Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : KATARAK

OLEH
KELOMPOK I
1.
2.
3. Abdul azis
4.

P R O G R A M STUDI S1
KEPERAWATAN
Y A T S I
T A N G E R A N G
2 0 1 7

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak merupakan abnormalitas lensa yang lazim timbul terutama
pada orang tua. Katarak merupakan area keruh atau suram didalam lensa.
Pada stadium dini pembentukan katarak, protein didalam serat lensa tepat
dibawah kapsula terdenaturasi. Kemudian protein yang sama berkoagulasi
untuk membentuk area keruh ditempat serat protein lensa yang normalnya
transparan. Akhirnya, dalam stadium lebih lanjut, sering kalsium diendapkan
didalam protein yang terkoagulasi, jadi meningkatkan kekeruhan lebih lanjut.
Bila katarak mempunyai hantaran cahaya yang kabur sedemikian
hebat sehingga ia sangat mengganggu penglihatan, maka keadaan ini dapat
dikoreksi oleh pembuangan seluruh lensa dengan pembedahan. Tetapi bila ini
dilakukan, yang harus diganti oleh lensa cembung (sekitar +15 dioptri)
didepan mata.
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak
tujuh belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh
katarak dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat jadi
empat puluh juta. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering
ditemukan dimana 90% dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Pengobatan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah
pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa
tanam intraokular. Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak,
penatalaksanaan sebelum, selama, dan post operasi, diharapkan penanganan
katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan di indonesia dapat
diturunkan.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Anatomi Fisiologi Sistem Penglihatan ?
2. Apakah Definisi Katarak Senilis ?
3. Apa Etiologi Katarak ?
4. Bagaimana Patofisiologi Katarak ?
5. Apa Saja Manifestasi Klinis Katarak ?
6. Bagaimana PenatalaksanaanKatarak?
7. Apa saja Komplikasi Katarak Senilis?
8. Apa saja Stadium Pada Katarak Senilis?
9. Bagaimana Pemeriksaan Fisik Pada Bagian Mata?

C. Tujuan
1. Mahasiswa Mampu Mengatahui Anatomi Fisiologi Sistem Penglihatan
2. Mahasiswa Mampu Mengatahui Definisip Katarak Senilis
3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Etiologi Katarak
4. Mahasiswa Mampu Mengetahui Patofisiologi Katarak
5. Mahasiswa Mampu Mengetahui Manifestasi Klinis Katarak
6. Mahasiswa Mampu Mengetahui Penatalaksanaan Katarak
7. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa saja Komplikasi Katarak
8. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa saja Stadium Pada Katarak
Senilis
9. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pemeriksaan Fisik Pada Bagian Mata

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi & Fisiologi


1. Anatomi mata
a. Struktur Mata Eksternal

Gambar 1.
Struktur mata eksternal
(Smeltzer, 2001)

1) Alis
Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi
bulu. Alis dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya
sertaberfungsi melindungi mata dari sinar matahari.
2) Kelopak mata
Kelopak mata merupakan dua buah lipatan muskulofibrosa yang
dapat digerakkan, dapat dibuka dan ditutup untuk melindungi dan
meratakan air mata ke permukaan bola matadan mengontrol
banyaknya sinar yang masuk. Kelopak tersusun oleh kulit tanpa
lemak subkutis. Batas kelopak mataberakhir pada plat tarsal,

4
terletak pada batas kelopak. Sisi bawah kelopak mata dilapisi oleh
konjungtiva.
3) Bulu mata
Bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya.

b. Struktur Mata Internal

Gambar 2.
Struktur mata internal
(Smeltzer, 2001)
1) Sklera
Lapisan
paling luar dan
kuat ( bagian “putih” mata). Bila sklera mengalami penipisan maka
warnanya akan berubah menjadi kebiruan. Dibagian posterior,
sklera mempunyai lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh
darah retina sentralis.Dibagian anterior berlanjut menjadi kornea.
Permukaan anterior sklera diselubungi secara longgar dengan
konjungtiva.Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus
serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
2) Khoroid
Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakan ranting-
ranting arteria oftalmika, cabang dari arteria karotisinterna. Lapisan
vaskuler ini membentuk iris yang berlubang ditengahnya, atau yang
disebut pupil (manik) mata. Selaput berpigmen sebelah belakang
iris memancarkan warnanya dandengan demikian menentukan
apakah sebuah mata ituberwarna biru, coklat, kelabu dan
seterusnya. Khoroidbersambung pada bagian depannya dengan iris,
dan tepatdibelakang iris. Selaput ini menebal guna membentuk
korpussiliare sehingga terletak antara khoroid dan iris. Korpus

5
siliareitu berisi serabut otot sirkulerndan serabut-serabut
yangletaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi
ototsirkuler menyebabkan pupil mata juga berkontraksi.
Semuanyaini bersama-sama membentuk traktus uvea yang terdiri
dariiris, korpus siliare dan khoroid. Peradangan pada
masingmasingbagian berturut-turut disebut iritis, siklitis,
dankhoroiditis, atau pun yang secara bersama-sama disebut
uveitis.Bila salah satu bagian dari traktus ini mengalami
peradangan,maka penyakitnya akan segera menjalar kebagian
traktus laindisekitarnya.

3) Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisanserabut,
yaitu sel-sel saraf batang dan kerucut. Semuanyatermasuk dalam
konstruksi retina yang merupakan jaringansaraf halus yang
menghantarkan impuls saraf dari luar menujujaringan saraf halus
yang menghantarkan impuls saraf dari luarmenuju diskus optikus,
yang merupakan titik dimana sarafoptik meninggalkan biji mata.
Titik ini disebut titik buta, olehkarena tidak mempunyai retina.
Bagian yang paling peka padaretina adalah makula, yang terletak
tepat eksternal terhadapdiskus optikus, persis berhadapan dengan
pusat pupil.
4) Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambungdengan
sklera yang putih dan tidak tembus cahaya. Korneaterdiri atas
beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah epitheliumberlapis yang
tersambung dengan konjungtiva.
5) Bilik anterior (kamera okuli anterior)
Terletak antara kornea dan iris.
6) Iris

6
Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan
selaputkhoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar
(ototpolos). Kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil.
sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itusendiri.
7) Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celahdalam
iris, dimana cahaya dapat masuk untuk mencapai retina.
8) Bilik posterior (kamera okuli posterior)Terletak diantara iris dan
lensa. Baik bilik anterior maupunbilik posterior yang diisi dengan
aqueus humor.
9) Aqueus humor
Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali kedalam
aliran darah pada sudut iris dan kornea melalui venahalus yang
dikenal sebagai Saluran Schlemm.
10) Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dantransparan.
Tebalnya ±4 mm dan diameternya 9 mm.Dibelakang iris, lensa
digantung oleh zonula (zonula zinni)yang menghubungkannya
dengan korpus siliare. Di sebelahanterior lensa terdapat humor
aqueus dan disebelah posteriorterdapat vitreus humor. Kapsul lensa
adalah membransemipermiabel yang dapat dilewati air dan
elektrolit. Disebelahdepan terdapat selapis epitel subkapular.
Nukleus lensa lebihkeras daripada korteks nya. Sesuai dengan
bertambahnya usia,serat-serat lamelar sub epitel terus diproduksi
sehingga lensalama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri
dari 65%air, 35% protein dan sedikit sekali mineral yang biasa
adadalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggidi
lensa daripada di jaringan lainnya. Asam askorbat danglutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.Tidak ada
serat nyeri, pembuluh darah, maupun saraf dalamlensa.
11) Vitreus humor

7
Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hinggaretina
yang diisi dengan cairan penuh albumen berwarnakeputih-putihan
seperti agar-agar. Berfungsi untuk memberibentuk dan kekokohan
pada mata, serta mempertahankanhubungan antara retina dengan
selaput khoroid dan sklerotik.
2. Fisiologi mata
Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah saraf
sensorikuntuk penglihatan. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam
retina yangbergabung untuk membentuk saraf optikus. Saraf ini bergerak
ke belakangsecara medial dan melintasi kanalis optikus, memasuki rongga
craniumlantas kemudian menuju khiasma optikum. Saraf penglihatan
memiliki 3pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen otak.
Lapisanluarnya kuat dan fibrus serta bergabung dengan sclera, lapisan
tengahhalus seperti arakhnoid, sementara lapisan dalam adalah
vakuler(mengandung banyak pembuluh darah). Pada saat serabut-serabut
itumencapai khiasma optikum, maka separuh dari serabut-serabut itu
akanmenuju ke traktus optikus sisi seberangnya, sementara separuhnya
lagimenuju traktus optikus sisi yang sama. Dengan perantara serabut-
serabutini, maka setiap serabut nervus optikus dihubungkan dengan kedua
sisiotak sehingga indera penglihatan menerima rangsangan berkas-
berkascahaya pada retina. Pusat visual terletak pada kortex lobus
oksipitalis otak(Pearce, 1997).
Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas
cahayapada retina dengan perantaraan serabut nervus optikus,
menghantarkanrangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk
ditafsirkan. Cahayayang jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang
difokuskan pada retina.Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh
kornea, lensa badan aqueusdan vitreus. Lensa membiaskan cahaya dan
memfokuskan bayangan padaretina, bersatu menangkap sebuah titik
bayangan yang difokuskan.Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi,

8
dislokasi, dan anomaligeometric. Pasien yang mengalami gangguan-
gangguan tersebutmengalami kekaburan penglihatan tanpa rasa nyeri.
a. Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari bayanganobjek
di retina. Bayangan dalam fovea di retina selalu lebih kecil danterbalik
dari objek nyata. Bayangan yang jatuh pada retina akanmenghasilkan
sinyal saraf dalam mosaik reseptor, selanjutnyamengirim bayangan
dua dimensi ke otak untuk direkonstruksikan. Menjadi bayangan tiga
dimensi. Pembentukan bayangan abnormalterjadi jika bola mata
terlalu panjang dan berbentuk elips, titik fokusjatuh didepan retina
sehingga bayangan menjadi kabur. Untukmelihat lebih jelas harus
mendekatkan mata pada objek yang dilihat,dibantu dengan lensa
bikonkaf yang memberi cahaya divergensebelum masuk mata. Pada
hipermetropia, titik fokus jatuhdibelakang retina. Kelainan dikoreksi
dengan lensa bikonveks.Sedangkan pada presbiopia, bentuk abnormal
karena lanjut usia yangkehilangan kekenyalan lensa.
b. Respon bola mata terhadap benda
Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang, lensatertarik
sehingga bentuknya lebih pipih. Keadaan ini akanmemperpanjang
jarak fokus. Bila benda dekat dengan mata makaotot akan
berkontraksi agar lengkung lensa meningkat. Jika bendajauh, maka m.
siliaris berkontraksi agar pipih supaya bayanganbenda pada retina
menjadi tajam. Akomodasi mengubah ukuranpupil, kontraksi iris
membuat pupil mengecil dan melebar. Jika sinarterlalu banyak maka
pupil menyempit agar sinar tidak seluruhnyamasuk ke dalam mata.
Dalam keadaan gelap pupil melebar agar sinarbanyak yang ditangkap.
Dalam hal melihat benda, jika mata melihatjauh kemudian melihat
dekat maka pupil berkontraksi agar terjadipeningkatan ke dalam
lapang penglihatan. Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme umpan
balik negatif secara otomatis.
c. Lintasan penglihatan

9
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang
melalui nervus optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilang
ke sisi lain bersatu dengan serabut yang berasal dari retina. Otak
menggunakan visual sebagai informasi untuk dikirim ke korteks
serebri dan visual pada bagian korteks visual ini membentuk
gambartiga dimensi. Gambar yang ada pada retina di traktus optikus
disampaikan secara tepat ke korteks jika seseorang kehilangan lapang
pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi kerusakan diotak yang
bertanggung jawab atas lapang pandang.

B. Pengertian Katarak Senilis


Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2010). Lima puluh satu persen (51%)
kebutaan diakibatkan oleh katarak(WHO,2012).
Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering
ditemukan. Katarak senilis adalah setiap kekeruhan pada lensa yang terjadi
pada usia lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun.

Contohgambarmatakatarak a. kataraksenilis b. kataraksekunder c.


katarakkonginetal

C. Etiologi KatarakSenilis
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami
katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan,peradangan di
dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata

10
mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks
lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa.
Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus
ini menjadi keras. Katarak dapat mulai darinukleus, korteks, dan
subkapsularis lensa.Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan
kekurangan air danmenjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada
bagian tengahnya,sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat
berkurang.
Hal ini mulaiterlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul
kesukaran melihat dekat(presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai
mengalami katarak atas lensa keruh. Katarak biasanya berkembang pada
kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan
pada satu mata nyata berbeda denganmata yang sebelahnya. Perkembangan
katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga
tahun.Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat.
Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa
seperti diabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya
matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E dan
radang menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat
timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin,
kortison,ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan
beberapa obatlainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes
melitus dapatmengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan
menimbulkan katarakkomplikata (Ilyas, 2006).
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses
penuaanyang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika
seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering

11
berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat
obatan,alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksi dan yang
kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001).

D. Patofisiologi Katarak Senilis


Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang
jernih,transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona
sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas padakapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari
badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam
lensa.Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisisinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.

E. Manifestasi Klinis Katarak


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya,pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dangangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karenakehilangan

12
penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunanseperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
danbukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
padaretina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan
yangmenjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari.
Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau
putih.Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika
katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan.Orang dengan katarak secara khas selalu
mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkel yang
disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang mengatur ulang
perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata
mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam
dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari
(Smeltzer, 2001).

F. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak.
Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat prosesbertambah
keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006).
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih
denganpembedahan (James, 2006).
Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedahditentukan oleh
keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.Tajam
penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama
insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas
kemungkinanterjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas,
dkk, 2002).

13
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implant plastik. Operasi dilakukan dengan insisi
luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa
diangkat dari mata) katarakekatrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi
lensa menggunakan probeultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang
lebih kecil dari kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi).

G. Komplikasi Katarak
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau
efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,
incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
 COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil
dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean
syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih
paling sering).
 Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
 Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
 Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
3. Komplikasi lambat pasca operatif
 Ablasio retina
 Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan
virulensi rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
 Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi

14
H. Stadium Katarak Senilis
Stadium katarak senilis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Katarak insipien
Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
gerigi menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak
subkapsular posterior, dimana kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks
jaringan berisi jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak
insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-
kadang menetap dalam waktu yang lama. Pemeriksaan shadow test
negatif.
2. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa
mengaakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan
keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikuler. Pada keadaan
ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, sehingga memberikan miopisasi. Pada
pemeriksan slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.

3. Katarak imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa
bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan

15
hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pemeriksaan
shadow test positif.
4. Katarak matur
Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa
lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh.
Cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang
normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
normal kembali. Pemeriksaan shadow test negatif.
5. Katarak hipermatur
Stadium ini telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan dengan slit
lamp terlihat bilik mata dalam dan adanya lipatan kapsul lensa. Bila
proses katarak progresif disertai dengan kapsul lensa yang tebal maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks
akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai dengan
nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.

I. Pengkajian Sistem Persepsi Sensori


a. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Adalah alasan mengapa klien melakukan rujukan dan
memerlukan bantuan tenaga medis. Pada klien dengan gangguan system
persepsi sensori klien dapat mengeluhkan hal berikut :
 Pendengaran: pendengaran menurun, tinitis, rasa gatal dan tidak
nyaman pada telinga, nyeri 

16
 Penglihatan: vertigo, pusing, penglihatan kabut / berkabut, double
vision, penurunan visus, ada kilatan cahaya, keluar air mata terus
menerus (misal pada pekerja las besi, adanya butir besi pada mata)
 Pembau: sinusitis
 Pengecap: stomatitis

Pada mata, terdapat gejala :

 Abnormal Vision: perubahan penglihatan yang tak normal, seperti


kelainan refraksi, lid ptosis, kekeruhan pada kornea, lensa, rongga
aqueous/vitreous, malfungsi retina, saraf optikus.
 Abnormal Appereance: tampilan organ mata tak normal seperti,
mata merah (iritasi), perdarahan sub conjunctiva, infeksi, alergi,
trauma dan keadaan lain : lesi, edema, abnormal posisi.
 Abnormal Sensation: sensari tak nyaman pada mata. Nyeri mata :
Sulit ditentukan lokasinya, seperti ditarik, ditekan, sakit kepala.
Mata gatal : reaksi alergi. Mata berair : iritasi, gangguan sistem
lakrimalis. Sekresi meningkat : iritasi, infeksi, alergi.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
 Tanyakan pada klien kapan timbulnya keluhan, mendadak, hilang
timbul atau progresif.
 Kaji sifat keluhan, menetap ataukah kadang-kadang
 Tanyakan faktor eksternya terjadinya keluhan, misal akibat ISPA,
setelah naik pesawat (gangguan pendengeran akibat perubahan
tekanan), berenang (telinga kemasukan air), lingkungan kerja
dengan tingkat kebisingan tinggi,
 Apakah keluhan timbul denga gejala lain seperti: mual, muntah,
keringat dingin, tumor, gatal, dll.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

17
 Riwayat penyakit ISPA, Alergi (bersin-bersin), hidung berair,
sinusitis
 Usia berapa dapat berbicara, menirukan gerakan
 Hypertensi
 Diabetikum
 Myestenia gravis - kelemahan pada otot akibat gangguan
neuromuskular
 Pemakaian obat-obatan mata tanpa resep dokter, misal obat tetes
mata atau telinga tidak sesuai indikasi.
 Riwayat operasi pd telinga, mata, hidung & tenggorokan, & trauma
kepala ?
 Apakah ada perubahan pola bicara, melihat, makan, dan
mendengar?
4. Riwayat Sosial
 Kaji bagaimana perilaku individu dalam kelompok.
 Anggota keluarga yg punya masalah pendengaran, penglihatan,
penciuman,dan pengecapan ?
 Perhatian anak di sekolah menurun, prestasi menurun (SLB, Alat
bantu yg digunakan type, lama)
5. Riwayat Psikologis
 Baagaimana persepsi dan perassan klien mengenai gangguan dan
bagaimana klien menyesuaikan diri
 Perubahan sikap & kepribadian, penurunaan kepekaan terhadap
lingkungan
 Reaksi anggota keluarga terhadap ganggua sensori
6. Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda vital: perubahan TD, Nadi, Respirasi, Suhu ?
 Kesadaran Menurun? : KU lemah?, Gelisah?, Kejang ?
 Neurologis : Nystagmus, Ataksia, Gangguan Keseimbangan,
Kejang, Meningeal sign, strabismus ?

18
7. Pengkajian Sistem Penglihatan Mata
1) Anamnesa Gangguan Penglihatan
 Data Umum: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan
 Keluhan Utama: Mata merah, Mata berair, Mata gatal, Mata
Nyeri, Belekan, Gangguan penglihatan (Kabur, penglihatan
ganda/diplopia, buta), Timbilan, Kelilipan
 Riwayat Penyakit Dahulu: Diabetes Mellitus, Hipertensi,
Trauma
2) Mengkaji Keluhan Utama
 Apakah gangguan terjadi pada saat melihat jauh atau dekat?
 Onset mendadak atau gradual?
 Di seluruh lapang pandang atau sebagian? Jika sebagian
letaknya di sebelah mana?
 Diplopia satu mata atau kedua mata? Apakah persisten jika mata
ditutup sebelah?
 Adakah gejala sistemik lain: demam, malaise
3) Pemeriksaan Mata
a) Inspeksi Mata
 Bentuk dan penyebaran alis dan bulu mata. Apakah bulu
mata lentik, kebawah atau tidak ada. Fungsi alis dan bulu
mata untuk mencegah mauknya benda asing (debu) untuk
mencegah iritasi atau mata kemerahan.
 Lihat sclera dan konjungtiva.
- Konjungtiva, dengan menarik palpebral inferior dan
meminta klien melihat keatas. Amati warna, anemis atau
tidak, apakah ada benda asing atau tidak
- Sclera, dengan menarik palpebral superior dan meminta
klien melihat ke bawah. Amati kemerahan pada sclera,
icterus, atau produksi air mata berlebih.

19
 Amati kedudukan bola mata kanan kiri simetris atau tidak,
bola mata keluar (eksoptalmus) atau ke dalam (endoftalmus).
 Palpebral turun menandakan kelemahan atau atropi otot, atau
hiperaktivitas palpebral yang menyebabkan kelopak mata
terus berkedip tak terkontrol.
 Observasi celah palpebral. Minta klien memandang lurus ke
depan lalu perhatikan kedudukan kelopak mata terhadap
pupil dan iris. Normal jika simetris. Adanya kelainan jika
celah mata menyempit (ptosis, endoftalmus, blefarospasmus)
atau melebar (eksoftalmus, proptosis)
 Kaji sistem lakrimasi mata dengan menggunakan kertas
lakmus untuk mendapatkan data apakah mata kering atau
basah yang artinya lakrimasi berfungsi baik ( Schime test).
 Kaji sistem pembuangan air mata dengan uji anel test. Yaitu
dengna menggunakan spuit berisi cairan, dan berikan pada
kanal lakrimal
b) Reflek Pupil
 Gunakan penlight dan sinari mata kanan kiri dari lateral ke
medial. Amati respon pupil langsung. Normalnya jika terang,
pupil mengecil dan jika gelap pupil membesar.
 Amati ukuran lebar pupil dengan melihat symbol lingkaran
yang ada pada badan penlight dan bagaimana reflek pupil
tersebut, isokor atau anisokor.
 Interpretasi:
- Normal : Bentuk pupil (bulat reguler), Ukuran pupil : 2
mm - 5 mm, Posisi pupil ditengah-tengah, pupil kanan
dan kiri Isokor, Reflek cahaya langsung (+) dan Reflek
cahaya konsensuil atau pada cahaya redup (+)
- Kelainan : Pintpoin pupil, Bentuk ireguler, Anisokor
dengan kelainan reflek cahaya dan ukuran pupil kecil
atau besar dari normal (3-4 mm)

20
c) Lapang Pandang/Tes Konfrontasi
 Dasarnya lapang pandang klien normal jika sama dengan
pemeriksa. Maka sebelumnya, pemeriksa harus memiliki
lapang pandang normal. LP klien = LP pemeriksa
 Normalnya benda dapat dilihat pada: 60 derajat nasal, 90
derajat temporal, 50 derajat , dan atas 70 derajat bawah.
 Cara pemeriksaan :
- Klien menutup mata salah satu, misalnya kiri tanpa
menekan bola mata.
- Pemeriksa duduk di depan klien dg jarak 60cm sama
tinggi dengan klien. Pemeriksa menutup mata
berlawanan dengan klien, yaitu kanan. Lapang pandang
pemeriksa dianggap sebagai referensi (LP pemeriksa
harus normal)
- Objek digerakkan dari perifer ke central (sejauh
rentangan tangan pemeriksa) dari delapan arah pada
bidang ditengah pemeriksa dan klien.
- Lapang pandang klien dibandingkan dengan pemeriksa.
Lalu lanjutkan pada mata berikutnya
d) Pemeriksaan Otot Ekstraokuler
 Minta klien melihat jari, dan anda menggerakkan jari anda.
Minta klien mengikuti gerak  jari, dengan 8 arah dari central
ke perifer.

21
 Amati gerakan kedua mata, simetris atau ada yang tertinggal

e) Sensibilitas Kornea
 Bertujuan mengetahui bagaimana reflek sensasi kornea
dengan menggunakan kapas steril.
 Cara pemeriksaan :
- Bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan
halus
- Fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh
saat kornea disentuh
- Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas
yang halus dan runcing disentuhkan dengan hati-hati pada
kornea, mulai pada mata yang tidak sakit.
 Intrepetasi : dengan sentuhan, maka mata akan reflek
berkedip. Nilai dengan membandingkan sensibilitas kedua
mata klien
f) Pemeriksaan Visus / Ketajaman Penglihatan
 Snellen Card
- Menggunakan kartu snellen dengan mengganttungkan
kartu pada jarak 6 atau 5 meter dari klien.

22
- Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan, maka minta
klien untuk tutup dengan penutup mata atau telapak tangan
tanpa menekan bolamata
- Pasien disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris
paling atas ke bawah. Hasil pemeriksaan dicatat,
kemudian diulangi untuk mata sebelahnya
- HASIL :
o VOD 6/6 & VOS 6/6
o 6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6
pada snellen chart
o 6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6//12 pada
snellen chart
o 6/30 pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada
snellen chart

g) Hitung Jari
 Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta
menghitung  jari pemeriksa pada jarak 3 meter
 3/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 3 meter.
 1/60 bila klien dapat membaca pada jarak 1 meter
h) Pergerakan Jari
 Tidak bisa hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan gerakan
tangan didepan pasien dengan latar belakang terang. Jika

23
pasien dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 1
m:
 VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu
menentukan arah proyeksinya
i) Penyinaran
 Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran
dengan penlight ke arah mata pasien.
 Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak
disinari dari segala posisi (nasal,temporal,atas,bawah) maka
tajam penglihatan V = 1/ ~ proyeksi baik (Light
Perception/LP).
 Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilaian V = 1/
~ (LP, proyeksi salah).
 Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai
V= 0 (NLP). Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut
BUTA TOTAL (tulis 00/000)
j) Pemeriksaan dengan Pinhole
 Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di
kartu Snellen atau kartu E maka pada mata tersebut dipasang
PINHOLE
 Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya
sampai baris normal (20/20) berarti responden tersebut
GANGGUAN REFRAKSI
 Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan
bacaannya maka disebut KATARAK
 Bila responden DAPAT membaca sampai baris normal 20/20
TANPA pinhole maka responden tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan pinhole
k) Pemeriksaan Buta Warna

24
 Pasien diminta menyebutkan berapa angka yang tampak di
kartu
 Orang normal mampu meyebutkan angka 74 buta waran
merah hijau menyebutkan angka 21
l) Memeriksa Tekanan Intra Okuler
 Rerata Tekanan Intra Okular normal ± 15 mmHg, dengan
batas antara 12-20 mmHg
 Alat yang digunakan: Tonometer Schiotz, Lidocaine 2%/
Panthocaine tetes mata, Chloramphenicol zalf mata
2% ,Kapas alkohol 70%
8. Pemeriksaan Subjektif
 Klien duduk tegak, melirik ke bawah dan menutup mata
 Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan bola
mata pada kelopak atas ke arah bawah (45º) dengan halus. Tiga jari
yang lain bersandar pada tulang pipi, bandingkan kanan dan kiri
 Hasil TN, TN+1, TN+2, TN+3, TN-1, TN-2, TN-3
9. Pemeriksaan Objektif
 Persiapan Alat : Tonometer ditera dengan meletakkan di perm
datar, jarum menunjukkan angka 0, Perm Tonometer dibersihkan
dengan kapas alkohol

25
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Kasus
Tn. D 52 tahun datang ke RS dengan keluhan penglihatannya kabur sejak 1
tahun yang lalu pada mata kanannya. Sebelumnya klien tidak menanggapi
adanya gangguan tersebut. Tn.D terdiagnosa Katarak Senilis. Berdasarkan
hasil pengkajian, Tn.D tidak mempunyai riwayat DM, tidak mengkonsumsi
obat-obatan tertentu. Mata klien tampak kemerahan, konjungtiva kemerahan,
sklera ikterik, diplobia tampak berkabut dan lensa keruh. Klien mengatakan
penglihatannya kabur, sulit melihat benda jarak jauh, Tn.D merasa cemas dan
takut akan menjalani operasi yang akan dilaksanakan 3 hari ke depan.

B. Keywords dengan literatur


 Penglihatan kabur
Jawab :
Ketidakmampuan untuk melihat suatu benda secara detail
(www.ahlipenyakitmata.web.id)
 Katarak senilis
Jawab :
Merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia diatas 40 tahun.
biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu lama
(repository.usu.ac.id)
 Konjugtiva kemerahan
Jawab :

26
Merupakan penyakit mata yang dinamakan konjungtivitis, dengan
kemunculan mendadak kongesti darah dan peningkatan sekresi pada
mata.
(buku: ilmu penyakit mata)
 Sklera ikterik
Jawab :
Membran mukosa dan kulit menjadi kuning diakibatkan akumulasi
bilirubin didalam jaringan atau cairan intertisial
(repository.maranatha.edu)
 Diplobia
Jawab :
Persepsi bayangan ganda saat melihat satu benda.
(eprints.ums.ac.id)
 Berkabut
Jawab :
Ditandai dengan memutihnya selaput mata ikan. permukaan luar mata
tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih
(obatmataminus.my.id)
 Lensa keruh
Jawab :
Suatukondisilensamata yang terjadikekeruhanpadalensamata yang
seharusnyajernih
(eprints.uny.ac.id)
 Kecemasan
Jawab :
Merupakan suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmamampuan
mengatasi suatu masalah atau tiadak adanya rasa aman. Perasaan yang
tidak menentukan tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang
nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan
psikologis

27
(eprints.uny.ac.id)
 Takut
Jawab :
Ketakutan sebagai sebuah sindroma psikiatis yang dapat diamati, dan
terjadi sangat kuat.
(digilib.uinsby.ac.id)

C. Pertanyaan dan jawaban


1. Sebutkan macam-macam katarak senilis ?
Jawaban :
- Katarak hipermatur
- Katarak immatur
- Katarak matur
(www.autoimuncare.com)
2. Apa penyebab dari konjungtivis ?
Jawaban :
Dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok, virus, klamidia,
alergi toksik dan molluscum contagiosum
(buku : ilmu penyakit mata)
3. Bagaimana terjadinya sklera ikterik ?
Jawaban :
Ikterik terjadi apabila kadar bilirubin dalam serum meningkat 2-3 mg/dl.
(repository.maranatha.edu)
4. Faktor yang berhubungan dengan diplobia ?
Jawaban :
Gangguan mata seperti silinder, mata kering, otot mata yang lemah,
keratoconus, gangguan retina, ablasioretina bahkan penyakit mata yang
lebih serius yaitu katarak
(ahlinyapenyakitmata.web.id)
5. Apa penyebab dari lensa keruh ?
Jawaban :

28
Lensa mata yang keruh menyebabkan jalannya cahaya berkurang atau
terhambat. Akibatnya , lensa mata tidak dapat memfokuskan cahaya yang
masuk (googlebooks)
6. Apa penyebab penglihatan kabur ?
Jawaban :
Dipicu dari berbagai faktor yang meliputi, efek penuaan, cedera pada
mata, infeksi mata dan sebagainya
(repository.maranatha.edu)
7. Hal apa yang dapat memicu terjadinya mata berkabut ?
Jawaban :
Infeksi sekunder, produksi lendir berlebihan dan kekurangan vitamin
khususnya vitamin A,B dan C
(obatmataminus.my.id)
8. Tanda-tanda cemas pada seseorang ?
Jawaban :
- Meningkat nya detak jantung normal
- Otot terasa tegang
- Tangan terasa dingin
- Tidur terganggu
9. Bagaimana mengatasi rasa takut ?
Jawaban :
- Kenali dirimu sendiri dan rasa takut yang kamu hadapi
- Tingkatkan rasa percaya diri
- Selalu bersikap positif dan berbuat baik
- Olahtaga
- Bersantai dan tenangkan pikiran
- Kurangi konsumsi gula dan kafein
- Tingkatkan iman dan ketakwaan
- Melakukan terapi

(www.teknikhidup.com)

29
30
D. Pathway Kasus

Usia lanjut dan proses penuaan

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


coklat

Perubahan fisik dan kimia dalam protein


lensa

Koagulasi

Lensa keruh

Defisiensi
Penglihatan kabur Pengetahuan

Diplobia

Penurunan ketajaman pandangan

Risiko Cedera

Proses Pembedahan

Pre Operasi

Ansietas

31
E. Pemeriksaan Fisik Pada Bagian Mata
Nama : Tn. D
Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Keluhan Utama : PenglihatanKabur
Riwayat Dahulu : Tidak Ada
Pemeriksaan Mata :
1) Inspeksi Mata :
a. Seklera tampak ikterik
b. Konjungtiva tampak kemerahan
c. Lensa tampak keruh
d. Diplobia tampak berkabut

F. Analisa Data

Data Etiologi Problem


1. ResikoCedera Usia lanjut dan proses 1. Risiko Cedera
DS : Klien mengatakan : penuaan
 Sulit melihat benda
jarak jauh Nukleus mengalami

 Pandangannya perubahan warna

berbayang (diplobia) menjadi coklat

dan tampak berkabut


Perubahan fisik dan

DO : Klien tampak : kimia dalam protein

 Konjungtiva lensa

kemerahan
Koagulasi
 Sklera ikterik

Lensa keruh

32
Penglihatan kabur

Diplobia

Penurunan Ketajaman
Penglihatan

Risiko Cedera

2. Ansietas
2. Ansietas
DS :
 Klien mengatakan
merasa cemas dan
takut akan menjalani
operasi yang akan Usia lanjut dan proses
dilaksanakan 3 hari penuaan
kedepan
Nukleus mengalami
DO : perubahan warna
 Klien tampak cemas menjadi coklat

Data tambahan : Perubahan fisik dan


 Agitasi kimia dalam protein

 Gelisah lensa

 Insomnia
Koagulasi

33
Lensa keruh

Penglihatan kabur

Diplobia

Penurunan ketajaman
penglihatan

Prosedur pembedahan

Pre Op

Ansietas

3. Defisiensi
Pengetahuan
3. DefisiensiPengetahua
Usia lanjut dan proses
n
penuaan
DS :
 Klien mengatakan
Nukleus mengalami
penglihatannya kabur
perubahan warna
sejak 1 tahun yang lalu
menjadi coklat
pada mata kanannya
 Klien mengatakan
Perubahan fisik dan
tidak menanggapi
kimia dalam protein
adanya gangguan
lensa
tersebut

Koagulasi
DO : -

Lensa keruh
Data Tambahan : -

34
Penglihatan kabur

Defisiensi Pengetahuan

G. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Cedera b.dkerusakan penglihatan
2. Ansietas b.dstresor
3. Defisiensi Pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan

H. Asuhan Keperawatan

DATA NOC NIC


1. Risiko Cedera b.d Setelah dilakukan a. Pencegahan Jatuh
Kerusakan tindakan keperawatan  Identifikasi
Penglihatan selama 3x4 jam klien perilaku dan faktor
diharapkan mampu : yang
DS : mempengaruhi
Klien mengatakan : 1. Fungsi Sensori risiko jatuh
 Sulit melihat benda  Ketajaman  Identifikasi
jarak jauh penglihatan dari karakteristik dari
 Pandangannya deviasi banyak lingkungan yang
berbayang (diplobia) terganggu (skala 2) mungkin
dan tampak berkabut menjadi cukup meningkatkan
terganggu (skala 3) potensi jatuh
DO : (misalnya, lantai
Klien tampak : 2. Fungsi Sensori : licin dan tangga
 Konjungtiva Penglihatan terbuka)
kemerahan  Penglihatan ganda  Sediakan
 Sklera ikterik dari deviasi cukup pencahayaan yang
berat (skala 2) cukup dalam
Data Tambahan : - menjadi sedang rangka

35
(skala 3) meningkatkan
 Pandangan kabur pandangan
dari deviasi cukup
berat (skala 2)
menjadi sedang
(skala 3)
 Penglihatan
terganggu dari
deviasi cukup berat
(skala 2) menjadi
sedang (skala 3)
2. Ansietas b.d Stresor Setelah dilakukan b. Peningkatan Koping
DS : tindakan keperawatan  Sediakan informasi
 Klien mengatakan selama 3x4 jam klien aktual mengenai
merasa cemas dan diharapkan mampu : diagnosis,
takut akan menjalani penanganan, dan
operasi yang akan 1. Tingkat Kecemasan prognosis
dilaksanakan 3 hari  Rasa takut yag  Cari jalan untuk
kedepan disampaikan secara memahami
lisan dari deviasi perspektif pasien
DO : sedang (skala 3) terhadap situasi
 Klien tampak cemas menjadi ringan penuh stres
(skala 4)  Instruksikan pasien
 Rasa cemas yang untuk
disampaikan secara menggunakan
lisan dari deviasi teknik relaksasi
sedang (skala 3) sesuai kebutuhan
menjadi ringan
(skala 4)
3. Defisiensi Setelah dilakukan c. Pendidikan kesehatan
Pengetahuan b.d tindakan keperawatan  Prioritaskan

36
kurang sumber selama 3x4 jam klien kebutuhan orang
pengetahuan diharapkan mampu : yang belajar
dengan
DS : 1. Pengetahuan : mengidentifikasi
 Klien mengatakan Manajemen Penyakit kebutuhan
penglihatannya kabur Akut berdasarkan apa
sejak 1 tahun yang  Faktor-faktor yang disukai klien,
lalu pada mata penyebab dan faktor keterampilan
kanannya yang berkontribusi perawat, sumber
 Klien mengatakan dari deviasi yang tersedia, dan
tidak menanggapi pengetahuan kemungkinan
adanya gangguan terbatas (skala 2) keberhasilan
tersebut menjadi pencapaian tujuan
pengetahuan banyak  Lakukan
DO : - (skala 4) demonstrasi atau
 Tanda dan gejala demonstrasi ulang,
penyakit dari partisipasi
deviasi pengetahuan pembelajar, dan
terbatas (skala 2) manipulasi bahan
menjadi (pembelajaran)
pengetahuan banyak ketika mengajarkan
(skala 4) keterampilan
 Tanda dan gejala psikomotorik
komplikasi dari
deviasi pengetahuan
terbatas (skala 2)
menjadi
pengetahuan banyak
(skala 4)
 Sumber informasi
terpecaya terkait

37
penyakit dari
deviasi pengetahuan
terbatas (skala 2)
menjadi
pengetahuan banyak
(skala 4)

I. Perencanaan Keperawatan

IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Risiko Cedera b.d kerusakan S :
penglihatan - klien mengatakan masih sulit
a. Pencegahan Jatuh melihat benda jarak jauh
 Mengidentifikasi perilaku - klien mengatakan
dan faktor yang pandangannya masih
mempengaruhi risiko jatuh berbayang
 Mengidentifikasi
karakteristik dari lingkungan O :
yang mungkin meningkatkan - kemerahan pada konjungtiva
potensi jatuh (misalnya, tampak sedikit berkurang

lantai licin dan tangga - sklera tampak masih ikterik

terbuka)
A : masalah teratasi sebagian
 Menyediakan pencahayaan
yang cukup dalam rangka
P : lanjutkan intervensi
meningkatkan pandangan
- Pencegahan jatuh
2. Ansietas b.d Stresor S : klien mengatakan cemas yang
d. Peningkatan Koping dirasakan sudah mulai berkurang
 Menyediakan informasi
aktual mengenai diagnosis, O : klien tampak mulai tenang
penanganan, dan prognosis A : masalah sebagian teratasi

38
 Mencari jalan untuk
memahami perspektif pasien P : lanjutkan intervensi
terhadap situasi penuh stres - Peningkatan koping

 Menginstruksikan pasien
untuk menggunakan teknik
relaksasi sesuai kebutuhan

3. Defisiensi Pengetahuan
e. Pendidikan kesehatan S : klien mengatakan sekarang
 Prioritaskan kebutuhan orang sudah mulai memahami penyakit
yang belajar dengan yang dideritanya
mengidentifikasi kebutuhan
berdasarkan apa yang disukai O : klien tampak senang setelah
klien, keterampilan perawat, diberikan edukasi oleh perawat
sumber yang tersedia, dan
A : masalah teratasi
kemungkinan keberhasilan
pencapaian tujuan
P : hentikan intervensi
 Lakukan demonstrasi atau
demonstrasi ulang,
partisipasi pembelajar, dan
manipulasi bahan
(pembelajaran) ketika
mengajarkan keterampilan
psikomotorik

39
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak merupakan area keruh atau suram didalam lensa. Pada
stadium dini pembentukan katarak, protein didalam serat lensa tepat dibawah
kapsula terdenaturasi. Kemudian protein yang sama berkoagulasi untuk
membentuk area keruh ditempat serat protein lensa yang normalnya
transparan. Akhirnya, dalam stadium lebih lanjut, sering kalsium diendapkan
didalam protein yang terkoagulasi, jadi meningkatkan kekeruhan lebih lanjut.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

B. Saran
Penulis telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Namun penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dari segi isi
mampu penulisan oleh sebab itu. Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini terimakasih.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek,G.,Butcher,H.,&Dochterman,J.(Eds).(2008).Nursing Interventions
Classification (NIC(5Thedisi).St.Louis,MO:Mosby(542 Interventions)
Guyon,ArturC.2013.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta:EGC
http://www.who.int/hiv/guidelines//arv2013/intro/keyterms/en/
IlyasSidarta.2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Jhonson,M.,Moorhead,S.,Bulechek.G.,Butcher,H.,Maas,M.,&Swanson,E.(2012).
LieStephen.2005.MataTHT&Kulit Jakarta:Prestasi Pustakarya

NOC and NICl inkagestoNANDA and clinical conditions:Supporty Critical


Reasoning And Quality Care(3rded).St.Louis:Elseivier Mosby

Word Health Organization (2013).Definition Of Key Terms.tersedia pada:

41

Anda mungkin juga menyukai