Direktorat Kesiapsiagaan
Kedeputian Bidang Pencegahan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2021
Standar Pelayanan Minimal
Modul Teknis Fasilitasi Kegiatan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
dan Program Pengembangan Ketangguhan Serupa
Direktorat Kesiapsiagaan
Kedeputian Bidang Pencegahan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Pengantar
Lao Tze, seorang filsuf Cina sudah sejak 2700 tahun lalu telah mendefinisikan bagaimana
seorang “pendamping masyarakat” bekerja. Seorang “pendamping masyarakat” yang baik
tidak hadir sebagai superhero yang dapat menyelesaikan segala masalah masyarakat
dengan ilmu pengetahuan maupun kemampuan yang dimiliki. Mereka tidak pula datang
sebagai orang yang menentukan pilihan untuk masyarakat dampingannya. Pendamping yang
baik tidak hanya datang pada saat harus melaksanakan kegiatan dari suatu program yang
diembannya dan setelah itu kembali ke kehidupannya sendiri ataupun hanya mengejar output
tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sebenarnya. Pendamping yang baik adalah
yang dapat menciptakan kemandirian masyarakat bukan menciptakan ketergantungan baru.
BNPB, melalui Direktorat Kesiapsiagaan, Kedeputian Bidang Pencegahan, sejak tahun 2012
telah menginisiasi suatu proses proses pembangunan dalam rangka pengurangan risiko
bencana melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Program dengan tajuk
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana) ini merupakan program pengelolaan risiko
berbasis komunitas dengan harapan masyarakat tidak saja menjadi objek dari proses tetapi
dapat terlibat secara aktif dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau dan
mengevaluasi upaya-upaya pengurangan risiko bencana di daerahnya dengan
memaksimalkan sumberdaya lokal yang ada. Untuk mendukung implementasi program dalam
mencapai harapan tersebut di atas, diperlukan suatu panduan yang dapat digunakan oleh
fasilitator desa/kelurahan dalam proses pendampingan.
Proses penyusunan panduan fasilitator ini merupakan hasil sinergitas antara pihak. Hasil
panduan dan kerjasama multi lembaga yang secara bersama-sama berfikir dan berperan
sebagai pekerja kemanusiaan. Panduan ini disusun oleh para pelaku PRBBK di lapangan
sehingga sarat akan pengalaman dan pembelajaran (best practice), untuk itu diharapkan
dengan adanya panduan ini kemandirian dan ketangguhan masyarakat dalam upaya
pengurangan risiko bencana dapat terwujud.
Lilik Kurniawan
PENGARAH
Lilik Kurniawan - Deputi Bidang Pencegahan BNPB
Eny Supartini - Direktur Kesiapsiagaan BNPB
PENANGGUNGJAWAB
Pangarso Suryotomo - Perencana Ahli Madya BNPB
Firza Ghozalba - Analis Kebijakan Ahli Madya BNPB
EDITOR
Eko Teguh Paripurno - PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta
PENYUSUN
Sigit Purwanto Pujiono Centre
Sumino LPTP Surakarta
Wahyu Heniwati Daya Annisa / MDMC
Anggoro Budi Prasetyo Aksara
Wana Kristanto PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta
Indra Baskoro Adi PSMB UPN “Veteran” Yogyakarta
Muhammad Nur Ronggo Dinoyo LPTP Surakarta
Gandar Mahojwala KAPPALA Indonesia
Pudji Santosa Lingkar
Gigih Aditya Pratama KAPPALA Indonesia
Yugyasmono Lingkar
Hadi Sutrisno BNPB
Nurul Maulidhini BNPB
KONTRIBUTOR
Arif Fadli BNPB
Virana Fatwa Nurmala BNPB
Denadia Mutty BNPB
Rahma Sari Puspita BNPB
Riski Yufawinda BNPB
Direktorat Kesiapsiagaan
Kedeputian Bidang Pencegahan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2021
Pengantar ............................................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................................. 4
B. Praktik Pembelajaran...................................................................................................... 14
Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disebut SPM adalah ketentuan mengenai Jenis
dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak
diperoleh setiap Warga Negara secara minimal
SNI 8357:2017, Desa dan kelurahan tangguh bencana dirumuskan dengan tujuan sebagai
standar penerapan desa atau kelurahan tangguh bencana. SNI Desa dan kelurahan tangguh
bencana ini diharapkan dapat menjadi acuan bersama dalam melakukan upaya pengelolaan
risiko bencana berbasis masyarakat termasuk di dalamnya adaptasi terhadap fenomena
perubahan iklim yang banyak diinisiasi baik oleh kementerian/lembaga, organisasi non
pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat desa dan kelurahan itu sendiri.
Dengan penerapan SNI Desa dan kelurahan tangguh bencana, diharapkan upaya-upaya
pengelolaan risiko bencana tersebut dapat secara nyata berkontribusi dalam penurunan risiko
bencana termasuk dampak perubahan iklim melalui pemberdayaan masyarakat desa dan
kelurahan dengan pelibatan langsung masyarakat termasuk didalamnya kelompok rentan dan
kelompok marginal lainnya.
SNI 8357:2017 menetapkan persyaratan desa dan kelurahan tangguh bencana yang
mencakup istilah, prinsip dan indikator. Standar ini hendaknya dilakukan oleh masyarakat di
daerah rawan bencana dalam rangka memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan
menghadapi potensi bahaya bencana dan dampak buruk perubahan iklim, serta memulihkan
diri dengan segera dari dampak-dampak yang merugikan. Standar ini dapat menjadi acuan
standar yang lebih spesifik untuk desa atau kelurahan sesuai dengan jenis bahaya.
SNI 8357:2017 memandatkan, desa dan kelurahan tangguh bencana harus mempunyai
prinsip-prinsip (1) menggunakan pendekatan multi bahaya; (2) berdasarkan asas
perlindungan masyarakat dan berfokus pada upaya pengelolaan risiko; (3) berpusat pada
masyarakat dengan mengutamakan kemandirian dan alokasi sumberdaya lokal; (4)
merupakan gerakan kolektif dengan melibatkan dan mempertimbangkan semua pemangku
kepentingan; (5) berbasis pada kaidah ilmu pengetahuan dan kearifan lokal; (6) dilakukan
secara berkala; (7) memperhatikan prinsip akuntabilitas sosial; dan integrasi ke dalam
perencanaan pembangunan.
Desa dan kelurahan tangguh bencana mempunyai 2 indikator, yaitu indikator dasar dan
indikator hasil. Indikator dasar merupakan “prasyarat dasar” untuk desa tangguh tersebut
dapat dipenuhi. Indikator dasar terdiri dari (1) penguatan kualitas dan akses pelayanan dasar,
dan (2) adanya penguatan sistem koordinasi dalam pengelolaan risiko bencana. Penjabaran
dan indikator layanan dasar ini pada dasarnya merupakan indikator-indikator standar
pelayanan minimal yang harus dipenuhi, berupa: (1) adanya penguatan kualitas layanan dan
akses pendidikan formal maupun non formal; (2) adanya penguatan kualitas layanan
kesehatan yang dapat diakses oleh semua masyarakat; (2) adanya penguatan infrastruktur
khususnya bidang ekonomi, energi, kesehatan, pendidikan, sanitasi, komunikasi dan
informasi; (3) adanya penguatan sarana dan aksesibilitas transportasi; (4) adanya penguatan
pelayanan publik oleh pemerintahan desa dan kelurahan; (5) adanya penguatan sistem
informasi desa dan kelurahan yang memadai; (6) adanya penguatan tata kelola pemerintahan
desa dan kelurahan yang mandiri dan sumberdaya manusia yang berkualitas; (7) adanya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang berkelanjutan;
(8) adanya penguatan perlindungan dan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan budaya
dan spiritual masyarakat; dan (9) adanya perlindungan keamanan masyarakat.
A.3.1.3 Referensi
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2018 Tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan [1]
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) [2]
Bidan Desa : setiap satu bidan maksimal memberikan pelayanan 1000 Jiwa di desa/
kelurahan dilayani oleh 1 Bidan
Pusat kesehatan Masyarakat Pembantu: Setiap pusat kesehatan pembantu maksimal
melayani 1500 Jiwa
Puskesmas: setiap satu puskesmas maksimal memberikan pelayanan : 16.000 jiwa
A.3.2.3 Referensi
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2016 Tentang Kriteria Daerah Kabupaten/Kota Peduli Hak Asasi Manusia [3]
A.3.3.3 Referensi
Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 15 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek
Permendagri no 20 tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, sub bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Menyediakan air bersih secara berkelanjutan yang dapat diakses paling tidak oleh
68,87 % (rata-rata) masyarakat
Kebutuhan pokok minimal air bersih adalah 60 liter atau 0,06 meter kubik per orang
per hari
A.3.4.3 Referensi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 01/PRT/M/2014
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Adanya penyediaan sarana dan prasarana pengembangan usaha mikro, kecil dan
koperasi
Pengembangan ekonomi lokal melalui BUMDES
Adanya program pelatihan dan pendampingan UMKM dan koperasi
Pengadaan teknologi tepat guna untuk pengembangan ekonomi pedesaan non-
pertanian
A.3.5.3 Referensi
PP No 7 tahun 2021 Tentang kemudahan perlindungan dan pemberdayaan UMKM
dan Koperasi.
Permendagri No.20 tahun 2018, tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Adanya jaringan/ sinyal untuk komunikasi dapat berupa: telepon (seluler/ kabel),
internet, radio atau televisi.
Sistem Informasi Desa
1.3.6.3 Referensi
Permen Kominfo Nomor 22/PER/M.KOMINFO/12/2010
Permendagri No. 46, 47, dan 110 tahun 2016 Digitalisasi Administrasi Desa.
Permendagri Nomor 2 tahun 2017 tentang Standar Pelayanan Minimal Desa, Standar
Pelayanan Minimal Desa, SPM Desa ditetapkan dan diputuskan oleh Kepala Desa
(Pasal 4). Ruang lingkup SPM Desa meliputi penyediaan dan penyebaran informasi
pelayanan, penyediaan data dan informasi kependudukan dan pertanahan, pemberian
surat keterangan, penyederhanaan pelayanan, dan pengaduan masyarakat (Pasal 5).
Pasal 11 ayat 4, Desa harus memiliki sarana dan prasarana Minimal.
Undang-Undang (UU) No. 11 Tahun 2008 mengenai Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE). UU ini mengatur sistem pembuktian dari informasi, dokumen, dan
tanda tangan elektronik yang secara rinci dituangkan dalam Pasal 5 sampai Pasal 12
1.3.7.3 Referensi
UU No 24 Tahun 2013, Tentang Perubahan atas UU No 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan
PP Nomor 40 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan UU Nomor 2006 tentang Administrasi
Kependudukan Sebagaimana Telah Diubah dengan UU Nomor 24 Tahun 2013
tentang Perubahan atas UU nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan
Permendagri Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pelayanan Administrasi Kependudukan
Secara Daring
A.3.8.3 Referensi
Peraturan MENLH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Minimal Pelayanan Bidang
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota
A.3.9.3 Referensi
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 9 Tahun 2006
tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama. Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat
Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat
A.3.10.3 Referensi
Peraturan Mendikbud Nomor 85 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesenian.
A.3.11.3 Referensi
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
A.3.12.3 Referensi
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 01
Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan bagi Perempuan dan Anak Korban
kekerasan
Permendagri No.20 tahun 2018, tentang Pengelolaan Keuangan Desa, sub bidang
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak & Keluarga.
Pelayanan Dasar Bidang Ketahanan Pangan juga merupakan pelayanan dasar untuk
mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam
serta tersebar merata di seluruh wilayah dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
A.3.13.3 Referensi
Peraturan Menteri Pertanian No 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota
A.3.14.3 Referensi :
UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas; Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial di daerah provinsi dan di daerah
kabupaten/kota
Mari kita lengkapi lembar kerja di bawah, yang menunjukkan bidang dan jenis layanan minimal
yang ada di desa, ketercukupan rasio (perbandingan) serta rekomendasi atas kebutuhan
tersebut. Kita bisa mencermati lagi peraturan-peraturan pemerintah di tingkat kementerian /
lembaga yang membidangi hal tersebut.
Rasio
No Bidang Jenis Layanan Jumlah Rekomendasi
Ketercukupan
Puskesmas <16.000
>16.000
Memiliki forum
keagamaan
Peningkatan kapasitas
tenaga keamanan /
Ketertiban (Satlinmas)
Desa
Penyediaan Pos
Kesiapsiagaan / Tanggap
Bencana Skala Lokal
Desa
Program BPNT