Anda di halaman 1dari 2

Nama : Emelia Mesin

NIM : F1031211001
Prodi : Pendidikan Eknomi
Kelas : Reguler A
Ringkasan
Sosial dan Humaniora
Martabat manusia itu mulia karena hidupnya tergantung pada Allah. Asal mula dan
sumber kehidupan manusia adalah Allah, yang menjadi pemberi dan penopang
kehidupan. Karena martabat manusia sangat mulia dan luhur, kehidupan manusia
harus dilindungi sejak pembuahan dalam kandungan. Tujuan hidup manusia pada
dasarnya bersifat transendental (bersifat ilahi dan mengatasi segala-galanya), yaitu
memenuhi kerinduan manusia mencapai kesempurnaan dalam segala-galanya,
yaitu suatu kebahagiaan abadi berupa kehidupan kekal, hidup berbahagia bersama
Allah Bapa di surga (Lihat Yoh. 17:1-3; 1Yoh. 3:2; 1Kor. 2:9). Dalam teks tersebut
dilukiskan bahwa tujuan hidup manusia masing-masing adalah persatuan dengan
hidup Allah Tritunggal untuk selama lamanya. Manusia diciptakan untuk berelasi
dan bersekutu. Relasi dan persekutuan ini memperlihatkan suatu ketergantungan
dasariah antarmanusia sebagai makhluk yang selalu ada bersama. Karena itu,
manusia hidupnya tergantung satu sama lain. Allah tidak menciptakan manusia
seorang diri: sebab sejak awal mula “Ia menciptakan mereka pria dan wanita” (Kej.
1:27). Setiap manusia yang terlahir, dipanggil untuk turut serta dalam karya
penyelenggaraan Ilahi. Tidak terkecuali dan tidak pandang bulu, apa pun agamanya,
suku bangsanya, bahasanya, profesinya, di mana pun dan kapan pun ia hidup, dia
dipanggil untuk turut serta dalam karya penyelenggaraan- Nya. Panggilan ini
berlaku untuk seluruh kehidupan manusia. Karena hidup adalah perutusan, setiap
orang yang menjawab panggilan tersebut akan diutus untuk turut dalam karya
penyelenggaraan ilahi.
Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri siapa mengenal dirinya, sungguh dia
akan mengenal Tuhannya, sebab dengan pengenalan itu, manusia mengetahui
bahwa selain Tuhan, tidak ada makhluk lain yang bisa menciptakan dirinya dan
alam semesta ini menuju kesempurnaan. Hubungan manusia sebagai individu
dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan.
Oleh karena itu, harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam
mencapai kebahagiaan bersama. Manusia tidak bisa hidup tanpa menggunakan
segala sesuatu yang ada pada alam. Ketergantungan manusia-alam atau alam-
manusia, menjadikan manusia menggunakan hasil alam untuk kelangsungan hidup
dan kehidupannya. Manusia alam atau lingkungan hidup-manusia, kedua-duanya
tidak dapat dipisahkan satu sama lain manusia dapat berkata bahwa ciri khas
penciptaan ialah bahwa manusia dan dunia seluruhnya diberi hidup oleh Allah.
Manusia seratus persen tergantung pada Allah namun sekaligus seratus persen
bebas dan mandiri.
Komentar
Pada hakikatnya manusia memiliki hubungan yang perlu dijalankan, yaitu hubungan
sacara vertikal dan horizontal. Hubungan secara vertikal merupakan hubungan
manusia kepada Tuhan. Hubungan vertikal ini sangat pribadi, individual, dan
spiritual. Hanya manusia dan Tuhan yang tahu seberapa kedekatan itu. Dalam
membangun relasi personal dengan Tuhan, manusia sangat dipengaruhi oleh
kehidupan sosial manusia dengan relasi dengan dirinya, sesama yang seringkali
tidak genuine, tetapi dipenuhi kepalsuan dan kepuraan-puraan. Kehidupan
keberagamaan manusia zaman ini yang seringkali jatuh pada formalism:
menjalankan syariah atau ritual keagamaan tanpa menyadari membuat relasi
manusia dengan Tuhan. Hubungan manusia dengan Tuhan telah kehilangan rohnya.
Manusia dalam berelasi dengan Tuhan terkadang kurang jujur, takut membuka jati
diri yang sebenarnya. Relasi inilah yang harus dipulihkan kembali agar manusia
dapat hidup dan berelasi dengan Tuhan seperti kata sang Pemazmur: “Dengan
telanjang aku keluar dari rahim ibuku, dengan telanjang juga aku datang menghadap
Tuhan”. Relasi yang jujur, terbuka apa adanya dengan segala kekurangan dan
keterbatasan manusia datang kepada Tuhan untuk mencari dan menemukan apa
kehendak Tuhan dalam diri Anda.
Sebagai orang yang beriman, percaya bahwa Allah sudah mengetahui, memahami,
dan mengerti keseluruhan kenyataan, termasuk makna yang benar dalam kitab suci.
Kenyataan social manusia yang dimengerti oleh Allah yang Maha Mengetahui,
bukan semata-mata konstruksi social manusia tetapi juga ditentukan oleh bilogi,
fisika, geografi, kimia, psikologi, dan jutaan pengaruh yang di luar pengendalian
manusia. Lebih dari itu, etika social bukan estetika individualis saja, melainkan
perjuangan untuk mempratekkan kebenaran yang sudah di wahyu kepada manusia
melalui nabi-nabi. Rasionalitas dalam modernitas tidak mutlak dan universal,
melainkan merupakan hasil dari proses sejarah. Ketengan di antara ilmu social
modern atau post modern dan agama normative tidak pernah selesai. Akibatnya
konfrontasi dan permusuhan kadang-kadang bermuncul, atau mereka dipakai
sebagai system makna yang dipisahkan sama sekali, satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai