Anda di halaman 1dari 2

ALASAN PENOLAKAN VAKSIN PADA ANAK

Pada Juni 2021, pada saat yang sama IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menyebutkan
kematian anak akibat Covid-19 3-5%, Satgas Covid 19 menyebut sekitar 250.000 anak sudah
terinfeksi Covid-19 di Indonesia. (Sumber : Kompas.com 25 Juni 2021, 13.09 WIB). Dalam
data yang sama dari Satgas Covid-19, menemukan 671 anak-anak mati di Indonesia. Jika kita
hitung 671 dari 250.000 anak adalah hanya 0,27% kematian. Tentu saja kematian anak
menyedihkan.Tetapi angka 671 anak di Negara yang berpenduduk 270 Juta jiwa secara
statistik dapat diabaikan atau tidak berpengaruh. Kemudian untuk wilayah Kecamatan Dolok
Batunanggar khususnya Kelurahan Serbelawan kami belum menemukan kasus anak
meninggal karena Covid-19. Jika pun ada, kami meyakini tidak berpengaruh terhadap anak
lainnya di Sekolah. Marilah kita menggunakan akal sehat, coba tanyakan kepada diri kita,
lihat di sekeliling kita dalam kehidupan sehari-hari, di keluarga, teman, sekolah, lingkungan,
dll, berapa banyak anak yang sakit parah akibat Covid-19 dan menyebabkan kematian?
Faktanya sangat jarang kita temukan, dengan demikian Covid-19 tidaklah berbahaya bagi
anak-anak. Ini hanyalah sebatas flu biasa, sains telah membuktikan ini (sumber :
https://www.news-medical.net/news/20210614/Study-suggests-COVID-19-in-children-is-
milder-than-the-flu.aspx). Kemudian kita mengetahui Tujuan dari Vaksinasi adalah untuk
mencapai herd immunity. Maka kami meyakini tubuh anak kami sudah memiliki kekebalan
imun tersendiri yang terbentuk secara alami berkat cipataan Allah SWT. Sehingga kami
merasa tidak memerlukan vaksinasi lagi. Kita tahu bahwa selama pandemi ini, banyak kita
temukan kasus OTG (orang tanpa gejala) namun terinfeksi Covid-19. Dengan demikian maka
OTG yang sudah pernah terinfeksi akan membentuk imun tersendiri sehingga akan kebal
terhadap virus yang sama berikutnya termasuk anak-anak. Sekali lagi vaksinasi tidak begitu
diperlukan.

Selanjutnya kami atas nama orang tua murid, juga meragukan keamanan dari komposisi
vaksin, karena banyak ditemukan kasus KIPI (kejadian ikutan paska imunisasi). Kita tahu dan
paham para produsen vaksin mengklaim bahwa produk vaksin mereka aman dan terpercaya,
namun kita juga harus sadar, hal tersebut sangatlah wajar dan normal di sebutkan produsen
demi produknya laku terjual habis dan mendapatkan keuntungan. Namun pada kenyataannya
kami belum menemukan bukti bahwa BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) telah
menguji secara detail,serius dan terbuka kepada masyarakat begitu juga kepada anak-anak.

Selanjutnya OMBUDSMAN RI juga telah mengakui ada banyak masalah terkait informasi
dan data tentang vaksinasi Covid-19, dan telah mendesak KEMENKES RI untuk
memberikan penjelasan secara lengkap dan terbuka. Hal ini telah tercantum dalam surat
OMBUDSMAN RI yang di tujukan kepada KEMENKES RI dengan Nomor Surat :
B/3075/LM.13-K7/1265.2021/XII/2021. ( File Surat akan kami beri jika dibutuhkan ).

Kesimpulan : Bahwa dengan penjelasan diatas, kami orang tua dari Adlan Al Khalifi Rambey
MENOLAK dilakukannya vaksinasi Covid-19 terhadap anak kami.
Permohonan : Kami memohon untuk tidak dilakukan pemaksaan vaksinasi terhadap anak
kami. Kebebasan untuk memilih tindakan medis telah di jamin oleh Undang-Undang. Tidak
boleh ada paksaan.

Kami mengetahui surat dari Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun menyatakan pada poin
ke 6 (enam) yang berbunyi : “Peserta didik/siswa yang tidak bersedia divaksin akan
diberlakukan pembelajaran daring (tidak dapat mengikuti pembelajaran tatap muka di
sekolah). Namun kami memiliki Video dari MENTERI PENDIDIKAN RI yang menyatakan
bahwa Vaksinasi TIDAK menjadi Syarat untuk melaksanakan PTM (Pembelajaran Tatap
Muka). Maka kami mengacu kepada peryataan dari MENTERI PENDIDIKAN RI, sehingga
permohonan kami kepada pihak sekolah untuk tetap mengizinkan anak kami melaksanakan
PTM. Namun jika pihak sekolah tetap tidak mengizinkan anak kami untuk PTM, maka kami
bersedia dilakukan Pembelajaran daring terhadap anak kami dengan catatan pembelajaran
yang seimbang dan adil seperti yang dilakukan terhadap anak-anak lain yang melaksanakan
PTM di Sekolah. Tidak boleh ada perbedaan dan diskriminasi.

Terima Kasih atas perhatian dan kebijakan pihak sekolah.

Hormat Kami Orang Tua Murid :

(Agus Nur Fuadi Rambey, SE.)

Anda mungkin juga menyukai