TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
2005).
2003.
12
13
tinggi melebihi kadar gula darah normal. Penyakit ini biasanya disertai
Kadar gula darah yang tinggi ini di sebut sebagai kondisi hiperglikemi.
Diabetes mellitus yang juga popular dengan nama lain kencing manis
Diabetes Mellitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang
Mellitus ini adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup yang tidak sehat
2009).
defisiensi insulin.
14
penyuntikan insulin
lainya.
GDM)”
15
2. Patofisiologi
Insulin/DMDI).
antigen antara sel-sel beta pankreas mereka dengan virus atau obat
Keperawatan. Bandung).
Insulin/DMNDI ).
16
kadar glukosa darah tetap normal. Lama ke lamaan sel beta tidak
meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat itu lah
2008).
17
c. Diabetes Gestasional
kehamilan.
3. Etiologi
glukosa.
18
a. Kelainan sel Beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel Beta sampai ke
4. Menifestasi klinis
a. Type I
b. Type II
depan aorta abdominalis dan arteri serta vena mesenterica superior. Organ
corpus ditengah, dan cauda di sebelah kiri. Ada sebagian kecil dari
dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar
pankreas terdapat pada lekukan yang di bentuk oleh duodenum dan bagian
dari piloris dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama
dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuk
20
atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar
pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang
membentuk usus.
dalam duodenum.
6. Faktor Resiko
a. Genetik
b. Hipertensi
c. Usia
d. Rokok
e. Aktivitas Fisik
22
Orang yang kerja berat akan memiliki risiko 89% lebih kecil
7. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia
b. Hiperglikemia
(Soewando, 2009).
b. Komplikasi Kronik
gangrene.
1) Komplikasi Mikrovaskular
a) Retinopati Diabetik
(Rustama, 2010).
b) Nefropati Diabetik
komplikasi kardiovaskuler.
2) Komplikasi Makrovaskular
8. Pencegahan
Jaga diri dari masukan asupan makanan yang tidak sehat dan
pewarna makanan.
terhadap kesehatan.
berat lainnya.
hari.
kadar gula darah yang tinggi dapat memberatkan kerja ginjal dan
penglihatan kabur.
saraf.
10. Penatalaksanaan
vitamin, mineral).
b. Latihan
dengan berolahraga.
32
2) Hemoglobin glikosilasi
hingga 3 bulan.
d. Terapi
1) Insulin
diabetes tipe II yang tidak dapat diatasi hanya dengan diet dan
pada kehamilan.
Endokrin
masalah kesehatan yang aktual ataupun potensial (Smeltzer & Bare, 2002).
1. Pengkajian
DM meliputi :
klien dalam masa apa, apakah masih produktif atau mulai masuk
yang tepat. Umur juga dikaji jika terdapat nama yang sama.
diabetes mellitus.
menopause.
nilai moral yang dianut oleh adat istiadat suku bangsa yang
bersangkutan.
pembeda dengan klien lain jika terdapat nama atau umur yang
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
diperiksa pada hari yang sama atau pada hari yang berbeda)
(Suyono, 2009).
R, S, T, yaitu :
38
P : Paliatif/Provocative
Q : Qualitative/Quantitative
R : Region/radiasi
S : Severity/scale
T : Timing
penyakit diabetes.
konsekuensi hiperglikema.
diabetes tipe II, rasio diabetes dan non diabetes pada anak
1) Nutrisi
a) Makan
makan.
b) Minum
penyakit pasien.
2) Eliminasi
diare.
3) Istirahat tidur
terletak di pons dan batang otak tengah yaitu untuk tetap terjaga,
BAK.
4) Kebersihan Diri
5) Kebutuhan aktivitas
melakukan.
aktivitas.
d. Pemeriksaan fisik
dan auskultasi.
1) Sistem Endokrin
2) Sistem Persarafan
3) Sistem Pernafasan
4) Sistem Kardiovaskuler
a) Makroangiopati
(2) Hiperlipoproteinemia
(Price, 2006).
b) Mikroangiopati
5) Sistem Pencernaan
6) Sistem Perkemihan
cara palpasi apakah ada keluahan nyeri atau tidak, periksa bunyi
bruit pada 3 arteri yaitu arteri renalis kiri dan kanan, arteri iliaka
kiri dan kanan, arteri femoralis kiri dan kanan. Perkusi area
meningkat melebihi ambang ginjal (> 180 mg/dl) dan hal ini
2002).
54
7) Sistem Integumen
terjadi infeksi.
b) Lesi, luka pada telapak kaki, kulit pucat dan sianosis, ulkus
8) Sistem Muskuloskeletal
(Price, 2006).
9) Reproduksi
Baxter, 2000).
adanya katarak pada lensa mata atau tidak, distribusi alis dan
1) Aspek Psikologis
cemas apakah dirinya akan sembuh atau tidak. Kaji juga adanya
2) Aspek Sosial
3) Aspek Spritual
4) Aspek Pengetahuan
perawatan di rumah.
f. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
1) Darah
(Price, 2006).
(11,1mmol/L).
(Engram, 1999).
(Engram, 1999).
1999).
(2) Urine
1999).
albuminuria lain.
(Carpenito, 2000).
asupan.
66
defesiensi insulin.
ureum darah.
kelemahan.
(Doenges, 2000).
3. Perencanaan
pembatasan asupan.
nadi perifer dapat diraba, turgot kulit baik, intake output seimbang,
Intervensi Rasional
1. Kolaborasi dengan dokter dalam 1. Untuk mengganti cairan yang
pemberian cairan parenteral, hilang dan mempertahankan
vitamin, elektrolit. keseimbangannya.
2. Pertahankan pemberian cairan 2. Untuk selalu menjaga
hilang sedikit 2500 ml/hari. keseimbangan cairan yang
berkesinambungan.
3. Observasi intake output cairan 3. Untuk mengetahui cairan yang
hilang dan cairan pengganti yang
harus diperbaiki.
4. Kaji ulang TTV, catat adanya 4. Hipovilemia dapat
perubahan tekanan darah dimanifestasikan oleh hipotensi,
ortostatik. tachikardi, berat ringan
hipovolemia dapat dibuat ketika
tekanan darah > 20 mmHg dari
posisi duduk atau berdiri
5. Kaji ulang turgor kulit dan 5. Tugor kulit > 3 detik merupakan
keadaan membran mukosa mulut. salah satu indikator dehidrasi atau
volume yang tidak adequat.
6. Kaji adanya perubahan mental/ 6. Perubahan mental dapat
sensori. berhubungan dengan glukosa yang
tinggi atau rendah, elektrolit yang
abnormal, asidosis, penurunan
perfusi serebral dan hipoksia
7. Kaji tanda-tanda kerusakan ginjal 7. Semakin tinggi persentase
dengan cara mengobservasi hasil hematokrit berarti konsentrasi
lab : darah semakin kental dan
b. Hematokrit, diperkirakan banyak plasma darah
c. BUN/kreatinin yang keluar sehingga dapat
d. Osmolalitas darah berlanjut terjadinya syok
e. Natrium hipovolemik, kreatinin adalah zat
racun pada dalam darah yang
ginjalnya sudah tidak berfungsi,
natrium untuk mencegah retensi
cairan dalam darah
Intervensi Rasional
1. Kolaborasi pemberian diet sesuai 1. Tujuan utama diet pada DM
dengan toleransi pasien dengan adalah mengendalikan glukosa
prinsip 3 J (jumlah, jenis, jadwal) darah dan diet ini harus sangat
diperhatikan komposisinya
disertai dengan melihat data
laboratorium
2. Kolaborasi pemberian insulin 2. Insulin diberikan dengan
reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraseluler yang meningkatkan
trasnport, glukosa menembus
membran sel.
3. Sesuaikan asupan nutrisi dengan 3. Untuk menigkatkan selra makan
makanan kesukaan tetapi disesuaikan dengan
program diet, dapat diupayakan
setelah pulang
4. Observasi asupan nutrisi 4. Asupan nutrisi harus selalu
dipantau untuk mengobservasi
keadaan hipo/hiperglikemi dalam
keadaan asidosis metebolik
5. Jika terjadi lonjakan kadar 5. Pembentukan sel oleh saraf yang
glukosa darah dapat diberikan masuk dalam GIT dapat
makanan berserat memperlambat pengosongan
lambung dengan kata lain
menunda obsorsi serta serat dapat
meningkatkan masa feses
sehingga menurunkan konstipasi.
6. Timbang berat badab tiap hari 6. Mengkaji asupan makanan yang
adekuat termasuk obsorpsi dan
otoritasnya.
7. Observasi pmeriksaan 7. Gula darah akan menurun seacara
laboratorium seperti kadar perlahan denga terapi cairan dan
glukosa darah, aseton, pH, HCO3 pemberian insulin secara
terkontrol. Dengan pemberian
insulin secara optimal, glukosa
dapat masuk kedalam sel dan
digunakan untuk sumber kalori.
Ketika hal ini terjadi, kadar
aseton akan menurun dan asidosis
69
dapat teratasi.
8. Pantau aanta tanda-tanda koma 8. Hipoglikemi merupakan
nonketoik, hiperglikemik, komplikasi yang sering terjadi
hiperosmoral dan hipoglikemia : pada pasien DM, dapat
a. Koma nonketoik, diakibatkan karena pemberian
hiperglikemi, hiperosmoral : insulin yang berlebih,
glukosa darah puasa 600-2000 hpo/hiperglikemi kejadiannya
mg/dl, natrium normal atau dapat menimbulkan keluhan atau
meningkat, kalium normal bahkan kematian
atau meningkat,
osmomolaritas serum diatas
350 mOs/kg, hipotensi,
dehidrasi, perubahan sensori
b. Hipoglikemia : kuliot dingin,
lembab dan pucat, kadar gula
darah < 70 mg/dl, gelisah,
penurunan kesadaran.
ureum darah.
berlangsung, dengan criteria, tidak teraba lesi, tidak ada tanda –tanda
Intervensi Rasional
1. Melakukan mobilisasi secara 1. Imobilisasi dapat mencegah
teratur pada pasien. tekanan pada pembulu darah yang
akan menghambat suplai nutri dan
O2, sehingga dekubitus atau luka
tekan dapat di cegah.
2. Beri penkes tentang 2. Berikan pengetahuan pada pasien
pencegahan luka, diantaranga dan keluarga bahaya dari luka pada
dengan cara : penderita DM, dan cara
a. Menghindari garukan. pencegahan terjadinaya luka.
b. Penggunaan lition pada
kulit yang kering.
c. Menggunakan alas kaki
jika berjalan
d. Menghindari penggunaan
sandal jepit
3. Berikan perawatan kulit 3. Masage dapat memperlancar
yang teratur, masage daerah peredaran darah, pemberian lotion
tulang yang tertekan, jaga bermanfaat untuk mencegah kulit
kulit tetap kering, linen kasar.
kering dan tetap kencang
(tidak berkerut).
Intervensi Rasional
1. Berikan penyuluhan pada pasien dan 1. Lebih banyak pasien mengetahui
keluarga tentang konsep penyakit tentang penyakit yang
yang dideritanya. dideritanya, akan meningkatkan
kepatuhan pasien akan
pengobatan yang dijalankan.
71
kelemahan
Intervensi Rasional
1. Orientasikan pasien pada 1. Pasien terhadap lingkungan
lingkungan, dekatkan barang- membantu untuk melakukan
barang kebutuhan pasien dan bantu aktifitas untuk menhindari injuri
ADL. dan memudahkan pasien untuk
memenuhi kebutuhan di sekitar
lingkungannya.
2. Anjurkan pasien untuk melakukan 2. Gerakan secara tiba-tiba atau terlalu
gerakan secara berhati-hati dan berat meningkatkan resiko injuri.
bertahap.
72
Tujuan : Infeksi tidak terjadi dengan criteria kulit lembab, gula darah
normal.
Rasional Intervensi
1. Pertahankan aseptik dan antiseptik 1. Mengurangi jumlah
dalam pemberian setiap tindakan mikroorganisme yang dapat
kepada pasien. menimbulkan terjadinya infeksi.
2. Jauhi oral atau tempat yang dapat 2. Tubuh akan sangat merespon
menularkan penyakit contohnya terhadap datangnya penyakit
penyakit infeksi saluran karena berbagai gangguan dan
pernafasan. penurunan daya tahan tubuh pada
orang DM.
3. Infeksi dapat mengakibatkan
3. Observasi tanda-tanda infeksi dan peningkatan suhu tubuh,
73
Intervensi Rasional
1. Memberikan dukungan emosional 1. Motivasi dan dorongan
meningkatkan ketentraman jiwa
pada diri pasien.
2. Luangkan waktu untuk pasien 2. Bertanya atau mengungkapkan
mengungkapkan perasaan dan perasaan pasien, dapat mengurangi
bertanya. kecemasan yang ada dengan
mengeluarkan unek-unek pada diri
pasien.
3. Perbaiki persepsi yang salah 3. Informasikan yang benar
terhadap penyakit. membantu meringankan beban
pasien dengan berbagai alternatif
penanganan yang ada untuk
4. Anjurkan orang terdekat untuk penyakitnya.
mendampingi pasien 4. Keberadaan orang terdekat
meningkatkan keyakinan
5. Berikan gambaran tentang psikologis.
penderita yang sama yang tetap 5. Gambaran keberhasilan penderrita
dapat menjalani hidupnya dengan yang sama dapat dijadikan
normal dan tentang perkumpulan dorongan pasiennutnuk ingin
penderita penyakit yang lain sembuh dan menempuh
penatalaksanaan yang benar,
sedangkan perkumpulan penyakit
DM dapat menurunkan kecemasan
karena pasien tidak merasakan
sendiri menderita penyakitnya
74
4. Implementasi
5. Evaluasi
dari :