Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK ORGANISASI

Makalah Individu
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi dan
Praktek Kebidanan

Oleh :

Peni malinda
1716154011141

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
Mei 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Komunikasi
Kelompok ”.

Dalam menyusun makalah ini kami tidak dapat lepas dari kesalahan namun berkat
dorongan, didikan dan bimbingan dari semua pihak, maka kami dapat menyelesaikan
makalah ini.Untuk itu kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk


penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

Malang, 19 mei 2018

   Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................          
   i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................   ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang..................................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Komunikasi kelompok........................................................................................... 2

B. Organisasi dalam Masyarakat................................................................................ 2

C. Organisasi Lintas Sektor........................................................................................ 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................ 9

B. Saran  .................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................   10
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain


dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil
integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat.Di dalam kelompok
ataupun organisasi, selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah
penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan dan bawahannya.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di


antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu.Suatu
organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang
satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.Komunikasi organisasi
melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan komunikasi kelompok?

2.      Bagaimana komunikasi kelompok dalam organisasi masyarakat?

3.      Bagaimana organisasi lintas sector?


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok merupakan salah satu komunikasi interpersonal, menyangkut


komunikasi seseorang dengan beberapa orang lainnya.Komunikasi kelompok kecil
adalah kelompok yang terdiri atas tiga sampai sepuluh orang. Masing-masing anggota
kelompok menyadari keberadaan anggota lainnya, memiliki minat yang sama, dan atau
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.

B.     Organisasi dalam Masyarakat

Komunikasi dalam organisasi adalah komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan


pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya
dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai
tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214). Manajemen sering mempunyai
masalah tidak efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat penting
bagi para manajer, paling tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi adalah proses
melalui mana fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dapat dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan dimana
para manejer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses Komunikasi
memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka.Informasi harus
dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar
rencana-rencana itu dapat dilaksanakan.Pengorganisasian memerlukan komunikasi
dengan bawahan tentang penugasan mereka.Pengarahan mengharuskan manejer untuk
berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompo dapat tercapai. Jadi seorang
manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan
komunikasi dengan pihak lain. Sebahagian besar waktu seorang manejer dihabiskan
untuk kegiatan komunikasi, baik tatap muka atau melalui media seperti Telephone,
Hand Phone dengan bawahan, staf, langganan dsb. Manejer melakukakan komunikasi
tertulis seperti pembuatan memo, surat dan laporan-laporan.

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

     Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi
dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:

a.Fungsi informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-


processing system).  Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap
dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.Informasi
yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang
yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.  Orang-orang dalam
tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.  Sedangkan karyawan
(bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti dan sebagainya.

b. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi.  Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh
terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:

1) Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. 
Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau
perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada
lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak
bergantung pada:

a) Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.

b) Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.

c)Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai


pribadi.

d) Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

2) Berkaitan dengan pesan atau message.  Pesan-pesan regulatif pada dasarnya


berorientasi pada kerja.  Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-
peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

c.  Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.  Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. 
Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.

d. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat


dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.  Ada dua saluran komunikasi formal
seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan
kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan
darmawisata.  Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk
berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

C.Organisasi Lintas Sektor

Organisasi lintas sektor adalah organisasi yag melibatkan suatu institusi atau instansi
negri atau swasta yang membutuhkan pemberdayaan dan kekuatan dasar dari
pemerintah atau swasta mengenai peraturan yang ditetapkan untuk mewujudkan
alternatif kebijakan secara terpadu dan komprehensif sehingga adanya keputusan dan
kerjasama.

Koordinasi dalam system penyelenggaraan Negara dapat diaplikasikan dalam konteks


kerjasama pemerintahan antar Negara, koordinasi antar lembaga tinggi Negara,
koordinasi antara pusat dan daerah, koordinasi sektoral, koordinasi lintas daerah,
koordinasi antar actor bernegara. Pola hubungan koordinatif pada dasarnya tercermin
dalam struktur pemerintahan Negara dan hubungannya dengan lingkungan struktur
tercebut (state structure environment).Untuk lebih jelasnya, masing-masing format
koordinasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Koordinasi Lintas Negara

Koordinasi lintas Negara merupakan kerjasama pemerintahan antar Negara dalam


mencapai tujuan tertentu.Lingkup Negara yang melakukan kerjasama dapat bersifat
bilateral (kerjasama dua Negara) atau multilateral (kerjasama lebih dari dua
Negara).Sedangkap lingkup objek yang dikerjasamakan dapat berupa bidang politik,
ekonomi, social politik dan budaya.Dalam ranah administrasi Negara, pembahasan
tentang kerjasama antar Negara tersebut masuk dalam bidang administrasi
internasional. Bentuk kerjasama bilateral antara lain dapat dilihat dalam kerjasama
sister-city (kota kembar antara salah satu kota di Indonesia dengan salah satu kota
lainnya di luar negeri).

2. Koordinasi Antar Lembaga Negara

Dalam struktur pemerintahan RI terdiri dari beberapa lembaga Negara.Beberapa


lembaga tersebut termasuk presiden, Mahkamah konstitusi, DPR, MPR, Mahkamah
Agung, Komisi Yudisial dan sebagainya.Antar lembaga tersebut dapat saling melakukan
koordinasi dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Misalnya, Komisi Yudisial,
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dapat saling berkoordinasi dalam
meningkatkan kualitas penegakan hukum (law enforcement) di Indonesia.

3. Koordinasi antara Pusat dan Daerah


Dalam penyelenggaraan pemerintahan terdapat beberapa urusan yang menjadi
tanggung jawab pusat termasuk urusan moneter, pertahanan keamanan, agama,
peradilan.Sedangkan urusan-urusan lainnya didesentralisasikan.Namun demikian,
walaupun urusan-urusan lainnya sudah didesentralisasikan tetapi dalam kerangka
pembinaan serta pemaduan langkah antar daerah maka pemerintah pusat dapat
melakukan koordinasi melalui instansi teknis. Misalnya: koordinasi pembangunan bidang
pendidikan dan kesejahteraan rakyat.

4. Koordinasi Sektoral

Sektor-sektor pembangunan termasuk pembangunan politik, ekonomi, social dan


budaya walaupun sudah menjadi tanggung jawab beberapa instansi teknis terkait
namun dalam kenyataannya dapat terdiri dari berbagai instansi yang begaram yang
menangani sector yang sama. Beragam instansi tersebut apabila tidak saling
berkoordinasi maka bisa jadi akan menghasilkan tumpang tindih peran dan pendanaan
program pembangunan sehingga menyebabkan in-efesiensi dan misalokasi sumber daya
finansial.

5. Koordinasi Lintas Daerah

Beberapa daerah juga dapat saling bersinggungan dalam urusan tertentu yang bersifat
lintas daerah.Dalam keadaan tersebut maka koordinasi lintas daerah dapat berperan
dalam menjamin efektivitas dan efesiensi penyelesaian urusan tersebut. Misalnya,
dalam hal penyelesaian banjir di DKI Jakarta dimana tidak hanya merugikan warga DKI
Jakarta tetapi juga warga daerah sekitar termasuk Bogor, Tanggerang dan Banten yang
bekerja di Jakarta. Di samping itu, banjir di Jakarta bisa juga disebabkan oleh banjir
kiriman dari wilayah sekitar, misalnya Bogor.Dalam keadaan tersebut adalah lebih
mudah mengatasi banjir tersebut apabila dilakukan koordinasi antar daerah.

6. Koordinasi antar Aktor Bernegara

Dalam lingkup yang lebih luas dalam satu Negara, aktor pembangunan tidak hanya antar
lembaga Negara tetapi juga antara lembaga Negara, swasta dan masyarakat.Tidak
menutup kemungkinan terjadi hubungan yang kontra-produktif antar actor tersebut
dalam penyelenggaraan urusan tertentu.Dalam keadaan tersebut, koordinasi antar actor
diperlukan sehingga peran antar actor tersebut dapat saling menguatkan dalam
pencapaian tujuan bernegara.

Koordinasi dalam sistem penyelenggaraan Negara juga dapat dikelompokkan ke dalam


meta-koordinasi, meso-koordinasi dan mikro- koordinasi.Meta-koordinasi adalah
koordinasi yang dilakukan antara pemerintahan RI dengan pemerintahan dari Negara
lain dan atau organisasi internasional (missal: World Bank, UNDP, IMF, Asian
Development Bank/ADB dan sebagainya). Meta-koordinasi tersebut dapat dilakukan
dalam konteks hubungan bilateral (dua Negara) maupun multilateral (berbagai Negara).
Meso-koordinasiadalah koordinasi yang dilakukan dalam konteks nasional dan atau
regional dalam suatu Negara.Pada level nasional, koordinasi misalnya terjadi antara
MenPAN, LAN dan BKN.Sedangkan pada tingkat regional, koordinasi misalnya terjadi
antara satu pemerintahan daerah dengan pemerintahan daerah lainnya.Pada tingkat
mikro-level, koordinasi dapat terjadi antar unit dalam organisasi.Misalnya koordinasi
terjadi antara unit kelitbangan dengan unit keuangan dalam koordinasi pendanaan
kegiatan litbang.

Tujuannya:

1. Terjalinnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka peran serta masyarakat secara
baik.

2. Adanya saling mengetahui dan saling mengenal program pembinaan peran serta
masyarakat masing-masing sector terkait.

3. Adanya saling mengetahui peran masing-masing sector yang saling mendukung untuk
membina peran serta masyarakat dalam bidang keseharian.

Pembangunan kesehatan yang dijalankan selama ini hasilnya belum optimal karena
didukung oleh lintas sector. Beberapa program sektoral masih ada yang tidak atau
kurang berwawasan kesehatan sehingga memberikan dampak negative bagi kesehatan
masyarakat.untuk diperlukan pendekatan  lintas sector terkait dapat selalu
memperhitungkan dampak programmnya terhadap kesehatan masyarakat.

Manfaat dan tujuan kerjasama lintas sektoral antara lain adalah :

1. Mempermudah pencapaian keberhasilan rancangan kegiatan

2. Dapat memberikan gambaran tehnis antar lintas sektoral dan lintas program

3. Kebijakan tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan

4. Saling menguntungkan kedua pihak antara rencana program

5. Dapat memberikan perijinan dalam rujukan

6. Dapat memberikan kontribusi, fasilitas, sarana dan dana

7. Terdokumentasi dalam perizinan dan kegiatan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi dalam organisasi adalah komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan


pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya
dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai
tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214).

Organisasi lintas sektor adalah organisasi yag melibatkan suatu institusi atau instansi
negri atau swasta yang membutuhkan pemberdayaan dan kekuatan dasar dari
pemerintah atau swasta mengenai peraturan yang ditetapkan untuk mewujudkan
alternatif kebijakan secara terpadu dan komprehensif sehingga adanya keputusan dan
kerjasama.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah yang kami susun tersebut. Kami selaku penulis
banyak berharap para pembaca sudi  memberikan kritik dan saran yang tentunya
membangun kepada kami, demi mencapainya.

Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan komunikasi kelompok dan dapat pula mengerti dan paham akan
larangan-larangan serta lebih bertakwa dan beriman kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

https://wgsuacana.wordpress.com/2009/05/22/organisasi-dan-manajemen-publik/

Yulifah, Rita dan Yuswanto, Tri Johan.2009.Komunikasi dan Konseling dalam


Kebidanan.Jakarta.Salemba Medika.

  

Anda mungkin juga menyukai