Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU NIFAS

DISUSUN OLEH

CLARA CLAUDIA

2020.02.003

PRODI D III KEBIDANAN

STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat- Nya sehingga dapat
terselesaikannya Laporan Pendahuluan yang berjudul “ Asuhan kebidanan pada ibu nifas“ ini
dengan baik.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Aristina Halawa, S.Kep.,Ns., M.Kes, selaku Ketua Stikes William Booth Surabaya
yang telah memberikan kesempatan untuk melakukanpraktik klinik di RS
2. Shinta Wurdiana Rhomadona, SST., M.Tr.Keb., selaku Kaprodi D-III Kebidanan Stikes
William Booth Surabaya, yang telah banyak memberikan dorongan bagi seluruh mahasiswa
kebidanan.
3. Intyaswati, SST., M.Keb., selaku penanggung jawab laporan asuhan kebidanan ibu
bersalin yang telah memberikan bimbingan sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
4. Anita , Amd.Keb., selaku pembimbing klinik yang telah memberikan bimbingan sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.
5. Ibu responden atas kerjasamanya yang baik.
6. Bapak, Ibu, Kakak dan adikku atas cinta, dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga
laporan ini selesai pada waktunya.
7. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam ini penyusunan
laporan ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah
diberikan dan semoga laporan ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.

Surabaya,..................

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR……………………………………………..…..
DAFTAR ISI……………………………………………………..…….
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………
1.1. Latar Belakang………………………………………………....

1.2. Rumusan Masalah………………………………….….…….....

1.3. Tujuan Penulisan……………………………….….…………...

1.4. Manfaat…………………………………….............….…….…

1.5. Waktu pelaksanaan……………………………………………


1.6. Tempat pelaksanaan……………………………………………
1.7. Sistematika penulisan…………………………………………..

BAB 2 TINJAUAN TEORI…..…………………………………...........


2.1. Konsep Dasar Teori…………………………………………....
2.1.1. Definisi………………………..….…………..……………
2.2. SOAP………………………………………………………….
2.2.1 Subjektif……………………………………………………
2.2.2 Objektif…………………………………………………….
2.2.3 Assesment………………………………………………….
2.2.4 Penatalaksanaan…………………………………………....
BAB 3 PENUTUP………………………………………………………

3.1 Kesimpulan……………………………………………………..

3.2 Saran……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...
BAB 2

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu
(AKI) angka kematian bayi (AKB) di Indonesia. Banyak Negara menanggulangi kematian
ibu dan bayi dengan upaya upaya pertolongan di fokuskan pada priode intrapartum. Upaya
ini telah terbukti menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir disertai
dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa.
Namun tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu negara dengan serta merta menjalankan
dan memberi dampak menguntungkan bila deterapkan di negara lain (Saleha, 2009). Masa
nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentang waktu kira-kira selama 6
minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan
kembali normal seperti sebelum hamil. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu
akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut
sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis (Purwanti, 2012). Penyebab kematian pada ibu
postpartum adalah pada masa pendarahan capaian indikator penanganan komplikasi
kebidanan sebesar http://repository.unimus.ac.id 2 2 79,13%. Gambaran capaian antar
provinsi menunjukkan Jawa Tengah memiliki persentase tertinggi, diikuti oleh Kalimantan
Selatan dan Jawa Timur. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar
12,75%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 18,33% dan Sumatera Utara sebesar 30,86%. Pada
gambaran capaian antar provinsi ini dapat diketahui adanya disparitas yang cukup tinggi
antara provinsi dengan capaian tertinggi dan provinsi dengan capaian terendah (Dinkes,
2015) Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan
(HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK),
dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung
mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25%
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK. sehingga sangat tepat para
tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa nifas ini. Adanya
permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena
ibu yang sakit tentu saja tidak dapat merawat dan menyusui bayinya dengan baik (Purwati,
2012). Selain adanya pendarahan dampak dari pada Postpartum adalah adanya Postpartum
Blues. Menurut Siti dan Ade,(2013). Postpartum Blues merupakan perwujudan fenomena
psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya atau
ketidakmampuan seorang ibu http://repository.unimus.ac.id 3 3 untuk menghadapi suatu
keadaan baru dimana kehadiran anggota baru dalam pola asuhan bayi dan keluarga.
Contonya bayi dan keluarga. Kirakira 80% dari semua pengalaman ibu-ibu postpartum
selama waktu setelah persalinan, biasanya terjadi 3-5 hari postpartum, ketika mereka
menangis tanpa tahu alasanya. Keadaan tersebut berlangsung bisa setiap jam atau kadang-
kadang setiap hari. Dapat diatasi dengan cinta support dan hiburan. Faktor penyebab
timbulnya Postpartum Blues adalah faktor hormonal, ketidaknyamanan fisik, faktor umur dan
paritas, pengalaman dalam proses kehamilan serta persalinan, latar belakang psikososial
wanita, dukungan dari lingkunganya (suami, keluarga dan teman),stress dalam keluarga,
stress yang dialami oleh diri sendiri, kelelahan pasca melahirkan, perubahan peran yang
dialami ibu (Suherni dkk 2009). Angka kejadian Postpartum Blues di Asia cukup tinggi dan
bervariasi antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian Baby Blues atau
Postpartum Blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan (Wijayati dkk, 2013).
Penelitian yang dilakukan Wijayati dkk, (2013), di wilayah kerja Puskesmas Blora angka
kejadian Postpartum Blues pada ibu pasca persalinan sebanyak (48,6%) yang mengalami
Postpartum Blues. Dukungan keluarga adalah sikap dan tindakan dan penerimaan kelurga
terhadap anggota keluarga. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu
siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan (Setiadi, 2012)
1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan masa nifas?


2. Apa tujuan dari asuhan masa nifas ?
3. Apa yang dimaksud klasifikasi/periode nifas?
4. Apa yang dimaksud dengan perubahan fisiologis nifas?
5. Apa yang dimaksud dengan adaptasi psikologi masa nifas?
6. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan dasar masa nifas ?
7. Apa yang dimaksud dengan kebijakan dan program nasional masa nifas?
8. Apa yang dimaksud dengan tanda bahaya pada masa nifas?
9. Apa yang dimaksud dengan proses laktasi ?
10. Apa yang dimaksud dengan asi eksklusif?
11. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan kesehatan pada ibu nifas?

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan teori pemasangan kateter dan penerapan pada pasien
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian pengertian dari definisi yang di
paparkan

1.4 Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan


Hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan bagi STIKES WILLIAM BOOTH
SURABAYA dalam pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia khususnya
dalam meningkatkan kinerja Bidan dan perawat agar dapat memberikan kontribusi yang
optimal kepada Rumah sakit.
2. Bagi Penulis
Untuk menerapkan pengetahuan teori kedalam praktek dan untuk memperdalam
pengetahuan tentang manajemen sumber daya manusia bidang kesehatan
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR MASA NIFAS

2.2.1. DEFINISI
Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah
melahirkan (Anggraeni, 2010). Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

2.2.2. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS


Tujuan masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun
psikologik, melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,
memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui.

2.2.3. KLASIFIKASI MASA NIFAS


a.) Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan
24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan
karena atonia uteri, oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu.
b.) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan
involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau
busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat
menyusui dengan baik. Selain itu, pada fase ini ibu sudah memiliki keinginan
untuk merawat dirinya dan diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk melakukan
perawatan diri karena hal tersebut akan bermanfaat pada semua sistem tubuh.
c.) Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada periode ini bidan tetap
melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. 2, 16
Periode immediate postpartum dan early postpartum merupakan periode yang
sering terjadi komplikasi pada ibu.17 Periode masa nifas yang beresiko terhadap
kematian ibu terutama terjadi pada periode immediate postpartum (50%), pada
masa early postpartum (20%) dan masa late postpartum (5%). 7, 8 Resiko sering
terjadi ketika satu minggu pertama post partum (Early postpartum) karena hampir
seluruh sitem tubuh mengalami perubahan secara drastis.
2.2.4. PERUBAHAN FISIOLOGI NIFAS
a. Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi
untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).
b. Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau
anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau
tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna
dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis
berdasarkan warna dan waktu.
c. Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol
d. Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari
ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap
e. Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah
persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan
kurangnya aktivitas tubuh.
f. Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya
ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan
ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah
mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air 16 akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah
partus, pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma
pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.
h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba.
Volume darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.
i. Perubahan tanda tanda vital

2.2.5. PERUBAHAN PSIKOLOGI MASA NIFAS


Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaian bagi ibu.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani, perubahan
tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi periode
kerentanan pada ibu postpartum, karena periode ini membutuhkan peran professional
kesehatan dan 18 keluarga.21 Tanggung jawab ibu postpartum bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir. Proses penyesuaian ibu atas perubahan yang
dialaminya terdiri atas tiga fase yaitu:
1. Fase taking in Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase
ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu
bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase
ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat
untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah
tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase
ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu
dapat melewati fase ini dengan baik.
2. Fase taking hold Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu
berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan
untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
3. Fase letting go 19 Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa
bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu
akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan
yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan keluarga dapat membantu
merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak telalu
terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup, sehingga mendapatkan kondisi
fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya

2.2.6. KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS


Ibu nifas dianjurkan untuk: 1) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. 2) Mengkomsumsi makanan tambahan, nutrisi
800 kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500kalori/hari dan tahun
kedua 400 kalori.

2.2.7. KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS

Melakukan kontrol/ kunjungan minimal 4 kali, yaitu pada 6 jam, 6 hari, 2 minggu,


dan 6 minggu setelah persalinan.
Memeriksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda infeksi,
kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rut

2.2.8. TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS


- Pendarahan abnormal.
- Demam
- Sakit kepala.
- Pembengkakan.
- Sesak napas.
- Depresi postpartum.
2.2.9. PROSES LAKTASI
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian dari
siklus reproduksi manusia.

2.2.10. ASI ESKLUSIF


ASI eksklusif diberikan sejak bayi lahir ke dunia hingga berusia enam bulan. Selama
periode tersebut, disarankan untuk hanya memberi Si Kecil ASI, tanpa tambahan
asupan apa pun

2.2.11. KEBUTUHAN KESEHATAN PADA IBU NIFAS


Pada ibu nifas memerlukan pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam meningkatkan
pemulihan kondisi yang baik setelah melahirkan. Makanan yang di konsumsi saat
masa nifas adalah jenis makan yang mengandung empat sehat lima sempurna
diantaranya ikan, telur, daging, susu, air, sayur, nasi dan buah-buahan.

2.2. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS


TEMPAT : PUSKESMAS

HARI/TANGGAL : SABTU 6 NOVEMBER 2021

OLEH : BIDAN CLARA

2.2.1 DATA SUBJEKTIF

A. BIODATA

NAMA : NY. C

UMUR : 25 TAHUN

SUKU/ BANGSA : JAWA/INDONESIA

AGAMA : KRISTEN

PENDIDIKAN : SMA

PEKERJAAN : IRT

B. STATUS KESEHATAN

1. Keluhan utama
Ibu takut untuk buang air besar
2. Riwayat menstruasi
Amenorrea : Banyak : Teratur :
Menarche : Lama : sifat darah :
Siklus : warna : dismenorhea :
Flour albus : gatal : warna :
Bau : HPHT :
a. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Tidak memiliki penyakit serius
- Riwayat kesehatan yang lalu
Tidak ada penyakit menahun
- Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada penyakit turunan
b. Riwayat perkawinan
Pernikahan pertama kali, baru sekali menikah
c. Riwayat obstetri
 Riwayat kehamilan persalinan nifas yang lalu

No Su Hamil Persalinan Nifas Anak K


a et
mi
ke
u Penyul Tgl/ Jenis Penyul A Penyul L/ B P U
k it/ thn persal it/ SI it/ P B B mu
kompl persal inan kompl kompl r
ikasi inan ikasi ikasi
 Riwayat kehamilan sekarang
-
 Riwayat persalinan sekaramg
-
 Riwayat KB
Ibunya menggunakan alat KB
d. Pola kebutuhan sehari-hari
 Nutrisi
Ibu mengkonsumsi makanan bergizi setiap harinya
 Pola eliminasi
BAB 1X sehari, BAK 6x sehari
 Pola istirahat
Baik
 Personal hygiene
Personal hygiene ibu baik
 Pola aktivitas
Melakukan kegiatan seperti ibu rumah tangga pada umumnya
 Pola seksual
Aktivitas seksual dapat melakukan dengan syarat secara fisik aman untuk memulai hubungan
suami istri
 Pengetahuan ibu
Ibu belum mengetahui cara menyusui yang baik
 Data psikososial
Ibu sangat senang dengan kehadiran bayinya
 Data sosial budaya
Menganut kebudayaan suku jawa tetapi tidak berlebihan .

2.2.2. Data Objektif


1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70mmHg
Nadi : 80×/menit
RR : 24×/menit
Suhu: 36’5
BB sebelum melahirkan dan sesudah : sebelum 62 sesudah 49
Tinggi badan : 145cm
2. Pemeriksaa Fisik
- Rambut : bersih,tidak berketombe,tidak rontok tampak sehat,warna hitam,adakah benjolan
atau tidak
- Muka : tidak oedema,tidak pucat,cloasma gravidarum ada/tidak,kelopak mata
simestris/tidak,tidak cekung,sclera tampak putih/tidak,ikterus,konjungtiva merah muda
- Hidung : tidak ada sekret,tidak ada pernapasan cuping hidung,penciuman normal tidak ada
polip
- Mulut : bibir tidak kering,lembab,tidak pucat,gigi tampak bersih dan tidak ada
caries,stomatitis ada/tidak,lidah bersih/kotor
- Telinga : simetris,tidak ada serumen,tidak ada gangguan pendengaran.
- Dada : bentuk simetris/tidak,adakah retraksi dada,pernapasan teratur,tidak ada mengi atau
ronchi dan suara tambahan.
- Ketiak : tidak ada benjolan abnormal,tidak ada luka,tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- Payudara : bentuk simetris dan membesar,areola hiperpigmentasi, puting susu
menonjol/datar/tenggelam, klostrum sudah keluar/belum, tidak ada benjolan abnormal,
konsistensi lembek/tegang
- Abdomen : ada tidaknya bekas luka operasi, jika ada luka SC kondisi balutan bersih/tidak,
adakah rembesan darah/pus, ada tanda infeksi atau tidak, adakah hiperpigmentasi, adakah striae
grvidarum, TFU, UC, konsistensi, kandung kemih
- Genitalia : bersih/tidak,adakah benjolan/tumor/condiloma/oedema dan varises,terdapat luka
episiotomi,masih basah/sudah kering,adakah tanda infeksi,adakah luka parut,pengeluaran
lochea apa,berapa banyak,bau busuk/tidak,tidak ada kelainan lainnya.
- Anus : adakah hemorroid,kondisi bersih atau tidak.
- Ekstermitas atas dan bawah : Simetris/tidak,tidak ada varises,tidak oedema,reflek
patella+/+,tanda homan -/-
3. Pemeriksaan khusus
Tes laboratorium misalnya HB,golongan darah,protein urin,dan glukosa urin.
Tes radiologi,USG dan lain-lain.

2.2.3 Assessment

Penentuan diagnose dan masalah pasien.

2.2.4 Penatalaksanaan

Terdapat intervensi, implementasi dan evaluasi

BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Tenaga Kesehatan merupakan salah satu profesi, maka pelayanan yang diberikan harus sesuai
dengan standar praktiknya, kode etik dan moral agar masyarakat sebagai penerima jasa
mendapatkan pelayanan dan asuhan yang bermutu. Dalam memberikan promosi kesehatan
sebagai tenaga kesehatan kita harus lebih aktif dan mengusai betul betul tujuan dan maksud kita
agar promosi kesehatan yang kita berikan dapat membawa sebuah dampak yang baik pada
masyarakat bahkan bagi diri kita sendiri.

3.2 Saran

1. Bagi tenaga kesehatan

- dapat meningkatkan pelayanan kesehatan

2. bagi institusi pendidikan

di harapkan kepada setiap institusi pendidikan kesehatan dapat lebih mengenalkan tentang

berbagai cara dan upaya promosi kesehatan kepada mahasiswanya.

3. mahasiswa kebidanan

mengharapkan kepada seluruh mahasiswa untuk lebih memperdalam ilmu pengetahuan

khususnya ilmu tentang kebidanan, dan mampu memberikan asuhan kebidanan pada setiap

masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
http://ejurnal.stikesdhb.ac.id, http://bppsdk.kemkes.go.id, www.sehatku.com, hallodoc.com, Dewi,
2011:13, Prawirohardjo,2011:53, Hani, 2011: 6, (Kusmiyati,Yuni, 2009:1).
(Pinem, 2009:63).

Anda mungkin juga menyukai