Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR 1

“Pembuatan Larutan”

Desy Harlina Putri


H1031211054

PRODI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK 2021

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


Prinsip dari percobaan ini adalah membuat larutan berdasarkan teknik pembuatan
larutan yaitu jika zat terlarut berbentuk padat ditimbang terlebih dahulu sampai
konsentrasi larutan yang diinginkan dan jika zat terlarut berbentuk cair maka dilakukan
pengenceran.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Memahami beberapa satuan konsentrasi larutan
2. Menghitung konsentrasi suatu larutan
3. Membuat suatu larutan dengan konsentrasi yang telah ditentukan
4. Terampil menggunakan peralatan dalam pembuatan larutan

1.3 Dasar Teori


1.3.1 Larutan
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat dengan komponen yang berbeda (Petrucci. 1985). Zat
yang jumlahnya lebih sedikit dalam larutan disebut zat terlarut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat lain
dalam larutan disebut pelarut. Misalnya, jika sejumlah gula
dilarutkan dalam air dan diaduk, campuran pada dasarnya akan
homogen (sama) di semua bagian (Styarini, L. W. 20012).

Sifat-sifat larutan sangat dipengaruhi oleh komposisi


komposisinya. Untuk menunjukkan komposisi larutan , istilah
larutan konsentrasi digunakan untuk merujuk pada rasio jumlah zat
terlarut terhadap pelarut (Khikmah, N. 2015). Untuk jumlah zat
terlarut yang berbeda dalam setiap larutan, membutuhkan panas
yang berbeda, akan mempengaruhi titik didih larutan. Titik didih
suatu larutan adalah suhu larutan ketika tekanan uap jenuh larutan
adalah tekanan udara luar ( bekerja pada permukaan cairan)
(Wolke, 2003).

1.3.2 Kelarutan
Kelarutan adalah keadaan suatu senyawa apakah padat, cair
atau gas. Kelarutan tergantung pada pelarut yang digunakan serta
pada suhu dan tekanan (Lachman, 1986).
Di bidang farmasi, kelarutan memiliki peran penting dalam
menentukan bentuk sediaan dan untuk menentukan konsentrasi
yang dicapai pada sirkulasi sistemik untuk menghasilkan respon

2
farmakologi (Edward dan Li, 2008; Vemula et al., 2010).

Kelarutan adalah ukuran seberapa banyak zat terlarut akan


larut dalam pelarut pada suhu tertentu. Ungkapan "selarut
mungkin" membantu kita memprediksi kelarutan suatu zat dalam
pelarut. Ungkapan ini menunjukkan bahwa dua zat yang sama jenis
dan besarnya gaya antarmolekul akan cenderung larut (Chang
Raymond,2004).

1.3.3 Konsentrasi Kelarutan


Konsentrasi larutan adalah komponen yang menunjukkan
perbandingan antara jumlah zat terlarut dan pelarut . Kelarutan bisa
sangat kecil atau sangat besar, dan jika jumlah zat terlarut melebihi
titik jenuh, zat tersebut akan keluar ( mengendapkan di bawah
larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat mengandung
zat terlarut lebih banyak daripada dalam saturasi (Adha, S.D.
2015).

Konsentrasi larutan dapat dinyatakan sebagai persentase


berdasarkan massa, fraksi molar, molaritas, dan molaritas.
Peningkatan suhu umumnya meningkatkan kelarutan padatan dan
cairan dan menurunkan kelarutan gas.

1.3.4 Analisis Bahan


1.3.4.1 NaOH

Natrium hidroksida merupakan salah satu senyawa kimia


basa/basa dan digunakan untuk menghilangkan atau membersihkan
zat dan pengotor yang melekat pada serat sisal. Selain itu, natrium
hidroksida basa dapat berubah bentuk. Penguat kristal sehingga
dapat mengurangi sifat hidrofilik dan meningkatkan kristalinitas
serat sehingga dapat mengoptimalkan daya rekat serat ke substrat
(Alshammari et al., 2019; Nam et al., 2011).

Waktu perendaman dalam alkali natrium hidroksida juga


dapat meningkatkan sifat mekanik serat dan mempengaruhi
komposisi kimia serat kelapa sawit (Reddy et al., 2013). Selain itu,
penyelidikan perubahan konsentrasi dari 1% menjadi 10% natrium
hidroksida pada serat kurma dapat memberikan efek pada sifat
termal dan morfologi serat seperti yang dilakukan oleh Oushabi et
al. (2017). Selain , alkali natrium hidroksida dapat memiliki
dampak yang signifikan terhadap sifat mekanik dari fly ash dalam

3
produksi geopolimer (Hamidi et al., 2016).

1.3.4.2 H2SO4
Asam sulfat (H2SO4) merupakan bahan kimia yang paling
banyak digunakan oleh komunitas penyamakan kulit dalam proses
pengasinan. Selama proses pengawetan, selain asam sulfat, asam
format (HCOOH) juga digunakan untuk menurunkan pH kulit
sehingga membentuk asam. Penggunaan asam sulfat sering
dikombinasikan dengan asam format dalam proses pengawetan
karena memiliki sifat tambahan.

Asam sulfat memiliki kemampuan yang lebih kuat untuk


mengionisasi asam, sehingga asam sulfat lebih mudah dan lebih
aktif dengan zat-zat yang terdapat di kulit. Banyaknya asam sulfat
yang mengikat zat-zat di kulit pada akhirnya akan memungkinkan
chromium untuk mengikat kolagen kulit sehingga kulit dapat
menjadi tan sempurna (fulltan). Kelemahan dari penggunaan asam
sulfat adalah dapat membuat bagian luar kulit (saraf) menjadi
kasar.

1.3.4.3 KMnO4
KMnO4 adalah senyawa dengan sifat yang merupakan
oksidator kuat untuk etilen di dalam buah-buahan. Namun kristal
KMnO4 tidak boleh kontak langsung dengan buah karena dapat
merusak buah (Abeles et al., 1992). Oleh karena itu, diperlukan
penyerap KMnO4 agardapat digunakan sebagai etilen oksidator
tanpa merusak atau mencemari buah.

KMnO4 (181183) adalah garam kalium dari asam


permanganat (HMnO4) yang tidak diketahui dalam keadaan bebas.
Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Ini digunakan dalam
proses industri dan pertanian dan dalam sintesis kimia. Sifat
pengoksidasi kuat dari KMnO4 ini digunakan dalam berbagai
proses industri termasuk dekontaminasi/disinfeksi air, sebagai
algacide dan sebagai zat pemutih pada finishing tekstil.

1.3.4.4 Akuades
Akuades adalah pelarut yang jauh lebih baik daripada hampir
semua cairan umum yang ditemukan. Senyawa yang mudah larut
dalam air suling mencakup berbagai macam senyawa organik
netral yang memiliki gugus fungsi polar seperti gula, alkohol,
aldehida dan keton. Kelarutan disebabkan oleh kecenderungan

4
molekul air untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus
hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton
(Lehninger, 1982).

Akuades adalah air suling tanpa kotoran, sehingga murni


laboratorium. Warna air suling jernih, tidak berbau, tidak berasa.
Air biasa digunakan untuk membersihkan peralatan laboratorium
dari kotoran (Petrucci, 2008).

5
BAB II
Metodologi

2.1 Alat dan bahan


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah batang pengaduk, bola hisap,
bola semprot, corong gelas, erlenmeyer, gelas piala,kaca arloji, labu ukur 100 mL,
pipet ukur, dan pipet volume.

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades, larutan H2SO4
pekat, padatan KMnO4 , dan padatan NaOH.

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Pembuatan larutan NaOH
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah pertama, butir padatan
NaOH sebanyak 2 ditimbang dengan digunakan wadah kaca arloji.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam gelas piala lalu ditambahkan kira-
kira 25 mL akuades, kemudian aduk sampai larut dan catat perubahan
suhu yang terjadi dengan memegang dinding gelas piala. Setelah
semua larut,dipindahkan ke labu ukur 100 mL lalu ditambahkan
akuades sampai tanda batas. Konsentrasi larutan NaOH dalam
molaritas dan normalitas dihitung.

2.2.2 Pembuatan larutan H2SO4


Prosedur kerja dari percobaan ini adalah pertama, dimasukkan 50
mL akuades kedalam labu ukur 100 mL, digunakan pipet volume
sebanyak 5 mL H2 SO4 pekat, secara hati hati dan pelan-pelan
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur yang berisi akuades
melalui dindingnya. Ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu
kocok hingga homogen. Konsentrasi larutan dalam persen, molaritas
dan normalitas dihitung.

2.2.3 Pembuatan KMnO4


Prosedur kerja dari percobaan ini adalah pertama, sebanyak 0,05g
padatan KMnO4 ditimbang digunakan kaca arloji. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam gelas piala, dilarutkan dengan 20-25 mL
akuades. Sisa KMnO4 pada kaca arloji dibilas dengan akuades. Lalu
aduk hingga homogen. Dipindahkan larutan ke dalam labu ukur 100
mL, ditepatkan dengan akuades hingga tanda batas kemudian kocok
hingga homogen. Molaritas, normalitas dan persen larutan dihitung.

2.2.4 Pengenceran Larutan NaOH dan H2 SO4


Prosedur kerja dari percobaan ini adalah pertama, dihitung

6
terlebih dahulu berapa mili larutan A atau B yang diperlukan.
Selanjutnya dari larutan A dan B, dibuat masing-masing 100 mL
larutan NaOH 0,01 M dan H2 SO4 0,01 M. Kemudian ditetapkan
dengan akuades hingga tanda pada labu ukur. Lalu dikocok hingga
semua larutan homogen.

7
BAB III
Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil

DATA PENGAMATAN PEMBUATAN LARUTAN

A. Pembuatan larutan NaOH

Perlakuan Pengamatan

Ditimbang 2 butir NaOH Massa NaOH = 0,348 gram

Ditambahkan akuades Perubahan suhu = Dingin

Dihitung konsentrasi larutan dalam persen % NaOH = 1,4 %

Dihitung konsentrasi larutan dalam molaritas Molaritas NaOH = 0,087 M

Dihitung konsentrasi larutan dalam normalitas Normalitas NaOH = 0,000348 N

B. Pembuatan larutan H2 SO4

Perlakuan Pengamatan

Dipipet H2 SO4 Volume H2SO 4 = 50 mL

Dihitung konsentrasi larutan dalam persen % H2 SO4 = 10 %

Dihitung konsentrasi larutan dalam molaritas Molaritas H2 SO4 = 0,5 M

Dihitung konsentrasi larutan dalam normalitas Normalitas H 2SO4 = 0,001 N

C. Pembuatan Larutan KMnO4

Perlakuan Pengamatan

Ditimbang KMnO4 Massa KMnO4 = 0,05 gram

Dihitung konsentrasi larutan dalam persen % KMnO4 = 0,2 %

Dihitung konsentrasi larutan dalam molaritas Molaritas KMnO 4 = 0,0032 M

8
Dihitung konsentrasi larutan dalam normalitas Normalitas KMnO4 = 0,0000128 N

D. Pengenceran NaOH dan H2 SO4

Perlakuan Pengamatan

Dipipet NaOH 0,01 M Volume NaOH = 217,5 mL

Dipipet H2 SO4 0,01 M Volume H2SO 4 = 1 mL

3.2 Pembahasan

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat dengan
komponen yang berbeda (Petrucci. 1985). Zat yang jumlahnya lebih sedikit dalam larutan
disebut zat terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat lain dalam
larutan disebut pelarut. Misalnya, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk,
campuran pada dasarnya akan homogen (sama) di semua bagian (Styarini, L. W. 20012).
Kelarutan adalah ukuran seberapa banyak zat terlarut akan larut dalam pelarut pada suhu
tertentu. Ungkapan "selarut mungkin" membantu kita memprediksi kelarutan suatu zat
dalam pelarut. Ungkapan ini menunjukkan bahwa dua zat yang sama jenis dan besarnya
gaya antarmolekul akan cenderung larut (Chang Raymond,2004).

3.2.1 Pembuatan Larutan NaOH

Natrium hidroksida merupakan salah satu senyawa kimia basa/basa dan


digunakan untuk menghilangkan atau membersihkan zat dan pengotor yang
melekat pada serat sisal. Selain itu, natrium hidroksida basa dapat berubah
bentuk. Penguat kristal sehingga dapat mengurangi sifat hidrofilik dan
meningkatkan kristalinitas serat sehingga dapat mengoptimalkan daya rekat
serat ke substrat (Alshammari et al., 2019; Nam et al., 2011). Akuades adalah
air suling tanpa kotoran, sehingga murni laboratorium. Warna air suling
jernih, tidak berbau, tidak berasa. Air biasa digunakan untuk membersihkan
peralatan laboratorium dari kotoran (Petrucci, 2008).
Dalam pembuatan larutan NaOH diperlukan 2 butir padatan NaOH dan
ditimbang menggunakan wadah kaca arloji di neraja analitik menghasilkan
massa NaOH sebesar 0,348 gram. Kemudian padatan yang ditimbang
dimasukkan kedalam gelas piala dan tambahkan akuades sebanyak 25 mL dan
diaduk hingga homogen. Saat penambahan
akuades terjadi perubahan suhu menjadi dingin yang di karenakan terjadinya

9
reaksi endoterm. Reaksi endoterm itu sendiri ia lah sebuah reaksi perpindahan
kalor dari lingkungan ke sistem. Dalam perubahan energy potensial dari reaksi
lebih tinggi dari energy potensial pereaksi maka ketika NaOh dilarutkan dalam
akuades , NaOH akan terurai secara sempurna menjadi ion Na+ dan ion OH-.
NaOH(3) Na+(aq)+ OH-(aq). Setelah itu di aduk, tujuan di aduk ialah agar
padatan NaOH tercampur rata atau homogen. Setelah homogen masukkan
kedalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan akuades hingga tanda pada labu
ukur. Tujuan diisinya akuades sesuai dengan tanda pada labu ukur yaitu agar
kita lebihmudah menentukan volume larutan tersebut. Kemudian larutan
tersebut dihitung konsentrasinya dalam persen, moralitas, dan normalitas maka
didapatlah konsentrasinya tersebut yaitu 1,4%, 0,087M, 0,000348 N.

3.2.2 Pembuatan larutan H2 SO4

Asam sulfat (H2SO 4) merupakan bahan kimia yang paling banyak


digunakan oleh komunitas penyamakan kulit dalam proses pengasinan. Selama
proses pengawetan, selain asam sulfat, asam format (HCOOH) juga digunakan
untuk menurunkan pH kulit sehingga membentuk asam. Penggunaan asam
sulfat sering dikombinasikan dengan asam format dalam proses pengawetan
karena memiliki sifat tambahan. Ciri-ciri asam sulfat antara lain cair, bening,
tidak berbau. Karena asam sulfat memiliki bentuk cair maka asam sulfat sering
digunakan untuk pengawetan kayu secara rendaman, karena asam sulfat larut
dalam air.
Langkah pertama dalam pembuatan larutan H 2SO 4 yaitu memasukkan 50
mL akuades kedalam labu ukur 100 mL. Kemudian 5 mL H2 SO4 pekat dipipet
dan perlahan – lahan dimasukkan kedalam labu ukur yang berisi akuades.
Tidak ada perubahan suhu yang terjadi saat asam sulfat dan akuades di
masukkan menjadi satu. Memasukkan asam sulfat melalui dinding labu ukur
dengan berhati – hati karena asam sulfat memiliki sifat penghidrolisis yang
kuat sehingga jika proses tersebut tidak dilakukan secara berhati – hati maka
akan mengakibatkan guncangan pada larutan maka larutan akan rusak dan agar
tidak berkontak langsung dengan dinding-dinding labu ukur. Berikut adalah
reaksi yang terjadi antara asamsulfat dengan akuades adalah H2 SO4 + H2 O
H3O+ + SO4 -. Kemudian tambahkan akuades hingga tanda pada labu ukur
tersebut. Selanjutnya larutan dikocok hingga homogen agar larutan tercampur
rata. Konsentrasi yang didapatkan adalah H2 SO4 = 10% molaritas H2 SO4 = 0,5
M dan normalitas H2SO4 = 0,001 N.

3.2.3 Prosedur Pembuatan KMnO 4

KMnO4 (181183) adalah garam kalium dari asam permanganat (HMnO 4)

10
yang tidak diketahui dalam keadaan bebas. Kalium permanganat adalah
oksidator kuat. Ini digunakan dalam proses industri dan pertanian dan dalam
sintesis kimia. Sifat pengoksidasi kuat dari KMnO 4 ini digunakan dalam
berbagai proses industri termasuk dekontaminasi/disinfeksi air, sebagai
algacide dan sebagai zat pemutih pada finishing tekstil. Kalium Permanganat
memiliki rumus kimia KMnO4 dan merupakan garam yang mengandung ion
K+ dan MnO4-.
Pembuatan larutan KMnO4 dimulai dengan menimbang 0,05 g padatan
KMnO 4 dan kemudian dimasukkan kedalam gelas piala dan dilarutkan dengan
akuades sebanyak 20 – 25 ml, lalu sisa KMnO4 pada kaca arloji dibilas dengan
akuades, ini bertujuan tidak ada yang tertinggal pada kaca arloji, dan agar tidak
mempengaruhi konsentrasi larutan apabila masih ada padatan yang tertinggal
di kaca arloji. Lalu ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu ukur
dan dikocok hingga homogen. Reaksi kimia yang terjadi dalam percobaan ini
adalah KMnO4 + H2O MnO2 + KOH + O2. Konsentrasi yang didapatkan
adalah KMnO4 = 0,2 % molaritas KMnO 4 = 0,0032 M dan normalitas KMnO4
= 0,0000128 N.

3.2.4 Pengenceran larutan NaOH dan H 2 SO4

Pengenceran adalah proses pembuatan larutan yang kurang pekat dari


larutan pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan
volume dan konsentrasi tertentu. Tujuan dilakukannya pengenceran adalah
untuk memperoleh larutan yang berkonsentrasi lebih rendah. Pengenceran
dimulai dengan masing – masing larutan A dan B dibuat 100 mL larutan
dengan konsentrasi masing – masing 0,01M. sebelum itu tentukan terlebih
dahulu volume larutan yang akan diambil menggunakan rumus yang sudah ada
yaitu M1 . V1 = M2 . V2. Maka volume larutan A yang diperlukan adalah 217,5
mL untuk membuat larutan 100 mL NaOH dengan 0,01M. Kemudian cari lagi
volume larutan B dengan cara yang sama saat mencari volume larutan A, maka
didapatkan lah volume larutan B yang diperlukan yaitu 1 mL untuk membuat
larutan 100 mL H2 SO4 0,01M.

11
BAB IV
KESIMPULAN

Pada praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa satuan
konsentrasi larutan yang dilakukan pada praktikum ini yaitu persen (%), molaritas (M),
dan normalitas (N). Dalam praktikum in juga dapat menggunakan rumus pengenceran
untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, yaitu larutan A (NaOH) dan larutan
(H2SO4). Kemudian pencampuran larutan membutuhkan proses yang hati-hati.

Pada praktikum ini bertujuan untuk memahami beberapa satuan konsentrasi larutan,
membuat suatu larutan dengan konsentrasi yang telah ditentukan dan membuat kita
terampil menggunakan peralatan dalam pembuatan larutan.

12
Daftar Pustaka

Arini, Riza, L., & Mukarlina. (2015). Penggunaan Kalium Permanganat (KMnO4) Untuk
Menunda, 4, 36-40.

Chang, R. (2004). Kimia Dasar, 5.

Chang, R. (2004). Kimia Dasar, 21.

Feronika, N. I., & Zainu, R. (n.d.). Kalium Permanganat:Termodinamika Mengenai Transport


Ionik dalam Air.

Gumilar, J., Putranto, W., & Wulandari, E. (2010). Pengaruh Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4)
dan Asam Formiat (HCOOH) pada Proses Pikel terhadap Kualitas Kulit Jadi (Leather)
Domba Garut, 10, 1-6.

Khotimah, H., Anggraeni, E. W., & Setianingsih , A. (2017). KARAKTERISASI HASIL


PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN ALAT DESTILASI.

Kusmiran, A., Suwandi, N., & Desiasni, R. (2020). Analisis Pengaruh Konsentrasi Natrium
Hidroksida terhadap Sifat, 11-18.

P.A.P, W. Y., & Hendriani, R. (n.d.). REVIEW : TEKNIK PENINGKATAN KELARUTAN OBAT,
14 Nomor 2.

Putri, L. M., Prihandono, T., & Supriadi, B. (2017). PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN
TERHADAP LAJU KENAIKAN, 147-153.

Putri, L. M., Prihandono, T., & Supriadi, B. (2017). PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN
TERHADAP LAJU KENAIKAN, 147-153.

13
Lampiran

NaOH

H2S04

14
KMnO4

Akuades

15
Kelarutan

16
Konsentrasi Larutan

17
Larutan

Perhitungan

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai