NIM : 2014901155
FAKULTAS KESEHATAN
GIANYAR
2020
A. Laporan pendahuluan
1. Konsep Dasar Skizofrenia
a. Pengertian
otak dan melibatkan banyak sekali faktor. Faktor -faktor itu meliputi perubahan
struktur fisik, otak, perubahan struktur kimia otak dan faktor genetik. (Yosep, 2011,
hal. 211)
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada
proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi
kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan
b. Penyebab
yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut
penelitian mutakhir
1. Faktor genetik yaitu pewarisan sifat dari gen kepada turunannya, jika sebelumnya
2. Virus
3. Auto antibody
4. Malnutrisi dapat menyebabkan skizofrenia terutama jika mengalami kekurangan
Secara umum gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 2 yaitu gejala positif dan
1. Gejala positif :
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Gejala
yang biasanya timbul yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang
suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu
2. Gejala negatif
Penderita skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan
minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas. Karena
penderita skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa
melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul
memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia
tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa penderita skizofrenia
tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa menerima pemberian
dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.
d. Jenis-jenis skizofrenia
kemauan.
2. KonsepDasar Halusinasi
a. Pengertian
persepsi atau pendapat tentang lingkungan nyata pada objek atau rangsang yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus
tersebut (Nanda-I,2012)
bagian dari kehidupan mental penderita yang “teresepsi“ (Yosep, 2010, dikutip dari
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
Rentang respon neurobiologis pada gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
Respon Adaptif :
pengalaman ahli.
d) Prilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e) Hubungan sosial harmonis adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkunan
2) Respon Psikososial
b) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
kewajaran.
e) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
3) Respon Maladaptif
c) Kerusakan Proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
e) Isolasi Sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai ketentuan oleh orang
c. Psikopatologi
1) Etiologi
a) Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya
kecil, mudah frustasi hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
(3) FaktorBiokimia
suatu zat yang dapat bersifat halusi nogenik neuro kimia seperti Buffenon
(4) FaktorPsikologis
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
(5) Faktorgenetikdanpolaasuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
b) Faktor Presipitasi
(1) Prilaku
peraasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, prilaku merusak diri, kurang
yaitu :
yang lama.
(b)Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
(d)Dimensi sosial
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting
siang. Saat bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia
memburuk
Tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi menurut (Damaiyanti, 2012, hal.
a) Bicara sendiri
b) Senyum sendiri
c) Ketawa sendiri
r) Perilaku panik
v) Ketakutan
3) Fase-fasehalusinasi
TABEL 1
4) Jenis Halusinasi
Menurut NAMI (National Alliance For Mentally III, dalam Dermawan dan
rusdi, 2013, hal. 3) halusinasi dapat terjadi pada seseorang yang bukan
penderita gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang mengalami
stress yang berlebihan atau kelelahan bisa juga karena pengaruh obat-obatan
(Halusinasinogenik)
terjadisesaatsebelumseseorangjatuhtertidur.
terjadipadasaatseseorangterbanguntidur.
b) Halusinasi Patologis
Klien melihat gambar yang jelas atau samar tanpa timulus yang nyata dan
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tentang tanpa stimulus yang
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasa merasakan makanan
d. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi menurut (Direja,
primitif).
3) Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
e. PenatalaksanaanMedis
a) Terapi Somatik
Indikasi pemberian obat antipsikotik pada pasien skizoprenia adalah: pertama
antipsikotik dalam pengobatan nda ia telah dibuktikan oleh berbagai peneliti buta
ganda yang terkontrol. Untuk anti psikotik tipikal atau yang pertama, tidak ada
bukti bahwa obat yang satu lebih baik dari obat yang lain untuk gejala-gejala
tertentu. Strategi pengobatan tergantung pada fase penyakit apakah akut atau
kronik. Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang baru dialami atau
yang kambuh) yang perlu segera diatasi. Tujuan pengobatan disini adalah
mengurangi gejala psikotik yang parah. Dengan fenotiazin biasanya waham dan
halusinasi hilang dalam 2-3 minggu. Biarpun tetap masih ada waham maupun
Apabila gejala yang menonjol berupa gaduh, gelisah, agresif, delusi, (waham),
halusinasi, sulit tidur dapat diberikan obat antipsikosis dosis efektif besar seperti
chlorpromazine (CPZ) 100 mg dalam bentuk injeksi atau oral sesuai dengan
keadaan klien. Dosis ini diberikan 100-500 mg/hari dan dapat dinaikan sesuai
kebutuhan penderita skizofrenia dengan delusi menonjol, tidak ada atau kurang
gangguan tidur, tidak begitu gaduh dapat diberi trihexyphenidyl (TXP) 5 mg (1-2
kali sehari) atau Halloperidol 2 mg (2 kali sehari). Penderita harga diri rendah
dapat diberikan Stelazine 5 mg (1-3 kali sehari) yang merupakan obat penenang
b) Terapi Elektro-Konvulsi
Seperti juga terapi konfulsi yang lain, cara kerja elektrokonfulsi belum diketahui
terapi ini tidak dapat mencegah serangn yang akan datang. Bila dibandingkan
dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi serangan ulang.
Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara ambulant, bahaya
lebih sedikit, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus seperti terapi
koma insulin. TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap
diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.(Marawis, 2011 hal 277)
elektrode yang dipasang pada satu atau dua tempat. Jumlah tindakan yang
dilakukan merupakan rangkaian yang bervariasi pada tiap pasien tergantung pada
masalah pasien dan respon terapeutik sesuai hasil pengkajian sampai tindakan.
Rentang respon yang paling umum dilakuakan pada pasien dengan gangguan
afektif antara enam sampai dengan dua belas kali, sedangkan pada pasien
skizofrenia biasanya diberikan sampai 30 kali. TEK biasanya diberikan tiga kali
seminggu atau setiap beberapa hari, walaupun sebenarnya bisa diberikan lebih
(1) Penyakit depresi berat yang tidak berespon terhadap obatantidepresi atau pada
(2) Gangguan bipolar dimana pasien sudah tidak berespon lagiterhadap obat.
(3) Pasien dengan bunuh diri akut yang sudah tidak menerimapengobatan untuk
(4) Jika efek sampingan TEK yang diantisipasikan lebih rendahdaripada efek
terapi pengobatan, seperti pada pasien lansia dengan blok jantung, dan respon
kehamilan.
c) Psikoterapi
diharapkan, bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita
dengan skizoprenia karena justru dapat menambah isolasi dan autisme. Yang dapat
Terapi kerja adalah baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan oranag lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan profesional
hal.277)
d) Rehabilitasi
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau
berdiri sendiri. Terapi ini terdiri dari: Terapi Okupasi, Terapi Rekreasi, Terapi
Gerak, dan Terapi Musik, yang masing-masing mempunyai tujuan khusus. Salah
satu yang akan dibahas dalam topik ini adalah Terapi Okupasi yaitu suatu ilmu dan
terpilih yang telah ditentukan, dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan
umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari pada peran klien, namun
pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari peran perawat,
perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi, dan
tidak unik bagi individu klien (keliat, 1998, dikutip dari Direja, 2011, hal. 35)
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial,
penanggung.
b) Alasan dirawat
utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah sakit dan
mengalami halusinasi.
c) Pemeriksaan fisik
d) Pengkajian psikososial:
(1) Genogram
(d) Peran
(e) Identitas
(gender)
secara non-material.
terlibat.
lain/kelompok tersebut.
(4) Spritual
Aspek spiritual yang dikaji menurut (M. Azizah, 2011, hal. 64)
diantaranya :
ibadah tersebut
e) Status mental
Pengkajian pada status mental dapat dilakukan pada penampilan,
hal. 65)
(1) Penampilan
(2) Pembicaraan
(5) Afek
Adapun beberapa gangguan afek dan emosi adalah sebagai berikut :
susah, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, rasa berdosa, putus asa,
(b) Ketakutan/takut yaitu afek emosi terhadap objek yang ditakuti sudah
jelas.
(c) Khawatir, cemas, ansietas yaitu ketakutan pada sesuatu objek yang
belum jelas atau keadaan tidak enak/tidak nyaman yang tidak jelas
kegelisahan.
(d) Anhedoneia yaitu tidak timbul perasaan senang dengan aktivitas yang
(e) Euforia yaitu rasa senang, riang, gembira, bahagia, yang berlebihan
yang tidak sesuai dengan keadaan. Elasa adalah bentuk euforia yang
lebih hebat dan Exaltasi atau extaci adalah suatu bentuk euforia yang
sangat hebat.
umum atau kuantitas, tidak ada perubah-an dalam roman muka pada
(i) Tak wajar/tidak sesuai adalah emosi yang tidak sesuai atau
sekitarnya.
(7) Persepsi-Sensorik
tubuhnya.
penciuman.
halusinasi.
dikatakan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain. Flight of idea
pembicaraan yang berulang-ulang pada suatu ide, pikiran dan tema secara
Gangguan pada isi pikir yaitu Ekstasi/extacy : isi pikiran yang tidak dapat
hal yang tidak nyata sebagai pelarian terhadap keinginan yang tiddak dapat
keluhan atau sakit secara fisik, depersonalisasi : yaitu isi pikiran yang
berupa perasaan yang aneh/asing/terhadap dirinya sendiri, orang lain atau
lingkungan sekitarnya.
sedasi : (kacau, merasa melayang antara sadar dan tidak sadar), sopor
ada terhadap rangsngan yang keras dan tidak mengerti semua yang terjadi
seperti pupil, cahaya, muntah dan dapat timbul reflek yang patologis)
Daya ingat klien atau kemampuan mengingat hal-hal yang telah terjadi,
daya ingat jangka panjang (memori masa lalu, lama/lebih dari 1 tahun),
daya ingat jangka menengah memori yang diingat dalam 1 minggu terahir
sampai 24 jam terahir, Daya ingat jangka pendek memori yang sangat baru,
Data yang perlu dikaji melalui wawancara antara lain: Gangguan ringan
secara sederhana dengan bantuan orang lain, seperti ia dapat memilih akan
lain.
saat ini.
Data ini harus dikaji untuk mengetahui masalah yang mungkin akan terjadi
atau akan dihadapi klien, kluarga atau masyarakat sekitarnya pada saat klien
pulang atau setelah klien pulang dari rumah sakit, data yang harus dikaji adalah
: Perawatan diri (Mandi, kebersihan, makan, buang air kecil, buang air besar,
dan ganti pakaian) secara mandiri, perlu bantuan minimal atau bantuan total
2) Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data untuk
Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh pasisen dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga
halusinasi, perasaan tidak aman, merasa cemas, takut dan kadang-kadang panik
kebingungan.
b) Data Obyektif
Data obyektif yaitu data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, pembicaraan kacau kadang tidak
masalah, ekspresi wajah sedih, ketakutan atau gembira, klien tampak gelisah,
Pohon masalah adalah kerangka berpikir logis yang berdasarkan prinsip sebab dan
akibat yang terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat (Fitria, 2009, hal. 60)
b. Diagnosa keperawatan
mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stresor yang menunjang.
(etiologi), dan keduanya ini saling berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Diagnosis
ini bisa juga permasalahan (P), penyebab (E), dan simtom/gejala sebagai data
penunjang. Jika pada diagnosis tersebut sudah diberikan tindakan keperawatan, tetapi
permasalahan (P) belum teratasi, maka perlu dirumuskan diagnosa baru sampai
tindakan keperawatan tersebut dapat diberikan hingga masalah tuntas. (Farida, 2010,
hal.51)
yaitu :
c. Perencanaan
TABEL 2
STRATEGI PELAKSANAAN
SP 1 PASIEN SP 1 KELUARGA
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi klien. 1) Mendiskusikan masalah yang
2) Mengidentifikasi isi halusinasi klien. dirasakan keluarga dalam merawat
3) Mengidentifikasi waktu halusinasi klien. klien.
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi 2) Memberikan pendidikan kesehatan
klien. tentang pengertian halusinasi , jenis
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat halusinasi yang dialami klien , tanda
menimbulkan halusinasi klien . dan gejala halusinasi , serta proses
6) Mengidentifikasi respon klien terhadap terjadinya halusinasi.
halusinasi klien. 3) Menjelaskan cara merawat klien
7) Mengajarkan klien menghardik dengan halusinasi.
halusinasi.
8) Menganjurkan klien memasukkan cara
menghardik ke dalam kegiatan harian.
SP2P SP2K
SP3K Dilanjutkan
SP3P
SP4P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien .
2) Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur
3) Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian .
d. Pelaksanaan
memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan
oleh klien saat ini (here and now) perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai
melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi
klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.
Pada saat akan melakukan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan
klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dilakukan dan peran serta yang
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau formatif yang dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah
pikir :
Dapat dilakukan dengan menanyakan langsung kepada klien tentang tindakan yang
telah dilakukan.
0 : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dapat
diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau
menanyakan kembali apa yang telah dilaksanakan atau memberi umpan balik sesuai
A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang