Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA DAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPA


Dosen Pembimbing : Damar Septian, M.Pd

Disusun oleh :
1. Latifatul Ulya 1219023
2. Lutfia Mahmudah 1219024
3. Suprihatin 1219037
4. Viki Dzulviani Faradita 1219039

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
DAFTAR ISI

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN

A.Hakikat Pembelajaran IPA dari segi Produk,Proses dan Sikap Ilmiah

B.Teori Teori Belajar


C. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA

D.Rambu Rambu dan Ruang Lingkup Pembelajaran di SD

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya makalah yang berjudul
“Sastra Jawa : Puisi, Prosa, dan Drama” atas dukungan moral dan materi yang diberikan
maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Damar Septian, M.Pd
2. Orang tua yang selalu mendoakan kami
3. Serta teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk sempurnanya makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Pati, 22 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang mempelajari tentang


peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Menurut Fowler (Trianto, 2010), Ilmu
Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang
berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan deduksi. Sedangkan menurut Wahaya (Trianto, 2010), mengatakan
bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan
dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Ilmu pengetahuan alam diajarkan melalui kegiatan pembelajaran yang aktif


dan menekankan pada keterampilan proses. Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar
tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu
kegiatan pembelajaran menurut Dimyani dan Mudjiono (Rahayu, 2014) siswa dapat
dikatakan belajar, apabila proses perubahan perilaku terjadi pada dirinya sebagai hasil
dari suatu pengalaman. Untuk itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu
memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya
sendiri. Pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik apabila siswa tidak
memahami hakikat pembelajaran IPA itu sendiri. Oleh sebab itu, guru harus
menguasai dan memahami hakikat pembelajaran IPA yang meliputi devinisi, fungsi
dan tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar hingga ruang lingkup pembelajaran
IPA itu sendiri.

Pembelajaran tersebut tidak hanya tentang bagaimana mengajar, namun


diperlukan dasar atau landasan yang akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Landasan atau dasar ini adalah teori belajar. Teori belajar
dikembangkan oleh para ahli. Melalui pemahaman tentang teori pembelajaran
mahasiswa calon guru sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan kompetensi
siswa selama proses pembelajarannya yang disesuaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hakikat pembelajaran IPA dari segi produk, proses, dan sikap ilmiah?

b. Sebutkan teori-teori belajar !


c. Apa fungsi dan tujuan IPA di Sekolah Dasar?
d. Apakah rambu-rambu dan ruang lingkup pembelajaran IPA di Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat menjelaskan hakikat pembelajaran IPA dari segi produk, proses,
dan sikap ilmiah.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan teori teori belajar
3. Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan tujuan IPA di Sekolah Dasar.
4. Mahasiswa dapat memahami rambu-rambu dan ruang lingkup pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembelajaran IPA dari Segi Produk, Proses, dan Sikap Ilmiah.

Ilmu Pengetahuan Alam diterjemahkan dari Bahasa Inggris ‘natural science’,


secara singkat disebut Science. IPA secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Srini
M Iskandar, 1996/1997). Hal ini mengandung makna bahwa IPA bukan hanya kumpulan
pengetahuan, tetapi merupakan proses pencarian yang sistematis dan berisi berbagai
strategi dimana menghasilkan kumpulan pengetahuan yang dinamis.1

Seperti halnya setiap ilmu pengetahuan, Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai objek
dan permasalahan jelas yaitu berobjek benda-benda alam dan mengungkapkan gejala-gejala
alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan
yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Powler (Usman
Samatowa, 2006) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa
kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.2

IPA juga dipandang sebagai cerminan dari hubungan antara produk pengetahuan,
metode ilmiah serta nilai sikap yang terkandung dalam proses pencarianya. Seperti yang

1
Srini M. Iskandar. 1996/1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

2
Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi.
diungkapkan Patta Bundu (2006) menyatakan bahwa IPA adalah proses kegiatan yang
dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan
tersebut. Hal ini sejalan dengan hakikat Ilmu Pengetahuan Alam yang bukan hanya kumpulan
pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif menemukan menggunakan pikiran
dan sikap dalam mempelajarinya.3

Dalam hal ini, IPA sejatinya merupakan proses penemuan pengetahuan dan sikap
ilmiah sehingga bukan hanya kumpulan pengetahuan yang merupakan produk dari kegiatan
ilmiah. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah
kumpulan pengetahuan berupa teori-teori mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
dan telah diuji kebenarannya, melalui proses metode ilmiah dari pengamatan, studi, dan
pengalaman disertai sikap ilmiah di dalamnya. Secara garis besar Ilmu Pengetahuan Alam
memiliki tiga komponen antara lain:

⮚ IPA sebagai produk, merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik yang

dilakukan para ilmuan dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan


teori-teori yang dapat menjelaskan dan memahami alam serta berbagai fenomena di
dalamnya.

⮚ Proses dalam hal ini adalah proses dalam mendapatkan ilmu pengetahuan alam

melalui metode ilmiah. Metode ilmiah yang dimaksud dalam pembelajaran IPA
untuk siswa Sekolah Dasar yaitu metode ilmiah yang dikembangkan dan diajarkan
secara bertahap dan berkesinambungan, sehingga siswa nantinya dapat melakukan
penelitian sederhana (Darmodjo, 1992)4. Menurut Patta Bundu (2010) IPA sebagai
proses merupakan sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam sebagai
proses Sains dalam mendapatkan pengetahuan Sains tersebut, meliputi kemampuan
observasi, klasifikasi, kuantifikasi, inferensi, komunikasi, interpretasi, prediksi,
hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan penelitian. Jadi,

3
Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains-SD. Jakarta:
DEPDIKNAS

4
Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E Kaligis. (1992/1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
pada hakikatnya dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan alam diperlukan
beberapa keterampilan dasar tersebut.5

⮚ IPA sebagai sikap ilmiah, merupakan sikap ilmiah yang biasa ditunjukan dalam

mencari dan mengembangkan pengetahuan dari objektif terhadap fakta secara


hati-hati, kritis dan sebagainya. Hal ini memberi penekanan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam bukan hanya kumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi
ada proses aktif penemuan menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya.
Menurut Wynne Harlen (Darmodjo, 1992)6 setidaknya ada sembilan aspek sikap ilmiah
yang dapat dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar yaitu:
● Sikap ingin tahu (curiousity), dalam hal ini suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan
jawaban yang benar dari objek yang diamatinya.
● Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality), sikap ini bertitik tumpu dari
kesadaran bahwa jawaban yang telah diperoleh dari rasa ingin tahu tidak bersifat
mutlak, namun hanya bersifat sementara.
● Sikap kerja sama (cooperation), dalam hal ini kerja sama adalah sikap untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih banyak secara bersama-sama atau berkelompok.
● Sikap tidak putus asa (perseverance), sikap ini perlu ditanamkan kepada siswa
Sekolah Dasar agar tidak mudah putus asa jika mengalami kegagalan dalam menggali
ilmu.
● Sikap teruka untuk menerima (open-mindedness).
● Sikap mawas diri (self critism), seorang ilmuwan sangat menjunjung tinggi
kebenaran. Objektivitas tidak hanya ditunjukkan diluar dirinya tetapi juga terhadap
dirinya sendiri. sikap tersebut haruslah dikembangkan sejak dini khususnya pada
siswa Sekolah Dasar agar memiliki sikap jujur tehadap dirinya sendiri, menjunjung
tinggi kebenaran, dan berani mengoreksi dirinya sendiri.
● Sikap bertanggung jawab (responsibility), dalam hal ini seseorang harus berani
mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat. sikap tersebut harus
dikembangkan sejak usia SD misalnya membuat dan melaporkan hasil pengamatan
atau kerja yang telah dilakukan secara jujur.

5
Patta Bundu. 2010. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains-SD. Jakarta:
DEPDIKNAS.
6
Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E Kaligis. (1992/1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
● Sikap berpikir bebas (independence in thinking), dalam ilmu pengetahuan diperlukan
objektifitas karena hal tersebut merupakan salah satu kriteria kebenaran suatu ilmu
pengetahuan.
● Sikap kedisiplinan diri (self discipline), Menurut Morse dan Wingo ( Darmodjo,
1992), mengatakan bahwa kedisiplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan
sesorang untuk dapat mengontrol atau mengatur dirinya sendiri menuju tingkah laku
yang dikehendaki dan diterima oleh masyarakat.
Hal ini menekankan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya sekumpulan
pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif menemukan sesuatu
menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran
IPA untuk tingkat Sekolah Dasar, berorientasi pada pencapaian Sains dari segi produk,
proses dan sikap keilmuannya (Patta Bundu, 2010)7. Segi produk, siswa diharapkan dapat
memahami konsep-konsep Sains berupa fakta, konsep, prinsip, hukum maupun teori dan
keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; dari proses, siswa diharapkan memiliki
kemampuan dalam proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan
konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan masalah dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari; dari segi sikap dan nilai siswa diharapkan mempunyai minat untuk
mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu,tekun, kritis, mawas diri,
bertanggungjawab dapat bekerja sama dan mandiri serta memupuk rasa cinta terhadap
alam sekitar.

7
Patta Bundu. 2010. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains-SD. Jakarta:
DEPDIKNAS.
B. Teori IPA SD/MI
Menurut Kerlinger, teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya
yang mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena. Belajar merupakan
karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya dan merupakan
aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat untuk mendapatkan perubahan pada dirinya
melalui pelatihan atau pengalaman. Terdapat beberapa teori dalam belajar yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli yang dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan
pembelajaran IPA.8
Teori belajar tersebut diantaranya:
1. Teori belajar Behaviourisme
Pada teori ini dikembangkan oleh beberapa ilmuwan diantaranya Ivan Pavlov, Edward
Lee throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull. Teori behavioristik
menyatakan bahwa belajar merupakan bentuk yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon.. Pembelajaran yang berpijak pada teori ini memandang
bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif, tetap, tidak berubah. Belajar merupakan
perolehan pengetahuan dan mengajar dianggap memindahkan pengetahuan ke orang
yang belajar. Pelajar diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Pelajar dianggap sebagai objek yang pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik dan dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas pada peserta didik untuk berkreasi, bereksperimen, dan
mengeksplorasi kemampuan. Sebagai konsekuensi teori ini, para guru akan menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus
dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah,

8
Nur Kumala, Farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar.Malang: Ediide Infografika.
tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai yang
kompleks. Tujuan pembelajaran ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu.
Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus
segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini
adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.
Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.9 Tidak setiap mata pelajaran
bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi
belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik. Behavioristik ini sangat
cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan , cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
2. Teori Perkembangan Kognitif
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar, tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons bebih dari itu belajar adalah melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan
dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu yang dilakukan
secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari
informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Tokoh-tokoh dalam pengembangan teori Kognitif , yaitu :
1) Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne, Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya
dan Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup
lama selama kehidupan orang itu.
Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:
1) Fase penerimaan (apprehending phase)

9
Fatimah, Fitri. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran IPA.
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah
pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2) Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang
yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan
pada kemampuan atau sikapnya.
3) Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
4) Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud
untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan
apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut,
dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran
akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata
(verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya
proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar. Mengajar
adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga didapati
proses belajar yang mengahasilkan perubahan tingkah laku yang melalui fase penerimaan,
penguasaan, pengendapan, dan pengungkapn kembali.
Penerapan Teori Gagne Dalam Mengajarkan IPA di SD :
a. Mengaktifkan motivasi (activating motivation).
b. Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information).
c. Mengarahkan perhatian (directing motivation).
d. Merangsang ingatan (stimulating recall).
e. Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance).
f. Meningkatkan retensi (enhancing retention).
g. Membantu transfer belajar (helping transfer of learning).
h. Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance) dan memberi umpan balik
(providing feedback).
2) Teori Belajar Piaget
Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan,
semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru sesuai dengan
perkembangan peserta didik. Mengajar adalah memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan
berbagai hal dari lingkungan.
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
a. Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada.
b. Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
c. Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
Piaget juga mengatakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya. Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama
dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
a) Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
b) Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
c) Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk
menjamin perkembangan intelektual anak.
Cara Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Teori Piaget
a) Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif mempergunakan
pancaindra dengan benda nyata atau konkret.
b) Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan,
agar murid mempunyai kerangkakerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam
struktur kognitifnya.
c) Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat
perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan
d) Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan,
apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.
e) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri
jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila
sewaktu-waktu dibutuhkan
f) Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat
menemukan jawaban yang diinginkan.10

3) Teori Belajar Ausubel


Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan
belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi
seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa sehingga membantu siswa untuk
memahami bahan belajar secara lebih mudah. Inti dari teori belajarnya adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna adalah suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Mengajar
adalah mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka
yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak
beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan, peta
konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Dalam penerapannya di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep
dimana konsep- konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki dan semakin ke
bawah konsep-konsep diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan pada
prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu :
a) Pengatur awal
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama
dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
b) Prinsip Diferensiasi Progresif
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan
konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
c) Prinsip Rekonsiliasi integratif

10
Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya
Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:
a) Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep
dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya untuk bidang studi IPA
b) Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari
suaatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.
c) Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak
konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada pemberian
contoh-contoh.
d) Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu
hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu.

4) Teori Belajar Bruner


Belajar merupakan kegiatan perolehan informasi yang disebut sebagai belajar
penemuan yang merupakan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya diberikan
kesempatan untuk memanipulasi objek atau benda-benda (alat peraga). Melalui alat
peraga itu, anak akan langsung melihat bagaimana keteraturan dan pola srtuktur dari
benda yang diperhatikannya tersebut. Keteraturan yang didapat anak melaui
pengamatan/keterlibatan secara langsung tersebut kemudian oleh anak dihubungkan
dengan keterangan instuitif yang melekat padanya.
Ada tiga tahap pembelajaran dikemukakan oleh Bruner, yaitu :
1) Tahap Enaktif
Anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik objek)
2) Tahap Ikonik
Kegiatan yang dilakukan anakberhubungan dengan mental yang merupakan gambaran
dari objek-objek yang memanipulasinya.
3) Tahap Simbolik
Anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak tidak lagi
terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung objek riilnya.
Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi.
Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
a) Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan
mengenai materi yang sedang dipelajari.
b) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
c) Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi
yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
masalah yang dihadapi.
Penerapan Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA di SD :
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan
model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya
menggunakan barang yang nyata. Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai
seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.11
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah
hasil konstruksi dari kegiataan atau tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang ada diluar, tetapi ada dalam diri seseorang yang membentuknya berdasarkan dari
hasil pengalaman yang didapatkannya. Menurut Slavin dalam Trianto (2009) menyatakan
bahwa konstruktivisme merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun
sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka.
Anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori
perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun
pemahaman mereka tentang realita berdasarkan pengembangan skemata siswa yang
berasal dari proses asimilasi dan akomodasi.12
Aliran kosntruktivisme menghendaki peserta didik untuk mencari sendiri berdasarkan
pengalaman dari indra yang dimilikinya sehingga didapatkan pengetahuan yang

11
Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).

12
Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA SD.
bermakna bagi siswa. Belajar merupakan proses timbal balik antara individu dan
individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Jadi belajar dapat
berasal dari diri sendiri maupun dari keterlibatan orang lain yang dapat dijadikan siswa
untuk mengevaluasi maupun memperbaiki pemahaman atau pengetahuan siswa.
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, diantaranya siswa dapat belajara
melalui pengamatan dan pemberian pengalaman kepada siswa, untuk mengkonstruksi
pengetahuan pada siswa maka pembelajaran lebih didasarkan pada permasalahan sehari –
hari, pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pemikiran pribadi siswa dan akan lebih
baik berasal dari tukar pemikiran dengan orang lain untuk memperkaya pengetahuan
siswa.
Teori pembelajaran ini tepat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, sebab
pembelajaran akan lebih bermakna dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA
yang lebih diarahkan ke lingkungan siswa. Hal ini disebabkan siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya didasarkan apa yang diketahui dilingkungannya.
Pembelajaran yang bermakna akan membuat siswa lebih paham tentang apa yang
dipelajarinya. Teori belajar konstruktivisme dianggap mampu mengembangkan
kemampuan berpikir dan kemandirian siswa, sebab siswa akan berusaha mencari dan
berpikir cara untuk mendapatkan hal yang diinginkan , siswa tidak hanya sebagai
penerima pesan satu arah dari guru. Siswa dapat melakukan diskusi dan ekperimentasi .
Menurut (Jensen, 2011) Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir
siswa dapat dilakukan melalui beberapa hal yaitu mengajukan pertanyaan bermutu tinggi,
menganalisa dan meramalkan informasi, dan mengembangkan keterampilan berdiskusi.
Tokoh teori konstruktivisme adalah piaget dan Vygotsky. Teori konstruktivisme dari
Piaget lebih menekan bahwa peserta didik belajar dari pengalamannya atau individu
peserta didik tersebut seperti halnya teori pekembangan kognitif yang telah disampaikan
sebelumnya.
1) Teori Belajar Vygotsky
Vygotskt merupakan tokoh konstruktivisme social, yang mana menyatakan bahwa
siswa akan dapat lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
apabalia mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.13

13
Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA SD.
Belajar yaitu suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan
memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan orang lain. Pembelajaran terjadi apabila
anak-anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya namun
tugas-tugas tersebut masih dalam jangkuan kemampuannya.
Proses pembelajaran terjadi dua tahap yaitu :
a) Terjadi saat anak beajar secara berkolaborasi dengan orang lain
b) Dilakukan secara individual yang didalamnya terjadi proses internalisasi
Mengajar adalah membimbing siswa untuk mengembangkan ide-ide baru dan
berkolaborasi dengan orang lain sehingga fungsi guru sebagai pembantu dan mediator
pembelajaran siswa.
Penerapan Dalam Pembelajaran IPA SD:
1) Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik
2) Pendekatannya dalam pembelajaran menerapkan scfolding yaitu pemberian
sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal bantuan pembelajaran sehingga siswa
semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Kemudian
secara perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
3) Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah prinsip pemahaman kita
tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui pengalaman
4) Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa,
sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas dan saling memunculkan strategi
pemecahan yang efektif
C. Fungsi dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam tidak serta merta diajarkan di sekolah tanpa ada alasan yang jelas.
Ada berbagai alasan ilmu itu dimasukan ke dalam mata pelajaran dalam kurikulum suatu
sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni :
1. Bahwa sains bermanfaat bagi suatu bangsa.
2. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis bagi peserta didk.
3. Bila sains diajarkan melalui percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka sains
tidaklah sebuah mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka.
4. Mata pelajaran ini memiliki nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat
membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Sains melatih anak berpikir kritis dan objektif. Obyektif artinya sesuai dengan obyeknya,
sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman pengalaman melaui panca
indra. Oleh sebab itu pengajaran pembelajaran IPA di Sekolah Dasar memiliki fungsi dan
tujuan tertentu sehingga diajarkan dan dimasukkan kedalam kurikulum di sekolah.
1. Fungsi Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993) Mata Pelajaran IPA berfungsi untuk:
a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan keadaan lingkungan alam dan
lingkungan buatan yang berkaiatan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan proses.
c. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk
meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling
mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan di
sekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
e. Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Adapun secara rinci fungsi mata pelajaran IPA dijelaskan dalam Sumaji (2006) antara lain
ialah:
a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan
dan menerapkan konsep-konsep IPA.
c. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
d. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahanya sehingga siswa
terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Pencipta-Nya.
e. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.
f. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang IPTEK.
g. Memupuk serta mengembangkan minat siswa terhadap IPA.
2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam dibangun atas dasar proses dan sikap ilmiah dalam memperoleh
pengetahuan. Sesuai hakikat tersebut, belajar IPA bukanlah sekedar mengumpulkan dan
menghafal fakta-fakta pengetahuan yang tersaji dalam suatu materi pembelajaran, tetapi
pembelajaran mengandung dimensi yang menekankan perubahan tingkah laku dan
pengalaman. Menurut Patta Bundu (2006) tujuan pembelajaran IPA siswa diarahkan dapat
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep. Lebih lanjut, diperoleh IPA yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga ikut serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam. Akhirnya, siswa dapat menghargai alam sekitar dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Tujuan pemberian mata pelajaran IPA atau sains munurut Sumaji dalam buku KTSP
(kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) pemahaman & pengembangan adalah agar siswa
mampu memahami dan menguasai konsep-konsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan
nyata. Siswa juga mampu menggunakan strategi pembelajaran ilmiah untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta
kekuasaan Penciptanya. Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam cipta-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturanya sebagai
salah satu ciptaan tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Adapun menurut Prihanto Laksmi (Trianto, 2010), pendidikan IPA di sekolah mempunyai
tujuan, antara lain:
a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia dan bagaimana bersikap.
b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.
c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.
d. Mendidik siswa mengetahui cara kerja serta menghargai para penemu.
e. Menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.
Proses pembelajaran IPA hendaknya membawa peserta didik untuk belajar mengamati serta
melakukan percobaan serta penanaman sikap hidup ilmiah. Pendapat yang sama
dikemukakan Cullingford (Usman Samatowa, 2010) bahwa dalam pembelajaran IPA anak
harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan
logis. Siswa tidak hanya sekedar mengetahui tanpa memahami proses dari teori dapat
terbentuk. Pada akhirnya, siswa bukan hanya menghafal pengetahuan tetapi dapat
memahami.
D. Rambu-rambu dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Rambu-rambu Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA sebagai media pengembangan potensi siswa SD seharusnya didasarkan
pada karakteristik psikologis anak, memberikan kesenangan bermain dan kepuasan
intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk beluk dan teka-teki fenomena
alam di sekitar dirinya, mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya,
memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam, sambil membekali
keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang dikuasainya. Selain itu penilaian
dalam pengajaran sains harus dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian (asesmen)
yang adil, proporsional, transparan, dan komprehensif bagi setiap aspek proses hasil belajar
siswa.
Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual siswa SD maka penyajian
konsep dan keterampilan dalam pembelajaran sains harus dimulai dari nyata (konkrit) ke
abstrak, dari mudah ke sukar, dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh. Dengan kata
lain, mulailah dari apa yang ada mengoptimalkan suasan bermain tersebut dalam kelas
sehingga menjadi media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA. Tidak boleh
terjadi, pembelajaran IPA di SD justru mengabaikan apalagi menghilangkan dunia bermain
anak.
Pembelajaran IPA akan berlangsung efektif jika kegiatan belajar mengajarnya mampu
mencitrakan kepada siswa bahwa kelas adalah tempat untuk bermain, aman dari segala
bentuk ancaman dan hambatan psikologis, serta memfasilitasi siswa untuk secara lugas
mengemukakan dan mencoba ide-idenya.
Disamping pemahaman dan pengimplementasian karakteristik psikologis siswa pada pada
pembelajaran IPA, kejelasan wawasan guru tentang ruang lingkup IPA juga sangat
menentukan kualitas pengajaran IPA di Sekolah Dasar.
2. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam di SD
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah
dan pemahaman konsep.
a. Kerja Ilmiah, menurut Effendi dan Maliha (2007) pendidikan IPA menekankan pada
pemberian belajar langsung. Dalam pembelajaran IPA siswa dapat mengembangkan
sejumlah keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
pengetahuan tentang dirinya dan alam sekitar. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan
penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap,
dan nilai ilmiah.
Kerja ilmiah dalam kurikulum sekolah dasar terdiri dari:
1) Penyelidikan/Penelitian
Siswa menggali pengetahuan yang berkaitan dengan alam dan produk teknologi melalui
refleksi dan analisis untuk merencanakan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan
data, mengkomunikasikan kesimpulan, serta menilai rencana prosedur dan hasilnya.

2) Berkomunikasi Ilmiah
Siswa mengkomunikasikan pengetahuan ilmiah hasil temuan dan kajiannyakepada berbagai
kelompok sasaran untuk berbagai tujuan.
3) Pengembangan Kreatifitas dan Pemecahan Masalah
Siswa mampu berkreatifitas dan memecahkan masalah serta membuatkeputusan dengan
menggunakan metode ilmiah.
4) Sikap dan Nilai Ilmiah
Siswa mengembangkan sikap ingin tahu, tidak percaya tahayul, jujur dalammenyajikan data
faktual, terbuka pada pikiran dan gagasan baru, kreatif dalammenghasilkan karya ilmiah,
peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan,tekun dan teliti.
b. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara
terperinci lingkup materi pemahaman konsep yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3) Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.
5) Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan penerapan konsep sains
dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat melalui pembuatan
suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling
berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau
penemuan konsep IPA.
Menurut Hardy dan Fleer (1996) ada 7 ruang lingkup pemahaman IPA dalam perspektif
yang lebih luas.
a. IPA sebagai kumpulan pengetahuan, mengacu pada kumpulan berbagai konsep
yang sangat luas. IPA dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang
telah lama ditemukan sejak zaman dahulu sampai pengetahuan yang baru. Pengetahuan
tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang menjelaskan alam.
b. IPA sebagai suatu proses penelusuran, umumnya sebagai pendangan suatu
pandangan yang menghubungkan gambaran IPA yang berhubungan erat dengan kegiatan
laboratorium beserta perangkatnya.
c. IPA sebagai kumpulan nilai, pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah
termasuk didalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan.
d. IPA sebagai cara untuk mengenal dunia, IPA dipertimbangkan sebagai suatu cara
dimana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia disekeliling mereka, selain juga
sebagai salah satu untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya.
e. IPA sebagai institusi sosial, IPA seharusnya dipandang dalam pengertian sebagai
kumpulan para profesional, yang melalui IPA mereka didanai, dilatih, dan diberi
penghargaan akan hasil karya yang dihasilkan.
f. IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, setiap orang menyadari bahwa apa
yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh
IPA.
IPA atau sains di SD diberikan sebagai mata pelajaran sejak kelas III sedangkan kelas I dan
II tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diajarkan secara
sistematis. Karena di dalam penelitian ini yang dikaji bahan mata pelajaran kelas IV maka di
bawah ini konsep-konsep pengembangan pengetahuan IPA atau sains di kelas IV semester
II antara lain:
1. Gaya dan gerak benda
2. Energi dan kegunaanya
3. Kenampakan permukaan bumi dan benda langit
4. Perubahan lingkungan
5. Sumber daya alam
Konsep dan kegiatan pendidikan IPA atau sains di Sekolah Dasar merupakan pengenalan
konsep dasar kegiatan IPA. Keseluruhan konsep tersebut merupakan konsep baru dan
berfungsi sebagai prasyarat pendukung maupun sebagai dasar bahan kajian IPA di
pendidikan menengah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
IPA secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam atau yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Srini M Iskandar, 1996/1997).
Sedangkan Patta Bundu (2006) menyatakan bahwa IPA adalah proses kegiatan yang
dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan
tersebut. Hal ini mengandung makna bahwa IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan, tetapi
merupakan proses pencarian yang sistematis dan berisi berbagai strategi dimana
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang dinamis.
Secara garis besar Ilmu Pengetahuan Alam memiliki tiga komponen yaitu IPA sebagai
produk, IPA sebagai Proses, dan IPA sebagai sikap ilmiah. Hal tersebut sejalan dengan fungsi
dan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang bukan hanya kumpulan pengetahuan
dan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif menemukan menggunakan pikiran dan sikap
dalam mempelajarinya sehingga dapat mengembangkan keterampilan proses siswa untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Pembelajaran IPA
di SD juga memiliki ruang lingkup bahan kajian yang secara umum meliputi dua aspek yaitu
kerja ilmiah dan pemahaman konsep.

Saran
Berdasarkan penulisan makalah ini, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Mahasiswa hendaknya dapat menguasai dan memahami hakikat pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar sebagai bekal dalam mengajarkan mata pelajaran IPA di
SD.
2. Kita dapat mengambil materi dari sumb er-sumber terpercaya baik berupa buku,
jurnal maupun website yang jelas dalam penulisan setiap makalah maupun karya
ilmiah lainnya.
3. Kita dapat memahami dan menggunakan teori-teori serta pendekatan yang sesuai
dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga proses belajar-mengajar dapat
berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Srini M. Iskandar. 1996/1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi.

Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains-SD. Jakarta: DEPDIKNAS.

Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E Kaligis. (1992/1993). Pendidikan IPA II. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Patta Bundu. 2010. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains-SD. Jakarta: DEPDIKNAS.

Nur Kumala, Farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar.Malang: Ediide Infografika.

Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).

Fatimah, Fitri. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran IPA.

Anda mungkin juga menyukai