waktu   : 2 x 45 menit  ( Pertemuan ke 1 )

_________________________________________________________________________

I.       Standar kompetensi

Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran, serta terapannya

II.       Kompetensi Dasar

Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

III.       Indikator

 Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan  

data hasil pengamatan (effek Tyndall, homogen/heterogen, dan

penyaringan)

IV.      Materi Pembelajaran Koloid

Sistem Dispers Dan Sistem Koloid

SISTEM DISPERS

A. Dispersi kasar : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar dari
(suspensi) 100 nm.
B. Dispersi koloid : partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 nm -
100 nm.
C. Dispersi molekuler : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil dari
(larutan sejati) 1 nm.

Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium
pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi.

 
V.        Tujuan Pembelajaran:

 Siswa dapat menjelaskan  sistem dispersi, setelah diberikan suatu campuran pasir dan air,
dan larutan garam dapur.
 Siswa dapat mengklasifikasikan persamaan dan perbedaan laritan, koloid, dan supensi
dari  data hasil pengamatan
 Setelah diberikan 6 jenis zat, siswa dapat mengklasifikasikannnya ke dalam
suspensikasar, larutan sejati dan koloid dengan benar.

VI.                Pendekatan/model pembelajaran

Konstruktivisme/Learning Starts With a Question

VII.              Media Pembelajaran.

 Buku Kimia kelas XI semester 2


 Papan Tulis, LCD
 Susu, larutan Garam dapur, keju, styrofoam, hand body, campuran pasir dan air

VIII.            Langkah-langkah Pembelajaran

    Alokasi
waktU
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. 1.       Kegiatan Awal Kegiatan Awal  

J Membuka pelajaran dengan mengucapkan J Menjawab salam 5’


salam
   
J Memeriksa kehadiran siswa
   
J Menyampaikan indikator yang ingin dicapai
J Memperhatikan  dan menulis  
“ Siswa dapat mengklasifikasikan suspensi indikator dari pembelajaran hari
kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan   ini  

data hasil pengamatan (effek Tyndall,    


homogen/heterogen, dan    

penyaringan)”    

     

1. 2.      Kegitan Inti    

J Mengemukakan konsep/tema yang akan    


ditanggapi oleh siswa, 
J Memperhatikan penjelasan  
Konsep yang akan dipelajari yaitu dari Buku Guru
Kimia 2 karangan Nana Sutresna hal 291-293  
tentang Sistem Dispersi  
 
J Meminta siswa menggali dan mengkaji  
informasi dari literature yang ada  
 
   10’
J Menggali  dan mengkaji
J Membentuk kelompok kecil  (terdiri  dari 2 informasi dari literatur yang ada  
siswa)
   
 
J Masing-masing siswa  
  bergabung membentuk
kelompok kecil  
J Meminta siswa dalam kelompok kecil
memberi  tanda sebanyak mungkin pada bagian    
bacaan yang tidak dipahami, kemudian disusun
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan   10’

  J Bersama dengan temannya  


dalam kelompok kecil,
J  Meminta 2 kelompok kecil bergabung menjadi bekerjasama memaknai wacana,  
1 kelompok (terdiri dari 4 siswa) memberi  tanda pada bagian
yang kurang/ tidak dipahami,  
  disusun dalam bentuk 
pertanyaan. 5’
 
J Setelah selesai berdiskusi  
J  Meminta siswa dalam kelompok yang lebih dengan kelompok kecil,
besar ini untuk membahas pertanyaan/poin-poin bergabung dengan kelompok  
yang tidak diketahui yang telah diberi  tanda. kecil  lain membentuk
J Meminta siswa di dalam kelompoknya untuk kelompok besar  10’
menyusun  pertanyaan tentang materi  Sistem
Dispersi  yang belum dapat diselesaikan .    

J Selama berdiskusi, melakukan observasi  J Diskusi , saling bertanya dan  


keaktifan siswa dalam tugas kelompok. saling bertukar informasi
dengan anggota kelompoknya  5’
J Meminta  dari masing-masing kelompok
mengemukakan pertanyaan tentang materi    
Sistem Dispersi  yang belum dapat diselesaikan
J Menyusun pertanyaan tentang  
  materi  yang masih belum dapat
diselesaikan/dipahami.  
J Meminta kelompok lain untuk menanggapi
(diskusi antar kelompok)    

     15’

J Jika semua kelompok belum bisa menjawab,  J Wakil kelompok  


guru menjelaskan kepada semua siswa. menyampaikan pertanyaan
hasil diskusinya dan kelompok  
J Memberikan umpan balikan terhadap apa yang lain memberi tanggapan
telah dijelaskan sampai siswa mengerti  
 
J Meminta siswa membuat kesimpulan dari  
pembelajaran yang telah dilakukan.  
 10’
J  Memberikan kuis  
 
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan  
sistem dispersi!  
2. Apa persamaan dan perbedaan antara:  J Siswa memperhatikan
 
1. Koloid dan larutan  
2. Koloid dan suspensi  5’
 
3. Termasuk ke dalam kelompok  10’
campuran manakah campuran-  
campuran berikut:  
 J Membuat kesimpulan
1. Larutan cuka  
 J Mengerjakan kuis
2. Agar-agar
 
3. Air kopi  
4. Cat
   
5. Air gula
6. Air kapur    

     

1. 3.   Kegiatan Akhir    

J Jika masih ada waktu, guru menjawab    


pertanyaan yang belum bisa diselesaikan antar
kelompok dan jika tidak ada waktu guru    
menjadikan pertanyaan itu sebagai tugas di
rumah.    

J Menginformasikan kompetensi/permasalahan    
untuk pertemuan berikutnya
   
J Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
  5’

 J Siswa menjawab salam

IX.    Penilaian

Individu.

        Pelaksanaannya melalui penilaian kuis (kognitif)

Kelompok
        Pelaksanaannya melalui penilaian unjuk kerja (performance) yaitu keaktifan kelompok
selama kegiatan diskusi berlangsung dengan menggunakan lembar observasi pembelajaran
kooperatif.

Lembar Penilaian Individu / Kuis

No Soal Jawaban Skor


1 Jelaskan apa yang dimaksud Sistem dispersi adalah pencampuran secara nyata 2
dengan sistem dispersi! antara dua zat atau lebih dimana zat yang
jumlahnya lebih sedikit disebut fasa terdispersi dan  
  zat yang jumlahnya lebih banyak disebut medium
pendispersi
2 Apa persamaan dan perbedaan 1. Koloid dan larutan  
antara:
Persamaan:  Stabil 1
1. Koloid dan larutan
2. Koloid dan suspensi Perbedaan: 6
  Bentuk campuran  

Larutan = homogen ;  Koloid = tampak homogen  

Pengamatan mikroskop  

Larutan = homogen;  Koloid = heterogen  

Jumlah fase  

Larutan = satu; Koloid = dua  

Sistem dispersi  

Larutan = molekuler; Koloid = padatan halus  

Pemisahan  

Larutan = tidak dapat disaring; Koloid = dapat  


disaring dengan kertas saring ultra
 
Ukuran partikel
 
Larutan = 10 cm; Koloid = 10 cm – 10 cm
-7 -7 -5

 
1. Koloid dan suspensi
Persamaan:  pengamatan mikroskop: heterogen,  
jumlah fase: dua
2
Perbedaan:
 
Bentuk campuran
5
Koloid = tampak homogen; suspensi = heterogen
 
Kestabilan

Koloid = stabil; suspensi = tidak stabil

Sistem Dispersi

Koloid = padatan halus; suspensi = padatan kasar

Pemisahan

Koloid = dapat disaring dengan kertas saring ultra;


suspensi = dapat disaring

Ukuran Partikel

Koloid =  10-7 cm – 10-5 cm; suspensi = > 10-5 cm


3 Termasuk ke dalam kelompok    
campuran manakah campuran-
campuran berikut:   6
1. Larutan cuka 1. Larutan
2. Agar-agar 2. Koloid
3. Air kopi 3. Suspensi
4. Cat 4. Koloid
5. Air gula 5. Larutan
6.  Air kapur  6. suspensi
Jumlah skol maksimum 22

 
                                                Jumlah skor yang diperoleh

Perolehan Nilai Siswa     : ---------------------------------------- x 100

                                                     Jumlah  skor maksimum

Lembar Penilaian Diskusi Kelompok dan Rubrik.

Indikator Kelompok 1 Rata-rata


Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5
Saling            
ketergantungan
positif
Interaksi langsung            
antar siswa
Pertanggung jawaban            
individu
Keterampilan            
berinteraksi antar
individu dalam
kelompok
Keefektifan proses            
dalam kelompok
Jumlah Skor            
NIlai            

Keterangan Penilaian diskusi:

Total Skor maksimum     : 15

Kriteria Penilaian              :          3 = jika semua deskriptor muncul

                                                  2 = jika 2-3 deskriptor muncul

                                                  1 = jika 0-1 deskriptor muncul

                                                     Jumlah skor yang diperoleh


Perolehan Nilai Siswa     : ---------------------------------------- x 100

                                                     Jumlah  skor maksimum

Rubrik.

No Indikator Deskriptor
1 Saling ketergantungan 1. a. saling membantu dan mendukung sesama kelompok
positif
2. b. menggunakan dan memanfaatkan media yang
disediakan
3. c. bekerjasama dalam memanfaatkan media

4. d. media digunakan secara adil dalan kelompok


2 Interaksi langsung antar 1. keterlibatan dalam pembentukan kelompok
siswa
2. membagi tugas sesuai kesepakatan
3. ikut membangun semangat kerjasama dalam kelompok

4. menyelesaikan dan mengecek hasil kerjasama


3 Pertanggungjawaban 1. membaca materi secara individu
individu
2. berusaha menguasai / memahami materi
3. bertanya jika belum jelas

4. menciptakan suasana tenang dalam kelompok


4 Keterampilan 1. saling membantu dalam kelompok
berinteraksi antar
individu dan kelompok 2. memberi semangat kepada teman
3. keterlibatan dalam melakukan diskusi kelompok

4. menghargai pendapat kelompok


5 Keefektifan proses 1. membuat keputusan bersama
dalam kelompok
2. mengungkapkan kesepakatan bersama
3. merasa senang dengan penghargaan yang diperoleh
dari kerja keras kelompok

4. refleksi sikap anggota kelompok dalam mendiskusikan,


menganalisis, dan umpan balik dari kelompok lain.
 
 

    DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah
Menengah dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang

Iskandar, Srini M. 2001. Penerapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia di SMU. Media
Komunikasi Kimia.

Iskandar, Srini M. 2004. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik dalam Kimia. Malang : Semi-
Que V

Marzuki, Erdi, M.R. 2005. Penerapan Strategi Pengajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching)
dalam Model Jigsaw Guna Meningkatkan Kompetensi dan Respon Siswa Pada Pembelajaran
Konsep Sistem Reproduksi Manusia di Kelas II SMA Negeri 10 Malang. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

Nurhadi, dan Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Cooperative Contextual Teaching and Learning
(CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Thabrany, Hasbullah. 1994. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Zaini, Hisyam, dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD

 http://laksmie.guru-indonesia.net/artikel_detail-28013.html

Sabtu, 24 Maret 2012

Strategi Pembelajaran Aktif Dalam Bertanya ( Learning Start With A Question)

a. Pengertian Pembelajaran Learning Start With A Question

Strategi learning start with a question adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam bertanya.
Mel Silbermen dalam bukunya Active Learning mengemukakan bahwa proses mempelajari
sesuatu yang baru adalah lebih efektif jika peserta didik tersebut aktif mencari pola dari pada
menerima saja (terus bertanya dari pada hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar).
Satu cara menciptakan pola belajar aktif ini adalah merangsang peserta didik untuk bertanya
tentang mata pelajaran mereka tanpa penjelasan dari pengajar terlebih dahulu. Strategi sederhana
ini merangsang siswa untuk bertanya, kunci belajar (Silbermen, 2007:144).

        
Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan
dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki
gambaran tentang materi yang akan dipelajari sehingga apabila dalam membaca atau membahas
materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara
bersama-sama. Untuk melihat apakah siswa telah mempelajari materi tersebut, maka guru
melakukan pre-test. Selain itu, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat rangkuman
serta membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen siswa yang belajar dan
yang tidak belajar.

b.  Keterampilan Bertanya

 Keterampilan bertanya dapat diartikan kemampuan mengungkapkan pertanyaan, baik lisan


maupun tulisan. Dalam tulisan ini, keterampilan bertanya dibatasi pada kemampuan
mengungkapkan pertanyaan secara lisan yang dilakukan oleh guru pada suasana pembelajaran
dikelas. Pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan pertanyaan dapat menggunakan kata
tanya maupun kata perintah.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa
(Suwardi, 2007:138). Yaitu:

a. Maksud Pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan untuk:

1)      Meningkatkan minat belajar siswa.

Maksudnya pertanyaan yang diajukan oleh guru diharapkan dapat memunculkan rasa ke ingin
tahuan siswa. Biasanya pertanyaan yang demikian ini dilakukan pada saat membuka dan
menutup pelajaran, meskipun dapat juga dilakukan pada saat penyampaian materi.

2)      Meningkatkan perhatian siswa terhadap suatu permasalahan.

Agar siswa terfokus pada materi yang diajarkan, biasanya guru mengajukan pertanyaan sebagai
cara untuk meningkatkan perhatian siswa pada materi yang akan atau sedang diajarkan.

3)      Mengembangkan pembelajaran aktif learning.

Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan sebagai cara mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran. Cara yang demikian ini, dalam metode pembelajaran disebut metode Tanya
jawab.

4)      Mendiagnosis kesulitan belajar.


Mendiagnosis kesulitan belajar adalah menganalisis suatu kondisi yang dapat menyebabkan
terhambatnya pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu caranya, guru dapat mengajukan
pertanyaan kepada siswanya. Apabila pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab oleh siswanya,
guru dapat menyimpulkan bahwa siswa  mengalami kesulitan belajar.

5)      Mengetahui tingkat kemampuan siswa.

Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan
siswanya. Untuk maksud ini, pertanyaan dapat diajukan pada awal, tengah maupun akhir
pembelajaran.

6)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pertanyaannya.

Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa agar dapat mengemukakan pendapat dan pandangannya. Pertanyaan yang demikian ini
penting untuk melatih keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya. Degan demikian
guru mudah mengarahkan pendapat dan pandangan siswa untuk disesuaikan dengan tujuan
pembelajarannya.

b. Sikap Bertanya

Pada saat mengajukan pertanyaan perlu dilakukan dengan sikap yang baik dan benar. Hal ini
akan tercapai, apabila pada saat mengajukan pertanyaan guru memperhatikan norma yang
berlaku dan menghargai harkat dan martabat siswa. Guru dalam mengajukan pertanyaan tidak
boleh pilih kasih. Misalnya, guru hanya mengajukan pertanyaan kepada siswa yang pandai saja
atau siswa yang kurang pandai saja atau siswa yang dikenal saja atau siswa yang duduk di depan
saja. Sikap yang demikian ini akan menjadikan siswa merasa iri.

Sikap lain yang perlu diperhatikan guru adalah perhatian dan kedekatan. Sikap ini dapat
ditunjukkan dengan cara Oleh sebab itu, guru harus berusaha mengajukan pertanyaan secara
menyebar. Selain itu, pada saat mengajukan pertanyaan harus menggunakan bahasa yang baik
dan sopan. Maksudnya guru tidak boleh menggunakan bahasa yang terkesan mengejek,
mendekati tempat duduk, menyebutkan nama siswa, memperhatikan jawaban siswa, menatap
wajah siswa, memberi pujian kepada siswa. Sikap yang demikian ini akan mendekatkan
hubungan psikologis guru dengan siswanya.

c.  Langkah-langkah Strategi Pembelajaran  Learning Start With A Question


Adapun langkah-langkah dalam penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif Dalam Bertanya
(Learning Start With A Question) (Zaini, 2008:44-45) ini adalah:

1. Guru memilih bahan bacaan yang sesuai dengan materi.


2. Guru meminta peserta didik untuk mempelajari bacaan sendirian atau dengan teman.
3. Siswa diminta memberi tanda pada bagian – bagian bacaan yang tidak difahami.
Anjurkan mereka untuk memberi tanda sebanyak

Kemudian guru membuat kelompok dan siswa di minta untuk membahas poin- poin yang tidak
diketahui.
1. Di dalam pasangan atau kelompok kecil siswa di minta untuk menuliskan pertanyaan
tentang materi yang telah mereka baca.
2. Siswa di minta untuk mengumpulkan pertanyaan yang telah di tulis.
3. Guru menyampaikan materi berdasarkan pertanyaan yang di tulis siswa.

d.      Kelebihan dan kekurangan Strategi Pembelajaran Bertanya Learning Start With A
Question

Dari penjelasan diatas dapat terlihat bahwa Strategi Pembelajaran Aktif Dalam Bertanya
(Learning Start With A Question) ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:

Kelebihan Strategi Pembelajaran Aktif Dalam Bertanya (Learning Start With A Question).

Adapun kelebihan dari Strategi Pembelajaran Aktif Dalam Bertanya   (Learning Start With A
Question) ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga
memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan
penjelasan dari guru.
2. Siswa menjadi aktif bertanya.
3. Materi dapat diingat lebih lama.
4. Kecerdasan siswa diasah pada saat siswa belajar untuk mengajukan pertanyaan.
5. Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka dan
memperluas wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok.
6. Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara berkelompok dan saling bekerjasama
antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
7. Dapat mengetahui mana siswa yang belajar dan yang tidak belajar.

Kekurangan Strategi Pembelajaran Aktif Dalam Bertanya (Learning Start With A Question).
Adapun kekurangan yang dimiliki Strategi Pembelajaran Aktif Dalam Bertanya  (Learning Start
With A Question) adalah:

1. Membutuhkan waktu panjang jika banyak pertanyaan yang dilontarkan siswa.


2. Jika guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab, pertanyaan atau
jawaban bisa melantur jika siswa tersebut tidak belajar atau tidak menguasai materi.
3. Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum atau siswa yang pasif.
4. Mensyaratkan siswa memiliki latar belakang yang cukup tentang topic atau masalah yang
didiskusikan (www.google.com/strategi pembelajaran Learning Start With a Question
dan Information Search di sekolah, di akses pada tanggal 08 April 2011).

Diposkan oleh AJATSUDRAJAT, S.Pd.I di 20:39


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Ajatsudrajat

http://sudrajatuniversity.blogspot.com/2012/03/strategi-pembelajaran-aktif-dalam.html

Efektivitas Penggunaan Metode Learning Starts With A Question Terhadap Motivasi Belajar
Peserta Didik Kelas VII semester II pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-
Irsyad Gajah Demak Tahun Ajaran 2010-2011

Undergraduate Theses from JTPTIAIN / 2012-03-06 13:25:32


Oleh : Mastiah (073111062), Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Dibuat : 2011-12-12, dengan 0 file

Keyword : Efektivitas, Learning Starts With A Question, Motivasi Belajar, Sejarah


Kebudayaan, MTs Al-Irsyad, Demak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik

manakah yang lebih efektif antara yang diajar menggunakan metode learning

starts with a question dan yang diajar menggunakan metode konvensional di kelas

VII semester II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad

Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian penelitian eksperimen yakni


penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

yang lain dalam kondisi yang terkendali. Eksperimen ini menggunakan rancangan

posttest-only control design, yaitu mengukur dan membandingkan kedua sampel

setelah diberikan perlakuan. Peneliti menggunakan kelas VII A sebagai kelas

eksperimen yang terdiri dari 36 peserta didik dan kelas VII E sebagai kelas

kontrol yang terdiri dari 36 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan

Claster random Sampling, sistem pengkelasan karena sampel sudah terdiri dari

kelas-kelas tetapi dalam penentuannya dilakukan dengan acak.

Setelah dilakukan analisis data, motivasi belajar peserta didik yang diajar

menggunakan metode konvensional berada dalam kategori cukup. Hal ini

diketahui dengan melihat nilai mean dari variable tersebut yaitu sebesar 42,06

terletak pada interval 40 - 43. Sedangkan motivasi belajar peserta didik yang

diajar menggunakan metode learning starts with a question berada dalam keadaan

cukup karena mean dari variable tersebut adalah sebesar 45, 42 terletak pada

interval 44- 47 yang berkategorikan bernilai cukup. Adapun Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 5,045 > ttabel (5%) = 2,00 dan ttabel (1%) =

2,65. Karena thitung lebih besar dari pada ttabel maka hipotesis yang peneliti ajukan

diterima, yaitu motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode

learning starts with a question lebih baik dari pada yang diajar menggunakan

metode konvensional di kelas VII semester II pada mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011.

http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiain-gdl-
mastiah073-5749

Faqih Savenfold

Senin, 09 Januari 2012

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIP(Learning star with a question)

MENGIDENTIFIKASI FUNGSI ORGAN PERNAFASAN HEWAN

MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF

“Learning start with a question(pelajaran di mulai dengan pertanyaan)”

A. Latar belakang
Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi
pencapaian tujuan. Guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran apa yang paling
tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar peserta
didik, dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah dipilih. Tujuan
utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah adalah mengembangkan
strategi belajar-mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini dimaksudkan sebagai upaya
untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan dan dapat mempengaruhi peserta
didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat meraih prestasi belajar
secara memuaskan. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan belajar mengajar merupakan
pekerjaan kompleks dan menuntut kesungguhan guru.
Strategi pembelajaran yang baru berkembang adalah metode Learning Start With A Question
(LSQ) yang dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Untuk meningkatkan motivasi dan
keaktifan siswa dalam bertanya diperlukan suatu strategi yang tepat. Strategi yang dapat
menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah strategi LSQ yaitu suatu
strategi pembelajaran aktif dalam bertanya.

B. Deskripsi
Strategi Learning Start With a Question (LSQ) adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam
bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang
akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa
memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca atau
membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta
dibenarkan secara bersama-sama.

C. Tujuan
þ Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki
sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru.
þ Siswa aktif bertanya dan mencari informasi.
þ Materi dapat diingat lebih lama.
þ Kecerdasan siswa dapat diasah pada saat siswa mencari informasi tentang materi tersebut tanpa
bantuan guru.
þ Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas
wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok.

D. Langkah-langkah
þ Seorang guru memberikan bahan bacaan untuk di bagikan kepada siswa.
þ Seorang guru meminta seorang siswa untuk mempelajari sendiri atau dengan teman.
þ Seorang guru meminta siswa untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang sulit di pahami.
Anjurkan untuk memberi tanda sebanyak mungkin, dan meminta mereka untuk membahas poin-
poin yang tidak di ketahui yang di tandai dalam kelompok kecil.
þ Di dalam pasangan atau kelompok kecil, guru meminta peserta didik untuk materi yang telah
mereka baca.
þ Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah di tulis oleh peserta didik.
þ Sampaikan pelajaran dengan menjawab pertanyaan tersebut.
E. Kesimpulan dan saran
þ Kesimpulan
Dalam pembelajaran ipa tentang ”mengidentifikasi fungsi organ pernapasan hewan” dengan
menggunakan Strategi pembelajaran dengan metode Learning Start With A Question (LSQ) itu
dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa
dalam bertanya diperlukan suatu strategi yang tepat. Strategi yang dapat menumbuhkan motivasi
dan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah strategi LSQ yaitu suatu strategi pembelajaran
aktif dalam bertanya
þ Saran
v Guru
Seorang guru harus bisa menetapkan strategi pembelajaran apa yang paling tepat dan sesuai
untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar peserta didik, dan untuk
suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah dipilih.

Diposkan oleh Faqih Savenfold di 20:57

http://faqihhunaini.blogspot.com/2012/01/strategi-pembelajaran-aktiplearning.html

Belajar Sendiri

Strategi Pembelajaran LSQ (Learning Start With a Question) dan IS (Information Search)
Di Sekolah
Oleh: Hendi Burahman

A.Pendahuluan
Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan
perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan
pendidikanya. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang dirumuskan dalam Undang-Undang
No.20 tahun 2003 khususnya pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang-Undang tersebut,
harus dipahami dan disadari oleh setiap pengembang kurikulum. Sebab, apapun yang
direncanakan dan dikembangkan serta dilaksanakan dalam setiap proses pendidikan pada
akhirnya harus bermuara pada pengembangan potensi setiap anak agar mereka menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa, memiliki akhlak yang mulia, manusia yang sehat, berilmu, cakap
dan lain sebagainya.
Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi
pencapaian tujuan. Guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran apa yang paling
tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar peserta
didik, dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah dipilih. Tujuan
utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah adalah mengembangkan
strategi belajar-mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini dimaksudkan sebagai upaya
untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan dan dapat mempengaruhi peserta
didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat meraih prestasi belajar
secara memuaskan. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan belajar mengajar merupakan
pekerjaan kompleks dan menuntut kesungguhan guru.
Strategi pembelajaran yang baru berkembang adalah metode Learning Start With A Question
(LSQ) dan Information Search (IS) yang dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Untuk
meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam bertanya diperlukan suatu strategi yang tepat.
Strategi yang dapat menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah
strategi LSQ yaitu suatu strategi pembelajaran aktif dalam bertanya. Agar siswa dapat memiliki
daya berinkuiri dan saling bekerjasama diperlukan suatu strategi dan metode yang disebut
dengan strategi IS, yaitu suatu strategi pembelajaran mencari informasi melalui diskusi
kelompok. Namun ironisnya, strategi pembelajaran ini tidak semuanya digunakan oleh setiap
guru mata pelajaran di sekolah-sekolah. Padahal jika dilihat dari peran dan fungsi strategi
pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question) dan IS (Information Search), sangat urgen
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana memilih strategi pembelajaran?
2.Apa dampak dari pelaksanaan strategi pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question)
dan IS (Information Search)?

C.Pengertian Strategi Pembelajaran


Setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam melaksanakan suatu kegiatan. Biasanya cara
tersebut telah direncanakan sebelum pelaksanaan kegiatan. Bila belum mencapai hasil yang
optimal, dia berusaha mencari cara lain yang dapat mencapai tujuannya. Proses tersebut
menunjukkan bahwa orang selalu berusaha mencari cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan. Setiap orang yang menerapkan cara tertentu dalam suatu kegiatan menunjukkan
bahwa orang tersebut telah melakukan strategi. Dan strategi tersebut dipakai sesuai dengan
kondisi waktu dan tempat saat dilaksanakannya kegiatan.
Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, yaitu strategi dan pembelajaran. Istilah strategi
(strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani, sebagai kata benda,
strategos, merupakan gabungan kata “stratos� (militer) dan “ago� (memimpin),
sebagai kata kerja, stratego, berarti merencanakan (to plan)1. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus2. Sedangkan secara umum strategi mengandung pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan3. Strategi, menurut
Poerwadarminta adalah; 1). Ilmu siasat perang, 2). Siasat Perang, 3). Bahasa Pembicaraan akal
(tipu muslihat) untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan Pembelajaran merupakan
terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere”
yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan
pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran4.  Pengertian ini lebih
mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi
sebagai suatu cara yang dianggap mampu untuk mencapai suatu tujuan yang telah terprogram
secara sistematis.
Sedangkan pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, di mana mengajar dilakukan
oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Konsep
pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu5. Pembelajaran menurut Dimyati dan
Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan penyediaan sumber belajar6. Jadi, menurut penulis,
pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pendidik
(guru) untuk membantu peserta didik (siswa) aktif dalam kegiatan belajar yang telah dirancang
oleh guru.
Strategi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar disebut strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran menurut Slameto ialah suatu rencana tentang pendayagunaan dan sarana yang ada
untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengajaran7. Menurut Nana Sudjana, strategi
pembelajaran adalah tindakan guru melaksanakan variabel pengajaran (yaitu tujuan, materi,
metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan8. Dari berbagai pendapat mengenai strategi pembelajaran di atas, dapat di simpulkan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan pendidik (guru) untuk
mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
mencapai hasil yang diharapkan

D.Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran


Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika
kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu
juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan
menentukan bagaimana cara mencapainya.
Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan:
a.Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan adalah:
1)Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek
2)Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau
tingkat rendah ?
3)Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
b.Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1)Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
2)Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak ?
3)Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?
c.Pertimbangan dari sudut siswa:
1)Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
2)Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa ?
3)Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
d.Pertimbangan-pertimbangan lainnya:
1)Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan satu strategi saja ?
2)Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan ?
3)Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi ?9.
Dari berbagai pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi
yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek
kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan yang
berhubungan dengan aspek afektif atau aspek psikomotor, dll.

E.Pelaksanaan Strategi Learning Start With A Question (LSQ)


Secara tegas telah  dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional “berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.” Sebagai salah satu ilmplikasi dari tuntutan normatif, Udin
S. Wiranaputra mengemukakan bahwa kapasitas dan kinerja guru  pada tiap satuan pendidikan
perlu dikembangkan agar dapat memberi layanan pendidikan yang bermutu. Kapasitas dan
kinerja pembelajaran adalah kemampuan guru dalam satuan pendidikan untuk merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan melakukan penyempurnaan program pembelajaran secara utuh
dan berkelanjutan sebagai bagian integral dari perwujudan peningkatan mutu pendidikan
berbasis sekolah. Bentuk peningkatan kapasitas dan kinerja guru melalui kompetensi metodologi
adalah melalui pemahaman dan pelaksanaan  strategi pembelajaran yang mampu membangun
pembentukan sikap demokratis dan bertanggung jawab. Strategi pembelajaran adalah penataan
cara-cara atau langkah-langkah dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda guna mencapai
tujuan atau kompetensi hasil pembelajaran10.
Strategi Learning Start With a Question (LSQ) adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam
bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang
akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa
memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca atau
membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta
dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat apakah siswa telah mempelajari materi tersebut,
maka guru melakukan pre test. Selain itu, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat
rangkuman serta membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen siswa yang
belajar dan yang tidak belajar. Dengan membaca maka dapat memetik bahan-bahan pokok yang
penting. Dalam membaca terdapat beberapa cara seperti :
1)Saat membaca, siswa memberi garis bawah. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui kata yang
penting atau kata-kata yang kurang dimengerti.
2)Siswa membuat catatan atau ringkasan hasil bacaan. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui
materi yang perlu dihafal atau dikaji ulang.
Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya, membantu siswa lebih
sempurna dalam menerima informasi, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif tingkat
tinggi. Dengan demikian guru tidak hanya akan belajar bagaimana “ bertanya” yang baik dan
benar, tetapi juga belajar bagaimana pengaruh bertanya di dalam kelas. Kelancaran bertanya
(fluency) adalah merupakan jumlah pertanyaan yang secara logis dan relevan diajukan guru
kepada siswa di dalam kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi guru di dalam
proses belajar-mengajar. Pertanyaan yang disajikan guru diarahkan dan ditujukan pada pelajaran
yang memiliki informasi yang relevan dengan materi pelajaran, untuk membantu siswa dalam
mencapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan11. Zaini dkk. mengatakan bahwa langkah-
langkah pembelajaran LSQ sebagai berikut :
1)Guru memberi tahu dahulu materi apa yang akan dibahas.
2)Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari dan meminta siswa untuk
menuliskan atau memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahaminya dirumah.
3)Guru meminta siswa untuk bertanya materi yang kurang dipahami
4)pada saat membaca.
5)Guru mulai melakukan kegiatan sesuai yang direncanakan di dalam
6)Rancangan pembelajaran12.

F.Strategi Information Search (IS)


Strategi IS (Information Search) adalah suatu strategi pembelajaran mencari informasi. Informasi
dapat diperoleh melalui koran, buku paket, majalah, atau internet. Hal tersebut digunakan agar
siswa dapat memiliki informasi lebih tentang materi tersebut. Agar siswa aktif mencari
informasi, maka guru membuat suatu permasalahan yang dituangkan di dalam LDS (Lembar
Diskusi Siswa). Pencarian informasi ini dilakukan secara kelompok, yang bertujuan agar
permasalahan tersebut terselesaikan dengan cepat, dan apabila siswa malu bertanya kepada guru
siswa dapat bertanya dengan teman sekelompoknya, sehingga terjadi tukar pendapat antar
anggota kelompok13. Langkah-langkah strategi IS sebagai berikut : Guru membuat suatu
permasalahan yang mana dalam permasalahan tersebut siswa diminta untuk mencari informasi
agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Permasalahan ini dituangkan di dalam LDS, dan
LDS ini dikerjakan secara kelompok. Tiap kelompok dapat mencari informasi tersebut melalui
bahan-bahan sumber yang bisa diakses siswa, seperti koran, majalah internet, dan buku paket
lainya. Setelah siswa menyelesaikan LDS dengan waktu yang telah ditetapkan, kemudian guru
meminta siswa untuk mempresentasikan jawaban tersebut di depan kelas. Kelompok lain
mendengarkan, melontarkan pertanyaan, dan menyanggahnya, sehingga terjadi diskusi di kelas.
Selanjutnya guru menegaskan kembali materi yang telah dibahas, hal ini bertujuan agar siswa
tidak mengalami salah persepsi tentang materi tersebut. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa
strategi LSQ dan IS ini memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan dari strategi LSQ dan IS sebagai
berikut :
1)Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki
sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru.
2)Siswa aktif bertanya dan mencari informasi.
3)Materi dapat diingat lebih lama.
4)Kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tentang materi tersebut tanpa
bantuan guru.
5)Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas
wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok.
6)Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara berkelompok dan saling bekerjasama antara
siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Melalui langkah-langkah dalam strategi
LSQ dan IS akan membuat beberapa tahapan pembelajaran yang menggunakan strategi LSQ dan
IS yang dibantu dengan diskusi kelompok.

G.Analisis SWOT dalam strategi pembelajaran LSQ dan IS


Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi,
berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Sthrengths) dan peluang
(Opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). Jadi, analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan
Ancaman dengan faktor internal Kekatan dan Kelemahan14.
Strategi pembelajaran LSQ dan IS dianalisis menggunakan analisis swot menghasilkan berbagai
solusi dan permasalahan, namun dengan berbagai bahasan strategi ini dapat dikatakan layak
digunakan dalam proses pembelajaran.
Kekuatan
Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
Pembelajaran dapat lebih menarik
Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
Peran guru berubahan kearah yang positif
Peluang
Menarik perhatian siswa
Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran
Mengatasi keterbatasan ruang
Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif
Waktu pembelajaran bisa dikondisikan
Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar
Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar.
Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam
Meningkatkan kadar keaktifan atau keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Tantangan
peserta didik dituntut respon dengan proses pembelajaran
peserta didik akan terpancing untuk berfikir
peserta didik harus melkukan komunikasi agar mendapatkan respon dari peserta didik yang lain.
Menyediakan fasilitas yang sesuai dengan pokok kajian
pendidik harus melakukan pengkondisian kelas, karena proses LSQ harus terjadi komunikasi 1
lawan 1 dan 1 lawan audiens
sebelum proses berlangsung, pendidik harus mengarahkan peserta didik untuk menyiapkan
bahan yang dibahas
peserta didik dituntut berani dan tidak malu
pendidik harus menjadi netral dalam pelaksanaan proses tersebut.
Kelemahan
peserta didik yang jarang memperhatikan atau bosan jika bahasan dalam strategi tersebut tidak
disukai
pelaksanaan strategi harus dilakukan oleh pendidik yang kreatif dan vokal, sedangkan tidak
semua pendidik di Indonesia memiliki karakter tersebut.
Tidak semua lembaga bisa melaksanakannya, karena fasillitas harus tersedia
menjadi hambatan dengan berbagai pola pikir dan karakter peserta didik yang berbeda-beda

H.Kesimpulan
Sebelum melaksanakan berbagai macam strategi yang bervariatif, hendaknya pendidik memilih
strategi yang sesuai dengan kondisi peserta didik agar tujuan pembelajaran aktif, kreatif dan
menyenangkan dapat dicapai. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran
Melaksanakan berbagai macam strategi pembelajaran adalah upaya guru dalam mengembangkan
kualitas peserta didik. Dengan melaksanakan strategi pembelajaran LSQ (Learning Start With a
Question) dan IS (Information Search) Untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam
bertanya dan menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa serta dapat memiliki daya berinkuiri
dan saling bekerjasama.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi ke-3, cet. 1,

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Algensindo, 2002)


Rasyad, Aminuddin , Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003)

Sudjana S, Strategi Pembelajaran, cet. 3, (Bandung: Falah Production, 2000)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), cet. 2,

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk membantu memecahkan  problematika
belajar dan mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2003)

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara,
1991)

Sunaryo. Strategi Belajar Mengajar Dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. (Jakarta::
Depdikbud 1989)

Udin, S. Winataputra,. Pedoman  Umum Sekolah Sebagai  Wahana Pengembangan Warga


Negara Yang Demokratis dan  Bertanggung Jawab melalip Pendidikan Kewarganegaraan
(Jakarta: Dirjen. Mandikasmen 2007)

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ed. 1, cet. 5,
(Jakarta: Kencana, 2008)

Zaini, Hisyam; Bermawy Munthe; Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta :
Pustaka Insan Madani 2008)

Diposkan oleh Belajar Sendiri di 04:16

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

http://alone-education.blogspot.com/2009/07/strategi-pembelajaran-lsq-learning.html

PENGARUH STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION TERHADAP HASIL


BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI FIQIH DI MTs DARUL ULUM WARU
SIDOARJO

Undergraduate Theses from JIPTIAIN / 2009-11-10 14:50:06


Oleh : Novie Irma Yunita NIM. D01205195, S2 - Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dibuat : 2009-10-31, dengan 6 file
Keyword : STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION, HASIL BELAJAR

Dalam dunia pendidikan dewasa ini muncul keyakinan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien diperlukan strategi yang mampu mengaktifkan peserta didik. Berangkat
dari keyakinan tersebut, muncullah istilah CBSA. Sayangnya, untuk mengaktifkan peserta didik
seringkali guru hanya menggunakan metode bertanya atau diskusi, padahal banyak metode-
metode dan strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan peserta didik.

Melalui Strategi Learning Start With a Question, siswa di tuntut untuk aktif dalam bertanya,
siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih
dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari,
sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan
terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Selain itu, guru memberi tugas
pada siswa untuk membuat rangkuman serta membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat
berapa persen siswa yang belajar dan yang tidak belajar. Dengan membaca dapat memetik
bahan-bahan pokok yang penting persoalanannya bagaimana mengaktifkan minat siswa dalam
membaca dan bertanya secara sukarela tumbuh kesadaran dalam belajar. Karena itu, guru harus
merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar secara
aktif.

Dalam penelitian ini permasalahan yang akan dibahas adalah : (1)Bagaimanakah pelaksanaan
strategi learning start with a question dalam pembelajaran fiqih di MTs Darul Ulum Waru-
Sidoarjo? (2)Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam bidang fiqih di MTs Darul Ulum Waru-
Sidoarjo? (3)Bagaimanakah pengaruh strategi learning start with a question terhadap hasil
belajar siswa dalam bidang studi fiqih di MTs Darul Ulum Waru-Sidoarjo?

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) yang bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya pengaruh antara variabel x dengan variabel y, sedangkan pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif kuantitatif. Adapun metode
pengumpulan datanya adalah metode observasi, interview, angket dan dokumentasi. Tekhnik
analisa data untuk mengetahui variabel x dan variabel y menggunakan rumus prosentase dan
mean atau nilai rata–rata. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh antara variabel x dan
variabel y, peneliti menggunakan rumus product moment yang kemudain hasilnya di
konsultasikan pada tabel product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi learning start with a question (sebesar 64,5%)
mempunyai pengaruh dengan hasil belajar siswa pada bidang studi fiqih kelas VIII H MTs Darul
Ulum Waru–Sidoarjo (sebesar 8,4) yang mana rxy = 0,595 jika dikonsultasikan pada tabel
interpretasi besarnya antara 0,400 – 0,600 berarti dalam taraf “agak rendah” sedangkan
taraf signifikan pada tabel product moment adalah 1% = 0,463 dan 5 % = 0,361 sehingga ro > rt.
Jadi hipotesis kerja diterima dan hipotesis nol ditolak.

Copyrights : Copyright � 2001 by Digital Library IAIN Sunan Ampel . Verbatim copying and
distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is
preserved
Properti
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--novieirmay-8277

PENGARUH STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION TERHADAP


KEBERHASILAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKHLAK DI
MADRASAH DINIYAH MIFTAHUL HUDA TAMBAK REJO WARU SIDOARJO

Undergraduate Theses from JIPTIAIN / 2011-12-07 09:21:00


Oleh : M. MUBASIR / D54207029, S1 - Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dibuat : 2011-12-07, dengan 8 file

Keyword : Pembelajaran, LSQ

Suatu proses pembelajaran dapat berhasil jika didukung oleh pemilihan metode pembelajaran
yang tepat, yang sesuai dengan karakteristik materi yang disampaikan dan juga adanya dukungan
atau partisipasi dari siswa. Pembelajaran di kelas masih sering menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab serta diskusi kelompok. Kegiatan pembelajaran tersebut menyebabkan aktivitas
siswa masih rendah dan tidak termotivasi untuk mengeluarkan pendapat. Demikian pada saat
diskusi kelompok hanya beberapa siswa saja yang aktif sedangkan siswa yang lain ramai dan
berbicara dengan temannya

Salah satu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pandangan kontruktivis adalah
belajar bekerja sama. Belajar model ini mengunakan perilaku bersama dalam bekerja atau saling
membantu di antara sesama dalam struktur kerja kelompok. Dewasa ini terdapat berbagai model
pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan dapat
meningkatkan keaktifan siswa karena guru mampu mengaktifkan siswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran LSQ
Terhadap Keberhasilan Belajar Mata Pelajaran Akhlak di MADIN Miftahul Huda Sidoarjo..
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment), dengan
mengambil kelas III sebagai sampel penelitian. Instrumen penelitian berupa angket dan post test.
Teknik analisis yang digunakan adalah formula mean dan product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya pengaruh yang kuat antara penerapan
strategi pembelajaran LSQ terhadap keberhasilan belajar mata pelajaran Akhlak, Hal ini terbukti
dari yang diperoleh dengan menggunakan product moment dengan rata-rata 0,81. Bila
dikonsultasikan dengan tabel signifikan 5% dan 1% maka dapat di lihat bahwa nilai “r”
hasil penelititn lebih besar dari nilai “r” yang terdapat tabel product moment dan apabila
dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai “r” tingkat pengaruh startegi pembelajaran
snow balling terhadap keberhasilan pembelajaran mata pelajaran fiqih terbukti kuat atau tinngi.
Sebab nilai 0,81 hasil penelitian berada diantara perhitungan 0,70– 0,90 yang berarti kategori
kuat atau tinggi
Copyrights : Copyright � 2001 by Digital Library IAIN Sunan Ampel . Verbatim copying and
distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is
preserved.

digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--mmubasird5-9651

Anda mungkin juga menyukai